You are on page 1of 10

Makalah Hukum Media Massa

Pers yang Ideal di Indonesia


Penyalahgunaan Kebebasan Pers

Disusun Oleh : Pramesti Bintang M D0212081

ILMU KOMUNIKASI A/2013

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PENDAHULUAN
Demokrasi merupakan dasar bagi kehidupan berbangsa negara yang memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memberikan pendapat, ketentuan dan penyelesaian dalam masalah pokok negara. Termasyk didalamnya adalah kebijakan-kebijakan dari pemerintah. Karena secara langsung maupun tidak langsung kebijakan dari pemerintah mempunyai dampak besar bagi kesejahteraan masyarakat. Untuk mengontrol dan berperan dalam proses pembuatan kebijakan, perlu adanya sarana. Salah satunya yaitu adalah lewat pers. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers menyebutkan bahwa pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. Dengan adanya pers ini segala kasus dalam menjalankan demokrasi atau pemerintahan bisa dipantau, ditelusuri dan diungkap secara sebenar-benarnya. Agar masyarakat bisa tahu seperti apakah pembuatan kebijakan oleh pemerintah. Sehingga selain sebagai alat penyebaran informasi. Pers dapat berfungsi sebagai kontrol sosial. Melalui pers sebagai media komunikasi antara pemerintah dan masyarakat, diharapkan dapat menimbulkan pengetahuan, persamaan persepsi dan partisipasi masyarakat sehingga demokrasi dapat terlaksana. Sehingga dapat dikatakan pers merupakan jembatan antara pemerintah dan masyarakat. Untuk itu dibutuhkan keterbukaan dan keprofesionalan pers, sehingga terjadi keseimbangan demokrasi antara masyarakat dan pemerintah.

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai pers yang ideal untuk Indonesia, mulai dari jenis-jenis pers, bentuk pers apakah yang cocok untuk Indonesia, sampai dengan penyalahgunaan kebebasan pers yang ada di Indonesia. Pembahasan ini bertujuan agar pembaca mengertahui bagaimanakah keadaan pers yang ada di Indonesia.

PEMBAHASAN
1. Jenis-jenis pers Di dunia ini ada empat teori pers. Menurut Fred S.Siebert, Theodore Peterson dan Wilbur Scramm dalam bukunya berjudul Four Theoris of the Press menyebutkan empat yaitu; Authoritarian press, Lebertarian press, social responsibility press dan Soviet Communist pers. Keempat teori pers tersebut adalah sebagai berikut : a. Sistem Pers Otoriter (authoritarian) Sistem ini adalah sistem tertua, yang lahir sekitar abad 15-16 pada masa pemerintahan absolut. Pers pada sistem ini berfungsi sebagai penunjang negara atau kerajaan untuk memajukan rakyat. Pemerintah menguasai sekaligus mengawasi media. Berbagai kegiatan yang akan diberitakan dikontrol pemerintah karena kekuasaan raja sangat mutlak. b. Sistem Pers Liberal (libertarian) Sistem ini berkembang pada abad 17-18 sebagai akibat munculnya revolusi industri, dan adanya tuntutan kebebasan pemikiran di negara Barat yang sering disebut aufklarung (pencerahan). Esensi dasar sistem ini memandang manusia akan bisa mengembangkan pemikirannya secara bak jika diberi kebebasan. Kebebasan adalah hal yang utama dalam mewujudkan esensi dasar itu, sedangkan kontrol pemerintah dipandang sebagai manifestasi pemerkosan kebebasan berpikir. Oleh karena itu, pers harus diberi tempat yang sebebasbebasnya untuk membantu mencari kebenaran. c. Sistem Pers Komunis (marxist) Berkembang karena munculnya negara Uni Soviet yang berpaham komunis pada awal abad ke-20. Sistem ini dipengaruhi oleh pemikiran Karl Marx tentang

perubahan sosial yang diawali oleh dialektika Hegel. Pers dalam sistem ini merupakan alat pemerintah atau partai dan menjadi bagian integral dari negara. d. Sistem Pers Tanggung Jawab Sosial Muncul di Amerika Serikat pada abad ke-20 sebagai protes terhadap kebebasan mutlak dari libertarian yang mengakibatkan kemerosotan moral masyarakat. Dasar pemikiran ini adalah sebebas-bebasnya pers harus bisa bertanggung jawab kepada masyarakat tentang apa yang diaktualisasikan.

2. Pers yang ideal untuk Indonesia Dari beberapa jenis pers di dunia tersebut Indonesia saat ini secara resmi menggunaka sistem pers yang bebas dan bertanggung jawab. Artinya pers mempunyai kebebeasan-kebebasan dalam melaksanakan tugasnya. Tetapi disamping kebebasan tersebut, pers juga mempunyai dan harus melaksanakan apa yang menjadi tanggung jawabnya. Konsep ini hampir sama dengan teori pers tanggung jawab sosial. Hal ini dapat dibuktikan dalam UU No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers, dapat dijelaskan beberapa kebebasan yang menjadi hak pers sebagai berikut : a. Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum (pasal 2). b. Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara (pasal4ayat1). c. Terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan atau pelarangan penyiaran (pasal 4 ayat 2). d. Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi (pasal 4 ayat 3).

e. Dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan hukum, wartawan mempunyai Hak Tolak (pasal 4 ayat 4). f. Wartawan bebas memilih organisasi wartawan (pasal 7 ayat 1). g. Dalam melaksanakan profesinya wartawan mendapat perlindungan hukum (pasal 8). Dapat dilihat dengan jelas pasal-pasal yang menjelaskan bahwa pers Indonesia mempunyai hak-hak untuk bebas dalam beberapa segi dan bidang. Hal ini untuk menjamin leluasanya pers dalam bekerja. Tapi, kebebasan tersebut tidak bisa dipakai seenaknya. Banyak kewajiban-kewajiban pula yang harus dipenuhi oleh anggota pers sebagaimana disampaikan dalam Undang-undang. Kewajiban tersebut adalah sebagai berikut : a. Pers nasional berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini dengan menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga tak bersalah (pasal 5 ayat 1). b. Pers wajib melayani Hak Jawab (pasal 5 ayat 2). c. Pers wajib melayani Hak Tolak (pasal 5 ayat 3). d. Wartawan memiliki dan menaati Kode Etik Jurnalistik yang disepakati oleh organisasi wartawan dan ditetapkan oleh Dewan Pers (pasal 7 ayat2 dan penjelasan). e. Dalam upaya mengembangkan kemerdekaan pers dan meningkatkan kehidupan pers nasional, dibentuk Dewan Pers yang independen (pasal 15 ayat 1) Jika dilihat dari kenyataan yang disebutkan dalam Undang-Undang Tentang Pers diatas. Dapat dilihat dan disimpulkan secara jelas. Pers yang ada di Indonesia, merupakan pers yang bebas tapi juga bertanggung jawab. Mengacu pada teori pers yang tanggung jawab sosial. Diharapkan dalam pelaksannaan sesungguhnya, pers juga mampu melaksanakan tugasnya sesuai Undang-Undang yang berlaku.

3. Dampak kebebasan pers yang ada di Indonesia Sistem pers di Indonesia yang dalam Undang-Undang diatur sebagai pers yang bebas dan bertanggung jawab, dalam pelaksanaannya tentunya membawa dampak yang berarti dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dampak positif dari pers adalah pers bertugas sebagai penyampai apresiasi masyarakat dan memberikan ruang atau jembatan bagi masyarakat dengan pemerintah. Pers juga menyampaikan dan menginformasikan segala sesuatu secara sebenar-benarnya kepada masyarakat. Memberikan wawasan dan pengalaman serta memberikan pendidikan bagi masyarakat. Sehingga dengan adanya kebebasan pers, pers dapat dengan leluasa untuk bekerja dan menyalurkan pendapat dari rakyat ke pemerintah maupun pemerintah ke rakyat secaraa bijak dan sebenar-benarnya. Tidak ada tekanan dari pihak manapun, sehingga terjadi keterbukaan dan keseimbangan antara berbagai pihak di negara Indonesia. Namun, disamping adanya dampak postif, terdapat banyak sekali dampak negatif dari pelaksanaan kebebasan pers tersebut. Dengan berkembanganya negara Indonesia dari segala bidang menyebabkan pers juga mengalami perkembangan baik kearah positif maupun negative. Salah satu yang mengkhawatirkan adalah sekarang adanya fenomena pers sebagai Lembaga Ekonomi atau bisa dikatakan pers sebagai alat untuk menghasilkan uang, Dahulu yang mempunyai wewenang dan mengontrol media adalah orang yang berkuasa. Yang mempunya akses dan wewenang dalam lembaga pers. Sekarang lebih parah lagi yang menjadi penguasa dan kontrol dan lembaga pers bukan hanya orang-orang yang berkuasa, tetapi juga orang-oang kaya yang bisa bebas membeli dan membuat lembaga pers. Sehingga pers dapat digunakan sebagai alat politik bagi oknum tertentu untuk mencapai tujuan pribadinya tertentu, disini dapat dilihat bahwa pers bukan alat kontrol yang dapat dipertanggung jawabkan lagi. Bahkan sekarang ada beberapa pejabat atau orang kaya yang diduga melakukan beberapa kesalaham, dapat memperalat media massa untuk tidak memberitakan dengan imbalan tertentu. Hal ini tentu sangat memperhatikan dari berbagai pihak yang ada. Kebebasan pers yang seharusnya digunakan untuk mengungkap fakta yang harus disampaikan secara sebenar-

benarnya tapi malah disalahgunakan oleh berbagai pihak. Sehingga terkesan orang-orang yang kaya dan berpengaruh pada medialah yang mengontrol berita apa yang berhak tayang. Hal ini dapat kita lihat secara jelas pada beberapa stasiun televisi yang saling sindir atau saling memberitakan sesuai dengan kepentingan pribadi pemilik atau penguasa media.

KESIMPULAN
Dengan meninjau Undang-Undang Tentang Pers, dalam disimpulkan Indonesia memiliki sistem pers yang bebas dan bertanggung jawab mengacu pada teori pers tanggung jawab sosial. Artinya, disamping kebebasan-kebebasan yang dimilik oleh pers juga mempunyai aturan yang harus dipenuhi. Serta memenuhi tanggungjawab-tanggungjawab untuk menyampaikan informasi dan berita yang tidak seenaknya. Kebebasan pers di Indonesia dalam pelaksanaannya mempunyai dampak positif serta negatif. Dampak positifnya berupa keleluasaan pers dalam menjalankan pekerjaanya untuk menyampaikan fakta yang sebenar-benarnya. Sedangkan dampak negatifnya berupa adanya campur tangan pihak yang berkuasa dibelakang media, membuat kebebasan pers tidaklagi bisa dipertanggung jawabkan. Untuk itu konsumen dan penikmat berita sendirilah yang harus memilah mana berita yang baik dan mana berita yang tidak layak untuk ditonton.

DAFTAR PUSTAKA
Eisy, M Ridlo. (2007). Peranan Media dalam Masyarakat. Jakarta : Dewan Pers Nurudin. (2007). Sistem komunikasi indonesia. Jakarta. Rajawali Grafindo Persada Republik Indonesia. 1999 Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers. Lembaran Negara RI tahun 1999, No. 3887. Sekreariat Negara. Jakarta

You might also like