You are on page 1of 7

I.

PROGNOSIS Akibat dari obstruksi aliran urin terhadap fungsi ginjal dipengaruhi oleh jenis obstruksinya, unirateral atau bilateral, akut atau kronis, partial atau total, dan intermiten atau konstan. Derajat perbaikan struktur dan fungsi setelah obstruksi berasil teratasi akan bervariasi tergantung derajat kerusakan, luasnya daerah yang bebas dari infeksi, dan kemampuan stimulasi fungsional ( renal counterbalance ). Perbaikan struktur akan baik jika pada ginjal yang masih normal hanya terjadi kerusakan yang berlangsung lambat. Jika gimjal yang normal telah mengalami hipertrofi compensata, perbaikan struktur organ yang mengalami obstruksi dan hidronefrosis akan kurang efisien (Sjamsuhidajat R : 2005)

Pembedahan pada hidronefrosis akut biasanya berhasil dan jika infeksi dapat dikendalikan dan ginjal dapat berfungsi dengan baik (Tanagho : 2004)

II.

TANDA DAN GEJALA Gejala Klinik . PENJALARAN RASA SAKIT * Benda asing (batu) di ureter proksimal : Kostovetebra pinggan epigastrium Sepanjang ureter Melalui syaraf genito cruralis : rasa sakit sampai di testis / ovarium, uretra. Vesicosensory reflex melalui n. ilio inguinalis hiper estesi di paha bagian medial atas Melalui ganglion coeliacus ke T 10 L 1 ke medulla oblongata nausea, vomitus, diare, mules, nyeri epigastrium (DD gastritis)

Interspinal over flow penjalaran renorenal sakit di ginjal kontra lateral. Penjalaran ke dada, bahu, lutut

* Benda asing (batu) di ureter 1/3 tengah: Rasa sakit di Mc. Burney (DD / Appendicitis). Seperti diverticulitis / penyakit-penyakit kolon ascendens, descendens dan sigmoid. Sakit disudut kostovertebra. * Benda asing (batu) di 1/3 distal: Rasa sakit di : - Inguinal - Supra pubic Gejala-gejala sistitis Sakit di skrotum Sakit di sudut kostovertebra

Batu Buli Gejala : iritasi Nyeri suprapubik Hesitansi Disuria Frekuensi intermitensi Perasaan tidak enak saat kencing Kencing tiba-tiba berhenti dan lancar kembali setelah perubahan posisi Refered pain di ujung penis, skrotum, perineum, pinggang sampai kaki Anak : enuresis nokturna, sering menarik penis (laki-laki), menggosok vulva (perempuan) (Sukandar E : 2004)

III.

PENEGAKAN DIAGNOSA Pemeriksaan Fisik Inspeksi genitalis eksterna; untuk pria, penis diinspeksi untuk melihat adalah stenosis meatus atau fimosis. Pada wanita, dilakukan inspeksi dan vaginal toucher dan rectatoucher yang diperkirakan berhubungan dengan onstruksi traktus urinarius. Dengan palpasi dan perkusi abdomen dapat dinilai ada tidaknya distenasi ginjal atau buli. Pemeriksaan rectal dilakukan dengan hati-hati, dapat untuk

mengetahui pembesaran atau nodul prostat, tonus sfinger yang abnormal, massa pelvis atau massa rektal. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan darah untuk mengetahui adalah anemia, polisitemia, azotemia, hiperkalemi, dan kadar elektrolit darah lainnya seperti natrium, magnesium, dan fosfat. Urinalisis dan pemeriksaan sedimen urin mungkin menunjukkan hematuri, piuri, atau bakteriuri. Pemeriksaan Radiologi Dilatasi traktus urinarius merupakan gambaran jelas dari uropati obstruktivus yang digunakan sebagai diagnosis dengan berbagai teknik pencitraan. Diagnosis yang baik menunjukkan hubungan anatomi dengan fungsi sebagai substansi dari bermacam-macam teknik pencitraan yang berbeda yang menunjukkan secara detail anatomi dan sisi lain informasi mengenai fungsi. Ultrasonografi (USG) abdomen menilai ukuran ginjal, buli, kontur pelvicocalices system, ureter serta masa pelvis. Adanya pelvicalicestasis yang ditunjukkan pada USG, mengarah kecurigaan obstruksi. Jika tidak ditemukan distensi dari organ tersebut maka kemungkinan obstruksi fungsional traktus urinarius dapat disingkirkan.

Urografi Intra Vena (UIV) juga dapat memberikan informasi yang baik tentang anatomi dan fungsi. Dilatasi pada pelvicocalices system dan ureter menunjukkan adanya hidronefrosis dan hidroureter. Sistouretrografi dilakukan untuk menentukan ada tidaknya refluks vesikoureter, obstruksi leher buli dan uretra. Jika dengan pemeriksaan ini tidak didapatkan hasil yang cukup untuk menegakkan diagnosis, dilakukan pemeriksaan endoskopi untuk melihat lesi yang melibatkan uretra, prostat, buli dan orifisium ureter. Jika dicurigai ada kelainan pada ureter atau pelvis renalis, dilakukan pemeriksaan pielografi retrograd atau pielografi antergrad. Computerized Tomography (CT) dengan kontras menunjukkan anatomi yang sangat baik dan sering dapat mengetahui penyebab obstruksi, namun memberi informasi tentang fungsional yang agak terbatas. Teknik radionuklid jika dibandingkan dengan USG, UIV dan CT memberi informasi fungsional yang lebih baik, namun kurang baik untuk melihat anatomi.

Magnetic Resonance Imaging (MRI) masih belum dapat memberi gambaran anatomi traktus urinarius, namun sejauh ini dapat digunakan untuk mendiagnosis uropati obstruktivus (Sukandar E : 2004)

IV. Komplikasi

Pielonephritis Pyelonefritis Gagal ginjal (Sukandar E : 2004)

Patogenesis
Jaringan parut uretra, batu ginjal, neoplasma, hipertrofi prostat, kelainan konginetal tractus uranius, kehamilan.

Obstruksi tractus urinarius parsial/intermiten

Akumulasi urin

Dilatasi ureter

Refluks urin ke ginjal

Hidronefrosis

Disfungsi renal Aktivasi RAA+ ADH Gagal ginjal Peningkatan resorbsi H20 + NO Hb Hemodialisa Peningkatan volume cairan intravaskuler oliguri Suplai Nutrisi Hipertensi Pungsi vena arteri Hemodilusi Pemberian heparin Resti Perdarahan Resti injuri Ultrafiltrasi Lemah Gangguan perfusi jaringan Intoleransi aktivitas Suplai O2 Oksihemoglobin Eritopeutin

Oedema

Gangguan keseimbangan volume cairan

Trauma jaringan Nyeri

Resti infeksi

anemia

Resti gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

(Basmajian : 2005) Dapus

Sjamsuhidajat R., Wim de Jong (eds). Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: EGC, 2005; 995-7. Sukandar E. Nefrologi klinik. Edisi 2. Bandung: Penerbit ITB, 2004; 53-71 Basmajian J.V., Slonecker C.E. Grant metode anatomi. Harjasudarma M. (editor). Edisi 11. Jakarta: Binarupa Aksara, 2005; 57-9. Tanagho EA, McAninch JW. 2004. Smiths General Urology. Edisi ke-16. New York : Lange Medical Book.

You might also like