You are on page 1of 14

TUGAS SISTEM PAKAR DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

DECISION SUPPORT SYSTEM ALTERNATIF PERBAIKAN SITU RAWA BESAR (Studi Kasus: Situ Rawa Besar, Kota Depok)

DISUSUN OLEH:

Nama NPM Trimester

: Inti Lestari : 93212016 : XII (Dua Belas)

Mata Kuliah : Sistem Pakar dan Pengambilan Keputusan Dosen : Dr. Heri Suprapto, MT.

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS GUNADARMA 2013

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG Situ adalah kawasan resapan air yang perlu mendapat perlindungan karena berfungsi

sebagai penampungan massa air terutama pada saat curah hujan tinggi sehingga situ juga berperan sebagai pengendali banjir. Dari situ pula dapat dijadikan sebagai sumber penghidupan dan kehidupan. Baik bagi warga sekitar maupun biota air yang ada diwilayah situ. Permasalahan yang dihadapi situ-situ di wilayah Jabodetabek adalah semakin cenderung terjadinya penurunan kuantitas dan kualitas, sehingga tidak dapat dimanfaatkan secara optimal, penyusutan luas situ karena alih fungsi, sedimentasi, kurang pemeliharaan juga keursakan prasarana situ. Faktor lain karena penyalahgunaan wewenang izin pemanfaatan dan hak atas tanah situ, kurang partisispasi masyarakat serta keterbatasan kemampuan pengelolaan situ oleh pemerintah. Seperti yang terjadi pada Situ Rawa Besar, Kampung Lio, Pancoran Mas, (Dinas Pengelolaan Air, 2011) Permasalahan meluapnya situ Rawa Besar yang menyebabkan banjir diwilayah Kampung Lio dan Depok Jaya, selain itu genangan juga mencapai Jalan Raya hingga putaran Fly over jalan Arif Rahman Hakim sehingga menyebabkan kemacetan sepanjang 1 Km. Tentunya hal ini sangat tidak sesuai dengan fungsi situ yang berperan sebagai pengendali banjir dan Tata Air. Departemen PU Balai air Depok telah mengupayakan berbagai cara untuk memperbaiki dan mengembalikan Situ Rawa Besar sebagai fungsi tata air kota Depok, namun beberapa faktor menghambat proses perbaikan tersebut sehingga alternatif perbaikan terhambat. Dari berbagai alternatif yang ada perlu diketahui mana alternatif yang akan dipilih untuk diprioritaskan dalam perbaikan Situ Rawa Besar dengan meninjau faktor yang mempengaruhi alternatif tersebut. Melalui laporan ini akan diuraikan mengenai Decision Support System Perbaikan Situ Rawa Besar dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP).

1.2

TUJUAN Penulisan tentang pemilihan alternatif perbaikan Situ Rawa Besar ini ditujukan untuk : 1. Menentukan Alternatif perbaikan Situ Rawa Besar dengan bantuan Decision Support System menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP)

1.3

RUMUSAN MASALAH Permasalahan utama dalam analisis Decision Support System bagi perbaikan Situ Rawa

Besar adalah: 1. Alternatif apa yang paling tepat untuk didahulukan (diprioritaskan) untuk mempercepat proses perbaikan dna revitalisasi Situ Rawa Besar. 2. Bagaimana cara menentukan strategi yang tepat bagi perbaikan Situ Rawa Besar dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP).

1.4

BATASAN MASALAH Ruang lingkup penulisan diarahkan pada: 1. Penentuan Alternatif yang paling tepat untuk didahulukan (diprioritaskan) untuk mempercepat proses perbaikan Situ Rawa Besar

1.5 BAB 1

SISTEMATIKA PENULISAN PENDAHULUAN Berisikan tentang latar belakang penulisan, tujuan penulisan, rumusan masalah, batasan masalah, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB 2

TINJAUAN UMUM Berisikan tentang pengertian Decision Support System (DSS), Gambaran Umum dan Struktur AHP .

BAB 3

ANALISIS MASALAH Berisikan tentang gambaran umum Situ Rawa Besar dan Penerapan AHP pada Pemilihan Strategi Perbaikan Situ Rawa Besar

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN Berisikan kesimpulan dan saran dari kajian yang dibahas dalam penulisan ini.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 GAMBARAN UMUM DECISION SUPPORT SYSTEM (DSS) DAN

PENGEMBANGANNYA DSS (Decision Support Systems) adalah sistem informasi manajemen yang secara khusus dibuat untuk mendukung perencana dan stakeholders dalam pengambilan keputusan, yang salah satunya dalam proses perencanaan wilayah dan kota. Data yang digunakan dalam DSS berupa numerik, program menekankan penggunaan mathematical routines.

2.1.1 Stategi Pengembangan DSS Tulis DSS dengan bahasa pemrograman umum seperti Pascal, Delphi, Java, C++ dll. Menggunakan 4GL : financial-oriented language, data-oriented language. Menggunakan DSS Generator : Excell. Menggunakan DSS Generator khusus Mengembangkan DSS dengan metodologi CASE

2.1.2 Proses Pengembangan DSS Perencanaan Penelitian Analisis dan perancangan konsep Perancangan

Konstruksi

Implementasi

Pemeliharaan

Adaptasi

2.1.3 Metode dalam pembuatan DSS (Pendekatan dalam Proses Pengembangan DSS) 1. System development Life Cycle (SDLC) Merupakan adalah tahapan-tahapan pekerjaan yang dilakukan oleh analis sistem dan programmer dalam membangun sistem informasi.

2. Prototyping Suatu metode dalam pengembangan sistem yang menggunakan pendekatan untuk membuat sesuatu program dengan cepat dan bertahap sehingga segera dapat dievaluasi oleh pemakai. Prototipe dapat dibuat dengan menggunakan perangkat-perangkat, misalnya Visual BASIC dan PowerBuilder, ataupun DBMS (Database Management System) seperti Microsoft Access, sehingga pembuatan program dapat dilakukan dengan cepat.

2.1.4 DSS Development Pengambilan keputusan dengan menggunakan bantuan software jika menemukan proses DSS yang memiliki proses yang rumit dengan menggunakan tenaga profesional yang berpengalaman untuk menjalankannya, akan mampu mempermudah menentukan keputusan. Alasan utama adanya fleksibilitas dalam DSS: 1. DSS harus berevolusi atau berkembang untuk mencapai desain operasional, sebab tak seorangpun yang bisa memperkirakan atau mengantisipasi apa yang dibutuhkan secara lengkap. 2. Sistem jarang mencapai hasil final; ia harus sering diubah untuk mengantisipasi perubahan dalam hal : masalah, user dan lingkungan. Faktor-faktor ini memang sering berubah-ubah. Perubahan yang terjadi haruslah mudah untuk dilakukan, (sumber: http://jejenjaelani.wordpress.com/2012/12/20/development-of-dss/).

2.1.5 Kriteria pemilihan Software pembantu DSS Pada pemilihan software dasar, hal yang patut dipertimbangkan ialah: Fungsi dan fasilitas manajemen data, fungsi dan fasilitas manajemen model, kemampuan antarmuka pengguna, derajat dan kompatibilitas konektivitas, tersedianya perangkat pendukung, biaya, kualitas dan tersedianya vendor pendukung, (Sumber:

http://web.njit.edu/~song/courses/is465/decision_11.ppt)

2.2 1. 2. 3. 4. 5. 6.

KOMPONEN DSS Alternatif Keputusan Kriteria Keputusan Bobot Kriteria Model Penilaian Model Penghitungan Tipe Pengambil Keputusan

2.3

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah suatu kerangka-kerja pengambilan keputusan

terstruktur dan sistematis yang melibatkan banyak kriteria. Pengguna AHP mula-mula menetapkan tujuan yang ingin dicapai, kemudian melakukan penguraian (dekomposisi) atas faktor-faktor permasalahan ke dalam sebuah hirarki, sehingga menjadi lebih mudah untuk penjabaran lebih lanjut fakorfaktor yang menjadi sub-sub permasalahan, sedemikian yang mana masing-masing permasalahan dan subpermasalahan tersebut dapat dievaluasi atau dianalisis secara independen. Elemen dari diagram hirarki dapat mencakup segala aspek dari permasalahan pengambilan keputusan: tangible atau intangible, diukur secara tepat maupun sekedar estimasi kasar, dimengerti secara baik maupun tidak, dan aspek lain yang terkait dalam proses pengambilan keputusan tersebut.

BAB 3 DECISION SUPPORT SYSTEM PERBAIKAN SITU RAWA BESAR (Studi Kasus: Situ Rawa Besar, Kota Depok)

3.1

SITU RAWA BESAR Situ Rawa Besar atau Situ Lio terletak di Kampung Lio, kecamatan Beji, Depok 1.

Terletak tepat disamping SMA Sejahtera 1 Depok.

Gambar 3.1 Peta Situ Rawa Besar ( Sumber : http://konservasisitudepok.wordpress.com/situ-rawa-besar/berita)

Gambar 3.2 Situ Rawa Besar dan Areal Pintu Masuk (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2012) 6

Situ Rawa Besar mencakup areal seluas 13,5 Ha yang memiliki kedalaman 4 meter, dengan volume tampung Situ 540.000 m3. Awalnya Situ mempunyai luas sekitar 25 Ha. Adanya pemukiman squatter menyebabkan kawasan ini mengalami penyempitan hingga13,5 Ha. Pada bagian barat saja permukiman penduduk telah menempati luas kawasan tidak kurang dari 2,5 ha. Sebaran Inlet Situ Rawa Besar berasal dari kawasan perumahanperumahan wilayah Pancoran Mas. Selain itu sebagai Situ yang terbentuk secara alami terdapat 5 titik sumber mata air yang seluruhnya terletak dibagian selatan Situ. Sementara letak Outlet hanya 1 buah dibagian utara. Situ Rawa Besar yang berdampingan dengan Kampung Lio merupakan pemukiman padat penduduk. Keberadaan Situ saat ini sudah tidak teratur dan terkesan kumuh, karena banyak pendatang yang memanfaatkan lahan kosong untuk permukiman. Pemukiman di kawasan tengah jauh lebih tertata dan memang berfungsi sebagai tempat tinggal. Selain untuk hunian, penggunaan lahan pemukiman di wilayah Depok I yang merupakan bagian tengah juga banyak berubah fungsi menjadi kawasan industri dan kawasan perdagangan maupun perkantoran. Permasalahan pada situ Rawa Besar ini adalah program pelaksanaan peremajaan kawasan permukiman yang dipadukan dengan revitalisasi Situ Rawa Besar menjadi kawasan wisata kota Depok hingga saat ini masih belum bisa berjalan, sementara bila memang revitalisasi dilakukan akan timbul masalah mengenai bagaimana pengelolaan situ yang akan menjadi kawasan wisata tersebut. kondisi situ yang semakin buruk dengan semakin mengecilnya area situ untuk permukiman, kondisi kumuh dan banjir disekitar situ harus dapat segera diatasi. Dengan pengelolaan yang tepat maka diharapkan situ terhindar dari bahaya kepunahan dan berfungsi sebagaimana mestinya sebagai bagian dari sistem tata air kota Depok. Untuk itu diperlukan analisis AHP untuk menentukan alternatif yang dapat diprioritaskan untuk revitalisasi Situ Rawa Besar.

3.2

PEMILIHAN ALTERNATIF PERBAIKAN SITU RAWA BESAR Untuk menentukan prioritas pelaksanaan perbaikan, dilakukan Analisis dengan AHP.

Pertama harus ditentukan Tujuan (Goal) kemudian menentukan Kriteria dan terakhir menentukan Alternatif yang ada.

3.2.1 Identifikasi Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Alternatif Perbaikan Situ Rawa Besar 1. Konversi lahan Konversi Lahan atau alih fungsi status keberadaan ini cenderung disebabkan semakin pesatnya luju pertumbuhan penduduk, yang dimbangi oleh kebutuhan ruang dan lahan untuk kepentingan pemukiman, hingga kawasan situ Rawa Besar menjadi sasaran utamanya. 2. Okupasi Okupasi (squatter) masyarakat terhadap situ Rawa Besar tercatat 210 KK atau 816 jiwa, yang memberikan kecenderungan semakin terancamnya keberadaan dan pelestariannya. 3. Pendangkalan Endapan lumpur merupakan salah satu faktor penyebab utama terdegrasinya kawasan situ akibat ulah masyarakat sekitarnya. Dengan dijumpainya limbah domestik (rumah tangga), dan perkayaan unsur hara mineral, hingga sering menyebabkan luapan air pada waktu musim hujan, serta timbulnya cemaran bau yang kurang sedap. Umumnya Endapan lumpur ini terjadi akibat masyarakat membuat keramba-keramba ikan. Walaupun pemerintah setempat sudah melakukan proses pengerukan, pendangkalan yang terjadi di Situ Rawa Besar cepat sekali terjadi akibat pembuangan limbah rumah tangga ke area situ. 4. Pencemaran Limbah Pencemaran Limbah yang terbawa oleh aliran air dan terakumulasi cenderung berpengaruh terhadap kelestarian situ. Sebagai akibat yang ditimbulkannya, dapat berpengaruh terhadap biota perairan. Proses eutrofikasi yang terjadi, menyebabkan melimpahnya eceng gondok (Eichornia crassipes); selain mempercepat pendang kalan, juga penyusutan jumlah air situ karena tingginya penguapan, (Waryono, 2009)

3.2.1.1 Goal 1. Pemilihan Alternatif Perbaikan Situ Rawa Besar

3.2.1.2 Kriteria Kriteria dituliskan berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi prioritas perbaikan Situ Rawa Besar. Kriteria tersebut adalah: 1. Konversi Lahan 2. Pencemaran 3. Okupasi 4. Pendangkalan

3.2.1.4 Alternatif 1. Pembuatan Saluran Gendong Saluran Gendong selain untuk mengatasi pencemaran dengan menampung limbah sekitar dengan mengendapkannya sebelum memasuki rawa, juga dapat mengurangi luapan air. Selain itu dengan pemecahan masalah pencemaran diharapkan pemerintah dapat segera memulai revitalisasi kawasan Situ rawa Besar ini.

Gambar 4.1 Pola Saluran Gendong

2. Pembuatan Saluran Outlet Baru Saluran berpenampang trapesium tanpa pasangan adalah bangunan pembawa yang paling umum dipakai dan ekonomis. Perencanaan saluran harus memberikan penyelesaian biaya pelaksanaan dan pemeliharaan yang paling rendah. Erosi dan sedimentasi di setiap potongan melintang harus minimal dan berimbang sepanjang tahun. Ruas-ruas saluran harus mantap.

3. Penertiban Bantaran Situ dan Relokasi Masyarakat Squatter Penertiban bantaran Situ yang merupakan kawasan lindung yang penting dalam efektifitas kinerja Situ. Terutama bagian outlet Situ rawa besar, perlu perluasan wilayah outlet ataupun dibangun outlet yang baru yang dapat memastikan air dalam situ yang meluap dapat dialirkan ke kawasan yang benar (butuh air). 4. Pengerukan Lumpur peningkatan kedalaman Situ rawa Besar untu meningkatkan jumlah debit air yang dapat ditampung Situ

Struktur Hirarki

Konversi Lahan

Saluran Gendong

Pencemaran

Saluran Outlet Baru

Pemilihan Alternatif Perbaikan Situ Rawa Besar

Okupasi

Penertiban dan Relokasi

Pendangkalan

Pengerukan Lumpur

10

Pembobotan : Kriteria x Kriteria Konversi Lahan 1/1 3/1 1/2 3/1 Pencemaran 1/3 1/1 1/5 3/1 Okupasi 2/1 5/1 1/1 5/1 Pendangkalan 1/3 1/3 1/5 1/1

Konversi Lahan Pencemaran Okupasi Pendangkalan

Alternatif x Kriteria Konversi Lahan Sal. Gendong Sal. Outlet Baru Sal. Gendong 1/1 1/5 Sal. Outlet Baru 5/1 1/1 Penertiban dan Relokasi 5/1 5/1 Pengerukan Lumpur 1/2 1/3

Penertiban dan Relokasi 1/5 1/5 1/1 1/2

Pengerukan 2/1 3/1 2/1 1/1

Alternatif x Kriteria Pencemaran Sal. Gendong Sal. Outlet Baru Sal. Gendong 1/1 5/1 Sal. Outlet Baru 1/5 1/1 Penertiban dan Relokasi 1/3 2/1 Pengerukan Lumpur 1/5 1/3

Penertiban dan Relokasi 3/1 1/2 1/1 1/4

Pengerukan 5/1 3/1 4/1 1/1

Sal. Gendong Sal. Outlet Baru Penertiban dan Relokasi Pengerukan Lumpur

Alternatif x Kriteria Okupasi Sal. Gendong Sal. Outlet Baru 1/1 1/2 2/1 1/1 5/1 3/1 3/1 2/1

Penertiban dan Relokasi 1/5 1/3 1/1 4/1

Pengerukan 1/3 1/2 1/4 1/1

Alternatif x Kriteria Pendangkalan Sal. Gendong Sal. Outlet Baru Sal. Gendong 1/1 3/1 Sal. Outlet Baru 1/3 1/1 Penertiban dan Relokasi 1/2 3/1 Pengerukan Lumpur 5/1 3/1

Penertiban dan Relokasi 2/1 1/3 1/1 3/1

Pengerukan 1/5 1/3 1/3 1/1

Proses Penilaian dengan Menggunakan Criterium Decision Plus 3.0

11

BAB 4 KESIMPULAN
4.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisis diatas dapat diambil kesimpulan bahwa alternatif yang paling baik untuk diprioritaskan dalam perbaikan Situ Rawa Besar ialah: 1.

4.2

SARAN Berdasarkan penulisan diatas maka saran yang dapat penulis sampaikan ialah: 1.

12

DAFTAR PUSTAKA
Dinas Pengelolaan Air. 2011. Identifikasi Situ di Jawa Barat. Depok : Pemprov Jawa Barat, Dinas Pengelolaan Sumber daya Air. Kompas. 2003. Peremajaan Situ Rawa Besar Menanti Dukungan Warga. Diunduh dari : www.Konservasisitu-situdepok.wordpress.com Departemen PU Direktorat Jendral Cipta Karya. 2007. Bantek Perencanaan Pekerjaan Kawasan (Urban Renewal) Kota Depok (Peremajaan Kawasan Situ Rawa Besar). Bandung : Departemen PU Direktorat Jendral Cipta Karya. Lenny. 2008. DKI akan Terapkan Saluran Gendong. Diunduh dari : http://www.beritajakarta.com/V_Ind/berita_print. http://www.konservasisitudepok.wordpress.com/itu-rawa-besar/berita Mukadi. H. 2012, Ketua Kelompok Kerja Masyarakat Situ Rawa Besar (Wawancara Penulis). Nancy, Postel Erliana. 2007. Skripsi: Kajian Pengelolaan Kawasan Wisata Kabupaten Bogor, Jawa Barat. IPB, Bogor.

13

You might also like