You are on page 1of 2

Tata cara pengolahan air hujan penelitian membuktikan air hujan tidak dapat langsung dimanfaatkan sebagai air

konsumsi baik untuk minum maupun memasak makanan. Sebab, air dari awan kandungan mineralnya rendah, kesadahannya juga rendah, asam (pH) rendah, namun unsur organik dan zat besinya tinggi yang bisa menyebabkan gangguan kesehatan, seperti rapuhnya gigi. Masalah kelayakan air hujan untuk dijadikan air konsumsi sudah menjadi perhatian para peneliti di Indonesia, seperti yang dilakukan Ir Sri Darwati, MSc dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman Departemen Pekerjaan Umum. Untuk memanfaatkan air hujan menjadi layak konsumsi sangat banyak faedahnya. Selain memenuhi kebutuhan utama masyarakat yang sering mengalami krisis air, juga mengatasi tingginya penggunaan air tanah yang bisa menyebabkan ketidakseimbangan di dalam tanah. Yang tidak kalah penting, memanfaatkan air hujan bisa menjaga lingkungan dari banjir dan erosi. Sri, dalam karya tulisnya bertajuk Teknologi Pengelolaan Air Bersih memaparkan, adalah hal yang sangat mudah untuk membuat air hujan menjadi air layak konsumsi. Yang perlu dilakukan hanyalah menampung air tersebut, kemudian menambahkan beberapa bahan untuk menetralkan kandungan air hujan. Agar bisa dijadikan air minum, air hujan perlu ditambahkan mineral dengan memberikan kapur secukupnya. Namun, sebelum memanfaatkan air hujan, perlu adanya beberapa langkah dilakukan yakni : 1. membuat bak penyaring dan bak penampung. Bak penyaring letaknya di atas bak penampung. Bisa dibuat dari fiber glass, drum, atau gentong tanah. Di bak penyaring ini berikan pasir dan kerikil. 2. Sebelum air hujan jatuh ke bak penyaring yang biasanya berasal dari cucuran talang atap rumah, sebaiknya talang diberikan saringan awal agar daun atau kotoran lain tidak masuk ke dalam bak penampungan. 3. Jika tidak bisa membuat saringan pada talang, sebaiknya air hujan ditampung setelah 10 menit hujan berlangsung. Tujuannya agar kotoran di talang dapat dibersihkan lebih dahulu oleh air hujan yang baru turun. 4. Untuk penampungan, bisa dibuat bak penampungan yang terbuat dari ferrosement, pasangan bata, fiber glass, beton bertulang, drum, ember besar, atau alat penampung lain. Agar air hujan bisa memenuhi kebutuhan keluarga untuk waktu yang lumayan lama, disarankan bak dibuat besar yang bisa menampung 2 - 10 meter kubik. 5. Sebelum air dialirkan ke bak penampung, kurang lebih selama lima menit pertama air hujan harus dibuang untuk menghindari kotoran ke dalam bak penampung. Ketika tidak hujan kran pemasukan dan pengeluaran air harus dalam kondisi tertutup untuk menghindari masuknya kotoran organik atau binatang seperti nyamuk. 6. Debit air yang masuk harus disesuaikan dengan kapasitas bak penampung agar tidak terjadi limpahan air. Bila bak penampung sudah penuh, aliran air masuk harus segera dihentikan supaya tidak terjadi pembuangan air bersih yang bisa memperpendek umur bak penampung. 7. Bak penyaring sebaiknya dibersihkan minimum setiap satu kali sebulan atau sesuai kebutuhan. Bak penampung tidak boleh dibiarkan dalam kondisi kosong tanpa air sedikit pun untuk menjaga terjadinya keretakan dan

kerusakan karena cuaca. Dua bulan sekali bak penampung harus dikuras dan dibersihkan. 8. Untuk mengonsumsi air hujan sebagai air minum, para peneliti dari Institut Teknologi Surabaya (ITS) menyarankan agar air tersebut direbus terlebih dahulu. Sebelum direbus perlu ditambahkan garam dapur sebanyak 36,3 mg dan kapur sirih 25 mg per liter. 9. Untuk mengurangi kadar besi (Fe), jika menggunakan drum sebagai media penampung, drum dicat terlebih dahulu. (nix) semoga artikel materi tentang Tata cara pengolahan air hujan bermanfaat bagai para pengunjung blog yang membacanya.

You might also like