You are on page 1of 21

A.

JUDUL : WEEKEND BIOZONEJ : Desain Formulasi Penciptaan Fungsi Kampus Universitas Jember Sebagai Kawasan Wisata Mingguan Bioedu Berbasis Pendekatan Proses Sains Kurikulum 2013 pada Lembaga Sekolah Sekitar Kampus. B. LATAR BELAKANG MASALAH Biologi merupakan ilmu alam yang banyak mempelajari tentang pola tingkah laku mahluk hidup beserta kondisi lingkungannya. Biologi termasuk kedalam ilmu pengetahuan sains dan memiliki hubungan kekerabatan yang saling berkesinambungan dengan ilmu sains lain seperti, ilmu Fisika dan ilmu Kimia. Ilmu Biologi menjadi sangat sering dibahas pada jenjang prasekolah, sekolah taman kanak-kanak, sekolah dasar sampai sekolah menengah dan jenjang perguruan tinggi, karena ilmu ini berkaitan dengan kehidupan manusia sehari-hari. Disadari secara langsung atau tidak langsung, semua manusia dalam kehidupannya tidak sekalipun terlepas dari aspek Biologi. Dengan demikian ilmu Biologi mempunyai porsi besar dalam setiap aktifitas manusia, hal inilah yang menyebabkan pentingnya belajar Biologi. Pada kasus yang lain, beberapa bulan terakhir justru pemerintah tengah gencar mengutip prinsip kerja pendekatan sains dan telah berhasil mengadopsi prinsip kerja pendekatan sains pada penerapan kurikulum 2013. Produk kurikulum 2013 pada garis besar merupakan bentuk penyempurnaan dari kurikulum 2006 atau kurikulum KTSP yang mengacu pada pendekatan proses sains. Pendekatan proses sains yang digunakan diberlakukan secara universal pada semua disiplin ilmu, sehingga pada beberapa jenis ilmu yang bergerak dibidang sosial dan kemasyarakatan sangat diharapkan untuk ikut menerapkan pendekatan

ketrampilan sains pada penerapan kurikulum 2013 mendatang. Pendekatan ketrampilan proses sains yang disorot dalam kurikulum 2013 meliputi penekanan pada aplikasi materi pembelajaran yang telah disampaikan untuk mampu dipraktekkan secara langsung oleh siswa, sehingga pembelajaran tidak hanya sekedar menerangkan,diskusi,tanya jawab dan penugasan, namun pembelajaran yang dikehendaki pada kurikulum 2013 adalah pembelajaran yang dapat mendorong siswa agar mampu melakukan langsung di kehidupan seharihari. Tuntutan agar siswa mampu melakukan dan mampu mempraktekkan hasil

pembelajaran adalah salah satu indikator penerapan pendekatan ketrampilan proses sains. Untuk menyempurnakan penerapan kurikulum 2013, maka perlu upaya pembiasaan bagi siswa maupun guru dalam hal belajar menganalisis beberapa objek sains. Sehingga diharapkan siswa dan guru mampu mencapai level memahami dalam hal prinsip kerja sains. Dengan demikian, untuk membantu terpenuhinya pemahaman ini maka perlu adanya pihak yang terkait untuk membantu menyiapkan sarana sebagai bahan pemahaman prinsip kerja sains. Universitas Jember merupakan lembaga akademisi yang mempunyai peran besar dalam membantu menunjang mutu pelaksanaan kurikulum di kawasan Jember. Dalam membantu penyedian sarana penunjang mutu pemahaman pendekatan proses sains, Universitas Jember memiliki beberapa keunggulan yaitu Universitas Jember memiliki tingkat biodeversitas yang cukup beragam sehingga mencukupi sebagai sumber pembelajaran flora, kawasan area yang luas dan memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai bahan pembelajaran biokompos. Pada penelitian ini, penulis membuat sebuah desain formulasi

pengembangan kampus Universitas Jember sebagai area wisata pembelajaran sains mingguan bagi segenap guru dan siswa dikawasan Universitas Jember. Dengan demikian, maka fungsi kampus akan berkembang tidak hanya dimanfaatkan sebagai tempat keberlangsungan kegiatan belajar dan pembelajaran mahasiswa. Kawasan wisata pembelajaran biologi akan didesain dengan cara menggabungkan beberapa formulasi pengembangan prinsip kerja sains dan didukung dengan desain tataletak yang menarik dijadikan sebagai kawasan wisata sekaligus pembelajaran. C. PERUMUSAN MASALAH Kurikulum yang berlaku pada lingkungan pendidikan adalah kurikulum 2013. Pada kurikulum 2013 seorang guru dari berbagai disiplin ilmu dan siswa dituntut untuk menciptakan proses belajar mengajar yang berorientasi pada prinsip pendekatan proses sains, sehingga guru dan siswa memerlukan kegiatan pembiasaan dalam hal penerapan metode sains dalam pemecahan masalah yang diajarkan disekolah

Area Kampus Universitas Jember yang luas dan memiliki biodeversitas flora yang cukup beragam selama ini belum termanfaatkan, padahal Universitas Jember memiliki area yang sangat potensial untuk dijadikan sumber pembelajaran sains, sehingga perlu desain formulasi untuk menciptakan pengembangan fungsi terebut agar berjalan optimal sesuai tujuan yang diharapkan. D. TUJUAN Penelitian ini bertujuan untuk menciptakan desain formulasi

pengembangan area Kampus Universitas Jember sebagai lokasi yang strategis untuk wisata pembelajaran sains untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan Kurikulum 2013 yang diterapkan di sekolah sekitar Kampus. Dengan demikian, maka Universitas Jember dianggap telah poduktif dalam mengembangkan area Kampus sebagai sumber pembelajaran. E. LUARAN YANG DIHARAPKAN Terciptanya desain formulasi dan penerapan area kampus Universitas Jember sebagai wisata pembelajaran sains, sehingga keberadaan Kampus Universitas Jember terlihat lebih fungsional dan produktif terutama dalam hal bakti pada lingkungan sekitar. F. KEGUNAAN

lebih baik. Penelitian tentang karakteristik susu bubuk yang difortifikasi isolat protein pupa ulat sutera dapat memberikan informasi untuk produksi susu bubuk tinggi protein asal pupa ulat sutera.

Susu bubuk tinggi protein kini menjadi kebutuhan di kalangan masyarakat. Namun, harga susu tersebut tergolong mahal karena menggunakan sumber fortifikasiyang relatif mahal seperti whey dan casein. Pemanfaatan sumber daya alam dari limbah pemintalan benang sutera berupa pupa ulat sutera (Bombyx mori) sebagai sumber protein belum banyak dilakukan. Pembuatan isolat protein pupa ulat sutera yang diaplikasikan pada pembuatan susu bubuk sudah dilakukan oleh Sarwar dkk (2010) dengan tingkat penerimaan secara umum masih rendah. Penelitian ini dirumuskan berdasark an potensi sumber daya alam dari hasil ikutan pengolahan benang sutera berupa pupa ulat sutera yang layak dikembangkan sebagai sumber protein pangan dengan karakteristik kimia dan fisik yang baik serta tingkat akseptibilitas yang tinggi. D. TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menentukan persentase terbaik penambahan isolat protein pupa ulat sutera (Bombyx mori) sebagai fortifikan dalam susu bubuk tinggi protein berdasarkan karakterisitik fungsional, fisik, kimia, kecernaan protein dan organoleptik. 2. Mendapatkan isolat protein pupa ulat sutera.

E. LUARAN YANG DIHARAPKAN

Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Dihasilkannya isolat protein pupa ulat sutera. 2. Dipublikasikannya hasil penelitian ini di forum regional, nasional atau internasional. F. KEGUNAAN

G. TINJAUAN PUSTAKA 7.1 Susu Bubuk

Susu bubuk adalah susu yang diperoleh dengan cara mengurangi sebagian besar air melalui proses pengeringan susu segar dan atau susu rekombinasi yang telah dipasteurisasi, dengan atau tanpa penambahan vitamin, mineral dan bahan tambahan pangan yang diizinkan. Susu bubuk meliputi susu bubuk berlemak, rendah lemak dan tanpa lemak (BSN, 2006). Pengeringan susu bubuk dapat menggunakan pengering semprot atau pengering drum. Proses pengeringan ini dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia susu bubuk. Susu bubuk yang dikeringkan dengan menggunakan pengeringan drum butirannya berbentuk pipih dengan ketebalan 8-10 mikron. Susu yang dikeringkan dengan menggunakan pengering semprot akan menghasilkan partikel 10-15 mikron, dan kelarutannya dalam air sempurna, hampir sama dengan susu segar (Syarif dan Hariyadi, 1991). Tabel 1. Komposisi Susu Bubuk menurut SNI 01-2970-2006 Sifat Susu Bau dan rasa Bahan kering Kadar lemak Nilai Normal Minimal 95% Berlemak : minimal 26%

Kadar protein Kurang lemak : > 1,5% dan < 26,0% Bebas lemak : < 1,5% Berlemak dan kurang lemak : 23% Bebas lemak : minimal 30

Sumber : BSN, 2006 7.2 Pupa Ulat Sutera (Bombyx mori) Pupa adalah bagian isi dari kokon berbentuk oval, bersegmen-segmen, berwarna coklat keemasan, dan bertekstur lembek serta kenyal. Pupa merupakan hasil sampingan dari kegiatan pembudidayaan ulat sutera untuk diambil benang suteranya (serikultur). Produk ini telah banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang, termasuk sebagai bahan pangan di negara Asia baik secara langsung

maupun tidak langsung. Pupa ulat sutera memiliki kandungan gizi yang baik karena memiliki kandungan air, kitin, protein larut air, karbohidrat, asam amino dan vitamin yang seimbang. Vitamin yang dikandung pupa antara lain vitamin C, vitamin B2, asam nikotinat, asam folat dan vitamin B1. Kandungan protein pupa cukup tinggi, seperti yang diungkapkan oleh Artanti (2009), kadar protein tepung pupa adalah78,58% dengan tingkat kecernaan protein pupa sebesar 91,90%. Protein pupa ulat sutera tersusun atas fraksi-fraksi seperti 4 albumin (27,24%), glutelin (23,72%), prolamin (11,82%) dan

globulin (4,21%) (Wang et al., 2010).Pupa memiliki kandungan asam amino esensial seperti lisin, isoleusin, leusin, valin, metionin, treonin dan kandungan asam amino nonesensial seperti glisin, serin dan alanin. Kandungan asam glutamat pupa cukup tinggi yaitu 1,37%. Pupa mengandung mineral esensial Na, K, Ca dan P (Singhalet al., 2001). 7.3 Protein Protein merupakan gabungan dari asam amino yang berikatan satu sama lain dengan berbagai variasi membentuk suatu rantai panjang yang disebut polipeptida (Gaman dan Sherington, 1992). Protein adalah komposisi kunci pada banyak produk pangan yang berkontribusi pada nilai nutrisi, cita rasa dan sifat fungsional penting lainnya(Giese, 1994).Winarno (1997) mengklasifikasikan protein menjadi dua kelompok berdasarkan bahan penyusunannya, yaitu : 1. Protein sederhana, protein yang hanya tersusun dari asam amino. 2. Protein koyugasi (kompleks), protein yang mengandung komponen lain selain asam amino yang dapat disambungkan ke dalam struktur protein melalui ikatan kovalen, seperti glikoprotein, kromoprotein, lipoprotein dan nukleoprotein. Protein dapat dipisahkan berdasarkan sifat kelarutannya. Golongan protein berdasarkan sifat kelarutannya menurut Demam (1997) di antaranya adalah: 1. Albumin, larut dalam air netral yang tidak mengandung garam, terkoagulasi oleh panas. 2. Globulin, larut dalam larutan garam netral dan sedikit larut dalam air seperti glisin pada kedelai, terkoagulasi oleh panas. 3. Glutelin, larut dalam asam/basa yang sangat encer dan tidak larut dalam pelarut netral. 4. Prolamin, larut dalam alkohol 50-90% dan tidak larut dalam air. 7.4 Isolasi Protein Isolasi protein dilakukan untuk memisahkan komponen protein suatu bahan dari komponen lainnya.Isolasi protein pada prinsipnya terdiri atas tahap-tahap seperti ekstraksi protein dalam medium pengestrak, penghilangan bahan tidak larut dengan sentrifuse, filtrasi atau kombinasinya, pengendapan, pencucian dan pengeringan isolat. Hasil dari proses isolasi protein berupa konsentrat protein atau

isolat protein. Konsentrat protein mengandung protein 65-70% sedangkan isolat protein mengandung protein 90-95%dan diproses setahap lebih tinggi dibanding konsentrat protein. Konsentrat protein masih mengandung bahan lain selain protein dan dapat dilakukan dengan pemurnian seperti dialisa dan delipidasi untuk mendapatkan protein yang lebih murni (Natarajan, 1980). Ekstraksi protein dapat dilakukan dengan memperhatikan sifat kelarutannya untuk mendapatkan fraksi-fraksi protein.Ekstraksi dengan air dapat menghasilkan fraksi albumin, dilanjutkan dengan ekstraksi dengan pelarut garam, pelarut basa dan 70% etanol untuk mendapatkan fraksi globulin, glutenin dan prolamin (Agboolaet al., 2004).Teknik presipitasi isoelektrik protein yang sering dilakukan untuk mengendapkan protein yang sudah diekstrak menggunakan pH isoelektrik protein. Pada titik isoelektriknya, muatan total masing-masing asam amino dalam protein sama dengan nol, artinya jumlah antara gugus bermuatan positif sama dengan gugus bermuatan negatif. Interaksi elektrostatik antar asam amino akan maksimum karena muatan yang tidak sejenis cenderung untuk tarik menarik, fenomena ini diamati dengan terjadinya penggumpalan protein (Thanh dan 5

Shibasaki,

1976).Setiap

fraksi

protein

memiliki

pH

isoelektrik

yang

berbeda.Fraksi protein albumin, globulin dan glutenin dipresipitasi pada pH 4,1, 4,3 dan 4,8 masing-masing (Adebiyiet al., 2009). H. METODE PELAKSANAAN

8.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Ternak IPB, Laboratorium Uji Organoleptik, Laboratorium Bagian Teknologi Hasil Ternak, Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor,Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan IPB, Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran Hewan IPB dan Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan IPB. Penelitian akan dilaksanakan selama empat bulan. 8.2 Materi Bahan baku yang digunakan adalah pupa ulat sutera (Bombyx mori) dan susu sapi segar. Untuk bahan ekstraksi dan presipitasi digunakanaquadestilata, NaCl 5%, NaOH 0,1 M, etanol 70%, HCl 1 M, kertas saring Whatman dan heksana. Peralatan yang digunakan adalah milkrapid flow filter, membran dialisa, cold centrifuger, pH meter, neraca digital,spray dryer, evaporator, homogenizer, blender, refrigerator, spektrofotometer, oven, panci, saringan mesh (ukuran 65), kompor,gelas piala, pipet,spatula, form uji organoleptik, tabung ependorf dan labu Erlenmeyer. 8.3 Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan Rancangan Percobaan Lengkap (RAL) dengan perlakuan susu bubuk dengan penambahan isolat protein pupa ulat sutera (Bombyx mori) atau IPPUS menggunakan tiga kali ulangan. Model Matematika yang digunakan pada penelitian ini adalah: Yij = + Pi + ij Keterangan : Yij = nilai sifat kimia, fisik dan kecernaan protein susu bubukakibat perlakuan pemberian IPPUS taraf ke-i (0%, 5%, 10%, 15% dan 20%) dan ulangan

ke-j = nilai tengah umumsifat kimia, fisik dan kecernaan protein susu bubuk Pi = pengaruh pemberian IPPUS ke- i (0%, 5%, 10%, 15% dan 20%) ij =pengaruhgalat percobaan pada pemberian IPPUS ke-i dalam ulangan ke-j Data diolah dengan analisis ragam (Analysis of Variance = ANOVA). Jika pada analisis ragam didapatkan hasil yang berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan uji Tukey (Steel dan Torrie, 1995). 8.4 Prosedur Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas enam tahap utama, yaitu pembuatan tepung pupa, delipidasi, ekstraksi protein, presipitasi protein, dialisis dan analisis karakteristik kimia, fisik, organoleptik dan kecernaan protein susu bubuk. Tepung pupa didapatkan melalui tahapan pencucian pupa dengan air bersih, perebusan pada suhu 100 oC selama 10 menit, pengeringan dengan oven selama 24 jam pada suhu 60 oC dan penepungan. Tepung pupa kemudian 6

dihilangkan lemaknya (delipidasi) dengan larutan heksana dengan perbandingan tepung dan heksana 1:4 kemudian dikeringkan lagi pada temperatur 60 oC selama 24 jam (Gambar 1). Isolasi protein menggunakan metode Osborne dengan prosedur Wang et al (2010) yaitu melalui beberapa tahapan ekstraksi protein per fraksi untuk mendapatkan hasil isolat protein dengan kemurniannya yang tinggi.Protein yang terekstrak kemudian diendapkan dengan prinsip isoelektrik protein (Adebiyi et al., 2009) pada pH rendah sesuai jenis fraksi protein.Presipitat kemudian dilakukan pemurnian melalui dialisis sehingga dihasilkan isolat protein.Alur penelitian ini secara garis besar dapat diilustrasikan pada Gambar 2. Tepung Tanpa Lemak Pupa Ulat Sutera Pembuatan Tepung Delipidasi Isolat Protein (IPPUS) Dialisis Presipitasi Protein Ekstraksi Protein Gambar 1. Bagan alur penelitian isolasi protein pupa ulat sutera (IPPUS) Penambahan IPPUS (0%, 5%, 10% dan 15%) + Pencampuran Homogenisasi Evaporasi Susu Sapi Segar Susu Bubuk yang Diperkaya Isolat Protein Spray dryer (inlet =180 oC, outlet= 80oC) Uji Kecernaan Protein Uji Organoleptik Uji Sifat Fisik Uji Sifat Kimia

Gambar 2.Pembuatan susu bubuk difortifikasi dengan IPPUS 8.4 Peubah yang Diamati 8.4.1 Sifat Kimia Kualitas kimiasusu bubuk dengan penambahan IPPUS 0%, 5%, 10%dan 15% dapat diketahui dengan analisis proksimat (kadar air, abu, lemak kasar, protein kasar, serat kasar dan Beta-N)dan kadar NaCl (AOAC, 2007). 8.4.2 Sifat Fisik Rendemen (AOAC, 2007). Perhitungan rendemen dilakukan untuk mengetahui efisiensi proses pembuatan susu bubuk dengan penambahan IPPUS. Persentase rendemen 7 dihitung dengan rumus:

Kehalusan Tepung (Dewan Standarisasi Nasional, 1992). Sampel susu bubuk ditimbang sebanyak 100 g, kemudian diayak selama 10 menit dengan saringan mesh ukuran 65. Tepung yang tertinggal dalam ayakan kemudian ditimbang. Kehalusan mesh tepung dapat dihitung dengan: Kelarutan (Nuraini, 2001).Sampel susu bubuk (a gram) dilarutkan dalam air bersuhu 40 oC dengan konsentrasi 5%. Larutan kemudian diaduk secara kontinyu selama 20 menit. Larutan disaring dengan kertas saring yang telah diketahui bobot tetapnya. Kertas saring dan bagian sampel yang tidak lolos saringan dioven selama satu jam pada suhu 105 oC. Bobot sampel yang tidak tersaring (b gram) diperoleh dari selisih bobot saring akhir dan bobot saring kertas awal. 8.4.3 Organoleptik Pengujian organoleptik dilakukan menggunakan uji hedonik dan uji mutu hedonik. Pengujian dilakukan terhadap 30 orang panelis. Peubah yang diukur untuk uji hedonik adalah penerimaan secara umum sedangkan untuk uji mutu hedonik adalah rasa dan warna. Panelis diminta menyatakan penilaiannya terhadap rasa, warna dan penerimaan secara umum pada kertas dengan format yang sudah ditentukan. 8.4.4 Kecernaan Protein in vitro(Owusu-Apenten, 2002) Daya cerna protein dalam susu bubuk dapat diketahui dengan menggunakan metode multienzim. Larutan campuran enzim dibuat dengan mencampurkan 16 mg tripsin, 31 mg kimotripsin dan 13 mg peptidase dalam akuades pada suhu 37 oC. Larutan tersebut kemudian distandarkan pada pH 8 menggunakan HCl dan NaOH sampai volumenya menjadi 10 mL. Susu bubuk sebanyak 62,5 mg dilarutkan dalam 8 mL akuades dan direndam selama 1 jam pada suhu 37 oC. pH diatur dengan menambahkan HCl dan NaOH sampai volume mencapai 10 mL. Larutan campuran enzim ditambahkan sebanyak 1 mL dan diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37 oC dan dicatat perubahan pH pada suhu 37 oC. Apparent Protein Digestibility (APD) dihitung dengan menggunakan rumus : APD (%) = 210,46-18,10 pH (10 menit) 8.5 Jadwal Kegiatan Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No I II

Kegiatan III 2 3

Bulan ke IV 4 1 2 3 4

1 2 3 4 1 2 3 4 1 1 2 3 8

Konsultasi dengan dosen pembimbing Perizinan dengan Rumah Sutra Alam, Ciapus-Bogor Perizinan penggunaan lab.

4 5 6 7 8 9

Persiapan alat dan bahan Pembuatan tepung pupa Ekstraksi dan purifikasi konsentrat protein Fortifikasi IPPUS ke susu bubuk Uji kimia, fisik, organoleptik dan kecernaan protein Pengolahan dan interpretasi data

10 Monev 11 Pembuatan laporan akhir

I. RANCANGAN BIAYA

No

Pengeluaran

Unit

Jumlah

Harga/

Total (Rp

Unit (Rp 000) 000) 1 1.1 1.2 Pupa Ulat Sutera Ekstraksi L kg L 10 5 Isolasi Protein Pupa Ulat Sutera 50 40 5 70 6 1,5 50 350 300 60

Aquadestilata

NaCl 5%

NaOH 2 L N Etanol 70% 1.3 Delipida-si Heksana L

10

37,5

375

35 lembar 36

20

700

Kertas saring Whatman 1.4 Presipi-tasi

Kertas saring Rafid lembar Flow

7,5

270

Sentrifugasi

36

25

900

HCl 2 N 1.5

L Membran diameter 20

5 dialisis analisis 12

70 50

350 600

Dialisis

Buffer TCA 9

analisis

12

120

1.440

Pembuatan Bubuk

Susu

Susu segar Kemasan

sapi L

36

216

bungkus

14

plastik HDPE Spray drying 3 3.1 Nilai pH selama Pengukuran pH sampel 12 50 Biaya Analisis sampel 36 3 108 600

proses isolasi protein nilai sampel 3.2 Sifat Kimia Uji proksimat Analisis kadar sampel NaCl 3.3 Sifat Fisik Saringan 12

sampel 12 90

1.080

20

240

meter

240 240

mesh ukuran 65 Kertas saring 3.4 Organoleptik 3.5 kotak Uji Penetral Uji Protein 3.6 Sewa dan laboratorium lab. Peralatan Uji 7 200 1.400 1 Kuisioner paket Kecernaan sampel 60 lembar 30 0,1 30 12 1,5 60 3 45

150 1.800

(pembuatan tepung, delipidasi, ekstraksi, presipitasi, dialisis

dan pengeringan) 4 Proposal dan eks 5 Administrasi 15 75

compile CD Laporan Evaluasi Laporan Akhir eks dan CD Poster PIMNAS tahun 2012 Log Book, paket 1 20 20 lembar 1 300 300 compile 5 15 75 eks 5 10 50

buku keuangan dan alat tulis 5 Sarung tangan kotak (gloves) Gas LPG Tissue Kain lap tabung gulung helai 2 10 2 11.851 15 3,5 5 30 35 10 1 Lainnya 55 55

Total Anggaran Dana Penelitian 10

J. DAFTAR PUSTAKA

AOAC. 1995. Official Methods of Analysis of the Association of Official of Analytical Chemist.Washington D.C: AOAC, Inc. Artanti, A. 2009.Utilization of Silkworm Pupae (Bombyx mori) in Producing Instant Cream Soup with High Protein Content.Dipresentasikan dalamThe 1st International Malaysia Press. Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 1999. SNI 01-2970-199: Susu Bubuk. Jakarta: Balai Besar Industri Kimia Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Badan Standarisasi Nasional. 1998. SNI 01-3141-1992: Susu Segar. Jakarta: BSN. BPOM. 2004. Pedoman Umum Pelabelan Produk Pangan.Jakarta: Direktorat Standardisasi Produk Pangan. BPOM. 2007. Angka Label Gizi. Jakarta: Direktorat Standardisasi Produk Pangan. BuckleKA, RA Edwards, GH Kleet dan M Wooton. 1987. Ilmu Pangan. Terjemahan: Adiono dan H. Purnomo. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Bylund G. 1995. Dairy Processing. Swedan: Tetra Pack Processing System. Cross HR. 1988.Meat Science, Milk Science and Technology. Elseviarsai. Pub, Texas. Katayama, N. et al. 2010. Entomophagy; a key to space agriculture. http:// surc.isas.ac.jp. [20 Mei 2010]. Deman JM. 1997. Kimia Makanan. Bandung: Institut Teknik Bandung Press. Dewan Standarisasi Nasional Indonesia.1992. Cara Uji Makanan dan Minuman. SNI 01-2891. Jakarta: Dewan Standarisasi Nasional. Gaman PM dan KB Sherington. 1992. Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Biologi (Edisi Kedua).Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Giese. 1994. Sensory Analysis. Di dalam Reinccius (ed). Source Book of Flavour 2 nded. New York: Chapman and Hall. Hadiwiyoto S. 1994. Teori dan Prosedur Pengujian Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Yogyakarta: Liberty. Harris RS dan E Karnas. 1975. Nutritional Evaluation of Food Processing. Jakarta: Ensiklopedia Wikipedia. Agriculture Student Symposium.Malaysia: University Putra

Higginbotham JD and CAM Hough. 1977. Useful taste properties of amino acids and protein. InsideBirch, G.G., J.G. Brennan, and K.J. Parker (eds.). Sensory Properties of Foods. London: Applied Science Publishers Ltd.

You might also like