You are on page 1of 4

Kebaikan yang Sia-sia

) ' " ( %& ! "#$ #/ -. ! (-. (, )*" , , 2 0 + 1 & = , > < ; 78 8 & 6 4 . " ! "8 ! 9 : ( ! 5 ) 3 ? ,)
"Katakanlah: `Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang - orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaikbaiknya. Mereka itu orang-orang yang telah ku ur terhadap ayat-ayat !uhan mereka dan "ku ur terhadap# per$umpaan dengan %ia, maka terhapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi "amalan# mereka pada hari Kiamat." (QS. Al-Kahfi [18]:103-105) Mukaddimah Suatu ketika Sa'ad bin Abi Wa a!h radhiallahu'anhu (ra), pernah ditanya oleh Mu!h'ab, anaknya tentang ayat ini. Siapakah yang dimaksud dengan orang-orang yang paling merugi amalannya? Apakah mereka itu kaum &aruriy (orang-orang fasiq)? Sa'ad men a!ab, "#idak, mereka tak lain adalah orang-orang $ahudi dan %asrani. ("i#a$a% &ukha'i). &mam &bnu Katsir menambahkan, meski ayat ini turun kepada orang-orang $ahudi dan %asrani, tapi ia men'akup siapa sa a yang beribadah kepada Allah namun tidak sesuai dengan tuntunan (abi Shallahu Alaihi Wassalam (SAW). Ayat ini sendiri tergolong (akkiyah sehingga se'ara akar se arah kaum (uslimin ketika itu belum berinteraksi se'ara langsung dengan kaum $ahudi dan %asrani ataupun Kha!ari . )lehnya, pengkhususan suatu kaum bukanlah penghalang bagi kaum yang lain untuk termasuk di dalamnya.

Al-Ibrah hi umum al-lafdz la bi khusus as-sabab (pela aran itu diambil dari keumuman lafad*, bukan dari kekhususan suatu sebab). Makna A$a% Setiap manusia tentu berharap hasil dari apa yang ia usahakan. Seke'il apapun peker aan itu. +ahkan meski orang itu melabeli perbuatannya dengan )i!*n+) tapi se u urnya tetap sa a ia menyelipkan harapan di sana. (inimal ia merasa senang dan terhibur olehnya. &nilah petaka besar yang kembali menimpa orang-orang di luar &slam. (ereka adalah korban tipuan diri mereka sendiri. (enganggap menunaikan peker aan dengan sebaikbaiknya, namun rupanya hal itu sama sekali tak bernilai di sisi Allah Subhanahu Wa Ta'ala (SWT). ,ayaknya peker aan yang dikelola se'ara profesional, ia telah mengerahkan sekian banyak tenaga, pikiran, serta mengorbankan !aktu dan dana yang tak sedikit. &a berharap apa yang ia lakukan itu dapat memberikan manfaat. %amun bagi Allah dengan segala sifat adil-%ya, hal itu tetap sa a men adi hampa karena tidak didasari terhadap keyakinan kepada Allah S-#. ,mam al-Qu'%hubi berkata. (eski ayat ini memakai kalimat tanya, namun se atinya Allah tak membutuhkan a!aban dari pertanyaan itu sebab uslub tersebut berfungsi untuk )m*n+*-*k) orang-orang kafir. Selain senga a menghinakan kaum kafir, Allah uga hendak menarik perhatian kaum (uslim -dengan gaya bertanya ini- agar benar-benar memperhatikan permasalahan ini. K*baikan l%u Ada S$a'a%n$a "I'rif al-haqqa, ta'rifu ahlahu" (kenalilah kebenaran, nis'aya kalian mengetahui pelakunya). /emildan sebuah pepatah bi ak menga arkan. /alam ungkapan yang lain disebutkan, "al-haqqu la yu'rafu hi ar-rijal," kebenaran itu tak ditentukan oleh seseorang yang melakukan perbuatan tersebut. 0adi, hendaknya seorang (uslim mengilmui kebaikan itu terlebih dahulu. Sebab, amal saleh tak 'ukup dengan niatan yang baik semata. &a tak bisa hanya didasarkan pada perasaan atau naluri sa a. Sebaliknya, amal saleh memiliki syarat yang !a ib dipenuhi untuk membuahkan pahala yang di an ikan. 0angan sampai ia hanya ter ebak dalam prasangka semata. (erasa berbuat baik tapi rupanya ia keliru dalam bertindak. Ketika kebenaran sudah diilmui dengan baik, seorang (uslim adi mudah mengenal para pelaku kebaikan itu. Sebaliknya, status sosial atau abatan seseorang sama sekali

bukan garansi ika apa yang ia lakoni men adi perilaku yang harus di'ontoh oleh orang lain. $ang ter adi dalam masyarakat, mereka mengamini suatu perbuatan semata karena yang menger akannya adalah orang yang punya abatan atau terpandang. /i sisi lain karena banyak yang meniru, adilah orang itu merasa ika perbuatannya tadi adalah benar, bahkan mengandung kebaikan hingga ditiru oleh orang lain. Se'ara terang Allah S-# uga membantah orang-orang yang selama ini menuhankan logika dan nalar mereka. Sebab ketaatan dan saleh itu bersumber dari keimanan, bukan semata karena merasa 'o'ok dengan logika fikiran manusia. 0ika seseorang hanya berbuat berdasar nalar dan nafsu mereka, maka yang ter adi semua orang lalu merasa benar dengan apa yang mereka lakukan. (ereka bertindak sesuai keinginan nafsu mereka tanpa mau mengindahkan lagi tuntunan syariat yang telah dia arkan oleh %abi (uhammad SA-. .'a+i! di /a'i Kiama% +agi seorang (uslim, 'ukuplah ia merinding dengan apa yang dikisahkan oleh Abu 1urairah. Sahabat mulia ini menuturkan sebuah 1adits dari %abi SA- bah!a akan datang pada 1ari 2erhitungan nanti seorang laki-laki bertubuh gemuk. %amun 'elaka, ketika amalannya ditimbang hal itu tak bernilai apa-bagi Allah S-#. +ahkan tubuhnya yang gemuk dan besar itu tak mampu melebihi berat seekor nyamuk sekalipun. Allah SW. lalu b*'fi'man3 "...dan Kami tidak mengadakan penilaian bagi "amalan# mereka pada 'kiamat."("i#a$a% &ukha'i). /alam ayat yang lain, Allah S-# men'ela orang kafir gara-gara pola makannya yang sembrono. 0i'man Allah1 "...%an orang-orang ka ir bersenang-senang "di dunia# dan mereka seperti makannya, binatang. %an (ahannam adalah tempat tinggal mereka." (QS. Muhammad [23]: 14). 5*ni!--*ni! K*!*!a%an (enurut S$aikh Muhammad al-Amin a!-S$in i%hi, dalam banyak ayat Allah seringkali menuangkan kata "dhalla atau dhalal" yang berbeda makna satu sama lain. Sebab, setidaknya kata tersebut mengandung tiga enis pengertian yang berbeda dalam terminologi al-4ur'an. 6*'%ama, ia dimaknai m*n$im7an+ da'i -alan k*b*na'an dan 89nd9n+ k*7ada k*ba%hilan. 0i'man Allah, ""Yaitu# $alan orang-orang yang telah )ngkau beri nikmat kepada mereka, bukan "$alan# mereka yang dimurkai dan bukan "pula $alan# mereka yang sesat." (QS. Al-0a%ihah [1]: 3).

K*dua, kata "dhalal" b*'a'%i ba%al a%au !ia-!ia. 2engertian seperti ini salah satunya terdapat pada pembahasan ayat di atas. "Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini." (QS. Al-Kahfi [18]: 102). K*%i+a, adalah bin+un+ a%au b*lum m*mahami hakika% makna $an+ b*na' . Sebagaimana firman Allah yang men'eritakan kondisi %abi (uhammad S-# sebelum ia mendapatkan !ahyu dari Allah, "%an %ia mendapatimu sebagai seorang yang bingung lalu %ia memberikan petun$uk." (QS. Adh-:huha [;3]: 3), (Kitab Adh a al-!ayan fi Idhah al-"ur'an bi al-"ur'an). <Ma!$ku'1 7*n+a-a' di S*k9lah .in++i ,lmu S$a'iah (S.'S) &alik7a7an S9u'8*: h%%7:==99mn$a-fa'*l.bl9+!79%.89m=4013=11=%af!i'-!u'a%-al-kahfi-a$a%-103105.h%ml

You might also like