Professional Documents
Culture Documents
TESIS
Oleh
Oleh
MUHAMAD KHAIRUL BAHRI
NIM : 24007044
Dua lembaga konsultan keuangan dunia, Price Water House Coopers (2006) dan
Goldman Sachs (2007), memprediksi bahwa Indonesia akan menjadi salah satu
negara dengan kekuatan ekonomi terbesar pada tahun 2050. Goldman Sachs
dalam makalahnya yang berjudul N-11: More than Acronym menggolongkan
Indonesia dalam kelompok Next-Eleven (N-11) pada urutan ke 7. N-11 adalah
kelompok 11 negara yang mempunyai potensi pertumbuhan ekonomi besar dan
diprediksi akan merajai PDB dunia setidaknya paling lambat tahun 2050. Senada
dengan Goldman Sachs, Price Water House Coopers juga menetapkan Indonesia
sebagai kekuatan ekonomi terbesar nomor 6 paling lambat pada tahun 2050 dalam
artikel berjudul “The World in 2050”. Bahkan untuk menguatkan prediksi itu telah
terbit visi 2030 (www.indforum.org) yang menyatakan bahwa Indonesia akan
mampu tampil sebagai negara dengan kekuatan ekonomi ke-lima didunia dengan
pendapatan per kapita US$ 18.000 per tahun pada tahun 2030.
pada produk impor; dan d) peningkatan kerjasama industri, perguruan tinggi dan
pemerintah dalam mewujudkan visi 2030.
ABSTRACT
BY
Price Water House Coopers (2006) and Goldman Sachs (2007), predict that
Indonesia will be one of the great economic blockbusters in year 2050. Goldman
Sachs in a titled article N-11: More than Acronym supposed that Indonesia will be
the seventh world economic blockbuster. N-11 is a group of eleven countries
around the world that will dominate world GDP by year 2050. In line with
Goldman Sachs, Price Water House Coopers also predict that Indonesia has
potential chance to be the sixth economy blockbuster by late 2050 in an article of
“The World in 2050”. Indonesian experts who named themselves as Yayasan
Indonesia Forum (www.indforum.org) also has same prediction with those
institusions’s prediction. Yayasan Indonesia Forum account Indonesia’s vision of
2030 which suppose that Indonesia will be the top of five of the world largest
GDP by year 2030 with predicted income per capita US$ 18.000.
Analysis with system dynamics reveals that Indonesia has chance to achieve the
vision 2030, if the economy strengthen investment as leading sector with
enhancing technology capability. Analysis also show that business as usual
approach not suitable to reach the vision 2030.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur atas segala rahmat dan karunia-Nya, penulis telah
berhasil menyelesaikan penulisan tesis S2 pada Program Magister Studi
Pembangunan ITB ini dengan Judul: Mencapai Visi 2030: Sebuah Model
Makroekonomi Indonesia Dengan Pemodelan System Dynamics.
Selama pembuatan tesis, penulis menyadari bahwa tesis ini takkan dapat
diselesaikan tanpa bantuan dari banyak pihak baik bantuan dari berbagai pihak
baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu dengan segala
kerendahan dan ketulusan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Muhammad Tasrif, M.Eng, selaku Ketua Program Studi
Pembangunan dan sekaligus sebagai dosen pembimbing penulis, yang telah
memberikan arahan dan masukan yang sangat berguna dalam penyelesaian
penelitian dan penulisan tesis ini.
2. Bapak Dr. Ir. Sonny Yuliar dan Dr. Ir. Indra Budiman Syamwil selaku
dosen dan sekaligus sebagai penguji tesis. Banyak sumbangan pemikiran
yang kemudian menyempurnakan tesis ini.
Tesis ini juga saya persembahkan untuk Bapak-Ibu, my beloved wife (Rida), dan
my funny little girls (Ema dan Alia) atas kesabaran, doa dan dukungan kepada
penulis selama dalam menyelesaikan studi.
Yang terakhir, semoga saja tesis ini memberikan sumbangan yang bermanfaat
bagi pembangunan Indonesia.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................... i
ABSTRACK ........................................................................................ iii
PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS ............................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR …..................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................ xiv
BAB I Pendahuluan
I.1 Latar belakang .......................................................... 1
I.2 Perumusan masalah ………………………………… 2
I.3 Tujuan penelitian ....................................................... 5
I.4 Lingkup Permasalahan ......................................... 5
I.5 Metodologi penelitian ................................................ 5
I.6 Sistematika Pembahasan ............................................. 6
BAB II Landasan Pustaka
II.1 Pengertian Produk Domestik Bruto ……............. 7
II.1.1 Beberapa Indikator Ekonomi ……….…………….. 9
II.2 Masalah Pengangguran …………………… 12
II.3 Teori Pertumbuhan Solow …………… 14
II.3.1 Potensial Output ……………………… 15
II.3.2 Pengertian Produktivitas ……………………… 17
II.4 System Dynamics ……………………… 19
II.4.1 Sejarah dan Prospeknya di Masa Datang ………… 19
II.4.2 Sejarah dan Asal-Muasal ……………… ………… 20
II.4.3 Prinsip System Dynamics …………… ………… 21
II.4.4 Aplikasi-Aplikasi System Dynamics …………….. 26
II.5 Visi Indonesia 2030 ………………. 27
ix
IV.2.4 Sektor Tenaga Kerja, Kapital, dan Pendapatan Per Kapita …58
IV.3 Uji Validitas Model ……………………………….. 59
IV.4 Perilaku Model ….…………………………….. 62
BAB V Analisis Dan Pembahasan
V.1 Simulasi Berbagai Skenario ……..…………………….. 66
V.1.1. Skenario Business as Usual ……………………………. 66
V.1.2. Skenario pertumbuhan Macan Asia ……………………. 66
V.1.3. Skenario peningkatan (Industri Padat Modal) ……….. 67
V.2 Analisis Hasil Simulasi……….…………….…………… 68
V.3 Perbandingan Pertumbuhan Output dan Tingkat
Pengangguran ………..………………….……………. 74
V.4 Fungsi Intermediasi Perbankan ……………………….. 76
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Persamaan model (dalam Powersim) ……………………. 86
Lampiran 2 Prosedur Statistik Pengujian Model ………...……………. 89
Lampiran 3 Fitting ( )Alpha …………………….…………………… 93
Lampiran 4 Pentingnya TPF (Total Productivity Factor) dan Interaksi
TPF dengan ……………………. 94
Lampiran 5 Perbandingan Sumber Daya Iptek Indonesia dengan Negara Lain .96
Lampiran 6 Pengembangan Sektor Industri di Indonesia ……………… 98
xii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
berkisar 80% (pada tahun 2000) menjadi kurang 40% tahun 2007, seperti yang
diperlihatkan dalam Gambar 1.1 di bawah ini (Bank Dunia, 2008). Beberapa
perubahan positif di atas jika dimanfaatkan dengan baik, dapat menempatkan
Indonesia pada posisi terhormat sesuai perkiraan di atas.
Gambar 1.1 Rasio Hutang Indonesia terhadap PDB (sumber: Bank Dunia)
Di sisi lain, selama ini kajian makroekonomi Indonesia yang ada hanya berkutat
mengenai peran TPF (Total Productivity Factor=Faktor Produktivitas Total)
dalam pertumbuhan ekonomi. Dengan metodologi system dynamics, penulis akan
melakukan pendekatan yang dinamis dan menyeluruh dengan melihat interaksi di
1
antara dan TPF sehingga kita dapat mengenali kelebihan dan kelemahan
perekonomian kita. Dan dari itu kita dapat menetapkan strategi yang paling tepat
bagi pencapaian pertumbuhan ekonomi yang kita harapkan bersama.
1
adalah bagian prosentase output yang dihasilkan kapital
3
karya agar pertumbuhan ekonomi mampu menyerap tenaga kerja yang relatif
banyak daripada kita mengembangkan industri padat modal. Pendapat lain juga
menyatakan perlunya kita mengembangkan industri padat modal karena produk
padat modal merupakan produk yang bernilai tambah tinggi sehingga dapat
meningkatkan profitabilitas usaha.
Kenyataan yang kita hadapi memberikan fakta bahwa industri padat karya seperti
industri sepatu, TPT (tekstil dan produk tekstil) mengalami masa-masa sulit akibat
serbuan produk impor dengan harga jauh lebih murah. Industri padat karya yang
selama ini kita andalkan untuk meningkatkan kesediaan lapangan kerja justru
yang paling pertama mengurangi jumlah karyawannya belakangan ini. Timbul
pertanyaan bagaimana seharusnya kita membangun industri yang mampu
mendukung pertumbuhan ekonomi sekaligus mengurangi jumlah pengangguran.
Seperti yang yang dapat kita amati dalam Gambar 1.2 diatas (Thomson, Western,
2007) ada perbedaan yang mencolok dalam pertumbuhan standar kehidupan antar
4
Karena itu memahami peran kapital, tenaga kerja dan faktor produktivitas total
dalam struktur ekonomi suatu negara menjadi hal yang amat penting difahami
untuk menggiring ekonomi suatu negara ke arah yang lebih baik.
Di sisi lain, jumlah kapital yang berasal dari investasi (dalam dan luar negeri)
merupakan alat produksi yang kita butuhkan untuk meningkatkan jumlah
produksi. Sedangkan untuk menggunakan kapital itu sendiri diperlukan
pengetahuan dan penguasaan teknologi yang memadai. Tanpa penguasaan
teknologi yang memadai, maka kita takkan dapat menggunakan kapital tersebut
secara memadai. Inilah gambaran keterkaitan penting antara tenaga kerja, kapital
dan tingkat penguasaan teknologi. Tingkat penguasaan teknologi erat kaitannya
dengan faktor produktivitas total, makin tinggi penguasaan teknologi dan makin
kondusif interaksi di antara masyarakat-swasta-pemerintah, makin besar potensi
untuk meningkatkan produktivitas output suatu negara.
5
Dalam penelitian ini yang akan dikaji ialah ”Bagaimana peran kapital, tenaga
kerja dan penguasaan teknologi dalam struktur ekonomi Indonesia ?”. Dalam
kaitan dengan rumusan permasalahan akan dikaji hal-hal sebagai berikut:
1) bagaimana struktur dan perilaku sistem perekonomian Indonesia;
2) apa saja faktor-faktor pendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia; dan
3) dengan memahami jawaban pertanyaan di atas, bagaimana skenario
pertumbuhan agar Indonesia dapat mencapai visi 2030.
BAB II
LANDASAN PUSTAKA
Karena itu, nilai produk akhir dari barang dan jasa yang diproduksi suatu
golongan akan sama dengan pendapatan yang diterima oleh golongan-golongan
lain dalam masyarakat dan akan sama pula dengan jumlah pengeluaran oleh
berbagai golongan dalam masyarakat.
Atas prinsip dasar di atas maka PDB yang didasarkan jumlah produksi, PDB
berdasarkan jumlah pendapatan dan PDB berdasarkan jumlah pengeluaran
sebenarnya sama. Hanya cara melihatnya saja yang berbeda :
Kalau ditinjau dari segi produksi, PDB adalah merupakan jumlah nilai
produk akhir atau nilai tambah dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-
unit produksi yang dimiliki oleh suatu negara dalam jangka waktu tertentu.
Ditinjau dari segi pendapatan, PDB adalah merupakan jumlah pendapatan
yang diterima oleh faktor produksi yang dimiliki oleh seluruh masyarakat di
suatu negara dalam jangka waktu tertentu.
PDB yang dihitung berdasarkan jumlah pengeluaran konsumsi keseluruhan
masyarakat disuatu negara dinamakan PDB atas pengeluaran.
Hubungan antara PDB di atas dapat dirumuskan dalam persamaan berikut, PDB
atas produksi = PDB atas pendapatan = PDB atas pengeluaran. Dalam format
laporannya, PDB disajikan 2 bentuk nilai tukar yaitu PDB atas harga konstan
(GDP at constant prices) dan PDB atas harga berlaku (GDP at current prices).
PDB atas harga konstan adalah PDB yang dihitung atas harga dasar pada tahun
yang telah ditetapkan (standar internasional mempersyaratkan tahun dasar PDB
8
harus digit 0 atau 5, misal tahun dasar 2000 dan 2005). PDB atas harga berlaku
ditetapkan berdasarkan harga tahun berjalan.
Perbandingan antara PDB harga berlaku dan PDB harga konstan dapat dipakai
sebagai indikator umtuk melihat tingkat inflasi atau deflasi yang terjadi (deflator
PDB). Penyajian PDB secara sektoral dapat memperlihatkan struktur ekonomi di
wilayah itu. Bila angka PDB dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja, atau
jumlah input yang digunakan, akan dapat menggambarkan tingkat produktifitas
secara sektoral maupun menyeluruh.
Sejak tahun 2004, BPS mempublikasikan pertumbuhan ekonomi dan nilai PDB
atas dasar harga konstan 2000 (sebelumnya menggunakan harga konstan 1993)
untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi yang lebih realistis dan memperlihatkan
perubahan struktur ekonomi terkini.
Nilai PDB atas harga konstan tahun 2000 lebih tinggi daripada pertumbuhan
ekonomi atas dasar harga konstan 1993. Sebagai contoh, nilai PDB pada tahun
2003 atas dasar harga konstan 1993 sebesar Rp. 444.453,5 milyar atau tumbuh
sebesar 4,10 persen jika dibandingkan tahun 2002. Sementara nilai PDB pada
tahun 2003 atas dasar harga konstan 2000 menjadi Rp. 1.579.558,9 milyar atau
tumbuh sebesar 4,51 persen. Gambar 2.1 mengilustrasikan PDB atas harga
konstan 1993 dan 2000.
3.000.000
1.500.000
1.000.000
500.000
0
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Gambar 2.1 PDB harga konstan 1993 & 2000 dan PDB harga berlaku
9
Dengan demikian kita dapat memahami bahwa angka-angka yang disajikan oleh
PDB dapat menggambarkan kondisi ekonomi yang terjadi, baik mengenai struktur
ekonomi di masa lalu, keadaan yang sedang berjalan maupun kemungkinan-
kemungkinan dimasa yang akan datang. Dengan demikian PDB berfungsi
sebagai:
Indikator pertumbuhan ekonomi;
Indikator pertumbuhan pendapatan per kapita;
Indikator inflasi dan deflasi;
Indikator struktur perekonomian;
Indikator hubungan antar sektor.
Karena itu PDB menyajikan data-data yang sangat berguna jika kita ingin
melakukan perencanaan ekonomi (jangka pendek atau jangka panjang) atau untuk
menilai kebijakan ekonomi suatu negara.
deflator PDB merupakan hasil bagi PDB harga berlaku dengan PDB harga
konstan untuk tahun yang sama.
Para ahli ekonomi sering bertanya-tanya ukuran inflasi yang manakah yang paling
efektif dalam menggambarkan keadaan ekonomi suatu negara ?. Apakah inflasi
dari IHK atau Deflator PDB lebih baik dari yang lain dalam menggambarkan
perubahan harga ? Jawabannya ternyata tidak ada satu yang paling unggul
diantara kedua cara perhitungan inflasi diatas (Mankiew, 2003).
Ilustrasinya demikian. Jika suatu hari, terjadi kegagalan panen jeruk, maka IHK
akan cenderung menghitung inflasi yang terlalu tinggi karena tidak menghitung
kemungkinan subsitusi jeruk dengan apel. Disisi lain, deflator PDB dalam kasus
yang sama mungkin tidak dapat menangkap penurunan daya beli masyarakat
karena kenaikan harga jeruk.
Untungnya dalam praktek perbedaan atas inflasi yang dihitung dari IHK dan
deflator PDB mempunyai perbedaan yang tidak terlalu besar (Mankiew, 2003).
Kedua ukuran inflasi biasanya dapat memberi cerita yang sama tentang seberapa
harga naik.
1,80
1,60
1,40
1,20
Deflator IHK
Nilai
1,00
0,80
0,60
0,40
0,20
0,00
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Tahun
Gambar 2.2 Perbandingan Deflator PDB dan IHK (tahun dasar 2000)
11
b. Pembiayaan Pemerintah
Pembiayaan pemerintah merupakan unsur penting dalam perekonomian negara.
Pembiayaan ini biasanya mencakup proyek pemerintah dan gaji para pegawai
pemerintah. Biasanya pembiayaan pemerintah mencakup 20-30% dari PDB suatu
negara.
c. Investasi
Pemerintah dan swasta, dalam sebuah perekonomian, membeli barang-barang
investasi. Perusahaan membeli investasi untuk menambah persediaan modal dan
mengganti modal yang sudah aus. Rumah tangga, disisi lain, membeli rumah baru
yang juga merupakan bagian dari investasi. Jumlah barang modal yang diminta
tergantung pada tingkat suku bunga, makin rendah suku bunga makin tinggi
investasi yang diminta dan sebaliknya.
d. Konsumsi
Rumah tangga membelanjakan pendapatan yang didapatnya dengan membeli
makanan, pakaian dan perlengkapan. Setelah membayar bermacam-macam pajak,
rumah tangga membagi pendapatannya dalam konsumsi dan tabungan.
e. Net Ekspor
Net Ekspor merupakan selisih antara ekspor dan impor. Impor, karena bukan
bagian dari produksi, akan dikurang dari ekspor (hasil produksi suatu negara)
untuk menghasilkan tingkat net ekspor.
12
Dalam pandangan Friedman, hadiah uang yang diterima Pak Tofid, tidak otomatis
akan meningkatkan konsumsi Pak Tofid ( karena merupakan pendapatan
sementara/transitoris) tapi cenderung akan dikonsumsi sepanjang hidup atau
ditabung. Disisi lain kenaikan penghasilan Pak Jopi dipandang sebagai
pendapatan permanen yang akan meningkatkan konsumsi masyarakat secara
umum (Mankiew, 2003).
Pada awalnya, kurva Philip hanya mengandung hubungan antara tingkat upah dan
pengangguran. Namun dalam perkembangan selanjutnya kurva Philip
mengandung hubungan antar tingkat inflasi dan pengangguran. Penambahan
dalam kurva Philip modern juga mencakup inflasi yang diharapkan (Mankiew,
2003).
Lebih jelasnya, teori pertumbuhan Solow dapat di uraikan sebagai kombinasi dari
tiga persamaan berikut ini (Bergman, 2005):
1. Fungsi Produksi Agregat:
Y = F(K, L)= A*K*L , ………………………………………….. [2.1]
dengan pemenuhan kondisi dibawah ini :
b) faktor kapital dan tenaga kerja bersifat penambahan output menurun sejalan
dengan peningkatan faktor kapital dan tenaga kerja:
Fkk < 0, Fll < 0; dimana Fkk=-Y/K2 dan Fll=-Y/L2;
Jika r = tingkat hasil kapital (return of capital), w=tingkat upah, =bagian output
yang dihasilkan kapital, =bagian output yang dihasilkan tenaga kerja dan
Y=output (PDB) maka:
Sedangkan tingkat kapital dan tenaga kerja yang diinginkan dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Dk= * (AG/(1/t+i) dan Dl = * (AG/w), ………………..… [2.6]
Dimana Dk= tingkat kapital yang diinginkan, Dl=tingkat kebutuhan tenaga kerja
yang dinginkan, AG=Aggregate Demand, t=harapan hidup kapital dan i= tingkat
suku bunga riil. Menurut Tasrif (1995), variabel dapat dirumuskan sebagai
berikut:
tinggi besar potensi suatu negara untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang
diidamkan.
Menurut Hornstein dan Krussel (1996), TPF tidak selalu mengandung perubahan
teknologi, tapi juga dapat mencakup monetary shocks, military spending dan
perubahan politik. Sebagai perbandingan A sebagai technological change dan A
sebagai faktor produktivitas total, dibawah ini dilampirkan tabel di bawah ini:
A sebagai technological change A sebagai Faktor Produktivitas Total
Pertambahan output_Y [yang lebih Pertambahan output_Y [yang lebih
besar dari tambahan input K atau L] besar dari tambahan input K atau L]
diakibatkan oleh peningkatan diakibatkan oleh peningkatan
penguasaan teknologi. Padahal dalam penguasaaan teknologi plus adanya
prakteknya mungkin saja peningkatan peningkatan kondisi ekonomi secara
teknologi terjadi, tapi peningkatan umum.
teknologi tidak terlihat karena kondisi
perekonomian negara tidak
mendukung.
Dengan melihat persamaan 2.3 diatas kita dapat melihat bahwa peningkatan
output (produksi) per pekerja suatu negara akan dipengaruhi oleh jumlah kapital,
tenaga kerja, besaran variabel dan nilai TPF.
Nilai TPF ini umumnya sering dihitung sebagai residu (residu Solow) sebagai
berikut:
Y A K L
; ……………………………. (2.5)
Y A K L
Dengan sedikit modifikasi kita dapat mencari nilai TPF sebagai berikut:
Y=AK L , dimana Y=output (PDB); tetapkan A=1; dengan Yo output awal, Lo
tenaga kerja awal dan Ko kapital awal, maka persamaan (2.5) dapat diturunkan
sebagai berikut:
Y Yo K Ko L Lo
, selanjutnya,
Yo Ko Lo
Y K L
1 ( 1) ( 1) ; karena 1- - =0, maka
Yo Ko Lo
K L
Y Yo * ( ) ˆ * ( ) ˆ , jika Potential Output (PTY) atau Fungsi Produksi
Ko Lo
K L
PTY= Yo * ( ) ˆ * ( ) ˆ , maka
Ko Lo
atau dengan kata lain TPF merupakan hasil pembagian antara output (PDB)
dengan fungsi produksi atau potential output (PTY).
18
Dalam skala negara, Produk Domestik Bruto merupakan output yang dihasilkan
oleh seluruh input modal dan tenaga kerja yang dimiliki suatu negara.
Perbandingan antara output dan jumlah inputlah yang dinamakan Faktor
Produktivitas Total. Perlu diketahui juga bahwa perekonomian suatu negara tidak
saja dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja dan kapital-nya, tapi juga dipengaruhi
oleh kebijakan pemerintah dan situasi politik, sosial dan ekonomi-nya.
19
System Dynamics sebagai suatu metoda telah sukses diterapkan di dalam lingkup
persoalan bisnis dan ekonomi-sosial untuk memahami permasalahan dan
membangun satu pengertian yang mendalam tentang perilaku unsur-unsur dalam
sebuah sistem dengan melakukan berbagai intervensi-intervensi kebijakan.
Beberapa aplikasi system dynamics yang paling sering dibicarakan para ahli ialah
World Dynamics (1971) dan The Limits to Growth (1972). Walau model-model
diatas mendapat kecaman dan kritik dari banyak pakar dari berbagai disiplin ilmu,
mereka sukses di dalam menjawab tantangan-tantangan dan isu-isu sangat penting
yang sedang dihadapi oleh umat manusia kini dan masa datang.
2
Sebagian besar dari deskripsi system dynamics ini merupakan kompilasi karya Victor Tang and Samudra
Vijay ( System Dynamics Origins, development, and future prospects of a method ) dan tugas system
dynamics penulis
20
Sejak itu, secara perlahan tapi mantap, system dynamics berkembang dan
diaplikasikan pada banyak pemecahan masalah yang menghasilkan solusi yang
lebih baik. Sekolah bisnis MIT kemudian memperluas aplikasi system dynamics
untuk permasalahan bisnis seperti masalah inventori dan siklus bisnis. Dewasa ini,
banyak sekolah manajemen di seluruh dunia menawarkan kursus system
dynamics.
S y s t e m D y n a m ic s is a m e t h o d
g o v e rn m e n ta l a ir d e fe n s e e c o n o m ic
s y s te m s s y s te m s a n d s o c ia l s y s te m s
p r in c i p le s e p a r a t io n o f s u p e r -s y s te m b o u n d e d ra tio n a l,
p o w e rs o f h e te ro g e n e o u s g ro u n d e d th e o r y
s y s te m s s to c k s , flo w s , d e la y s
t o o ls v o t in g m a c h in e s c o m p u te rs , V e n s im
n e tw o r k s , o th e r DYNAMO
a r t if a c t s S t e lla
© s lid e 1 1
Prof. John D. Sterman dalam artikelnya berjudul “All Models are Wrong:
Reflections on Becoming a System Scientist” mengemukakan karakteristik-
karakteristik yang dimiliki system dynamics antara lain:
melawan (mengalahkan) suatu aksi yang diberikan kepada sistem tersebut. Policy
resistance dapat menimbulkan side effect yang tidak atau terlambat untuk
diantisipasi.
Rentan terhadap feedback. Aksi yang kita lakukan pada satu aktor akan
mempengaruhi tingkah laku aktor-aktor lain dalam sistem. Ini dikarenakan antar
aktor terjadi interaksi yang dinamis dan kuat.
Nonlinearitas. Reaksi yang diberikan sebuah sistem (atas suatu aksi) seringkali
tidak bersifat proporsional.
b. Event Oriented
Policy resistance juga terjadi karena kita melihat bahwa suatu sistem bersifat
event oriented. Event oriented ialah pemahaman bahwa suatu masalah disebabkan
oleh suatu masalah dalam urutan sebab akibat. Ini dapat menyesatkan kita.
Sistem tidak bereaksi sekuensial, sistem dapat bereaksi secara bersamaan (unsur-
unsur suatu sistem bereaksi bersamaan terhadap suatu aksi) sehingga metode
25
event oriented bukanlah metode yang cocok untuk memecahkan masalah dunia
nyata yang kompleksitasnya tinggi dan bersifat tidak linear.
Visi 2030:
Negara Maju Yang Unggul Dalam Pengelolaan Kekayaan Alam
Kata kunci visi tersebut ialah negara maju dan pengelolaan kekayaan alam.
Keduanya dijelaskan di bawah ini.
Negara Maju. Indonesia akan mencapai pendapatan per kapita sebesar US$ 18
ribu yang menempatkan Indonesia dalam lima besar perekonomian dunia, dan
representasi kelompok usaha yang terkemuka di dunia.
Dengan jumlah penduduk sebesar 285 juta jiwa, PDB Indonesia mencapai US$
5,1 trilyun, dan pada saat itu Indonesia masuk ke dalam lima besar perekonomian
dunia (lihat Gambar 2.5).
Gambar 2.5. GDP Harga Berlaku 5 Negara Terbesar, 2005 dan 2030
Sumber: Proyeksi YIF
29
Perekonomian nasional akan dimotori oleh sektor jasa. Walaupun awalnya sektor
jasa tergantung kepada gerak sektor lainnya di perekonomian, namun pada
akhirnya sektor jasa akan memperoleh momentum untuk tumbuh lebih cepat.
Sektor jasa akan tumbuh lebih cepat dari sektor industri mulai tahun 2020, namun
kontribusi sektor jasa dalam GDP akan mengungguli kontribusi sektor industri
mulai tahun 2025.
Kontribusi sektor pertanian terus menurun hingga tahun 2030 namun dibarengi
oleh peningkatan kesejahteraan, produktifitas dan keterkaitannya dengan sektor
lain. Produktifitas sektor pertanian akan meningkat seiring dengan kemajuan
teknologi sehingga menghasilkan nilai tambah per pekerja yang lebih besar.
Kontribusi sektor industri terhadap PDB relatif stabil namun terjadi pergeseran
struktur industri ke arah sektor-sektor yang menghasilkan nilai tambah yang tinggi
dan peningkatan produktifitas SDM. Sumber peningkatan nilai tambah tersebut
berasal dari inovasi teknologi, perbaikan kualitas input, dan perbaikan sistem
distribusi dan pemasaran. Kedekatan dengan pasar input dan output menyebabkan
perusahaan-perusahaan di Indonesia mendapatkan manfaat untuk mempunyai
efisiensi produksi yang tinggi. Dengan keunggulan kompetitif tersebut,
diharapkan pada tahun 2030 setidaknya 30 perusahaan Indonesia masuk dalam
daftar 500 perusahaan terbaik dunia.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III. 1 System Dynamics sebagai suatu Metodologi
System Dynamics mendesak para pengambil keputusan untuk melihat arena
kebijakannya sebagai suatu paradigma atau model yang meyeluruh (world view)
(Meadows dalam Myrtveit, 2005). System dynamics tidak saja merupakan sebuah
pandangan holistik atas suatu masalah, ia juga merupakan sebuah metodologi.
X1 X2 Batas Sistem
X3 X4 Struktur Sistem
pemahaman kita tentang sistem nyata yang kita amati. Sebaliknya dengan
membuat model yang besar dan kompleks kita akan kehilangan peluang untuk
meningkatkan pemahaman. Karena itu sebelum membangun suatu model peneliti
disarankan untuk mempelajari problem dengan tingkat pemahaman yang holistik
dan tidak spasial.
Tujuan utama dari pembuatan system dynamics ialah process oriented (Myrtveit,
2005). Pemahaman process oriented dimaksudkan untuk meningkatkan
pengetahuan kita melalui simulasi model dengan menjawab pertanyaan-
pertanyaan kita dan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi. Dengan kata
lain, pemodelan system dynamics merupakan proses pembelajaran (learning
process) bukan sekedar sebuah model belaka.
a. Apakah suatu model telah baik ditinjau dari tujuan pembuatan dan
masalah yang ingin dipecahkan ?
b. Pertanyaan kedua, apakah model konsisten dengan realita (sistem nyata)
yang ingin dimodelkan ?
Mental Model,
Mental Model, Pengalaman
Pengalaman,
Literatur
Bukti Empirik
Konseptualisasi Sistem
Perbandingan dan
Rekonsiliasi
Perbandingan dan Proses validasi Proses validasi
Rekonsiliasi struktur perilaku
Formulasi Model
Deduksi Prilaku
Representasi Struktur Model
Model
Identifikasi masalah dalam sistem yang kita amati perlu diidentifikasi terlebih
dahulu, sebelum kita mulai membuat modelnya. Identifikasi masalah biasanya
disertai dengan menetapkan struktur dan perilaku fenomena yang kita amati.
Pembentukan struktur-perilaku pada tahap ini dipengaruhi oleh literatur,
34
pengalaman yang kemudian membentuk mental model kita. Fase ini melingkupi
penetapan jangka waktu simulasi dan boundary model.
Hipotesa Dinamik
Hipotesa dinamik merupakan proses iterasi (berulang) dari kombinasi hipotesa
awal dan interaksi sistem sesuai yang sesuai dengan hasil yang kita dapat pada
tahap reference mode. Hipotesa dinamik juga mengandung perbandingan dengan
bukti empiris dan reformulasi akan diperlukan untuk sampai pada suatu hipotesa
yang logis dan sahih sesuai data empirik.
Batas Model
Dinamika sebuah sistem dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor
internal yang mempengaruhinya dinamakan faktor endogenous dan merupakan
variabel yang penting dalam menganalisa sistem. Sedangkan faktor eksternal yang
mempengaruhi sistem dinamakan faktor exogenous. Karena itu penentuan batas
model perlu ditentukan terlebih dahulu dengan jelas agar kita mudah
mendefinisikan faktor endogenous dan exogenous model. Batas model ini
membantu kita untuk memisahkan proses-proses yang menyebabkan adanya
kencenderungan internal yang diungkapkan dalam pola referensi dari proses-
proses yang merepresentasikan pengaruh-pengaruh eksogen, yaitu pengaruh yang
berasal dari luar sistem.
Waktu Simulasi
Setelah batas model ditetapkan bersamaan dengan penetapan variabel exogenous
dan endogenous-nya, pemodel harus menetapkan dengan cermat jangka waktu
simulasi model. Jangka waktu simulasi amat penting untuk mendapatkan
35
dinamika perubahan yang dibawa oleh interaksi diantara faktor internal dan
eksternal model. Jika waktu simulasi tidak cermat, bisa saja interaksi dalam model
tidak teramati dengan baik.
Dalam tahap ini kita mulai menggambarkan sistem dalam fase kualitatif yaitu
membangun diagram causal loop. Dan mengembangkan diagram causal loop ke
dalam diagram alir (flow diagram) komputer.
Menurut Richardson (2008) ada beberapa yang perlu diperhatikan dalam menulis
persamaan model:
Parameter yang dikenal (Recognizable parameters)
Menggunakan parameter yang mudah dimengerti atau sudah dikenal luas.
Persamaan yang handal (Robust equation forms)
Menggunakan persamaan yang handal dalam artian mampu menjelaskan
dinamika model dalam keadaan ekstrim.
Fase relasi (Phase relations)
Membangun relasi yang jelas antara persamaan dalam model.
Richardson’s Rule: Menggunakan persamaan matematika yang
sesederhana mungkin. Dalam pandangan Richardson (2008) persamaan
36
Validasi ialah proses untuk menguji konfidensi struktur dan perilaku model
sebagai suatu representasi sistem nyata yang dapat dipercaya. Validasi diperlukan
dalam upaya untuk membandingkannya dengan pola referensi dan secara terus-
menerus memodifikasi dan memperbaiki struktur model. Suatu model secara
struktur dapat dikatakan valid jika model tidak hanya dapat membuat reproduksi
perilaku sistem, akan tetapi juga dapat mengungkapkan bagaimana sistem bekerja
dalam menghasilkan perilaku tersebut.
Oleh karena itu model dapat dikatakan baik jika model dapat menambah
pemahaman terhadap perilaku sistem yang dimaksud, mudah dikomunikasikan
dan dapat menolong perbaikan pada sistem tersebut. Bila ada korespondensi
antara model dan sistem nyata, makamodel yang dibuat dapat diterima sebagai
suatu representasi persoalan yang sahih dan dapat digunakan untuk analisis
kebijakan.
38
n
MSE = 1/n [(St – At)/At]2 ………….. (3.1)
n=1
dimana:
Semakin rendah nilai MSE menunjukan tingkat kesalahan yang kecil, dan
demikian sebaliknya. Penafsiran kesalahan-kesalahan hasil simulasi
dipresentasikan dengan Root Mean Square Percent Error (RMSPE), yang
dinyatakan dengan persamaan berikut :
n ..……….. (3.2)
RMSPE = v 1/n [(St – At)/At]2
n=1
sangat kecil dan terkonsentrasi pada UC dan US. Namun dari semua uji
statistik dimaksud, penentuan signifikansi dan tingkat tolerasinya bergantung
pada tujuan model dibuat dan karakteristik datanya.
( S– A)2
………….. (3.3)
UM = n
1/n [ S t – A t ]2
n=1
( SS– SA)2
………….. (3.4)
US = n
1/n [ St – A t ] 2
n=1
2 ( 1– r) SS . SA
C
U = ………….. (3.5)
n
1/n [ St – At ]2
n=1
………….. (3.6)
U M + US + U C = 1
Dimana :
Nilai dari masing-masing besaran di atas diberikan oleh persamaan-
persamaan berikut ini:
SA = v 1/n [ At – A ]2
40
………….. (3.10)
atau nilai aktual mempunyai siklus yang berbeda dengan nilai simulasi.
Interpretasi atas kesalahan ini sangat ditentukan oleh tujuan membuat
model. Jika model dibuat untuk menyelidiki pola siklus sistem, maka
kesalahan ini dapat dikategorikan sebagai kesalahan sistematis. Akan
tetapi apabila tujuan membuat model untuk menganalisa perilaku jangka
panjang, maka kesalahan ini tidak penting dan tidak bersifat sistematis.
b. Pengembangan Model
Dalam tahapan-tahapan awal pemodelan sampai dengan pengujian model (dalam
tiap tahapannya) mungkin saja dilakukan perubahan struktur model, baik dengan
melakukan penambahan atau pengurangan struktur model. Tujuan utama dari
tahap ini adalah untuk memperoleh suatu model yang sesuai dengan sistem yang
sebenarnya, atau sesuai dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai, dan dapat
dimengerti dengan baik. Pengembangan model dapat dilakukan dengan
43
a. Perubahan Parameter
Perubahan parameter menurut Tasrif (2005) mengandung perubahan parameter-
parameter kebijakan yang sensitif dalam suatu model yang mengindikasikan titik-
titik pengungkit (leverage points) dalam sistem nyata, tempat suatu perubahan
dapat dilakukan dalam sistem nyata yang akan mengubah (memperbaiki) perilaku
sistem.
b. Perubahan Struktural
Perubahan struktur dalam model mencakup penambahan/pengurangan struktur
umpan balik dalam model. Perubahan struktur ini menandakan adanya perubahan
kaidah keputusan. Perubahan struktur juga dapat dimaksudkan untuk mengubah
44
arah model ke arah yang diinginkan (desired state). Dengan kata lain perubahan
struktur ditujukan untuk meningkatkan pemahaman kita mengenai pengaruh
keputusan-keputusan terhadap hasil simulasi model.
BAB IV
Net Ekspor (selisih ekspor dan impor) sempat menunjukkan pertumbuhan negatif,
namun pada tahun 2006 mengalami pertumbuhan 4,14 %. Pertumbuhan net
ekspor yang positif menandakan bahwa Indonesia mempunyai peluang untuk
meningkatkan cadangan devisa. Pertumbuhan investasi dan net ekspor
mempunyai implikasi penguatan devisa negara dalam jangka panjang, ini penting
46
Industri Jasa dan Komunikasi mempunyai peran yang semakin meningkat dari
tahun ke tahun. Industri Jasa tumbuh menjadi 0,61% tahun 2006 dari hanya 0,29%
pada tahun 1995. Demikian juga industri komunikasi yang semula 0,39% tahun
1995 menjadi 0,92% pada tahun 2006.
Peranan sektor pertanian semakin menurun atas PDB. Namun penurunan itu
diimbangi dengan makin besarnya peranan sektor industri (terutama sektor
industri pengolahan) dalam pertumbuhan ekonomi. Disisi lain, pemerintah perlu
menggalakkan peranan industri hotel dan restoran sebagai pemacu pertumbuhan
ekonomi. Demikian juga sektor-sektor lain yang peranannya harus ditingkatkan.
Tabel 4.6 Persentase pertumbuhan sektor industri terhadap pertumbuhan PDB Indonesia 1995-2006
Sektor 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Pertanian 0,66 0,45 0,14 -0,21 0,35 0,29 0,64 0,50 0,67 0,32 0,36 0,38
Pertambangan dan Penggalian 0,77 0,71 0,23 -0,34 -0,19 0,66 0,04 0,11 -0,09 -0,48 0,15 0,34
Industri Pengolahan 2,73 3,01 1,37 -3,05 1,08 1,66 0,91 1,47 1,49 1,81 1,30 1,27
Listrik gas dan air bersih 0,07 0,06 0,06 0,02 0,05 0,05 0,05 0,06 0,04 0,03 0,04 0,04
Bangunan 0,93 0,96 0,57 -2,05 -0,10 0,31 0,25 0,31 0,38 0,40 0,43 0,55
Perdagangan hotel dan restoran 1,35 1,39 1,00 -2,95 -0,01 0,92 0,71 0,63 0,86 0,95 1,45 1,00
Pengangkutan dan komunikasi 0,39 0,40 0,33 -0,69 -0,03 0,40 0,39 0,42 0,62 0,82 0,81 0,92
Keuangan persewaan & jasa persh. 1,19 0,64 0,64 -2,41 -0,60 0,38 0,56 0,55 0,62 0,72 0,66 0,49
Jasa-jasa 0,29 0,29 0,31 -0,36 0,19 0,22 0,30 0,35 0,35 0,50 0,47 0,61
5,0
5,0
-
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 -
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
(5,0) Tahun Tahun
Pertumbuhan PDB Riil (%)
(5,0)
(10,0)
Konsumsi Swasta (%) Pertumbuhan PDB Riil (%)
Pertanian
Konsumsi Pemerintah (%) (10,0)
Industri Pengolahan
(15,0)
(15,0)
Gambar 4.1 Pertumbuhan PDB Indonesia dan Persentase Sektor Pertanian vs Sektor Pengolahan terhadap PDB Indonesia
IV.2 Model Dasar Makroekonomi dalam System Dynamics
Dalam bagian ini akan dibahas struktur dan perilaku model, sebelum beranjak
pada tingkatan simulasi. Pemahaman struktur dan perilaku model akan
meningkatkan pemahaman kita bagaimana variabel model berinteraksi satu sama
lain untuk menghasilkan tujuan model.
Berbeda dengan penelitian makroekonomi yang menetapkan diambil konstan
sepanjang waktu, model system dynamics yang dikembangkan di sini tidak
mengasumsikan kekonstanan . Dalam model yang -nya konstan, perubahan
teknologi akan ditangkap oleh variabel TPF (Total Productivity Factor= Faktor
Produktivitas Total). Dalam model system dynamics ini, peningkatan penguasaan
teknologi ditangkap oleh peningkatan koefisien dan peningkatan output karena
faktor eksternal ditangkap oleh TPF.
Dalam pemodelan system dynamics ada beberapa istilah yang patut diingat yaitu
variabel endogenous, exogenous dan excluded variabel. Variabel endogenous dan
exogenous adalah variabel yang tercakup dalam model. Perbedaannya ialah
variabel endogenous nilainya berubah selama simulasi model, sedangkan variabel
exogenous dibuat untuk mengurangi kompleksitas model. Variabel excluded
adalah variabel yang berada di luar pengamatan model. Jenis variabel model dapat
dilihat dalam Tabel 4.7 dibawah ini.
+ +
+ +
Output Y Permanent Income
+
Short Run Expected Demand
Potential Output
+ +
+ Desired Labor 2 +
+ + Long Run Expected Demand
- 3 + Kapital
- Employment + +1
Investasi
--
- Unemployment +
- +
4 Real Wage
Desired Kapital
Labor Intensity ( ) +
+ Explicit Capital Labor
Ratio Goal
- Capital Labor Ratio
Operating Goal + b
+
Change Capital in
a
Labor Ratio
-
+
Recognized Capital +
Labor Ratio Capital Intensity ( )
Dalam diagram causal loop juga dikenal istilah loop positip dan loop negatif.
Loop positip menyatakan adanya pertumbuhan dan sebaliknya loop negatif
bersifat saling meniadakan atau menuju ekuilibrium (goal seeking). Loop positip
akan meningkatkan nilai variabel yang satu atas pertambahan nilai variabel yang
mempengaruhinya. Sementara dalam loop negatif, pertambahan satu variabel akan
mengurangi besaran variabel lain sehingga tercapai keseimbangan. Loop yang ada
dalam Gambar 4.2 diatas diuraikan dalam paragraf berikut ini.
Jika kita lihat lebih dalam, loop 1 mengandung pernyataan bahwa peningkatan
permintaan kapital (yang disebabkan membesarnya KLR) akan meningkatkan
aggregate demand yang juga berarti peningkatan desired labor. Secara serentak
peningkatan aggregate demand akan meningkatkan permintaan tenaga kerja dan
kapital yang akan meningkatkan semua variabel penting dalam pertumbuhan
ekonomi yaitu: tingkat investasi, naiknya tingkat produksi potensial (potential
output) dan tingkat pendapatan serta tingkat konsumsi. Dengan kata lain
penurunan permintaan tenaga kerja akibat peningkatan capital-labor ratio akan
dieliminasi oleh peningkatan permintaan investasi, meningkatnya pendapatan,
tingkat produksi dan konsumsi sebuah perekonomian yang pada akhirnya akan
menaikkan permintaan tenaga kerja.
Gambar 4.2 diatas juga menjelaskan bahwa capital labor ratio (KLR) dapat
dikembangkan dengan arah garis a dan garis b. Garis a menunjukkan bahwa target
KLR (capital labor ratio operating goal) akan meningkat jika real wage lebih
besar dibandingkan marginal productivity labor. Garis b menunjukkan bahwa
capital labor ratio operating goal dapat di tingkatkan sesuai dengan sasaran
ekplisit.
Makin padat modal, maka makin tinggi tingkat produksi yang dapat dihasilkan
oleh suatu perekonomian. Pentingnya fungsi produksi diperkuat oleh pernyataan
Gregory N Mankiew, seorang ekonom terkenal, dalam buku “Mengenal
Pembangunan dan Analisis Kebijakan” (Partowidagdo, 2004) beliau menyatakan
bahwa “makin tinggi nilai fungsi produksi suatu negara, maka makin mampu
negara itu meningkatkan standar kehidupannya”.
G_Spending GT
PY
tr CDY PY1 tsy apc
KD
Yo
T plsh C
fcu nic
persentase_GS
IV
SED FS G_Spending
plst
Y_aktual G_Spending_awal
Y taiInvestasi_aktual
DII
PTY sdvY
kurva_normal_Y DIV
Dalam submodel ini terlihat bahwa Output (Y=PDB) mempunyai variabel noise
yang diasumsikan berdistribusi normal dengan tingkat noise 1%. Variabel noise
untuk representasi dari gangguan internal dan eksternal terhadap pertumbuhan
ekonomi. Aggregate Demand (AG) juga diasumsikan berdistribusi normal dengan
noise 2%.
55
Model ini mengasumsikan bahwa hubungan antara laju inflasi dan tingkat
pengangguran dinyatakan dengan kurva Philip. Dimana kemiringan kurva philip
diasumsikan sebesar 0,26 (variabel spc=0,26). Laju inflasi dipengaruhi oleh
inersia inflasi dan tingkat pengangguran siklis (Mankiew, 2003). Tingkat
pengangguran siklis merupakan selisih tingkat pengangguran sekarang dengan
tingkat pengangguran alamiah. Inflasi juga dinyatakan mempunyai gangguan yang
berdistribusi normal dengan rataan nol dan noise 7%. Besaran noise ini
menggambarkan besarnya tekanan dalam pengendalian inflasi di Indonesia.
Semakin besar nilai noise ini juga merupakan indikasi bahwa pelaku ekonomi
mempunyai backward looking inflation. Artinya pelaku ekonomi melakukan
aktivitas ekonominya berdasarkan pengalaman inflasi masa lalu. Inflasi tinggi
yang terjadi sebelumnya akan mendominasi tingkah laku pelaku ekonomi (bahkan
lebih dominan dibanding laju inflasi yang ditetapkan otoritas moneter) dalam
mengambil keputusan dalam bidang ekonomi.
Net_Export
Lo
KOR
DII
AG_aktual AG
Yo
PTY Kw
betha_aktual kurva_normal_AG
Lw sdvAG FS
56
SEKTOR INFLASI
SEKTOR NET EXPORT
Ue
Uo
Net_export_growth
Po Ue_1 nru
Net_Export
P
spc P_dot KLR_target
Net_Export_DOT
switch
P_dot_aktual
kurva_normal_P
sdP
Gambar 4.4 Flow Diagram Sektor Aggregate Demand, Potential Output dan
Inflasi serta Net Export
Khusus untuk variabel Aggregate Demand (AG) dilengkapi dengan variabel noise
dengan tingkat noise 2% yang diasumsikan berdistribusi normal. Asumsi ini
digunakan untuk mewakili keadaan perekonomian yang selalu mengalami siklus
bisnis (Forrester, 1993).
Dalam model dasar ini net ekspor (selisih ekspor dan impor) tumbuh 5,87% per
tahun (sesuai dengan data pada Tabel 4.3). Sedangkan pertumbuhan investasi
diperkirakan sebesar 6,67% per tahun. Data-data ini sesuai dengan tampilan Tabel
4.3 untuk pertumbuhan ekonomi dari tahun 2000-2006.
57
IV.2.3 Sektor Permintaan Jangka Panjang dan Jangka Pendek (Long Run
Expexted Demand = LED dan Short Run Expected Demand=SED)
laju_investasi AG_aktual
SED
Yo
Investasi_Awal
SED1
available_investment Yo tssd
KOR
Yo nic
Kw
LED
KD Investasi_aktual
LED1
alk DIV
tak tsld
Desired_Investment
LED AG_aktual
betha_aktual
Real_Interest_rateDK
Model kapital juga menyatakan bahwa tingkat investasi yang ingin dicapai
ditentukan oleh kapital yang diinginkan (DK=desired kapital). Makin besar nilai
semakin besar variabel DK (jumlah kapital yang diinginkan). Dalam
kenyataannya, jumlah investasi yang tersedia (available investment) dipengaruhi
oleh kondisi perekonomian suatu negara. Investasi aktual dalam sektor ini
dipengaruhi oleh kesediaan investasi (available investment), jika investasi
tersedia (available investment) < DK (desired kapital) maka investasi aktual sama
dengan tingkat available investment. Kesediaan investasi ini dipengaruhi laju
investasi, makin tinggi laju investasi, maka makin tinggi available investment.
58
initial_alpha
P Yo
konversi_USD Y Lw
populasi
Lw_dot
growth_pop Ue Rw
income_per_kapita tae Ue Lo
fract_growth RWo
U_ratio
nru Y_USD
DE
labour_supply labour_supply
Uo betha_aktual
Lw SED
fraksi_AK adjusted_labor_supply
Uo jumlah_TK adjusted_labor_supply
LU Ue
Uo
tsu LU1
Gambar 4.6 Flow Diagram Sektor Tenaga Kerja dan Pendapatan per Kapita
Model juga menjelaskan bahwa tingkat tenaga kerja yang tersedia dibatasi oleh
tingkat kesediaan tenaga kerja (labour supply). Disini diasumsikan bahwa
perbandingan usia produktif dibandingkan jumlah total penduduk adalah konstan
46,4%. Pendapatan per kapita disini berdasarkan pendapatan per kapita menurut
harga berlaku yang dinyatakan dengan US$ dengan konversi rupiah ke US$
bernilai tetap Rp. 9.200 per US$ (exogenous).
Dalam model diasumsikan tingkat pertumbuhan penduduk tetap 1,2% per tahun.
Angka ini merupakan angka rataan pertambahan penduduk dari tahun 2000-2006.
Selama simulasi diasumsikan laju pertambahan penduduk diasumsikan tetap
dalam jangka panjang.
KLR A
MPL
betha
Rw KLR_goal
KLR_target betha_aktual
U_ratio
KLR_aktual betha_dot
KLR_dot
ta_KLR tadjus_betha
U_ratio MPL
Rw
Lw
Y
RWo
variabel populasi penduduk Indonesia, tingkat pendapatan per kapita dan output
(PDB) serta indeks harga (P=price level).
Tabel 4.8 Uji Validitas Penduduk
Total U 1,00
Untuk variabel penduduk Indonesia dan output (PDB) kesalahan lebih besar pada
Uc sedangkan kesalahan Us dan Um relatif kecil. Ini mengindikasikan adanya
pengaruh perubahan siklis yang tidak dapat ditangkap oleh model. Ketiga variabel
juga mempunyai derajat MSE dan RMSPE yang mendekati 0 (nol). Umumnya
kesalahan ini bukanlah kesalahan sistematis.
PDB_aktual
2007 1,87000E+15 1,96299E+15
5E+14
Jumlah 1,33740E+16 1,31345E+16
Rataan 1,67175E+15 1,64181E+15
0E+00
MSE 0,00 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
RMSE 3%
Um 0,363
Us 0,187
Uc 0,451
Total U 1,00
61
01
02
03
04
05
06
07
20
20
20
20
20
20
20
20
MSE 0,0009
RMSE 2,94%
Um 0,365
Us 0,031
Uc 0,604
Total U 1,00
Fakta yang sama juga menjelaskan bahwa variabel pendapatan per kapita (income
per kapita=PDB per kapita) dan price level (P) mempunyai Uc yang relatif besar
dibandingkan Um dan Us. Hal ini menunjukkan bahwa nilai tiap-tiap titik (point
by point) antara simulasi dengan hasil aktual tidak sama meskipun model dapat
dikatakan memiliki nilai rata-rata dan kecenderungan yang sama dengan nilai
62
Hasil simulasi variabel yang populasi, output dan pendapatan per kapita dari tahun
2000 sampai dengan 2050 ditampilkan dalam grafik-grafik dibawah ini:
2e16
1e16 30,5 milyar.
5e15
income_per_kapita
60.000 dalam US$. Dimana nilai pada
50.000
40.000
tahun 2030: US$13.683 per jiwa-
30.000 tahun dan akhir simulasi
20.000
10.000 diperkirakan mencapai: US$
0 63.421 per jiwa-tahun.
2.000 2.010 2.020 2.030 2.040 2.050
Time
4
tahun 2030 dan 7,18 pada tahun
3
2 2050.
1
2.000 2.010 2.020 2.030 2.040 2.050
Time
Yang menarik kita lihat disini ialah besaran noise price level (P) menunjukkan
bahwa selama 7 tahun terakhir ini terlihat tekanan yang kuat terhadap
1
Nilai awal di tentukan dengan fitting sesuai lampiran 3.
64
BAB V
Model telah teruji validitasnya dapat dianggap merupakan repesentasi sahih dari
dunia nyata yang kita yang amati. Simulasi ditujukan untuk melihat hubungan
struktur dan perilaku setiap variabel yang ada dalam model. Dari bab terdahulu
telah disimulasikan model dengan tanpa intervensi kebijakan, hasil simulasi ini
dinamakan hasil simulasi skenario dasar. Perilaku skenario dasar dapat dijadikan
sebagai acuan dalam melakukan intervensi-intervensi kebijakan terhadap model.
Penguasaan
Teknologi
+ +
+
+ - + +
K/L ratio L PTY Y
+
+
+ TPF
K
+
Gambar 5.1 Causal loop dan TPF
Sesuai dengan diagram causal loop di atas, penguasaan teknologi akan tercermin
oleh peningkatan variabel dan faktor eksternal yang mempengaruhi output
seperti: kenaikan harga minyak, economy shock dan proteksi tercermin oleh TPF.
Tapi jika mengambil konstan, maka TPF akan mencerminkan penguasaan
teknologi dan faktor eksternal yang mempengaruhi output (karena TPF bisa
66
negatif atau positif, maka garis hubungan antara TPF dan Y tidak ditandai dengan
tanda + atau -).
Dalam studi terbaru tentang Macan Asia Timur ini, didapatkan bahwa
pertumbuhan ekonomi ditopang oleh peningkatan rasio investasi terhadap PDB
yang semula 5% menjadi 30% (Mankiew, 2003). Ini meningkatkan ketersediaan
jumlah kapital dan lapangan kerja.
pada skenario ini lebih besar dibandingkan dengan fungsi produksi skenario 1 di
atas. Beberapa hasil simulasi skenario ini ditunjukkan oleh garis simulasi 2.
120.000
income_per_kapita
2 2
6e16 100.000
80.000
4e16 60.000
Y
3 3
2 1 40.000 2 1
2e16 3
23 1 20.000 2 1
3 1 3 1
123 12 01 2 3 1 2 3 12
123
2.000 2.010 2.020 2.030 2.040 2.050 2.000 2.010 2.020 2.030 2.040 2.050
Time Time
Gambar 5.2 Output PDB (Rp) Gambar 5.3 Pendapatan Per Kapita (US$ per jiwa-thn)
2e16
3
2,5
1
2e16 23
2,0 12
3 123 123
K_per_Y
123
1
PTY
1,5
1e16
3 1,0
5e15 3
2 1 0,5
1
1 23 12
123 123
0,0
2.000 2.010 2.020 2.030 2.040 2.050
2.000 2.010 2.020 2.030 2.040 2.050
Time
Time
Gambar 5.5 Kapital Output Ratio
Gambar 5.4 Potential Output (Rp)
68
123 12 12 12 12 1 600 3
3
0,7
3 500
betha_aktual
KLR_aktual
400
0,6
3
300
0,5
200
3
0,4 100
3
3 01 2 3 123 123 123 12 1
2.000 2.010 2.020 2.030 2.040 2.050 2.000 2.010 2.020 2.030 2.040 2.050
Time Time
1
5 3
12
3 0,30
4
I_per_Y
12 2 23 23 2
3 23
P
3 3
12 0,25
1 1
3 1 1
2 2 1
1 3
0,20 1 2
3
11 2
2.000 2.010 2.020 2.030 2.040 2.050 2.000 2.010 2.020 2.030 2.040 2.050
Time Time
Gambar 5.8 Price Level (P) Gambar 5.9 Rasio Investasi-PDB1
2e17 3 160.000.000 1
3
Desired_Investment 2
1 1
2e17 140.000.000
3
Desired_Investment 2
2
Lw
1
1e17 Desired_Investment 120.000.000 3
3 2
1
Investasi_aktual 3
3 4 2
5e16 2 100.000.000 1
3 3
2 Investasi_aktual 2
3 2 1 5 1
6 2.000 2.010 2.020 2.030 2.040 2.050
01 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 4 5 4 Investasi_aktual
6 Time
2.000 2.020 2.050
Time
Gambar 5.11 Jumlah Tenaga Kerja
Gambar 5.10 Desired Investment vs Investment
1
Dalam ketiga simulasi di atas, Gambar 5.5, menunjukkan bahwa asumsi KOR konstan diimbangi
oleh hasil simulasi yang menunjukkan variabel K_per_Y relatif konstan sepanjang jalannya
simulasi. Variabel K_per_Y=KOR=kapital output ratio.
69
Pendapatan
+ 2
+
+ -
Konsumsi
PDB + 1 Investasi
-
+
Kapital
+
Gambar 5.12 Peranan Investasi sebagai leading pertumbuhan ekonomi
Dalam skenario 2 dan 3, simulasi menghasilkan output dan pendapatan per kapita
yang relatif sama. Namun perbedaan yang terpenting adalah, pada skenario 3
perekonomian mampu meningkatkan besaran fungsi produksi (PTY-potential
output) dengan laju eksponensial. Ini membawa implikasi penting, karena
peningkatan kemampuan produksi (PTY-potential output) akan meningkatkan
kemampuan suatu negara untuk meningkatkan standar hidupnya (Mankiew dalam
Partowidago, 2003).
Selain itu, melalui Gambar 5.8 kita dapat melihat perubahan pertumbuhan dengan
mengandalkan investasi sebagai faktor penting pertumbuhan dan skenario ke arah
sektor industri padat modal menunjukkan bahwa price level relatif konstan pada
ketiga skenario. Peningkatan modal sebagai peran utama tidak menyebabkan kita
terjerumus pada inflasi yang tinggi.
Simulasi juga menunjukkan bahwa grand scenario ke arah industri padat modal
sama sekali tidak menunjukkan penurunan lapangan kerja tapi justru akan
meningkatkan kesediaan lapangan kerja jika kita mampu mencapai tingkat
investasi sesuai sasaran investasi (sesuai Gambar 5.9 dan Gambar 5.10).
Kita juga dapat menyimpulkan bahwa skenario dasar tidak mampu membawa kita
menuju visi 2030 (pendapatan per kapita US$ 18.000 per tahun) tapi mampu
membawa kita menuju impian E-7 (Emerging-Seven versi The Price WaterHouse
Coopers) atau N-11 (Next-Eleven versi Goldman Sachs).
Price Level (P) Relatif tidak berbeda Relatif tidak berbeda Relatif tidak berbeda
jauh jauh jauh
Investasi Membutuhkan investasi Membutuhkan investasi Membutuhkan investasi
yang rendah yang relatif lebih tinggi yang relatif sangat
tinggi
Karakter Masih Padat Karya; Relatif lebih padat Sangat padat modal;
Industri meningkat dari 0,24 modal; meningkat meningkat menjadi
ke 0,249 menjadi 0,251 0,54
Tabel 5.3 Dana Pihak Ketiga Yang Terhimpun di Perbankan Indonesia (Milyar)
Uraian 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Dana Pihak Ketiga
(triliun) 699.100 797.400 835.800 888.600 963.100 1.127.900 1.287.00
Investasi 275.881 323.875 353.967 392.789 515.381 657.625 800.083
Diagram alir (Gambar 5.13 di halaman berikut) menggambarkan hubungan antara
tingkat investasi tersedia dengan tingkat tabungan dan dana perbankan yang
tersedia, dimana fraksi investasi=50% per tahun dan tingkat pertumbuhan FDI
(Foreign Direct Investment=Investasi Asing Langsung) 10% per tahun. Hasil
simulasi (Gambar 5.14 di halaman berikut) menunjukkan bahwa dana investasi
73
yang tersedia lebih besar dari tingkat investasi aktual yang dibutuhkan untuk
skenario 2 dan 3.
Tabel 5.4 Realisasi FDI
Tahun Rp (Juta)
2000 90.872.080
2001 32.286.480
2002 28.439.040
2003 50.145.520
2004 42.341.160
2005 82.014.320
2006 54.988.400
2007 78.608.480
Rata-Rata
Pertumbuhan 10% per tahun3
Investasi_Tersedia_dlm_Negeri
PY
Dana_Perbankan
Tingkat_Tabungan
C fraksi_investasi
dana_investasi_tersedia
FDI
3e16 2
2e16 1
2e16
2 Investasi_aktual
1
1e16 dana_investasi_tersedia
1 2
5e15 2
1
1 2
01 2 1 2
2.000 2.010 2.020 2.030 2.040 2.050
Time
3
FDI mengalami pertumbuhan negatif pada tahun 2001, 2002, 2004 dan 2006.
74
4
Pertumbuhan konsumsi yang dominan dapat dilihat pada Tabel 4.3 (hal. 47). Dari tahun 2000-
2006 tabel menunjukkan bahwa pertumbuhan konsumsi lebih dominan dibanding pertumbuhan
investasi.
75
Indikator lain yang masih harus diperbaiki adalah kendala bea cukai dan perizinan
usaha yang kurang business friendly akan meningkatkan opportunity cost dalam
berbisnis.
tenaga kerja yang kompetensinya sesuai dengan kompetensi yang diinginkan oleh
dunia industri.
5
CAR=current asset ratio adalah perbandingan antara aset lancar (current asset) dengan utang
lancar (current liabilities).
77
Dalam kaitan dengan pengembangan industri padat modal amatlah penting kita
mengembangkan konsep sistem industri yang berkelanjutan bahkan Saswinadi
Sasmodjo (2004) menekankan pentingya untuk membangun suatu kerangka
institusi industri teknologi sebagai wadah pengembangan teknologi yang sesuai
dengan kebutuhan industri.
6
SIN adalah sebuah konsep tentang penataan jejaring yang kondusif di antara para pelaku (aktor
lembaga) lembaga iptek dalam suatu sistem yang kolektif dalam penciptaan (creation), penyebaran
(diffussion), dan penggunaan (utilization) ilmu pengetahuan (knowledge) untuk pencapai inovasi
(Nelson, 1993, dalam LIPI (2006)).
78
Disisi sistem pengetahuan walaupun beberapa universitas kita, termasuk ITB dan
UGM, telah mencanangkan diri sebagai “universitas berbasis riset”, tingkat
penelitian yang mahasiswa dan dosen masih relatif jarang. Sementara itu, lembaga
litbang, meskipun telah banyak menghasilkan penemuan dan inovasi, namun
hasil-hasil tersebut masih bersifat ilmiah penelitian semata dan kurang
berorientasi kepada penelitian yang dapat memenuhi kebutuhan industri. Padahal
faktor utama pemicu ambruknya industri nasional di Indonesia pada saat krisis
ekonomi pada tahun 1997 lampau karena ketergantungan yang tinggi terhadap
teknologi dari luar dan sangat sedikitnya kegiatan inovasi baik yang teknik
maupun manajerial dilakukan oleh industri (Buntoro, 2004). Lemahnya kegiatan
litbang di Indonesia menyebabkan rendahnya kemampuan iptek kita yang
tercermin dari rendahnya tingkat paten yang terdaftar (lihat tabel 5.8).
Ditinjau dari dana pengembangan iptek, Indonesia tergolong negara yang rendah
kesediaan dana untuk melakukan riset. Pengembangan dana riset sangat penting,
karena kemajuan atau kemakmuran suatu negara tidaklah mungkin tanpa ditopang
79
oleh aktivitas litbang Iptek (Zahar, 2007). Data dari LIPI (2006) menyatakan
bahwa terjadi penurunan persentase dana riset terhadap PDB dari tahun ke tahun.
Pada tahun 1980-an persentase dana riset berkisar 0,3 %-0,5% dari PDB, dan
setelah era reformasi persentase dana riset turun dibawah 0.2% dari PDB (dana
riset yang memadai menurut UNESCO ialah 2% dari PDB –
www.uis.unesco.org). Lebih lanjut mengenai daya saing iptek lihat lampiran 5.
Tabel 5.8 Jumlah Paten Indonesia dan Negara Tetangga
Dengan kata lain, masalah pembangunan bukan sekedar input kapital dan tenaga
kerja (ataupun penguasaan teknologi) tapi juga merupakan budaya membangun.
Yaitu timbulnya kesadaran bahwa membangun adalah untuk kepentingan bersama
bangsa kita, kini dan masa datang.
Pencapaian cita-cita sebagai negara maju, harus pula ditambahkan dengan kalimat
atau semboyan yang menantang atau yang membangkitkan rasa nasionalisme.
Korea dalam membangun perekonomian-nya mempunyai semboyan “Beat
Japanese Everywhere” (kalahkan Jepang dimana saja). Sebaliknya Jepang, setelah
kekalahan yang menyakitkan dalam Perang Dunia II, membangun negerinya
dengan semboyan pengabdian yang (semangat bushido) tinggi kepada kaisar.
Bahwa Jepang boleh kalah perang, tapi jangan kalah dibidang lain dan bangsa
Jepang adalah bangsa yang bisa maju. Sebagai perbandingan modal sosial dan
peranan institusi penelitian diberbagai negara ditampilkan dalam tabel 5.9.
Tabel 5.9 Perbandingan modal sosial dan institusi penelitian
Indikator Korea Selatan Jepang (G8) India (BRICs)7 Indonesia
(Macan Asia
Timur)
Modal Sosial Beat Japanese Semangat bushido Cenderung Perlu membeli
Everywhere, cinta (pengabdian kpd membeli produk produk dlm
produk dlm kaisar) dalam negeri negeri untuk
negeri mendukung
industri nasional
Institusi Institusi Institusi penelitian yang Institusi Membangun
Penelitian penelitian yang dikembangkan sesuai penelitian yang institusi
dikembangkan kebutuhan industri menggabungkan penelitian yang
sesuai kebutuhan (gabungan sistem sistem pasar- menggabungkan
industri pasar-science-otoritas). science-otoritas. sistem pasar-
(gabungan sistem Dana riset yang Dana riset yang science-otoritas.
pasar-science- memadai. memadai. Peningkatan dana
otoritas). riset dan
Dana riset yang mendorong
memadai. peningkatan
swasta dalam
litbang
7
BRICs singkatan dari Brazil, Rusia, India dan China. BRICs adalah kelompok negara yang
pertumbuhan ekonominya akhir-akhir ini di kagumi oleh banyak pengamat ekonomi dunia.
81
BAB VI
VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil simulasi dan analisisnya dapat kiranya penulis menarik
kesimpulan sebagai berikut:
VI.2 Saran
Untuk menghasilkan pertumbuhan yang lebih bermanfaat, kita harus melakukan
hal-hal sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
19. Sachs, Goldman Global Economic Group (2007)., BRICs and Beyond,
Goldman Sachs Inc.
20. Saeed, Khalid & Dennis L. Meadows; (1994), Development Planning and
Policy Design, A System Dynamics Approach, Avebury, England
21. Sasmojo, Saswinadi (2004), Sains, Teknologi, Masyarakat & Pembangunan,
Program Pascasarjana Studi Pembangunan ITB, Bandung.
22. Sterman, John D. (2000), Business Dynamics; System Thinking and Modeling
for a Complex World, International Edition, McGraw-Hill, Singapore.
23. Sterman, John D. (1984), Apropriate Summary Statistics for Evaluating the
Historical Fit of System Dynamics Models, Dynamica Vol. 10 Part II,
Winer 1984.
24. Sterman, John D. (2002), All Models are Wrong: Reflections on Becoming a
System Scientist; System Dynamics Review, Vol. 18, No. 4 (Winter 2002),
John Wiley & Sons, Ltd.
25. Suparno, Erman (2008). Penganggur Terdidik 4,5 Juta. Artikel di Kompas
tanggal 22 Agustus 2008.
26. Tasrif, Muhammad (1995). Developing Countries Dilemma: Labor Intensive
or Capital Intensive Technology”. Center for Research on Energy ITB.
Bandung. Indonesia
27. Tasrif, Muhammad (2007), Analisis Kebijakan Menggunakan Model System
Dynamics (Buku 2; Modul Kuliah/Kursus), Program Magister Studi
Pembangunan-SAPPK ITB, Bandung.
28. Thomson, South Western (2007)., Production and Growth., Thomson South
Western Inc.
29. Eng, Peter Van der (2006). Accounting for Indonesia’s growth: Recent past
and near future. School of Management, Marketing and International
Business, The Australian National University, Canberra Australia.
30. Zahar, Malikus (2007). Melongok Iptek Indonesia.
31. Zen, Suparman dkk (2005)., Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi (PDB) terhadap
penciptaan kesempatan Kerja, Kajian Ekonomi dan Keuangan-September
2005.
32. ------------- (2007), Indikator Makroekonomi Indonesia; Biro Pusat Statistik,
Jakarta.
This document was created with Win2PDF available at http://www.win2pdf.com.
The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.
This page will not be added after purchasing Win2PDF.