You are on page 1of 35

LAPORAN STUDI KASUS KOMPREHENSIF KEPANITERAAN GIZI KLINIK

PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR PADA PASIEN ANAK GEDS


Disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas Kepaniteraan Umum Gizi Klinik Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Disusun oleh Fransiska Angelina 22030110130072

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2013

HALAMAN PENGESAHAN Laporan studi kasus komprehensif kepaniteraan gizi klinik Proses Asuhan Gizi Terstandar pada Pasien Anak GEDS telah direvisi dan disetujui oleh pembimbing,

Mahasiswa yang mengajukan, Nama NIM Fakultas Program Studi Universitas : : : : : Fransiska Angelina 22030110130072 Kedokteran Ilmu Gizi Diponegoro Semarang

Semarang, 15 November 2013 Kepala Instalasi Gizi RSUD Tugurejo Semarang, Pembimbing,

Dwi Nur Endah J.F, SKM, MM NIP. 19750623 200003 2 005

Cholip Sutiyati, SST NIP. 19730406 200212 2 003

DAFTAR ISI Halaman Judul .......................................................................................................... 1 Halaman Pengesahan ................................................................................................ 2 Daftar Isi .................................................................................................................... 3 Identitas Pasien .......................................................................................................... 4 Deskripsi kasus .......................................................................................................... 4 BAB I. SKRINING .................................................................................................... 5 BAB II. ASSESMENT GIZI ..................................................................................... 6 A. Pengkajian Antropometri (AD) ............................................................................. 6 B. Pengkajian data biokimia (BD) ............................................................................ 6 C. Pengkajian data klinis / fisik (PD)......................................................................... 6 D. Data riwayat pasien (CH) ...................................................................................... 7 E. Riwayat Terkait Gizi / Makanan (FH)................................................................... 7 F. Comparative Standar (CS) .................................................................................... 9 BAB III. DIAGNOSIS GIZI ................................................................................... 12 BAB IV. INTERVENSI GIZI.................................................................................. 13 A. Perencanaan ....................................................................................................... 13 B. Implementasi ...................................................................................................... 17 BAB V. MONITORING DAN EVALUASI ........................................................... 19 BAB VI. PEMBAHASAN....................................................................................... 22 BAB VII. KESIMPULAN ....................................................................................... 26 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 27 LAMPIRAN ............................................................................................................. 28

IDENTITAS PASIEN Nama Jenis kelamin Usia Agama Tanggal MRS Ruang/kelas No. CM Diagnosa Medis : An. M : perempuan : 13 bulan : Islam : 24 Oktober 2013 : Amarilis 2/207B/II : 432668 : GEDS (Gastro Enteritis Dehidrasi Sedang)

DESKRIPSI KASUS Anak Meisya berusia 13 bulan masuk rumah sakit pada tanggal 24 Oktober 2013 dengan keluhan diare > 10x/hari selama tiga hari disertai dengan demam 37C. Data antropometri BB 7 kg, PB 68 cm. Keadaan umum composmentis, lemas, pusing, mual muntah setiap makan minum, dan nafsu makan menurun. Riwayat penyakit pernah terkena flek paru paru saat umur 4 bulan. Setelah menjalani pengobatan selama 6 bulan dilakukan rontgen ulang dan dinyatakan sembuh. Asupan ASI hanya sampai umur 10 bulan. Sehari hari mengkonsumsi susu formula Danc*w Batita 5-6 botol per hari (120 ml/botol).

BAB I SKRINING

Pengambilan data skrining dilakukan tanggal 24 Oktober 2013 dengan menggunakan formulir skrining pasien anak Paediatric Yorkhill Malnutrition Score (PYMS) (lampiran 1). Penilaian menggunakan skor yang didapat, berdasarkan hasil skrining, diperoleh data BB/U di bawah -2SD termasuk berat badan kurang (underweight), BB/PB di bawah -2SD termasuk kurus, dan PB/U di bawah -2SD termasuk pendek berdasarkan grafik pertumbuhan anak WHO 20081. Selain itu, pasien juga kehilangan berat badan yang tidak diinginkan 1 bulan yang lalu dari 7,2 kg menjadi 6,4 kg. Pasien juga mengalami penurunan asupan untuk 1 minggu terakhir dan perlu meningkatkan kebutuhannya untuk 1 minggu ke depan sehingga didapatkan total skor 5, yang berarti pasien tersebut dikatakan beresiko malnutrisi tingkat berat dan membutuhkan rencana asuhan gizi lebih lanjut.

BAB II ASSESSMEN (PENGKAJIAN) GIZI Pengambilan data pengkajian gizi dilakukan pada tanggal 24 Oktober 20132 DOMAIN Anthropometric Measuement (AD) TERM NUMBER Heiht/lenght AD-1.1.1 Weight AD-1.1.2 Weight change AD 1.1.4 1 bulan yang lalu mengalami penurunan BB dari 7,2 kg menjadi 6,4 kg Body mass index AD-1.1.5 BB/U di bawah 2SD BB/PB di bawah 2SD PB/U di bawah 2SD Biochemical Data, Medical Test and Procedures (BD) Nutrition-Focused Physical Findings (PD) Overall appearance (specify) PD-1.1.1 Kesadaran composmentis, lemah, kurus, dan pucat Digestive system (mouth to rectum) PD-1.1.5 Diare Mual dan muntah setiap kali makan Sulit untuk makan karena adanya mual dan muntah BAB cair > 10x/hari selama 2 hari Client History (CH) Age 13 bulan
6

DATA 68 cm

INTERPRETASI

7 kg

1 bulan yang lalu terjadi penurunan BB sebesar 0,8 kg

Berat badan kurang (underweight) Kurus

Pendek

Fecal fat BD-1.4.12

Sudan III positif

Terdapat lemak dalam feses

Kondisi anak dalam keadaan diare

CH-1.1.1 Gender CH-1.1.2 Tobacco use CH-1.1.8 Excretory (specify) CH-2.1.4 Respiratory (specify) CH 2.1.13 P Flek paru sejak umur 4 bulan namun sudah dinyatakan sembuh setelah 6 bulan pengobatan Living/housing situation (specify) CH-3.1.2 Occupation (specify) CH-3.1.6 Tinggal bersama ayah dan ibu di rumah Ayah bekerja sebagai buruh di pabrik mebel Religion (specify) CH-3.1.7 RIWAYAT GIZI DAHULU Food NutritionRelated History (FH) Oral fluids FH-1.2.1.1 Air putih 500 ml/hari Susu 600 ml/hari Islam Ayah merokok di dalam rumah GEDS diare Anak menghirup asap rokok Ayah BAB cair > 10x per hari selama 2 hari Adanya riwayat sakit flek paru paru Perempuan

Types of food/meals FH-1.2.2.2

Suka konsumsi bubur Kebiasaan makan instan sebagai makanan pokok sehari hari ditambah dengan sayur bayam dan daging sapi. Minum susu 5 botol (120 ml/botol) per hari. Jarang
7

makanan instan sebagai asupan sehari hari

konsumsi buah, jika ada biasanya buah pisang 1 buah/hari Meal/snack pattern FH-1.2.2.3 Konsumsi berbagai macam snack seperti cokelat chok* chok*, chik* , tar*, dan wafer tang* dua hari sekali Food variety FH-1.2.2.5 bubur ayam instan 6 sdm/hari daging sapi 10 gr bayam 10 gr Area(s) and level of knowledge/skill FH 4.1.1 - Pendidikan terakhir ibu SD - kurangnya kesadaran ibu dalam memberikan jenis makanan untuk anak Food peferences (specify) FH-4.2.12 Suka makanan yang instan dan snack ringan seperti cokelat chok* chok*, chik* , tar*, dan wafer tang* Refusal to eat FH 5.4.4 Menolak makanan yang disuapkan oleh ibu baik saat di rumah maupun di rumah sakit Appropriate meal preparation facilities FH-6.2.3 HASIL RECALL 24 JAM
8

Pemilihan jajanan yang kurang tepat

konsumsi jenis makanan yang kurang bervariasi

Pemilihan jenis makanan untuk anak menjadi kurang tepat untuk tumbuh kembang anak

Pemilihan makanan yang tidak sehat

Anak sulit untuk menerima makanan

Sehari-hari makanan disediakan oleh ibunya di rumah

Akses untuk mendapatkan makanan mudah

Food NutritionRelated History (FH)

Total energi intake FH-1.1.1.1

Asupan energi sebelum masuk rumah sakit 440 kkal (64,89% dari kebutuhan) Asupan energi kurang dari kebutuhan

Asupan energi saat di rumah sakit 202,5 kkal (29,86% dari kebutuhan) Oral fluids FH-1.2.1.1 infus RL 10 tetes/menit 160 cc selama 2 jam dilanjutkan dengan 8 tetes/menit 528 cc selama 22 jam air putih 500 ml Total fat FH-1.5.1.1 Total protein FH-1.5.2.1 Total karbohidrat FH-1.5.3.1 Prescription Medication use FH-3.1.1 STANDAR KEBUTUHAN Comparative Standards (CS) Total energy estimated needs CS-1.1.1 Method for estimating needs CS-1.1.2
3

kurang dari kebutuhan

Asupan lemak sehari-hari 15 gr Asupan protein sehari-hari 10 gr Asupan karbohidrat sehari-hari 55 gr Amoxan 3 x 200 gr Zinc 1 x 1 Sanmol 4 x sdt

Kurang dari kebutuhan Mencapai kebutuhan

Kurang dari kebutuhan

E = 676,8 kkal

REE = (61 x BB) 51 = (61 x 7) 51

= 376 kkal
9

TEE = REE x FA x FS = 376 x 1,2 x 1,5 = 676, 8 kkal

*) FA = istirahat di tempat tidur ; FS = gagal tumbuh

Total fat estimated needs CS-2.1.1 Methode for estimating needs CS-2.1.3 Total protein estimated needs CS-2.2.1 Methode for estimating needs CS-2.2.3 Total carbohydrate estimating needs CS-2.3.1 Methode for estimating needs CS-2.2.3 Total fluid estimated needs CS-3.1.1 Method for estimating needs CS-3.1.2

L = 15,04 gr

Kebutuhan lemak adalah 20% dari total energi P = 21 gr

Kebutuhan protein adalah 3 gr/kg BB

KH 101,52 gr

Kebutuhan KH adalah 60% dari total energi Kebutuhan cairan adalah 840 ml

120 ml/ kg BB x 7 kg = 840 ml

10

Ideal/reference body weight (IBW)2 CS-5.1.1

9 kg

11

BAB III DIAGNOSIS GIZI

1. Inadekuat asupan oral (NI 2.1) berkaitan dengan menolak makanan yang diberikan di rumah sakit sebagai proses adaptasi pada saat perawatan di rumah sakit ditandai dengan asupan makanan rumah sakit hanya sebesar 15%. 2. Berat badan di bawah normal/ underweight (NC 3.1) berkaitan dengan rendahnya asupan riwayat gizi dahulu yaitu E : 600 kkal, KH : 86 gr, P : 13 gr, L : 18 gr ditandai dengan BB/U dan BB/PB di bawah -2SD.

12

BAB IV INTERVENSI GIZI

A. Perencanaan (planning) 1. Preskripsi Diit REE = (61 x BB) 51 = (61 x 7) 51 = 376 kkal TEE = REE x FA x FS = 376 x 1,2 x 1,5 = 676, 8 kkal *) FA = istirahat di tempat tidur ; FS = gagal tumbuh Memberikan energi sesuai kebutuhan yaitu 680 kkal/hari dengan tujuan untuk meningkatkan asupan anak hingga 100% secara bertahap Diberikan protein tinggi sebesar 3 gr/ kg BB yaitu 21 gr/hari untuk regenerasi sel otot dan membantu pertumbuhan anak. Diberikan lemak sedang, 20% dari kebutuhan energi yaitu 15,04 gr/hari karena adanya lemak dalam feses sehingga konsumsi lemak perlu dibatasi. Namun lemak tetap diperlukan untuk penyusunan sel sel dalam tubuh. Kebutuhan karbohidrat cukup, 60% dari kebutuhan energi total yaitu 101,52 gr/hari dengan tujuan untuk kecukupan sumber energi. Vitamin dan mineral diberikan cukup melalui asupan makanan sehari hari yaitu : Vitamin A : Vitamin D : Vitamin B1 : Vitamin B2 : Niasin : 55% AKG 20% AKG 45 % AKG 45% AKG 30% AKG 60% AKG 55% AKG 20% AKG 25% AKG 25% AKG : 175 RE : 2 gr : 0,225 mg : 0,225 gr : 1,62 gr : 24 gr : 0,275 gr : 100 mg : 2 mg : 2,5 gr : 140 mg : 37,5 mg : 14 gr

Asam folat : Vitamin B12 : Kalsium (Ca) : Besi (Fe) Seng (Zn)

Magnesium (Mg) 35% AKG Fosfor (P) Iodium (I) 15% AKG 20% AKG

13

Pada anak diare, vitamin dan mineral terutama Vitamin A dan Seng diberikan untuk meningkatkan fungsi kekebalan tubuh sehingga dapat terhindar dari bahaya penyakit infeksi. Selain itu, Seng berperan dalam mengatasi diare pada anak karena dapat meningkatkan absorpsi air dan elektrolit dengan cara membantu proses regenerasi mukosa intestinal. Seng juga dapat membantu proses restorasi enzim-enzim di saluran pencernaan, sehingga proses pencernaan dapat pulih kembali seperti semula Kebutuhan cairan 120 ml/kg BB yaitu 840 ml/hari Perhitungan cairan dari infus : 1 cc 20 tetes/menit, jika yang diberikan 8 tetes/menit maka 8/20 x 1 cc = 0,4 cc. Kemudian 0,4 cc x 60 menit (1 jam) = 24 cc/jam. Maka dalam satu hari diberikan 24 cc x 24 jam = 576 cc Dengan demikian kebutuhan cairan per oral yang diperlukan adalah 840 576 = 264 ml 2. Tujuan Intervensi Diit Meningkatkan asupan makanan dan minuman sesuai dengan kebutuhan sampai 100% secara bertahap Meningkatkan asupan energi sesuai dengan kebutuhan Mencapai status gizi normal dengan memberikan asupan sesuai kebutuhan

3. Pemberian Diit (ND 2.1.1 Enteral Nutrition) Jenis diit Bentuk Frekuensi : rendah serat : saring / formula tempe dan cair : 3x makan utama selang seling sari kacang hijau setelah jam makan utama Rute pemberian : oral

14

a) Perencanaan Pemberian Diit Penukar MP LH LN Sayur Buah Susu Minyak TOTAL 680 101 16,5 29,5 1p 1p 2p 1p 1p E 262, 5 142,5 160 75 40 16 15 10 KH 60 4,5 12 L 6 9 10 4,5 P

4. Edukasi (E-1.2 Priority modifications) a) Tujuan: Memberikan informasi dan memotivasi keluarga pasien tentang diit yang diberikan di rumah sakit dan gizi terkait dengan diare yang dialami anak b) Rencana: Edukasi dilakukan setiap hari untuk pengkajian ulang (reassessment) data yang dibutuhkan untuk melakukan monitoring dan evaluasi. Bentuk edukasi yang dilakukan yaitu dengan evaluasi asupan makanan pasien dan tanya jawab terkait diit yang harus dijalani pasien selama di rumah sakit dengan keluarga pasien. 5. Konseling (C-1.1 Cognitive Behavioral Theory) a) Tujuan: Memberikan penjelasan kepada ibu/orang tua pasien untuk mengubah perilaku keluarga pasien untuk lebih selektif dalam pemilihan makanan untuk anak. Rencana: dilakukan pada akhir intervensi, yaitu pada Hari/tanggal Tempat Waktu Topik Alat/media Materi : Senin, 28 Oktober 2013 : ruang Amarilis 2/ 207B/II : 15-20 menit : tumbuh kembang anak : leaflet :
15

1. pengertian tumbuh kembang anak 2. hubungan gizi dengan tumbuh kembang anak 3. peran ibu dalam tumbuh kembang anak 4. pemilihan makanan yang tepat untuk anak 5. cara mengatasi anak yang sulit makan 6. Pemberian contoh menu sehari b) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (RC-1.4 Collaboration with other providers) Kolaborasi dengan dokter dilakukan untuk mengetahui kondisi dan perkembangan pasien secara medis untuk dapat melakukan intervensi gizi yang tepat dan pemberian diit yang sesuai keadaan pasien. Kolaborasi dengan perawat dilakukan untuk memantau kondisi dan

perkembangan harian pasien secara aktif untuk melakukan intrvensi lebih lanjut terkait terapi medis yang diberikan

16

B. Implementasi 1. Pemberian Diit 680 kkal Bentuk makanan: saring dan cair Rute pemberian makan secara oral Pemberian makan dilakukan secara bertahap sesuai daya terima dan kemampuan pasien yaitu dengan porsi kecil frekuensi sering Hari Jenis Diit E P L KH Rata Rata Asupan per hari (%) 1 Saring (BT) 3x Cair 3x 2 Lunak (BTS) 1x Saring (BT) 2x Cair 3x 3 Saring (BT) 3x Cair 3x 678 34,5 15,3 117 40% 1003,75 110,35 26,4 160 25% 678 34,5 15,3 117 50%

2. Edukasi Edukasi dilakukan dari tanggal 24 28 Oktober 2013 selama 15-20 menit yaitu sebelum, saat, dan sesudah intervensi untuk memotivasi keluarga pasien untuk meningkatkan asupan makan anak 3. Konseling Konseling dilakukan pada hari terakhir intervensi yaitu pada tanggal 28 Oktober 2013 jam 12.15 WIB di Ruangan Amarilis 2/207B dengan materi sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. 4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain Kolaborasi dilakukan setiap hari selama intervensi untuk memantau kondisi dan perkembangan pasien secara medis untuk dapat menentukan terapi gizi yang tepat.

17

Kolaborasi dengan dokter untuk mengetahui perkembangan penyakit pada anak secara medis. Sedangkan kolaborasi dengan perawat untuk mengetahui tanda tanda klinis yang telah diukur.

18

BAB V MONITORING DAN EVALUASI GIZI Monitoring dan evaluasi dilakukan pada tanggal 24-28 Oktober 2013 dengan rincian sebagai berikut: Tabel 5.1. Monitoring dan Evaluasi Asupan makan dan kondisi fisik/klinis
Hari/tgl Antropometri Biokimia Fisik/klinis Jenis Diit Asupan Identifikasi masalah Edukasi Rencana Lanjut Kamis 24-10-13 (siang) BB = 7 kg PB = 68 cm T = 37C KU = lemas, rewel, pucat Diit saring (BT) 15% - menolak makanan RS - stop konsumsi susu karena ketakutan akan memperparah diare nafsu makan menjelaskan pemberian sari tujuan BT dan hijau melakukan modifikasi makanan memberikan selang seling dengan BT sari Tindak

kacang

kepada pasien

keluarga

kacang hijau setelah jam makan utama

menurun drastis - muntah setiap kali makan - BAB cair 10x Jumat 25-10-13 (siang) T = 37,5C KU = lemas Diit saring (BT) BT = 60% Kacang hijau 20% = - BAB cair 4x - febris menolak makan -memotivasi keluarga pasien untuk terus mengedukasi ibu

untuk mengganti susu dengan untuk susu LLM

meningkatkan asupan makanan anak -membujuk anak

tetapi tetap disuapkan sedikit demi sedikit - sudah tidak muntah tetapi masih mual

mencegah yang dapat dan

alergi timbul

untuk mau konsumsi makanan dari rumah sakit

mengurangi diare

Jumat

sudan

III

Diit

BT = 40%

- mual saat makan

memotivasi keluarga

memberikan

BT

19

25-10-13 (malam)

positif

saring (BT)

Kacang Hijau 50% =

- febris -nafsu makan kembali menurun - BAB cair 6x

pasien

untuk

terus

selang

seling

sari

meningkatkan asupan makanan anak

kacang hijau setelah jam makan utama

Sabtu 26-10-13 (pagi)

T = 36,8 C

Diit lunak (BTS)

MP = 10 % LH = 0% LN = 5% Sayur 0% kacang hijau 20% = =

-kesalahan pemesanan dalam sehingga penurunan makan -menolak pemberian makanan lunak -BAB cair 4x bon diit terjadi asupan

koordinasi

kembali

mengganti menjadi BT

BTS

dengan tim produksi mengenai diit ketepatan akan

yang

diberikan pasien

konsumsi makanan di luar RS = resoles, pastel ayam Sabtu 26-10-13 (siang) Diit saring (BT) BT = 15% kacang hijau 50% Sabtu 26-10-13 Diit saring BT = 50% kacang =

- konsumsi makanan luar rumah sakit

- menjelaskan kepada keluarga pasien untuk kontrol konsumsi

(MLRS)

makanan luar rumah sakit

nafsu

makan

memotivasi keluarga pasien untuk terus

melanjutkan pemberian BT selang seling kacang hijau hingga asupan > 80% melanjutkan pemberian BT selang

menurun - BAB cair 2x, ada ampas sedikit - BAB cair 2x, ada ampas sedikit

meningkatkan asupan makanan anak memotivasi keluarga pasien untuk terus

20

(malam)

(BT)

hijau 30%

meningkatkan asupan makanan anak - BAB cair 4x, sudah ada ampas memotivasi keluarga pasien untuk terus

seling kacang hijau hingga asupan > 80% melanjutkan pemberian BT selang seling kacang hijau hingga asupan > 80% melanjutkan pemberian BT selang seling kacang hijau hingga asupan > 80% melanjutkan pemberian BT selang seling kacang hijau hingga asupan > 80% memberikan konseling pemilihan tentang jenis

Minggu 27-10-13 (pagi)

T = 36C

Diit saring (BT)

BT = 30% Kacang hijau 100% =

meningkatkan asupan makanan anak - BAB 1x, sudah ada ampas memotivasi keluarga pasien untuk terus

Minggu 27-10-13 (siang)

Diit saring (BT)

BT = 50% kacang hijau 50% =

meningkatkan asupan makanan anak - sudah tidak diare memotivasi keluarga pasien untuk terus

Minggu 27-10-13 (malam)

Diit saring (BT)

BT = 40% Kacang hijau 30% =

meningkatkan asupan makanan anak - sudah tidak diare memotivasi keluarga pasien untuk asupan

Senin 28-10-13 (pagi)

T = 35,5 C

Diit saring (BT)

BT = 40% Kacang hijau 30% =

mengontrol

makan anak saat di rumah

makanan yang tepat di rumah memberikan leaflet

yang berisi tentang pentingnya tumbuh

kembang anak serta contoh menu yang

bisa diterapkan

21

BAB VI PEMBAHASAN KASUS

Anak Meisya berusia 13 bulan masuk rumah sakit pada tanggal 24 Oktober 2013. Data antropometri BB 7 kg, PB 68 cm. Berat badan waktu lahir adalah 2,8 kg. Berdasarkan grafik pertumbuhan anak WHO 2008, status gizi pasien sekarang termasuk berat badan kurang dari normal (underweight)1. Selain itu, pasien juga pernah kehilangan berat badan yang tidak diinginkan 1 bulan yang lalu dari 7,2 kg menjadi 6,4 kg. Hal ini disebabkan adanya kebiasaan makan pasien yang tidak sesuai dengan kebutuhannya sehari hari. Pasien terbiasa mengkonsumsi bubur ayam instan sebagai makanan pokok. Pasien hanya mampu mengkonsumsi 1 sachet bubur ayam instan dicampur dengan bayam dan suwiran daging sapi untuk 1 hari makan. Sehari hari pasien juga mengkonsumsi susu 5-6 botol per hari (1 botol = 120 ml) tetapi juga belum dapat memenuhi kebutuhannya secara keseluruhan. Total kebutuhan yang dikonsumsi pasien sehari hari adalah E = 600 kkal, L = 18 gr, P = 13 gr, dan KH = 55 gr. Sedangkan standar kebutuhan pasien berdasarkan BB aktual adalah E = 676, 8 kkal , L = 15,04 gr , P = 21 gr, dan KH = 101,52 gr sehingga dapat disimpulkan asupan pasien masih kurang dari standar kebutuhan. Selain itu, perilaku pasien dalam menolak makanan yang diberikan juga timbul secara terus menerus mengakibatkan inadekuat asupan oral. Hal ini berpengaruh pada status gizi pasien sehingga badan pasien mengalami penurunan sekitar 0,2-0,8 kg pada saat penimbangan di Posyandu. Ketika sedang rewel, ibu pasien memberikan cemilan ringan seperti cokelat chok* chok*, chik*, tar*, dan wafer tang*. Hal ini dapat menimbulkan rasa ketagihan pada anak karena pada cemilan tersebut mengandung MSG (Monosodium Glutamat) yang memberikan rasa gurih sehingga anak menjadi sulit untuk mengkonsumsi makanan yang lain4. Pada tanggal 25 Oktober 2013, hasil laboratorium pasien menunjukkan adanya uji sudan III positif yang berarti terdapat kandungan lemak dalam feses pasien. Hal ini dapat disebabkan oleh kebiasaan makanan pasien yang tinggi lemak. Cemilan ringan yang diberikan ibu rata rata merupakan cemilan yang tinggi lemak ditambah dengan konsumsi jenis susu yang juga tinggi lemak. Maka ibu pasien disarankan untuk mengurangi kebiasaan anak dalam mengkonsumsi cemilan yang tidak sehat dan juga mengganti susu yang dikonsumsi anak dengan susu LLM (Low Lactose Milk). Kondisi pasien saat masuk rumah sakit secara umum sangat kurus, kecil, rewel, pucat ,dan lemah. Selain itu pasien selalu mengalami mual muntah setiap kali makan. Hal ini terjadi karena diare yang dialami oleh pasien sehingga kondisi fisiknya pun menurun.
22

Riwayat penyakit pasien yaitu terkena flek paru saat umur 4 bulan tetapi sudah dinyatakan sembuh setelah 6 bulan pengobatan. Flek paru pada pasien kemungkinan terjadi karena ayah adalah seorang perokok. Zat kimia yang dikeluarkan ini dari asap rokok di antaranya adalah gas karbonmonoksida, nitrogen oksida, hidrogen sianida, amoniak, akrolein, asetilen, benzaldehid, urethan, benzen, methanol, kumarin, 4-etilkatekol, ortokresol dan perylene sedangkan partikelnya adalah tar, indol, nikotin, karbarzol, dan kresol. Salah satu partikel asap rokok yang dapat menimbulkan terjadinya flek paru adalah tar. Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada saluran pernafasan dan paru-paru5. Pasien berisiko terkena flek paru karena Ayah pasien merokok di dalam rumah sehingga pasien adalah perokok pasif. Setelah dilakukan monitoring dan evaluasi pada tanggal 24 Oktober 2013, asupan anak pada saat masuk rumah sakit sangat rendah yaitu 15% karena adanya penolakan makan di rumah sakit sebagai salah satu bentuk proses adaptasi anak di rumah sakit. Intervensi mulai dilakukan pada hari Jumat 25 Oktober 2013 dengan memberikan diit saring/ formula tempe 3x makan utama dimodifikasi dengan selang seling diit cair (sari kacang hijau) 3 x 100 cc setelah jam makan utama. Kandungan prebiotik inulin dalam formula tempe dapat membantu menghentikan proses peradangan atau infeksi saluran cerna pada anak6. Tempe juga mempunyai kemampuan menghambat bakteri Enterotoxicogenic Escheria coli (

ETEC). Kemampuan menghambat bakteri ini sangat penting karena ETEC merupakan salah satu penyebab diare berat pada anak7. Keunggulan sifat-sifat tempe sebagai oral

rehydration therapy antara lain adalah kandungan protein yang tinggi termasuk delapan jenis asam amino esensial, sumber vitamin B12, kandungan lemak jenuh dan kolesterol yang rendah, mempunyai struktur sel yang unik yang memudahkan pencernaan dan penyerapan, serta memiliki aktivitas anti bakteri dan merangsang pertumbuhan6,7,8. Nilai Protein Efficiency Ratio (PER) formula tempe adalah 2,43 dan ini hampir setara dengan PER standar referensi kasein susu sapi yaitu 2,50. Penyerapan di usus lebih baik dan fermentasi juga meningkatkan penyerapan mikronutrien seperti Zn,Fe ,Mn Ca dan P8. Berdasarkan penelitian, anak yang mendapat bahan makanan campuran tempe-terigu berhenti diare setelah 2,39 0,09 hari (rerata), lebih cepat bila dibandingkan dengan anak yang mendapat bahan makanan campuran beras-susu (rata-rata 2,94 0,33 hari)9. Kacang hijau sendiri merupakan sumber vitamin B1 dan B2. Vitamin B1 berguna untuk meningkatkan nafsu makan dan memperbaiki saluran pencernaan. Penelitian pada
23

hewan percobaan mengungkapkan bahwa defisiensi vitamin B1 menyebabkan waktu pengosongan lambung dan usus dua kali lebih lambat. Lambatnya waktu pengosongan lambung dan usus mengindikasikan sulitnya proses pencernaan makanan yang terjadi sehingga kemungkinan makanan tersebut tidak dapat diserap dengan baik. Vitamin B1 adalah bagian dari koenzim yang berperan penting dalam oksidasi karbohidrat untuk diubah menjadi energi. Tanpa kehadiran vitamin B1 tubuh akan mengalami kesulitan dalam memecah karbohidrat. Selain Vitamin B1, ada juga kandungan Vitamin B2 dalam kacang hijau yang dapat membantu penyerapan protein di dalam tubuh. Peran Vitamin B2 yaitu meningkatkan penyerapan protein yang merupakan salah satu komponen penting dalam pertumbuhan sehingga menjadi lebih efisien. Maka dari itu, pemberian formula tempe selang seling sari kacang hijau setelah jam makan utama diberikan kepada pasien untuk mengatasi diare yang dialami dan juga membantu memperbaiki status gizi pasien secara bertahap. Pemberian diit dilakukan dengan memperhatikan standar kebutuhan pasien berdasarkan berat badan aktual yang dimaksudkan untuk meningkatkan asupan makan pasien terlebih dahulu. Selain mempertimbangkan asupan makanan, juga dipertimbangkan terapi medis yang diberikan yaitu infus selama dilakukannya intervensi. Selama intervensi, infus yang diberikan yaitu RL (Ringer Laktat) 576 cc/ 24 jam. Kebutuhan cairan diperoleh dari total kebutuhan cairan yaitu 840 ml. Dengan demikian, kebutuhan cairan yang dihitung dikurangi dengan cairan dari infus yaitu 264 ml. Namun tidak ada salahnya memberikan asupan cairan > 264 ml karena kondisi anak yang sedang diare sehingga kehilangan banyak cairan dalam tubuh. Cairan diberikan kepada pasien untuk menggantikan cairan yang hilang di dalam tubuh selama diare. Pada intervensi hari kedua terjadi kesalahan pemberian diit yaitu dari diit saring (bubur tempe) menjadi diit lunak (bubur tanpa santan). Hal ini terjadi karena adanya kesalahan dari perawat shift malam dalam menuliskan bon pemesanan diit pasien sehingga tim produksi pun mengikuti apa yang sudah dituliskan dalam bon pemesanan diit pasien. Maka dilakukan koordinasi ulang dengan tim produksi mengenai kesalahan dalam pemesanan diit pasien kemudian melakukan perubahan diit menjadi diit saring kembali untuk pemberian diit selanjutnya. Asupan pasien menurun pada saat menerima diit lunak yaitu 10%. Hal ini terjadi karena pasien menolak makanan yang diberikan dan pada akhirnya pasien mengkonsumsi makanan di luar rumah sakit yaitu satu buah resoles dan pastel ayam. Setelah diganti menjadi bubur tempe kembali pada menu makan siang, asupan pasien

menurun menjadi 15%. Hal ini terjadi karena waktu konsumsi makanan di luar rumah sakit mendekati jam makan siang sehingga pasien masih terasa kenyang untuk mengkonsumsi
24

bubur tempe. Namun pada intervensi hari ketiga, asupan pasien terhadap diit saring kembali meningkat menjadi 60% dan cairan sebesar 90%. Selain itu keluhan diare juga sudah mulai berkurang. Setelah keluhan diare tidak ada, pada tanggal 28 Oktober 2013 jam 13.30 WIB pasien sudah diijinkan untuk pulang. Selain intervensi dengan pemberian diit juga dilakukan edukasi dan konseling

terhadap orang tua terkait dengan pemilihan makanan untuk mencukupi kebutuhan gizi anak di rumah. Edukasi dilakukan setiap hari dari tanggal 24-28 Oktober 2013 yaitu pada waktu sebelum, saat, dan sesudah intervensi untuk memotivasi orang tua pasien untuk meningkatkan asupan makan anak hingga diharapkan terjadi penambahan berat badan anak hingga mencapai berat badan ideal yaitu 9 kg1. Selama dilakukan edukasi, respon orang tua pasien sangat baik mendengarkan dengan penuh perhatian dan sangat apresiatif. Selain edukasi juga dilakukan konseling pada hari terakhir intervensi dengan tujuan dapat memberikan motivasi kepada pasien untuk dapat meningkatkan asupan makannya dan juga merubah perilaku kebiasaan makan anak dengan makanan instan sebagai makanan pokok . Melihat respon orang tua pasien yang sangat baik dan berkomitmen untuk menjalankan pola makan anak yang seimbang diharapkan proses konseling dapat memberikan dampak yang positif untuk tumbuh kembang anak.

25

BAB VII KESIMPULAN

Berdasarkan hasil skrining dan asuhan gizi yang dilakukan, dapat disimpulkan, bahwa: An. M didiagnosis GEDS oleh dokter permasalahan gizi yang dialami An. M yaitu berat badan kurang (di bawah -2sd), penurunan asupan untuk 1 minggu terakhir, dan perlu meningkatkan kebutuhannya Intervensi pemberian diit dilakukan selama tiga hari. Pemberian diit berdasarkan berat badan aktual untuk meningkatkan asupannya terlebih dahulu hingga 100%. Hasil monitoring dan evaluasi selama intervensi, pasien mengalami peningkatan asupan makan pada hari pertama. Pada hari kedua adanya penurunan asupan karena adanya kesalahan dalam pemberian diit. Namun, pada hari ketiga asupan pasien kembali meningkat Respon orang tua sangat baik selama dilakukan edukasi dan konseling, sudah ada komitmen untuk patuh menjalankan diitnya.

26

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO.2008. Grafik Pertumbuhan Anak Perempuan Usia 0-60 Bulan. Depkes RI 2008. 2. American Dietetic Association. International Dietetics and Nutrition Terminology. 4th Edition. 2013 3. Escott Stump, Sylvia. Mahan, L.Ktheen. Raymond, Janice L. Krauses Food and The Nutition Care Process. USA: Elsevier. 2012. 4. FASEB. 1995. Analysis of Adverse Reactions to Monosodium Glutamate (MSG) Report. Life Sciences Research Office, Federation of American Societies for Experimental Biology, Washington, DC. 5. Chauduri R, Livingston E, McMahon AD, Thomson L, Borland W, Thomson NC. Cigarette smoking impairs the therapeutic response to oral corticosteroid in chronic asthma. Am J Respir Crit Care Med 2003; 168: 1308 1311 6. Astawan M. 2004. Potensi Tempe Ditinjau Dari Segi Gizi dan Medis. Solo: Tiga Serangkai 7. Grajek W, Olejnik A, & Sip A. 2005. Probiotics, Prebiotics, and Antioxidants as Fungsional Foods. Acta Biochimica Polonica. Vol. 52. No.3 Pp 655 671 8. Sudigbia I. 1990. Pengaruh Suplementasi Tempe Terhadap Kecepatan Tumbuh Pada Diare Anak Umur 6-24 bulan, Disertasi. Universitas Diponegoro, Semarang. 9. Sudigbia dan Haritono. 1992. Efek Positif Tempe Terhadap Mukosa Usus Anak Penderita Diare. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UNDIP, RSUP Kariadi Semarang. Jakarta: Majalah Gizi Indonesia, Vol. 1-2.

27

28

Lampiran 2 Estimasi asupan sehari-hari pasien berdasarkan food frekuensi


No jenis bahan makanan Frekuensi konsumsi Perkiraan jumlah dalam setiap kali makan penukar 1 Sumber Karbohidrat 2 Lauk hewani 3x/hari p 3x/hari p bubur ayam instan daging ayam suwir 3 4 Lauk nabati Sayuran golongan B 5 6 7 Buah Minyak Susu 1x/hari 5x/hari 1p 1p 3x/hari 1/4 p bayam tumbuk Pisang Susu dalam kemasan jumlah Presentase dari perkiraan kebutuhan (%) 366,25 53,86 11,75 29,74 26,5 26,10 40 265,95 sapi 120 130 7 9 30 7 12,5 0,75 2,5 23,75 2,5 1,5 80 1,5 15 1,5 dalm Asal bahan Energi (kkal) Protein (gr) KH (gr) Lemak (gr)

29

Lampiran 3 Perencanaan menu 25-28 Oktober 2013 Hari 1/2/3 Pagi Jam 06.00 Menu Bubur tempe 10.00 Sari Kacang 76 Hijau Siang 12.00 Bubur tempe 15.00 Sari Kacang 76 Hijau Malam 17.00 Bubur tempe 19.00 Sari Kacang 76 Hijau TOTAL 678 117 15,3 34,5 16 0,3 5,5 150 23 4 6 16 0,3 5,5 150 23 4 6 16 0,3 5,5 150 E 23 KH 4 L 6 P

30

Lampiran 4 Implementasi Diit 25-28 Oktober 2013 Hari/tanggal Jam 1 Jumat / 25 12.00 BT Hari 2 3 90 45,6 2,4 3,6 E KH L P

Oktober 2013 15.00 Sari Kacang Hijau 17.00 19.00 BT Sari Kacang Hijau SUB TOTAL Sabtu / 26 06.00 MP BTS LH telur bacem LN oseng tempe Sayur : Tumis kacang panjang + wortel Buah : 10.00 Sari Kacang Hijau
31

15,2

3,2

0,06

1,1

60 38

30,4 8

1,6 0,15

2,4 2,75

203,2 : 71,32

87,2 9,9

4,21 2,62

9,85 2,43

Oktober 2013

15,2

3,2

0,06

1,1

12.00 15.00

BT Sari Kacang Hijau

22,5 38

3,45 8

0,6 0,15

0,9 1,1

17.00 19.00

BT Sari Kacang Hijau

75 22,8

11,5 4,8

2 0,09

3 1,65

SUB TOTAL Minggu/ 27 06.00 BT

244,82 45

40,85 6,9

5,52 1,2

10,18 1,8

Oktober 2013 10.00 Sari Kacang Hijau 12.00 15.00 BT Sari Kacang Hijau 17.00 19.00 BT Sari Kacang Hijau SUB TOTAL Senin / 28 06.00 BT 278,8 60 48,4 9,2 5,19 1,6 14,35 2,4 60 22,8 9,2 4,8 1,6 0,09 2,4 1,65 75 38 11,5 8 2 0,15 3 2,75 38 8 0,15 2,75

Oktober 2013 10.00 Sari Kacang Hijau SUB TOTAL TOTAL 82,8 809,62 14 190,45 1,69 16,61 4,05 38,43 22,8 4,8 0,09 1,65

32

Pengertian Toddler
Lampiran 5 Leaflet

Anak usia toddler adalah anak usia 12- 36 bulan (1-3 tahun). Pada periode ini anak berusaha mencari tahu bagaimana sesuatu bekerja dan bagaimana mengontrol orang lain melalui kemarahan, penolakan, dan tindakan keras kepala. Hal ini merupakan periode yang sangat penting untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan intelektual secara optimal

Apa Akibatnya Apabila Kurang Gizi?


Pertumbuhan otak tidak optimal dewasa lebih rendah dari anak normal Sering sakit seperti batuk, pilek, demam, diare, dll Berat dan tinggi badan pada usia

Hubungan Gizi dan Tumbuh Kembang Anak


Instalasi Gizi RSUD Tugurejo Semarang Jl Raya Tugurejo Semarang Telp. (024) 7605378, 7605297 Fax. 7604398

Gizi Seimbang Untuk Anak Usia 1236 bulan

Kurangnya gizi yang diserap oleh tubuh mengakibatkan mudah terserang penyakit, karena gizi memberi pengaruh yang besar terhadap kekebalan tubuh. Gizi bukan hanya mempengaruhi kesehatan tubuh. Apabila gizi yang diperlukan oleh otak tidak terpenuhi, maka tumbuh kembang anak tidak akan optimal

Pada usia ini secara bertahap mulai diperkenalkan dengan makanan yang lebih kental/padat. Mulai dengan memperkenalkan masalah selingan seperti bubur, kacang hijau, pudding susu/buah, biscuit, dll

33

TIM KENTANG KAKAP BROKOLI (untuk 1 porsi = 273 kalori) Bahan : 200 gr kentang rebus, haluskan 50 gr kakap fillet, haluskan 50 gr brokoli cacah halus 1 btr telur 1 sdm keju parut 400 ml kaldu Cara membuat Campur semua bahan, aduk hingga rata. Kukus hingga matang. Angkat dan sajikan Yang Harus Diperhatikan 1. Perkenalkan aneka ragam makanan 2. Hindari makanan instan 3. Buat penampilan makan semenarik mungkin sehingga anak tertarik untuk mengkonsumsi 4. Beri makanan sesuai kebutuhan

34

LAMPIRAN 6 PAGT (Proses Asuhan Gizi Terstandar)

35

You might also like