You are on page 1of 4

BAB III PERTANYAAN 1. Apa saja tanda pendarahan post tonsilektomi? bagaimana menilainya? 2.

Apa yang menjadi penyebab perdarahan ? 3. Bagaimana penatalaksanaannya

DISKUSI 1. Apa saja tanda pendarahan post tonsilektomi? bagaimana menilainya? Bila pasien belum sadar, terdengar nafas yang berbunyi. Bunyi tambahan (gurgling) diakibatkan adanya darah pada tenggorok Keluarnya darah dari mulut atau hidung segera pascaoperasi tonsilektomi. Pasien merasa mual dan bisa muntah darah segar maupun darah kehitaman. karena terlalu banyak menelan darah. Hal ini disebabkan darah bersifat mengiritasi lambung. Jika pasien anak tampak menelan terus-menerus dapat menjadi tanda terjadinya pendarahan aktif Adanya gangguan sirkulasi, seperti warna kulit pasien memucat, tekanan darah yang rendah, dan frekuensi nadi > 100 x/menit merupakan tanda bahwa perdarahan sedang berlangsung.

2. Penyebab pendarahan? A. Early Bleeding o Pendarahan primer Pendarahan yang terjadi saat operasi tonsilektomi. Keadaan ini cukup berbahaya karena pasien masih dipengaruhi obat bius dan refleks batuk belum sempurna sehingga darah dapat menyumbat jalan nafas menyebabkan sfiksi. Asfiksi inilah yang dapat mengakibatkan tersumbatnya jalan napas dan membuat komplikasi yang berat dan mengancam jiwa. Penyebabnya diduga karena kelainan pembekuan darah pada pasien, infeksi tonsil pada fase akut dan robeknya pembuluh darah vena tonsilar

o Pendarahan reaksioner Pendarahan yang terjadi dalam 24 jam pasca tonsilektomi. Merupakan keadaan emergensi dan harus segera diatasi. Pendarahan reaksioner dapat disebabkan oleh terlepasnya ligasi (slipping of ligature) dikarenakan meningkatnya tekanan pembuluh darah akibat efek adrenalin yang menghilang. B. Delayed bleeding Pendarahan sekunder Pendarahan yang terjadi setelah 5 sampai 10 hari pasca tonsilektomi. Pendarahan

sekunder pada tonsilektomi disebabkan oleh infeksi, trauma akibat makanan, ikatan jahitan terlepas, atau akibat jaringan granulasi yang menutupi fossa tonsil terlalu cepat lepas sebelum luka sembuh sehingga pembuluh darah dibawahnya terbuka dan terjadi pendarahan. Pendarahan sekunder biasanya tidak separah pendarahan primer maupun reaksioner dikarenakan pembuluh darah yang laserasi umumnya adalah pembuluh darah superfisial. Pada inspeksi akan ditemukan bekuan darah pada fossa tonsilar, bekuan darah tersebut mencegah terjadinya vasokonstriksi dan kontraksi pembuluh darah sehingga pendarahan akan terus terjadi Sumber: Dhingra PL. Disease of ear nose and throat. Amsterdam :Elsevier 2010. p.381-382 Arora. Self assessment and Review ENT. Newdelhi. Jaypee Brothers Medical Publisher (P) ltd: 2009. p 42 -43 De Souza. Textbook of the ear, nose, and throat. Minneapolis. Orient longman. 1995. p.180 181 3. Penatalaksanaan 1. Pendarahan primer Pendarahan primer dikontrol dengan penekanan, ligasi atau electrocoagulasi pembuluh darah yang menjadi sumber pendarahan 2. Pendarahan Reaksioner Pendarahan persisten umumnya diatasi dengan membius kembali pasien dan mengendalikan pendarahan dengan ligasi atau pengisapan elektrokauter.

3. Pendarahan sekunder Dilakukan pelepasan bekuan darah pada fossa tonsilar agar segera terjadi kontraksi pembuluh darah dan vasokontriksi sehingga pendarahan berhenti. Penekanan disertai pemberian tampon adrenaline yang mengandung adrenalin 1:1000. Selanjutnya bila masih gagal dapat dicoba dengan pemberian hemostatik topikal di fosa tonsil. Jika dengan cara cara yang disebutkan pendarahan belum berhenti maka dilakukan anestesia umum dan dilakukan ligasi atau

elektrokoagulasi. Terkadang ligasi karotid eksternal sistemik juga diberikan untuk mengatasi infeksi. Sumber:

dibutuhkan. Antibiotik

Dhingra PL. Disease of ear nose and throat. Amsterdam :Elsevier 2010. p.381-382 Arora. Self assessment and Review ENT. Newdelhi. Jaypee Brothers Medical Publisher (P) ltd: 2009. p 42 -43 De Souza. Textbook of the ear, nose, and throat. Minneapolis. Orient longman.: 1995. p.180 181 Adams GL, Boies LR, Highler PA. BOIES buku ajar penyakit tht. Jakarta. ECG: 1997. 337 341

Secara umum penatalaksanaan pendarahan tonsilektomi adalah sebagai berikut: o Baringkan pasien pada satu sisi tanpa bantal o Ukur nadi dan tekanan darah secara teratur o Awasi adanya gerakan menelan karena pasien mungkin menelan darah yang terkumpul di faring dan o Napas yang berbunyi menunjukkan adanya lendir atau darah di tenggorok. Suction darah atau lendir untuk membebaskan jalan nafas. Jika pasien dalam keadaan syok hipovolemia, berikan cairan ringer laktat intra vena atau tranfusi darah/plasma tergantung derajat syok hipovolemi. o Lalu periksa fosa tonsil. Jika ada, bekuan darah di fossa tonsil diangkat, karena tindakan ini dapat menyebabkan jaringan berkontraksi dan perdarahan berhenti spontan. Bila perdarahan belum berhenti, dapat dilakukan penekanan

dengan tampon yang mengandung adrenalin 1:1000. Selanjutnya bila masih gagal dapat dicoba dengan pemberian hemostatik topikal di fosa tonsil dan hemostatik parenteral dapat diberikan. Bila dengan cara di atas perdarahan belum berhasil dihentikan, pasien dibawa ke kamar operasi dan dilakukan perawatan perdarahan seperti saat operasi.

You might also like