You are on page 1of 28

MAKALAH PRESENTASI MATA KULIAH AGAMA DAN ETIKA ISLAM

(ETIKA PENGEMBANGAN IPTEKS DAN LINGKUNGAN)

KELOMPOK 4 : 1. Lulu Adninnafiaah (10112091) 2. Elfina Marchantia Karima (10512039) 3. Restu Annisa Rachmah (10612077) 4. R.A Indira (11611013) 5. Nisrina Nur Aini (11612031) 6. Dita Nur Hanifah (12012034) 7. Anti Dwi Putri (12111031) 8. Rodiyatun Khotijah (12212047) 9. Dwitami Puspaningrum (15412085) 10. Nibras Khairiyah (17012017) 11. Riska Audina Anindyasari (18112036) 12. Andhina Amalia R (18212020)

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG OKTOBER 2013

I. PENDAHULUAN

Ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa sekarang telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Setiap saatnya selalu ada penelitan dan penemuan yang melahirkan inovasi-inovasi terbaru. Selain ilmu pengetahuan dan teknologi, seni juga mengalami perkembangan yang sama pesatnya seperti kedua hal tersebut. Ketiganya bahkan seperti berkaitan erat satu sama lain. Begitu pun secara Islam, jika ditinjau dari sisi ilmu pengetahuan/sains, maka AlQuran sebagai petunjuk merupakan peletak landasan filosofi manusia dalam memandang dan memahami alam semesta. Untuk itu manusia harus benar-benar mengkaji Al-Quran karena Al-Quran juga merupakan sumber fenomena yang layak untuk diriset, artinya permasalahan riset dapat saja muncul setelah orang membaca dan mengkaji Al-Quran. Sedangkan teknologi dalam Islam adalah bukan merupakan tujuan, tetapi sebagai alat yang digunakan untuk meneropong terhadap ayat-ayat Allah. Semakin maju teknologi, semakin banyak informasi yang diperoleh. Dengan demikian, diharapkan akan semakin memperbesar peran manusia sebagai khalifah Allah di permukaan bumi yakni memakmurakan bumi dan mengusahakan kesejahteraan bagi segenap bumi untuk menciptakan manusia yang Rahmatan lil Alamin. Bila ada pemahaman atau tafsiran ajaran agama Islam yang menentang fakta-fakta ilmiah, maka kemungkinan yang salah adalah pemahaman dan tafsiran terhadap ajaran agama tersebut. Bila ada ilmu pengetahuan yang menentang prinsip-prinsip pokok ajaran agama Islam maka yang salah adalah tafsiran filosofis atau paradigma materialisme-sekular yang berada di balik wajah ilmu pengetahuan modern tersebut. Karena alam semesta yang dipelajari melalui ilmu pengetahuan dan ayat-ayat suci Allah.SWT (Al-Quran) dan Sunnah Rasulullah saw yang dipelajari melalui agama adalah sama-sama ayat-ayat (tanda-tanda dan perwujudan/tajaliyat) Allah swt, maka tidak mungkin satu sama lain saling bertentangan dan bertolak belakang, karena keduanya berasal dari satu Sumber yang Sama, Allah Yang Maha Pencipta dan Pemelihara seluruh Alam Semesta. Namun sebelum kita menciptakan ilmu dan pengetahuan yang ada hingga pada saat ini , Allah SWT telah lebih dahulu menciptakan bumi ini dalam keadaan seimbang, alam

yang indah, binatang dan tanaman yang bermacam-macam dan semua itu Allah S SWT ciptakan kali keadaan Namun untuk Allah sangat kesinambungan SWT ideal ini di kehidupan manusia Nabi di bumi ini. AS, di Ketika bumi bumi seiring orang

pertama dalam ini.

menciptakan mendukung lama bumi

Adam

untuk

kehidupan makin ini dan

manusia berkurang

keidealan jumlah

makin muka

bertambahnya

manusia

sikap

beberapa

yang suka berbuat onar di muka bumi inilah yang membuat bumi ini tidak lagi ideal untuk ditinggali. Karena itu, seiring berkembangnya zaman, manusia terus berusaha untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di alam ini.Etika Lingkungan atau Etika Ekologi muncul sebagai solusi untuk menyelesaikan permasalahan antara manusia dengan alam dan memberikan solusi bagaimana seharusnya manusia bersikap terhadap alam.

II. PEMBAHASAN

A. BUKTI SEJARAH KEMAJUAN IPTEKS ISLAM

A.1 Sejarah Kemajuan Iptek Islam Jaman Daulah Abbasiyah dikatakan sebagai masa menjamurnya kesastraan dan ilmu pengetahuan serta ilmu-ilmu purbakala yang disalin ke dalam bahasa Arab. Lahirlah pada masa itu sekian banyak penyair, pujangga, ahli bahasa, ahli sejarah, ahli hukum, ahli tafsir, ahli hadits, ahli filsafat, thib, ahli bangunan dan sebagainya. Dinasti Abbasiyiah membawa Islam ke puncak kejayaan. Saat itu, dua pertiga bagian dunia dikuasai oleh kekhalifahan Islam.

Ilmu pengetahuan pada saat itu dipandang sebagai suatu hal yang sangat mulia dan berharga. Para khalifah dan para pembesar lainnya mengantisipasi kemungkinan seluasluasnya untuk kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Kecanggihan teknologi masa ini juga terlihat dari peninggalan-peninggalan sejarahnya, seperti arsitektur mesjid Agung Cordoba Blue Mosque di Konstantinopel atau menara spiral di Samara yang dibangun oleh khalifah al-Mutawakkil.

Saat itu banyak lahir tokoh dunia yang kitabnya menjadi referensi ilmu pengetahuan modern. Salah satunya adalah bapak kedokteran Ibnu Sina atau yang dikenal saat ini di Barat dengan nama Avicenna. Tidak hanya itu, terjemahan buku-buku bangsa Arab, terutama bukubuku keilmuan hampir menjadi satu-satunya sumber-sumber bagi pengajaran di perguruanperguruan tinggi Eropa selama lima atau enam abad. Selain itu, buku-buku bangsa ArabPersia juga dijadikan sandaran oleh para ilmuwan Barat seperti Roger Bacon, Leonardo da Vinci, Arnold de Philipi, Raymond Lull, san Thomas, Albertus Magnus dan Alfonso X dari Castella. Itu sebabnya, perpustakaan umum banyak dibangun di masa kejayaan Islam. Saat itu peradaban Islam memang peradaban emas yang mencerahkan dunia. Bahkan menurut Montgomery, tanpa dukungan peradaban Islam yang menjadi dinamonya, Barat bukanlah apa-apa.

Berikut ini adalah beberapa penemu atau ilmuan muslim yang sangat berpengaruh terhadap ilmu pengetahuan yang hingga sekarang masih bermanfaat dan masih digunakan.

1. Al-Khawarizmi: penemu ilmu aljabar di dalam matematika. 2. Ibnu Sina: penulis buku tentang kedokteran 3. Jabbir Ibnu Hayyan: ahli kimia yang di kenal sebagai bapak kimia 4. Albiruni: bapak antropologi 5. Abu Alzahwari: penulis kitab untuk menyembuhkan luka pada saat operasi 6. Ibnu Haitham: bapak ilmu mata yang menjelaskan bagaimana mata bekerja 7. Ar-Razi: orang pertama yang bisa menjelaskan tentang penyakit cacar

Beberapa bukti penemu-penemu yang berasal dari orang Islam tersebut membuktikan bahwa Islam telah memberikan dampak besar bagi ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berkembang pesat pada saat ini. Sebagai muslim atau muslimah kita seharusnya bangga dan menyadari hal tersebut agar tetap bersemangat untuk belajar dan tidak mudah menyerah untuk mengembangkan dan meneruskan perjuangan umat kita sendiri. Penemuan-penemuan sains dan teknologi tersebut sebagian besar berasal dari masa kejayaan Kekhalifahan Islam, oleh para sarjana Muslim. Hal tersebut tentu merupakan bukti sejarah untuk generasi Islam sepanjang masa yang dapat dijadikan potensi besar untuk mengembangkan dan menguasai sains dan teknologi masa kini.

Beberapa bukti yang menunjukkan sejarah Iptek yang ditemukan Islam, antara lain :
1. Masaru Emoto ( Universitas Yohokama ) membuktikan bahwa air memiliki

kehidupan dan bisa merespon rangsangan yang diberikan padanya. Hal tersebut memperkuat bukti bahwa segala sesuatu yang hidup diciptakan dari air. Seperti yang tertulis dalam Alquran surah Al-anbiya:30 Dan Kami ciptakan dari air segala sesuatu yang hidup
2. Dr. Fidelmina (dokter ahli neurologi dari Amerika) mengakui bahwa adanya

peredaran darah pada saat tubuh melakukan gerakan shalat, dapat mencegah terjadinya stroke dan meningkatkan kecerdasan orang. Ia menemukan fungsi yang dahsyat pada gerakan shalat dalam bidang kesehatan. Karena kekagumannya pada hal tersebut, ia percaya bahwa Islam adalah agama yang sempurna.
3. Ignaro dan Murat membuktikan bahwa orang yang melakukan shalat shubuh

mendapat beberapa keuntungan, seperti di bidang kesehatan, shalat subuh memberikan pengaruh baik untuk pencegahan kardiovaskuler. Selain itu, orang-orang yag melakukan aktivitas pada waktu shubuh, mampu memproduksi zat Nitrioksida yang berfungsi baik untuk mencegah pembekuan darah. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sesuatu yang sangat berharga dan berguna. Dengan ilmu pengetahuan semua hal dapat dikembangkan. Kecanggihan teknologi masa ini terlihat dari peninggalan-peninggalan sejarahnya. Islam telah terbukti mampu mengadopsi teknologi dari luar. Peradaban Islam mampu memberi pencerahan pada dunia yang kini melahirkan teknologi yang lebih canggih lagi. Beberapa kecanggihan teknologi peninggalan Islam, di antaranya :
1. 2.

Arsitektur mesjid Agung Cordoba Blue Mosque di Konstantinopel yang megah Menara spiral di Samara yang dibangun oleh khalifah al-Mutawakkil,

3. Istana al-Hamra (al-Hamra Qasr) yang dibangun di Seville, Andalusia pada tahun 913

M.
4. Senjata manzanik, sejenis ketepel besar pelontar batu atau api yang dibuat oleh

tentara Islam
5. Kincir angin pertama tidak diciptakan di Belanda, melainkan di Arab pada awal abad

ke7. Kincir angin ini awalnya dibuat untuk bangsa Persia yang tinggal di padang pasir yang tidak berujung dengan banyak udara panas untuk dimanfaatkan.

6. Pada abad ke 9, Abbas Ibn Firnas mencetus gagasan pesawat layang (glider) pertama

dengan membuat sayap menggunakan bulu-bulu burung pemakan bangkai yang kemudian dipasangkan ke tangannya. Percobaannya itu gagal dan menyebabkan cedera punggung. Dinilai kegagalannya karena tidak ada ekor pada glider.
7. Di abad ke-10, Abu al-Qasim al-Zahrawi (lebih dikenal dengan nama Albucasis),

seorang fisikawan dan dokter bedah andal menciptakan set alat-alat operasi pertama.
8. Di abad ke-10 pula Abu Tamim Maad al-Muizz Li-Dinillah membuat pena pertama

atas permintaan Raja Mesir Al-Muizz untuk membuatkannya pena untuk kaligrafi yang tidak mengotori tangan atau pakaiannya. Akhirnya terciptalah pena yang menyatu dengan kontainer tintanya dan dapat diisi ulang.
9. Di abad ke-11 Ibn al-Haytham membuat kamera optik pertama. Ibn al-Haytham

merupakan seorang ilmuwan yang banyak meneliti tentang cahaya yang akhirnya membuahkan Pinhole Camera. Teori dan temuan-temuannya merupakan penggagas pertama kamera dan proyektor modern.

A.2 Sejarah Kemajuan Seni Islam Kebudayaan Islam pada masa Dinasti Bani Umayyah Pada masa itu mengalami kemajuan yang pesat daripada pada zaman Khulafaur Rasyidin. Hal ini sesuai dengan ajaran islam yang menyuruh para penganutnya untuk meningkatkan kualitas diri ke arah yang lebih baik dan maju. Adapun kebudayaan yang menonjol pada saat itu seperti qiraat, qasidah, seni ukir dan seni bangunan. Pada seni ukir dan seni bangunan ini tampak dengan jelas pengaruh kebudayaan Persia dan Romawi yang telah diwarnai oleh hal-hal bersifat islami. Di antara kebudayaan islam yang mengalami perkembangan pada masa Dinasti Bani Umayyah adalah kesenian dan arsitektur.

Kesenian Kesenian yang berkembang pada masa dinasti Bani Umayyah adalah kasidah, qiraat

dan seni ukir. Seni kasidah ini sudah ada dari semenjak islam belum lahir. Kemudian setelah islam lahir yaitu pada masa khulafaur rasyidin dan Bani Umayyah seni kasidah lebih dikembangkan. Bait-bait sajak yang dinyanyikan dalam kasidah berupa pujian kepada Allah SWT dan RasulNya, seruan bertakwa kepada Allah SWT. Kesenian lainnya adalah qiraat,

yaitu cara-cara mengucapkan kalimat-kalimat atau ayat-ayat Al-quran dengan baik, indah dan benar. Pada masa dinasti Bani Umayyah lahir tujuh macam cara membaca Al-quran yang disebut Qiraat Sabah, harus dijadikan sebagai pedoman oleh umat islam dalam membaca Al-quran. Selain kasidah dan qiraat, seni ukir mengalami perkembangan yang lebih maju. Motif ukiran yang menonjol dan digunakan pada masa dinasti Bani Umayyah adalah khat (tulisan) Arab. Banyak ayat Al-quran , hadist Nabi SAW, syair-syair yang bermutu dan kata-kata mutiara yang diukir dengan indah di dinding mesjid, tembok istana dan gedung megah. Bani Umayyah memiliki peninggalan ukiran yang indah yaitu ukiran yang berpahat pada dinding tembok istana yang dibangun oleh Khalifah Walid bin Abdul Malik, istananya bernama Qusair Amrah (istana mungil amrah).

Arsitektur Arsitektur pada masa dinasti Bani Umayyah adalah seni bangunan sipil, seni

bangunan agama dan seni bangunan militer. Yang termasuk bangunan sipil seperti istana yang megah dan gedung milik pemerintah atau pribadi. Sedangkan yang dimaksud bangunan agama adalah mesjid dan bangunan militer adalah benteng.Gedung atau bangunan tersebut pada umumnya bergaya campuran antara Romawi, Persia dan Arab yang kemudian diwarnai dengan warna islam. Gedung-gedung tersebut telah tersebar di berbagai kota, seperti Damaskus (ibukota Bani Umayyah), Kairawan (Afrika Utara) dan Kordoba ( Spanyol). Kebudayaan Islam pada masa Dinasti Abbasiyah

Dalam bidang kebudayaan, dinasti Abbasiyah mengalami kemajuan yang amat pesat. Hal ini dapat dilihat dari seni pahat, seni ukir, seni sulam, seni lukis, seni suara, seni musik, seni tari, seni bahasa dan arsitektur. Perkembangan kebudayaan pada masa dinasti Abbasiyah lebih maju dibandingkan dengan perkembangan pada masa dinasti Bani Umayyah. Sebab-sebabnya antara lain :

Dapat dilihat dari segi faktor internal, yaitu perintah dari ajaran islam terhadap para penganutnya agar melakukan usaha-usaha dalam bidang kebudayaan, sehingga hari ini lebih maju dari hari kemarin.

Dapat dilihat dari segi faktor eksternal, yaitu adanya kestabilan dalam bidang politik, kemakmuran dalam bidang ekonomi, adanya partisipasi dari para khalifah dan pejabat

negara dan adanya akulturasi antara kebudayaan islam dan kebudayaan yang terdapat di wilayah kekuasaan islam seperti Persia, Hindu dan Yunani. Kemajuan kebudayaan pada masa Dinasti Abbasiyah dapat dilihat dari berbagai bidang seni, yaitu antara lain :

Seni bangunan

Pada masa dinasti Abbasiyah telah dilaksanakan pembangunan kota-kota baru dan pembaharuan kota-kota lama dalam berbagai wilayah. Kota-kota baru yang dibangun, seperti Bagdad dibangun oleh khalifah Abu Jafar Al-Mansur dan Samara dibangun oleh khalifah Al-Mutasim , yang kemudian dijadikan ibukota negara yang sebelumnya kota Bagdad.

Seni rupa

Bidang seni rupa yang mengalami perkembangan lebih maju pada masa dinasti Abbasiyah adalah seni pahat, seni ukir, seni sulam dan seni lukis.

Seni suara, seni tari dan seni musik

Pada masa dinasti Abbasiyah seni suara, seni tari dan seni musik juga mengalami kemajuan. Hal itu ditandai dengan bermunculan penyanyi-penyanyi terkenal, didirikannya sekolahsekolah musik dan pabrik-pabrik yang memproduksi alat musik serta dipentaskan seni tari di berbagai tempat.

Seni bahasa

Kemajuan seni bahasa pada masa dinasti Abbasiyah ditandai dengan lahirnya para penyair terkenal, banyaknya para pengarang novel baik yang asli maupun terjemahan dan lahirnya seni drama.

B. EKSISTENSI DAN KEDUDUKAN ILMUWAN Secara bahasa, ulama berasal dari kata kerja dasar alima (telah mengetahui), berubah menjadi kata alimun dan ulama (orang yang mengetahui). Berdasarkan istilah, pengertian ulama dapat dirujuk pada Al-Quran pada ayat berikut ini : Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah diantara hambaNya adalah ulama (Q.S. Fathir : 28). Merujuk dari lafadz tersebut, ulama dapat diartikan sebagai hamba Allah yang takut melanggar perintah Allah dan takut melalaikan perintahNya dikarenakan dengan ilmunya ia sangat mengenal keagungan Allah. Beberapa tokoh ilmuwan dalam sejarah Islam jelas menjadi bukti janji Allah akan terangkatnya derajat mereka dihadapan Allah maupun sesama manusia. Ilmuwan ini seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Al Turmudzi dalam bidang hadits; Al Khuwarizmi ilmuwan Muslim perintis ilmu pasti; Al Farghani atau Farghanus seorang ahli astronomi. Di bidang kedokteran, ilmuwan Muslim yang terkenal antara lain Abu Ali Al Husain bin Abdullah bin Sina atau Avicenna. Dan sesungguhnya para ulama itu adalah pewaris para nabi. Dan sesungguhnya para nabi tidaklah mewariskan dinar maupun dirham, hanya saja mereka mewariskan ilmu. Maka barang siapa yang mengambilnya (ilmu tersebut) berarti dia telah mengambil bagian ilmu yang banyak. (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi). Hadits ini dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami no. 6298 dari Abud Darda) KEDUDUKAN ULAMA 1. Orang yang berkedudukan tinggi di sisi Allah Hal ini ditegaskan Allah di Al-Quran Surat Al Mujadalah ayat 11, Allah berfirman : Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat. Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sadi berkata dalam tafsirnya : Allah akan mengangkat ahlul ilmi dan ahlul iman beberapa derajat, sesuai dengan apa yang Allah khususkan kepada mereka (berupa ilmu dan iman). 2. Orang yang paling khasyyah/taqwa kepada Allah Sebagaimana dalam Al Quran Surat Fathir : 28, Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah diantara hambaNya adalah ulama. 3. Orang yang paling peduli terhadap umat

Seperti dalam firman Allah : Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar serta beribadah kepada Allah. (Ali Imran : 110). Dalam ayat ini sangat jelas kedudukan ulama sangat peduli kepada umat karena di dunia sangat getol menyiarkan amar maruf dan nahi munkar. 4. Ulama adalah rujukan umat dan pembimbing mereka ke jalan yang benar Allah berfirman, Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui. (Al Anbiya : 7)

C. PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN IPTEKS DAN LINGKUNGAN Islam pada zaman khalifah memang begitu pesat perkembangannya, apalagi di bidang sains dan teknologi, mulai dari sistem pemerintahan sampai dengan sistem pertahanan sehingga dapat melahirkan cendikiawan-cendikiawan yang sangat berperan besar dalam mengembangkan sains dan teknologi di dalam Islam. Tapi lama kelamaan Islam mengalami kemunduran akibat masuknya budaya barat yang sedikit demi sedikit terkikisnya Islam. Bisa dilIhat dari hal-hal yang melanda umat pada zaman sekarang ini, seperti rusaknya lingkungan, tercemarnya bumi, terancamnya kehidupan makhluk hidup, yang itu semua merupakan peradaban yang bertentangan pada fitrah manusia itu sendiri. Selain itu dunia barat juga membuat kerusakan moral dan akhlak, rapuhnya mentalitas manusia dan nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini membuat umat islam mengalami kemunduran yang begitu pesat, namun dapat mendorong umat islam untuk terus dan selalu berfikir untuk pengembangan di dalam dunia sains dan teknologi. Adapun alternatif-alternatif dalam memecahkan masalah kemunduran umat islam di bidang peradaban, antara lain : a. Faktor Internal, yaitu dengan :

Mengkaji, memahami dan mengamalkan Al-Quran dan Sunnah Rasul. Mencari ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi, serta mengembangkanya. Menggalang persatuan dan persaudaraan umat islam (ukhuwah islamiyah).

Meningkatkan bidang dakwah. Amar maruf nahi munkar (menganjurkan kebaikan dan membrantas kemungkaran). Melaksanakan kewajiban jihad fi sabilillah. Melaksanakan akhlak islam dan etika serta memegang teguh nilai-nilai dalam setiap ucapa dan perbuatan.

Menyelesaikan dengan cara yang Islami paham-paham dan aliran-aliran yang menyimpang dari kebenaran.

Pembinaan masyarakat Islam (al-Mujtamaal-Islamiyah). Revolusi informasi. Rekontruksi ilmu pengetahuan, bila diperlukan. Sintesis pemehaman filsafat perifatetik (teologi Mutazilah; teologi Liberal) dengan filsafat iluinatif (teologi al-Asyariah/teologi tradisonal).

b. Faktor External, yaitu dengan :


Berupaya menjinakan musuh dengan cara-cara yang diperbolehkan dalam islam. Mengambil sikap terhadap badan-badan internasional dan fakta-fakta yang memusihi islam. Mengambil sikap tegas terhadap peperangan yang direkayasa di dunia Islam. Perasaan bangga (mulia) dengan Dieul Islam. Setiap muslim harus menyiapkan dirinya untuk memikul kewajiban islam. Membuat rumah tangga mulim yang sakinah. Berusaha semaksimal mungkin untuk membebaskan negerinya maupun negri kaum muslimin

Krisis Lingkungan: Penyebab dan Solusi Keprihatinan terhadap krisis lingkungan dimulai dengan dua proposisi berikut. Pertama, saat ini kita sedang menghadapi dan berjuang atas isu penting mengenai krisis lingkungan hidup yang semakin meluas dan menyebar. Kedua, kita harus mencari jalan untuk mengatasi krisis tersebut dengan menimbang dan mengevaluasi berbagai solusi yang telah dikemukakan oleh para pemikir dan kaum intelektual. Secara garis besar, terdapat dua pendekatan yang digunakan sebagai solusi untuk mengatasi krisis lingkungan baik secara individual maupun sosial. 1. pemecahan krisis melalui pertimbangan atas segala sesuatu yang langsung terlihat, situasi yang sedang berlangsung, membuat perubahan jangka pendek dan membuat suatu perencanaan ulang. 2. pemecahan krisis melalui penjabaran sebab dan faktor yang mendorong munculnya krisis (aspek ontologis), melalui dasar kelimuan (aspek epistemologis), kerangka rohani, dan intelektual, serta paradigma budaya yang menyebabkan krisis tersebut terjadi dengan tetap mengacu kepada pendekatan pertama. Nampaknya pendekatan kedua merupakan solusi yang memberikan pengaruh lebih nyata. Jika kita hanya berpegang pada pendekatan pertama, maka masalah akan muncul kembali dan menjadi lebih serius karena krisis sebelumnya masih aktif. Meskipun beberapa percobaan penting telah dilakukan semisal proyek penggantian kelengkapan transportasi, membuat bahan bakar non-fosil, merancang teknologi ramah lingkungan, pendekatan pertama tidaklah dapat menghapus krisis lingkungan dan tidak dapat menjadi solusi yang memadai bagi masalah tersebut. Penyebab munculnya krisis lingkungan (penyebab eksistensi dan kognisi) harus diketahui sebelum kita dapat mengatasi masalah tersebut. Dugaan penyebab kerusakan, kehancuran, dan krisis dalam lingkungan adalah perspektif mengenai manusia dan alam semesta pada era modern, sebuah pandangan-dunia yang merupakan imitasi mutlak saintisme. Perspektif tersebut mengabaikan semua unsur filosofi, budaya, dan kerangka spiritual; mengurangi tingkat kebenaran dan membatasi ruang lingkup kognisi (pengenalan) manusia dan tingkat eksistensi hanya kepada sains sensasional dan segala sesuatu yang

bersifat material. Manusia modern yang menyenangi sains, melalui penempatan manusia sebagai poros alam raya (humanisme) dan mengabaikan Tuhan dan memutuskan hubungan dengan-Nya, memaksa alam untuk mengupas misterinya (melalui pengaruh sains modern) dengan tujuan untuk memperkaya seseorang, lebih berkuasa, dan memenuhi keinginan dari ketamakan dan jiwa yang tak pernah puas. Dalam pandangan modern, manusia menganggap alam raya sebagai partikel yang tidak suci, dia menganggap dirinya sebagai dewa yang memiliki segala kekeistimewaan, memerintah, dan menguasai alam raya, tidak memiliki kewajiban terhadap Tuhan dan alam, dan tidak bertanggung jawab terhadap semua orang. Dalam perspektif modern, manusia melalui pencarian kekuasaan dan kedaulatan intelektual akan memisahkankan etika dan spriritualitas dari sains dan alam raya dan berusaha mempopulerkan kapitalisme; pada proses yang merusak ini, semua nilai kemanusiaan dan ekonomi merupakan ikatan materiil. Selama perspektif ini tidak berubah dan kita tidak memberikan upaya pada dimensi spiritual lingkungan, tidak akan banyak harapan untuk mengembangkan lingkungan hidup. Manusia harus kembali kepada akar spritualnya; dia harus kembali kepada kesucian dirinya, Tuhan dan alam; hanya dengan pendekatann ini dia akan berhenti merusak rangkaian alam, dan disinilah nilai penting untuk kembali kepada agama dan spritulitas menjadi nyata.

Prinsip-prinsip Pemikiran Mulla Shadra untuk Lingkungan Mazhab filsafat Mulla Shadra yang mendalam dan menarik dapat berperan dalam mendesain filsafat lingkungan hidup serta menguatkan dasar-dasar filosofisnya. Filosof muslim ini telah melahirkan sebuah mazhab filsafat paripurna. Ia berkembang dengan menggunakan ayat-ayat al-Quran, sunnah Nabi Muhammad Saw dan Ahlulbayt. Di samping itu ia juga terilhami oleh filsafat yang diajarkan oleh Al-Farabi, Ibnu Sina, Suhrawardi, pemikiran Yunani, Persia kuno, dan Irfan yang mendalam dari Muhyiddin Ibn Arabi. Filsafat Mulla Shadra membawa berita gembira keserasian teori-teori filsafat dengan obyek-obyek syuhud para arif, dengan Kitab takwini Allah yaitu keindahan alam semesta dan apa yang di baliknya dan dengan Kitab Tadwini Allah yaitu Al-Quran. Mulla Shadra meyakini bahwa Akal, Kalbu dan Al-Quran adalah tiga jalur yang identik untuk mengenali

rahasia alam. Ia berusaha keras untuk mendirikan sebuah mazhab filsafat yang:

1. Dapat menjelaskan syuhud para urafa secara rasional juga berdasarkan ajaran agama. 2. Dapat mendukung dakwaan-dakwaan akal dengan syuhud para urafa. Dengan kata lain, akal dan kalbu berjalan seiring dengan kandungan ayat-ayat alQuran dan riwayat-riwayat yang shohih. Untuk itu ia berdalil bahwa Tuhan yang merupakan awal dari alam semesta adalah juga yang mengirim Al-Quran, memberi manusia kemampuan berpikir dan juga kalbu yang berkemampuan untuk syuhud hakikat alam. Oleh sebab itu wajar jika ketiganya saling mendukung dan seiring. Prinsip pertama adalah bahwa semua yang ada, termasuk di dalamnya Tuhan maupun ciptaan Tuhan yang dengan sendirinya memiliki hirarki dan strata keberadaan yang beragam, memiliki persamaan yang penting dan mendasar serta kesatuan erat yang tak dapat dipisahkan. Untuk memperjelas masalah ini, Mulla Shadra menggunakan perumpamaan yang berawal dari filsafat Persia kuno. Cahaya memiliki misdaq (ekstensi, denotasi) yang banyak. Misdaq-misdaq ini berbeda dari sisi kekuatan, kelemahan dan keragaman. Silsilah ini berawal dari cahaya lilin yang lemah, cahaya lampu kecil, cahaya lampu besar hingga berakhir ke cahaya matahari atau bahkan lebih kuat dari itu. Walaupun cahaya menjelma dalam beragam bentuk dan persona yang tak terhingga; dari segi ini cahaya sangat banyak jumlahnya, namun segenap bentuk dan corak memiliki kesatuan dari sisi ke'cahaya'an mereka. Jika kita menempatkan kegelapan di hadapan cahaya, semua persona cahaya akan serentak dan sepakat sebagai sesuatu yang mematahkan kegelapan. Ia berpendapat bahwa semua 'yang ada' sejalan dan laksana rantai yang terkait satu dengan yang lain dalam rangka menentang dan melawan ketiadaan. 'Yang ada' mencakup Tuhan, malaikat, manusia, langit, bumi, galaksi, binatang, pohon, tumbuh-tumbuhan, air dan benda-benda padat dan lain sebagainya. Tidak satupun keluar dari lingkaran kebersamaan dan kesatuan ini. Prinsip kedua Mulla Shadra menyatakan bahwa hubungan antara sebab dan akibat merupakan hubungan yang eksis secara khas dan semacam hubungan matematis. Dalam silsilah angka, misalnya, kita tidak dapat mencabut angka 4 antara 3 dan 5 lalu menempatkannya di tempat lain. Tempat angka 4 hanya antara 3 dan 5. begitupula hubungan

antara sebab 'A' dan akibatnya 'B'. Hubungan tersebut tidak dapat diubah dikarenakan sinkronisitas keberadaan di antara keduanya. Hubungan itu tidak dapat diubah. Tuhan adalah sebab dari 'keberadaan' semua maujud. Oleh sebab itu, hubungan keberadaanNya dengan maujud lain seperti langit, alam, bumi, manusia dan yang lain adalah sebuah hubungan keniscayaan. Begitu pula hubungan antara masing-masing akibat-Nya. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa hubungan antara satu maujud dengan yang lain di alam ini bersifat keniscayaan. Karena Allah Swt, Maha Bijak dan Maha Mengetahui, Dia telah menciptakan alam dengan tatanan terbaik yang mungkin terjadi. Mustahil dibayangkan sebuah tatanan yang lebih baik dari yang ada. Jika mungkin maka pastilah telah diciptakannya. Dalam tatanan terbaik ini, posisi manusia sangat istimewa. Karena memiliki kehendak, ia berbeda dengan maujud yang tidak berkehendak atau berkehendak namun berlandaskan insting. Manusia memiliki kehendak yang bebas dan selalu berada antara dua jalur kebenaran dan kesalahan. Al-Quran menyatakan, "Telah Kami tunjukkan kepadanya jalan, terkadang ia bersyukur dan terkadang mengingkari" (QS Al Insan:3). Karena merupakan maujud yang berkehendak bebas, manusia bisa menjadi salah satu kategori berikut di bawah ini :

a) Hanya memikirkan dorongan syahwat kebinatangan dan mengatur hidupnya berdasarkan itu. Dengan demikian ia telah merubah dirinya menjadi binatang seperti yang tidak memikirkan kecuali perut dan libido.

b) Melakukan penghancuran, aniaya dan kezaliman terhadap diri, masyarakat dan Tuhan. Dengan demikian ia berubah menjadi srigala yang tidak memikirkan selain kebuasan dan kekejaman.

c) Selalu berpikir untuk menipu orang lain dan mendasari tindakannya dengan itu. Dengan demikian ia menjadi manusia jelmaan setan

d) Hanya mencari kesempurnaan, kejernihan dan kebersihan. Menghiasi jiwa dengan nilainilai kesempurnaan dengan menambah pengetahuan dan beramal salih. Ia adalah manusia yang menjadi malaikat.

Oleh sebab itu dalam tatanan terbaik alam semesta ini, hanya manusia yang memiliki peranan yang menentukan dan Tuhan menyerahkan pembentukan alam ciptaan sesuai dengan kehendaknya. Hanya manusia yang dapat menyampaikan tatanan terbaik ini ke posisi semestinya dan hanya ia pula yang dapat mendatangkan kerusakan di dalamnya. Itulah harmoni yang sesungguhnya di dalam tatanan keberadaan. Dengan demikian ia menjadi khalifah Tuhan di muka bumi dan cermin seutuhnya Tuhan. Atau sebaliknya, dengan menginjak nilai-nilai moral dan spiritual, ia jatuh ke lembah terdalam kehinaan. Prinsip ketiga filsafat Mulla Shadra menyatakan bahwa segenap maujud di alam semesta, baik yang material maupun yang metafisikal, kesemuanya adalah tampilan dan jelmaan Tuhan. Semua laksana cermin menampakkan Tuhan di dalamnya. Poin lain adalah bahwa sebenarnya jelmaan dan pemunculan Tuhan tidak berbilang dan beragam. Dengan ungkapan lain, Tuhan tidak memiliki lebih dari satu jelmaan dalam tahapan kreasi dan aksi. Sebagai contoh jika kita memancarkan cahaya dari atas ke sejumlah kaca dengan warna yang beragam, cahaya yang terpentul ke benda-benda lain melewati kaca-kaca tersebut akan menjadi beragam sebanyak warna yang ada pada kaca-kaca tadi. Padahal hanya ada satu cahaya yang dipancarkan. Mulla Shadra berpandangan bahwa jelmaan dan emanasi Tuhan ke alam semesta hanya satu. Namun karena terkena pada banyak hal, menjadi beragam dan banyak. Contoh lain Mulla Shadra mengenai hal ini dinukil dari Ibnu Arabi. Manusia memproduksi suara dengan cara melewatkan nafas yang keluar dari paru-paru melalui banyak titik yang berbeda; lidah, gigi dan bibir. Susunan suara menjadi ribuan kata, susunan kata menjadi kalimat, susunan kalimat menjadi media komuniklasi yang dapat memindahkan ide, pandangan dan informasi yang tertutup di hati. Akan tetapi kesemuanya itu tidak lain hanya nafas yang keluar dari paru-paru manusia. Perbedaan hanya disebabkan karena nafas tersebut dalam perjalanannya telah membentur dinding dan permukaan yang berbeda-beda di mulut manusia. Prinsip keempat Mulla Shadra adalah bahwa setiap maujud alam ini, yang berada di martabat dan level keberadaan manapun, memiliki semua sifat kesempurnaan. Sifat-sifat kesempurnaan mengalir di segenap maujud alam ini baik yang material maupun yang tidak. Itu karena semua sifat kesempurnaan adalah eksisten (bersifat ada). Maka, setiap 'yang ada' pasti memiliki sifat kesempurnaan. Semua mencintai Tuhan sebagai pelopor cahaya, kebaikan dan sebagai kekasih yang mereka semua menujuNya. Mereka tidak kunjung tenang

sebelum mencapai cahaya, kesenangan dan kesempurnaan absolut, yaitu Allah SWT. Kesemua makhluk itu bertutur kata dengan mengingatNya, bertasbih, dan bersujud kepadaNya; sebagaimana Al-Quran menjelaskan:

"Tidak satupun makhluk kecuali bertasbih dengan memujiNya akan tetapi kalian tidak mengerti tasbih mereka" (Al-Israa': 44)

"Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang di bumi" (An-Nahl: 49) D. ETIKA TERHADAP LINGKUNGAN Etika lingkungan merupakan bagian dari kebijaksanaan yang ditentukan oleh manusia dalam bergaul dengan lingkungannya. Etika lingkungan mengendalikan kegiatan manusia yang berhubungan dengan pemanfaatan dan pelestarian lingkungan. Berdasarkan kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri. TIGA TEORI ETIKA LINGKUNGAN a. Antroposentrisme Teori antroposentrisme berpendapat bahwa manusia adalah pusat dari alam semesta. Manusia memiliki hak, kepentingan dan nilai atas alam. Sehingga manusia memiliki kebebasan penuh untuk memanfaatkan alam, mengeksploitasinya untuk pemenuhan kebutuhan manusia. Karena manusia adalah penguasa tunggal atas alam.

Teori ini diperkuat dengan paradigma ilmu Cartesian yang bersifat mekanistik reduksionis, dimana adanya pemisahan yang tegas antara manusia sebagai subjek dan alam sebagai objek ilmu pengetahuan yang menyebabkan terjadinya pemisahan antara fakta dengan nilai. Adalah tidak relevan jika menilai baik buruk ilmu pengatahuan dan teknologi beserta segala dampaknya dari segi moral dan agama.

Antroposentrisme melahirkan sikap dan perilaku eksploitatif tanpa kepedulian sama sekali terhadap alam.

b. Biosentrisme Teori biosentrisme memandang setiap bentuk kehidupan dan makhluk hidup memiliki nilai dan berharga bagi kehidupan dan makhluk hidup memiliki nilai dan berharga

bagi dirinya sendiri sehingga pantas dan perlu mendapat penghargaan dan kepedulian moral atas nilai dan harga dirinya itu, terlepas apakah ia bernilai tidak bagi manusia. Harus ada perluasan lingkup diberlakukannya etika dan moralitas untuk mencakup seluruh kehidupan di alam semesta. Etika seharusnya tidak lagi dipahami secara terbatas dan sempit yang berlaku pada komunitas manusia, tetapi etika berlaku bagi seluruh komunitas biotic, baik manusia maupun makhluk hidup lainnya.

c. Ekosentrisme Teori Ekosentrisme mengembangkan wilayah pandangan etika pada seluruh komunitas ekologis, baik yang hidup maupun tidak. Secara ekologis, sistem alam semesta dibentuk dan disusun oleh sistem hidup (biotic) dan benda-benda abiotik yang saling berinteraksi satu sama lin. Masing-masing saling membutuhkan dan memiliki fungsi yang saling mengisi dan melengkapi. Kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi pada makhluk hidup, melainkan juga berlaku bagi seluruh entenitas ekologis.

Implementasinya yaitu gerakan Deep Ecology (DE) yang mengupayakan aksi-aksi konkret dari prinsip moral etika ekosentrisme secara komprehenseif menyangkut seluruh kepentingan elemen ekologis, tidak sekedar sesutau yang instrumental dan ekspansif seperti pada antroposentrisme.

Kaitannya dengan ekologi, adanya paham environmentalisme yang berkeyakinan bahwa lingkungan haruslah dipertahankan dan dilindungi dari kerusakan akibat ulah manusia. Pandangan ini terdisi dari pandangan pragmatic yaitu untuk mengeksploitasi berbagai sumber daya alam, sumber-sumber itu terkadang harus dilestarikan, pandangan kedua yaitu preservasionisme dimana melibatkan perubahan cara berfikir yang lebih fundamental, gagasan bahwa alam memiliki nilai intrinsic dan harus dilindungi demi alam itu sendiri.

Beberapa contoh tindakan tindakan yang sesuai dengan etika lingkungan adalah sebagai berikut:

1. Membuang sampah (missal bungkus permen) pada tempatnya. Jika belum ditemukan

tempat sampah, bungkus permen itu hendaknya dimasukkan ke saku terlebih dahulu sebelum di buang pada tempatnya.
2. Menggunakan air secukupnya. Jika tidak sedang digunakan, matikan keran. Dari

keran yang menetes selama semalam, dapat ditampung air sebanyak 5- 10 liter, cukup untuk minum bagi dua orang dalam sehari. Ingat, sesungguhnya air itu tidak hanya untuk manusia, tetapi juga untuk makhluk hidup lainnya.
3. Hemat energi. Mematikan lampu listrik jika tidak digunakan. Jika kamu memasak air,

kecilkan api kompor tersebut segera setelah air mendidih. Menurut hukum fisika, jika air mendidih, suhunya tidak dapat ditingkatkan lagi. Menggunakan api kompor besar ketika air sudah mendidih hanya memboroskan bahan bakar.
4. Tidak membunuh hewan yang ada di lingkungan, menangkap, atau memeliharanya. 5. Tidak memetik daun, bunga, ranting, atau menebang pohon tanpa tujuan yang jelas

dan bermanfaat.
6. Gemar menanam bunga, merawat tanaman, melakukan penghijauan. 7. Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan 8. Mengembalikan hewan atau tumbuhan ke habitat aslinya.

. Etika dan hukum islam yang membahas tentang lingkungan dikenal dengan istilah Fiqih Lingkungan (Fiqh Al-Biah). Beberapa firman Allah SWT yang memperkuat keharusan akan menjalankan Etika Lingkungan adalah : Sesungguhnya yang menyuruh berbuat kebaikan dan tidak membuat kerusakan (QS 7:35;56) Menghormati segala makhluk di bumi karena mereka juga umat seperti halnya manusia (QS 6:38) Sebagai khalifah manusia telah sanggup menerima amanah, sedangkan makhluk yang lain seperti langit, bumi, dan gunung-gunung enggan menerimanya (QS 33:72). Surat Al-Baqarah ayat 26-27 Allah SWT berfirman yang artinya (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan berbuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi. Surat Al a`raf ayat 56 yang artinya : Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, sesudah Allah memperbaikinya dan berdo`alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan

diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik

Mengapa manusia harus menjalankan Etika Lingkungan?

Karena tanpa menjalankan Etika Lingkungan, maka lingkungan akan menjadi rusak.Padahal manusia, sebagai khalifah di bumi ini wajib menjaga dan melestarikan lingkungan. Seperti yang ditulis Prof. Mustafa Abu Sway, pada tahun 1998 tentang Towards an Islamic Jurisprudence of the Environment (Fiqh al-Biah fil-Islam), memasukkan khalifah sebagai kategori pertama antara hubungan manusia dengan lingkungan. Mohammad Idrus menulis tentang tahapan-tahapan beragama secara tuntas dapat menjadi sebuah landasan etika lingkungan dalam perspektif Islam.Pertama ta`abbud.Bahwa menjaga lingkungan adalah merupakan impelementasi kepatuhan kepada Allah.Karena menjaga lingkungan adalah bagian dari amanah manusia sebagai khalifah. Bahkan dalam ilmu fiqih menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan berstaus hukum wajib karena perintahnya jelasa baik dalam Al Qur`an maupun sabda Rasulullah Saw. Menurut Ali Yafie masalah lingkungan dalam ilmu fiqih masuk dalam babjinayat (pidana) sehingga jika ada orang yang melakukan pengrusakan terhadap lingkungan dapat dikenakan sangsi atau hukuman. Kedua, ta`aqquli.Perintah menjaga lingkungan secara logika dan akal pikiran memiliki tujuan yang sangat dapat difahami.Lingkungan adalah tempat tinggal dan tempat hidup makhluk hidup. Lingkungan alam telah didesain sedemikian rupa oleh Allah dengan keseimbangan dan keserasiaanya serta saling keterkaitan satu sama lain. Apabila ada ketidak seimbangan atau kerusakan yang dilakukan manusia. Maka akan menimbulkan bencana yang bukan hanya akan menimpa manusia itu sendiri tetapi semua makhluk yang tinggal dan hidup di tempat tersebut akan binasa. Ketiga, takhalluq.Menjaga lingkungan harus menjadi akhlak, tabi`at dan kebiasaan setiap orang. Karena menjaga lingkungan ini menjdi sangat mudah dan sangat indah manakala bersumber dari kebiasaan atau keseharian setiap manusia sehingga keseimbangan dan dan kelestarian alam akan terjadi dengan dengan sendirinya tanpa harus ada ancaman hukuman dan sebab-sebab lain dengan iming-iming tertentu. Lalu, beberapa etika terhadap lingkungan secara luas yaitu : 1. Sikap Hormat terhadap Alam (Respect For Nature) Di dalam AlQuran surat Al-Anbiya 107, Allah SWT berfirman:

Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. Rahmatan lil alamin bukanlah sekedar motto Islam, tapi merupakan tujuan dari Islam itu sendiri.Sesuai dengan tujuan tersebut, maka sudah sewajarnya apabila Islam menjadi pelopor bagi pengelolaan alam dan lingkungan sebagai manifestasi dari rasa kasih bagi alam semesta tersebut.Selain melarang membuat kerusakan di muka bumi, Islam juga mempunyai kewajiban untuk menjaga lingkungan dan menghormati alam semesta yang mencakup jagat raya yang didalamya termasuk manusia, tumbuhan, hewan, makhluk hidup lainnya, serta makhluk tidak hidup. Hormat terhadap alam merupakan suatu prinsip dasar bagi manusia sebagai bagian dari alam semesta seluruhnya.Seperti halnya, setiap anggota komunitas sosial mempunyai kewajiban untuk menghargai kehidupan bersama (kohesivitas sosial), demikian pula setiap anggota komunitas ekologis harus menghargai dan menghormati setiap kehidupan dan spesies dalam komunitas ekologis itu, serta mempunyai kewajiban moral untuk menjaga kohesivitas dan integritas komunitas ekologis, alam tempat hidup manusia ini.Sama halnya dengan setiap anggota keluarga mempunyai kewajiban untuk menjaga keberadaan, kesejahteraan, dan kebersihan keluarga, setiap anggota komunitas ekologis juga mempunyai kewajiban untuk menghargai dan menjaga alam ini sebagai sebuah rumah tangga.

2. Prinsip Tanggung Jawab (Moral Responsibility For Nature) Terkait dengan prinsip hormat terhadap alam di atas adalah tanggung jawab moral terhadap alam, karena manusia diciptakan sebagai khalifah (penanggung jawab) di muka bumi dan secara ontologis manusia adalah bagian integral dari alam. Sesuai dengan firman Allah dalam surah al Baqarah : 30 Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Kenyataan ini saja melahirkan sebuah prinsip moral bahwa manusia mempunyai tanggung jawab baik terhadap alam semesta seluruhnya dan integritasnya, maupun terhadap keberadaan dan kelestariannya Setiap bagian dan benda di alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan dengan tujuannya masing-masing, terlepas dari apakah tujuan itu untuk kepentingan

manusia atau tidak. Oleh karena itu, manusia sebagai bagian dari alam semesta, bertanggung jawab pula untuk menjaganya.

3. Solidaritas Kosmis (Cosmic Solidarity) Terkait dengan kedua prinsip moral tersebut adalah prinsip solidaritas.Sama halnya dengan kedua prinsip itu, prinsip solidaritas muncul dari kenyataan bahwa manusia adalah bagian integral dari alam semesta. Lebih dari itu, dalam perspektif ekofeminisme, manusia mempunyai kedudukan sederajat dan setara dengan alam dan semua makhluk lain di alam ini. Kenyataan ini membangkitkan dalam diri manusia perasaan solider, perasaan

sepenanggungan dengan alam dan dengan sesama makhluk hidup lain.

4. Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian terhadap Alam (Caring For Nature)

Sebagai sesama anggota komunitas ekologis yang setara, manusia digugah untuk mencintai, menyayangi, dan melestarikan alam semesta dan seluruh isinya, tanpa diskriminasi dan tanpa dominasi.Kasih sayang dan kepedulian ini juga muncul dari kenyataan bahwa sebagai sesama anggota komunitas ekologis, semua makhluk hidup mempunyai hak untuk dilindungi, dipelihara, tidak disakiti, dan dirawat. Sebagaimana dimuat dalam sebuah Hadis shahih yang diriwayatkan oleh Shakhihain: Dari Anas radhiyallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, Tidak seorang pun muslim yang menanam tumbuhan atau bercocok tanam, kemudian buahnya dimakan oleh burung atau manusia atau binatang ternak, kecuali yang dimakan itu akan bernilai sedekah untuknya. Dalam hadis lain dijelaskan Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, Jauhilah dua perbuatan yang mendatangkan laknat! Sahabat-sahabat bertanya, Apakah dua perbuatan yang mendatangkan laknat itu? Nabi menjawab, Orang yang buang air besar di jalan umum atau di tempat berteduh manusia

Secara khusus, etika terhadap flora dan fauna, diantaranya : Mendirikan cagar alam dan suaka margasatwa. Melarang kegiatan perburuan liar. Menggalakkan kegiatan penghijauan Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul. Melarang pembabatan hutan secara sewenang-wenang. Menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon. Menerapkan sistem tebangtanam dalam kegiatan penebangan hutan. Tidak membunuh hewan yang ada di lingkungan, menangkap, atau memeliharanya. Tidak memetik daun, bunga, ranting, atau menebang pohon tanpa tujuan yang jelas dan bermanfaat Gemar menanam bunga, merawat tanaman, melakukan penghijauan. Mengembalikan hewan atau tumbuhan ke habitat aslinya.

Etika terhadap Air, terutama laut, pantai dan sungai, diantaranya : Menanggulangi kasus pencemaran. Mengawasi bahan berbahaya dan beracun (B3). Melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman bakau di areal sekitar pantai. Melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar pantai maupun di dasar laut, karena karang merupakan habitat ikan dan tanaman laut. Melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya dalam mencari ikan. Melarang pemakaian pukat harimau untuk mencari ikan Menggunakan air secukupnya. Jika tidak sedang digunakan, matikan keran. Dari keran yang menetes selama semalam, dapat ditampung air sebanyak 5- 10 liter, cukup untuk minum bagi dua orang dalam sehari. Ingat, sesungguhnya air itu tidak hanya untuk manusia, tetapi juga untuk makhluk hidup lainnya. Dan untuk Etika terhadap Energi adalah hemat energi. Mematikan lampu listrik jika tidak digunakan. Jika kamu memasak air, kecilkan api kompor tersebut segera setelah air mendidih. Menurut hukum fisika, jika air mendidih, suhunya tidak dapat ditingkatkan lagi. Menggunakan api kompor besar ketika air sudah mendidih hanya memboroskan bahan bakar.

E. SIKAP MUSLIM MENGHADAPI KEMAJUAN IPTEK Bagi orang beriman, iman dan ilmu harus seimbang. Iman merupakan kompas sehingga orang beriman tidak kehilangan arah, dan tidak akan melupakan Allah SWT sebagai penciptanya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan pesatnya peradaban di dunia ini bagi umat muslim tidaklah akan melupakan dirinya untuk mempersiapkan bekal kehidupan yanag kekal di akhirat. Dalam mengukur kemajuan, umat mukminin, tidak melihat hanya pada sisi peradaban dunia belaka, tapi bagaimana kehidupan mereka sekaligus dapat menjalankan ajaran agamanya (mengikuti Al Quran dan Sunnah), di samping kemajuan di dunia ini. Dalam rangka ini hendaklah kaum muslimin tidak tertinggal di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dengan upaya-upaya berikut : a. Cekatan Menciptakan Alat Al Quran menyebutkan allama bil qalam (Tuhan mengajar manusia dengan qalam) apa yang belum diketahuinya. Qalam artinya alat tulis. Bahwa Tuhan mengajar manusia tanpa qalam bisa saja, tapi Dia hendak mendidik manusia untuk menulis dan membaca. Tulisan membantu manusia untuk menyimpan ilmu dan mengembangkannya. Manusia dapat saja menghafal banyak ilmu, tapi kemampuan daya ingat manusia terbatas, sehingga tanpa alat tulis, ilmu tidak dapat disimpan lama dan tidak dapat cepat menyebar. Sudahkah umat Islam menemukan dan menciptakan alat? Kemajuan zaman ditandai dengan ditemukannya alat-alat yang kini dikenal dengan teknologi. Siapapun masyarakat yang terus mencari dan menemukan alat-alat, akan hidup lebih mudah dan maju pesat dalam peradaban. b. Menghargai Waktu Ibarat pedang, kalau tak pandai memakainya, bisa melukai diri sendiri. Demikianlah pula waktu, kalau tak cerdas menggunakannya akan berbahaya. Masyarakat maju adalah masyarakat yang pandai dan amat menghargai waktu. Bagi pebisnis, waktu diibaratkan uang. Sedikit lengah menggunakan waktu, akan mengakibatkan kerugian. Tapi waktu dapat menggilas siapa saja yang tak mau menggunakannya dengan baik. Masyarakat yang santai, malas-malasan dan tak pandai menggunakannya bukan saja takkan maju, tapi juga akan tertinggal dan akan tergilas oleh zaman. Untuk menghargai dan memberikan arti yang tinggi, Allah SWT sering bersumpah menggunakan ungkapan Demi Waktu. Demi Waktu Malam, Waktu Siang, Waktu Subuh, Waktu Dhuha, Demi Waktu Ashar, dsb. Maka sebagai umat Islam, sudahkah kita

memanfaatkan waktu sebaik-baiknya? Jawabannya akan dibuktikan oleh kemajuan yang telah dan akan kita capai. c. Memiliki Etos Kerja yang Kuat Orang-orang Islam, terutama yang berada di wilayah-wilayah yang subur dan makmur tidak suka bekerja keras, dan tak tahan menghadapi kesulitan. Di Indonesia, dimana penduduknya mayoritas umat Islam memiliki tanah yang subur sehingga diibaratkan dengan tongkat yang dilempar saja ke tanah akan tumbuh sebagai tanaman. Di daerah-daerah berpenduduk muslim, seperti negeri Arab dan kawasan Teluk yang makmur dengan petrodolarnya, masyarakatnya tidak maksimal bekerja. Belum pernah kita mendengar akhir-akhir ini ada penemuan baru di bidang teknologi yang dihasilkan oleh orang muslim disana. Negara-negara yang maju di bidang iptek dan peradaban adalah negaranegara di mana masyarakatnya suka bekerja keras, memiliki etos kerja yang tinggi, tekun dan sungguh-sungguh menghadapi berbagai kesulitan. Hasil dari bersulit-sulit menciptakan berbagai alat adalah kemudahan-kemudahan, yang kini dinikmati bukan saja oleh mereka yang menemukannya, melainkan untuk kemakmuran bagi seluruh umat manusia. Al Quran mengatakan bahwa di samping kesulitan itu pasti ada kemudahan. Dinyatakan dalam QS. 94 (Al-Nasyrah): 5-8. Secara lebih spesifik, integrasi pendidikan imtak dan IPTEK ini diperlukan karena empat alasan yang berupa: Pertama, sebagaimana telah dikemukakan, IPTEK akan memberikan berkah dan manfaat yang sangat besar bagi kesejahteraan hidup umat manusia bila IPTEK disertai oleh asas iman dan takwa kepada Allah SWT. Sebaliknya, tanpa asas imtak, IPTEK bisa disalahgunakan pada tujuan-tujuan yang bersifat destruktif. IPTEK dapat mengancam nilainilai kemanusiaan. Jika demikian, IPTEK hanya absah secara metodologis, tetapi batil dan miskin secara maknawi. Kedua, pada kenyataannya, iptek yang menjadi dasar modernisme, telah

menimbulkan pola dan gaya hidup baru yang bersifat sekularistik, materialistik, dan hedonistik, yang sangat berlawanan dengan nilai-nilai budaya dan agama yang dianut oleh bangsa kita. Ketiga, dalam hidupnya, manusia tidak hanya memerlukan kebutuhan jasmani tetapi juga membutuhkan kebutuhan spiritual. Oleh karena itu, penekanan pada salah satunya, hanya akan menyebabkan kehidupan menjadi berat sebelah dan menyalahi hikmat kebijaksanaan Allah SWT yang telah menciptakan manusia dalam kesatuan jiwa raga, lahir dan bathin, dunia dan akhirat.

Keempat, imtak menjadi landasan dan dasar paling kuat yang akan mengantar manusia menggapai kebahagiaan hidup. Tanpa dasar imtak, segala atribut duniawi, seperti harta, pangkat, iptek, dan keturunan, tidak akan mampu alias gagal mengantar manusia meraih kebahagiaan. Kemajuan dalam semua itu, tanpa iman dan upaya mencari ridha Tuhan, hanya akan mengahsilkan fatamorgana yang tidak menjanjikan apa-apa selain bayangan palsu (Q.S. An-Nur:39). Maka integrasi imtak dan iptek harus diupayakan dalam format yang tepat sehingga keduanya berjalan seimbang (hand in hand) dan dapat mengantar kita meraih kebaikan dunia (hasanah fi al-Dunya) dan kebaikan akhirat (hasanah fi al-akhirah) seperti doa yang setiap saat kita panjatkan kepada Tuhan (Q.S. Al-Baqarah :201) Sikap muslim dalam menanggapi IPTEK, tentunya harus menanggapi dengan bijak. Cara menanggapi IPTEK diantaranya, yaitu : 1. Resesif, kita harus menerimanya dengan bijak. Jangan sampai kita menolaknya terhadap perkembangan IPTEK. Kemajuan IPTEK itu tidak bisa kita tolak. 2. Selektif, setelah menerima kita harus memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang tidak. Dengan dasar Al-Quran, hadits dan sunnah tentu kita bisa melakukan hal ini. 3. Digesif, IPTEK itu perlu kita arahkan, tentunya untuk amal ma,ruf nahi munkar. 4. Adaftif, perlu juga kita sesuaikan dengan dengan jati diri kita sebagai muslim yang sesuai dengan dasar islam. 5. Transmitif, kembangkanlah IPTEK untuk menyiarkan agama islam. Sebagai contoh dengan adanya Al-Quran seluler ataupun digital dan sebagainya. Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Perkembangan teknologi memang sangat diperlukan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas manusia. Khusus dalam bidang teknologi masyarakat sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi- inovasi yang telah dihasilkan dalam dekat terakhir ini. Namun manusia tidak bisa menipu diri sendiri akan kenyataan bahwa teknologi mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Oleh karena itu untuk menyikapi terhadap iptek dan untuk mencegah atau mengurangi akibat negatif kemajuan teknologi, pemerintah di suatu negara harus membuat peraturanperaturan atau melalui suatu konvensi internasional yang harus dipatuhi oleh pengguna teknologi.

Di era globalisasi mendobrak dan memaksa manusia untuk memahami teknologi terbaru yang sangat canggih dan banyak bermanfaat dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari dan ilmu pengetahuan teknologi sangat berpengaruh dan penurunan intensitas moral sangat pesat menghancurkan mental manusia. Oleh karena itu, manusia butuh penyelarasan dalam menggunakan IPTEK.

III. KESIMPULAN IPTEK merupakan dasar dan fondasi yang menjadi penyangga bangunan peradaban moderen barat sekarang ini. Masa depan suatu bangsa akan banyak ditentukan oleh tingkat penguasaan bangsa itu terhadap Iptek. Suatu masyarakat atau bangsa tidak akan memiliki keunggulan dan kemampuan daya saing yang tinggi, bila ia tidak mengambil dan mengembangkan IPTEK. Bisa dimengerti bila setiap bangsa di muka bumi sekarang ini, berlomba-lomba serta bersaing secara ketat dalam penguasaan dan pengembangan IPTEK dan diakui bahwa disatu sisi, telah memberikan berkah dan anugerah yang luar biasa bagi kehidupan umat manusia. Namun di sisi lain, IPTEK telah mendatangkan petaka yang pada gilirannya mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Kemajuan dalam bidang IPTEK telah menimbulkan perubahan sangat cepat dalam kehidupan umat manusia. Perubahan ini, selain sangat cepat memiliki daya jangkau yang amat luas. Hampir tidak ada segi-segi kehidupan yang tidak tersentuh oleh perubahan. Perubahan ini pada kenyataannya telah menimbulkan pergeseran nilai nilai dalam kehidupan umat manusia, termasuk di dalamnya nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan. Selain itu, kerusakan lingkungan pun tidak dapat dihindarkan akibat kemajuan IPTEK ini. Setidaknya ada etikaetika lingkungan yang wajib kita hargai untuk mengimbangi hal tersebut.

IV. DAFTAR PUSTAKA www.blog.umy.ac.id www.famousscientist.org ww.alhassanain.com/indonesian/articles/articles/Philosophy_and_gratitude_library/prinsip_pr insip_islam http://psl.uii.ac.id/berita/penelitian/etika-lingkungan-dalam-mengatasi-kerusakan-lingkunganhidup.html Shihab, Quraisy. Membumikan Al Qur`an. Bandung: Mizan, 1999

Yafli, Ali. Menjaga alam wajib hukumnya, Jakarta: Republika, 2007 Theria Wasim, Alef. Ekologi Agama dan Studi Agama-agama, Yogyakarta: Oasis Pulisher, 2005. Departemen Agama RI. Al Qur`an dan Terjemahnya. Surakarta: Media Insani Publishing, 2007. Ahmad, Abdullah bin Muhammad bin Hanbal. Musnad Imam Ahmad (terj). Jakarta: Pustaka Azzam, 2006. M. Mangunjaya, Fachruddin dkk. Menanam sebelum kiamat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007. Fakhruddin, Ahmad. Sebuah Renungan tentang Fiqih Lingkungan.Jakarta : Republika, 2010

You might also like