You are on page 1of 7

1.

Intervensi dan Implementasi

Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994:20) Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995:40). Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999). 1. Nyeri Tujuan : nyeri hilang atau terkontrol. Kriteria Hasil : - Nyeri berkurang atau hilang - Klien tampak tenang. Intervensi dan Implementasi : Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan awitan dan faktor pemberat atau penurun. Perhatikan petunjuk nonverbal dari ketidaknyamanan, misalnya ; berbaring dengan diam/gelisah, tegangan otot, menangis. R: Pada nyeri ini memburuk pada inspirasi dalam, gerakkan atau berbaring dan hilang

dengan duduk tegak/membungkuk. Berikan lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan misalnya ; perubahan posisi, gosokkan punggung, penggunaan kompres hangat/dingin, dukungan emosional. R : tindakan ini dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional pasien. Berikan aktivitas hiburan yang tepat.

R : mengarahkan kembali perhatian, memberikan distraksi dalam tingkat aktivitas individu.

Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (agen nonsteroid : aspirin, indocin ; antipiretik ; steroid).

R : dapat menghilangkan nyeri, menurunkan respons inflamasi, menurunkan demam ; steroid diberikan untuk gejala yang lebih berat. kolaborasi pemberian oksigen suplemen sesuai indikasi. R : memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menurunkan beban kerja jantung. 2. Intoleransi aktivitas Tujuan : pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas. Kriteria hasil : - perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri. - pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu. - Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik. Intervensi dan Implementasi : Kaji respons pasien terhadap aktivitas. Perhatikan adanya perubahan dan keluhan kelemahan, keletiahan, dan dispnea berkenaan dengan aktivitas. R : miokarditis menyebabkan inflamasi dan kemungkinan kerusakan fungsi sel-sel miokardial. Pantau frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum dan setelah aktivitas dan selama diperlukan. R : membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal. Penurunan TD, takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung terhadap aktivitas. Pertahankan tirah baring selama periode demam dan sesuai indikasi. R : meningkatkan resolusi inflamasi selama fase akut. Rencanakan perawatan dengan periode istirahat/tidur tanpa gangguan.

R : memberikan keseimbangan dalam kebutuhan dimana aktivitas bertumpu pada jantung. Bantu pasien dalam program latihan progresif bertahap sesegera mungkin untuk turun dari tempat tidur, mencatat respons tanda vital dan toleransi pasien pada peningkatan aktivitas. R : saat inflamasi/kondisi dasar teratasi, pasien mungkin mampu melakukan aktivitas yang diinginkan, kecuali kerusakan miokard permanen/terjadi komplikasi. kolaborasi pemberian oksigen suplemen sesuai indikasi. R : memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menurunkan beban kerja jantung. 3. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung Tujuan : mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung. Kriteria Hasil : - melaporkan/menunjukkan penurunan periode dispnea, angina, dan disritmia. - memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil. Intervensi dan Implementasi : Pantau frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum dan setelah aktivitas dan selama diperlukan. R : membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal. Penurunan TD, takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung terhadap aktivitas. Pertahankan tirah baring dalam posisi semi-Fowler. R : menurunkan beban kerja jantung, memaksimalkan curah jantung. Auskultasi bunyi jantung. Perhatikan jarak/muffled tonus jantung, murmur, gallop S3 dan S4. R : memberikan deteksi dini dari terjadinya komplikasi misalnya : GJK, tamponade jantung. Berikan tindakan kenyamanan misalnya ; perubahan posisi, gosokkan punggung, dan aktivitas hiburan dalam tolerransi jantung.

R : meningkatkan relaksasi dan mengarahkan kembali perhatian. Dx 4..Perubahan pola nafas inefektif berhubungan dengan penurunanperfusi jaringan. Tujuan: Dapat mempertahankan pola nafas yang efektif Intervensi: a. Evaluasi fungsi pernapasan, catat kecepatan pernapasan serak, dispnea, perubahantanda vital. R/ Distress pernafasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadisebagai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkanterjadinya syok sehubungan dengan pendarahan. b. Auskultasi bunyi napas dan catat bunyi napas tambahan R/ Bunyi napas menurun/ tak ada bila jalan napas abstruksi sekunder terhadap perdarahan, bekuan, atau kolaps jalan napas kecil. c. Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi semi fowler R/ Merangsang fungsi pernapasan/ ekspansi paru d. Bantu klien untuk melakukan batuk efektif dan napas dalam R/ Meningkatkan gerakan secret ke jalan nafas, sehingga mudah untuk dikeluarkan e. Berikan tambahan oksigen masker atau oksigen nasal sesuai indikasi R/ Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru untuk kebutuhan sirkulasi, khususnya pada adanya penurunan/gangguan ventilasi. f. Bantu pasien mengatasi takut R/ Perasaan takut dan ansietas berat berhubungan dengan ketidakmampuan bernapas / terjadinya hipoksemia dan dapat secaraaktual meningkatkan konsumsi oksigen/kebutuhan g. Berikan fisioterapi dada R/ Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan

membantu pengenceran secret untuk memudahkan pembersihan h. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian expectoran R/ Membantu mengencerkan secret, sehingga mudah untuk dikeluarkan.

Dx 5.Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan HCl akibat dari aliran darah sistemik tidak adekuat. a. Kaji keluhan mual, muntah dan anoreksia yang dialami pasien

R/ Untuk menentukan intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien b. Kaji pola makan pasien, catat porsi makan yang dihabiskan setiap hari

R/ mengetahui masukan nutrisi pasien c. Timbang berat badan pasien setiap hari

R/ mengetahui kecukupan nutrisi pasien d. Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makan dalam porsi kecil tetapi sering R/mencegah pengosongan lambung e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapy antiemetik dan vitamin R/ antiemetik untuk mengatasi mual dan muntah, vitamin untuk meningkatkan selera makan dan daya tahan tubuh pasien

Dx 6.Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan kerusakan otot jantung sekunder terhadap proses inflamasi. Tujuan: Mempertahankan atau mendemonstrasikan perfusi jaringan adekuat secara individual misalnya mental normal, tanda vital stabil, kulit hangat dan kering, nadi perifer`ada atau kuat, masukan/ haluaran seimbang.

Intervensi: a. Evaluasi status mental. Perhatikikan terjadinya hemiparalisis, afasia, kejang, muntah, peningkatan TD. R/ Indikator yang menunjukkan embolisasi sistemik pada otak. b. Selidiki nyeri dada, dispnea tiba-tiba yang disertai dengan takipnea, nyeri pleuritik, sianosis, pucat R/ Emboli arteri, mempengaruhi jantung dan / atau organ vital lain, dapat terjadi sebagai akibat dari penyakit katup, dan/ atau disritmia kronis c. Tingkatkan tirah baring dengan tepat R/ Dapat mencegah pembentukan atau migrasi emboli pada pasien endokarditis. Tirah baring lama, membawa resikonya sendiri tentang terjadinya fenomena tromboembolik d. Dorong latihan aktif/ bantu dengan rentang gerak sesuai toleransi.

R/ Meningkatkan sirkulasi perifer dan aliran balik vena karenanya menurunkan resiko pembentukan trombus e. KolaborasiBerikan antikoagulan, contoh heparin, warfarin (coumadin) R/ Heparin dapat digunakan secara profilaksis bila pasien memerlukan tirah baring lama, mengalami sepsis atau GJK, dan/atau sebelum/sesudah bedah penggantian katup. Catatan : Heparin kontraindikasi pada perikarditis dan tamponade jantung. Coumadin adalah obat pilihan untuk terapi setelah penggantian katup jangka panjang, atau adanya thrombus perifer

Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium Pemeriksaan laboratorium untuk menentukan etiologi. Biakan darah dapat menemukan sebagian besar organisme pathogen.Pada infeksi parasit terdapat eosinofilia sebagai laju endapan meningkat. Enzim keratin kinase atau laktat dehidroginase (LDH) dapat meningkat sesuai luasnya nekrosis miokard. 2. Elektrocardiograf Muncul kelainan sinus takikardia, perubahan segmen ST dan gelembung T serta low voltage. Kadang ditemukan aritmia arial atau ventrikuler, AV block, intra ventrikulerconduction defek dan QT memanjang. 3. Foto thorak Ukuran jantung sering membesar kadang disertai kongesti paru. 4. Ekokardiograf Pada kedua ventrikel sering didapat hipokinesis, bersifat regional terutama di apeks. Adanya penebalan dinding ventrikel, trombi ventrikel kiri, pengisian diastolic yang abnormal dan efusi pericardial. 5. Biopsy endomiokardial Melalui biopsy tranvernous dapat diambil endomiokardium ventrikel kanan kiri. Hasil biopsy yang positif memiliki nilai diagnostic sedang negative tidak dapat menyingkirkan

miokarditis. Diagnosis ditegakkan bila pada biopsy endomiokardial didapatkan nekrosis atau degenerasi parasit yang dikelilingi infiltrasi sel sel radang.

You might also like