You are on page 1of 4

KITAB SUCI

SUB BAB:
E. KRONOLOGI HUKUM HINDU F. UPAYA MENAATI HUKUM HINDU DALAM KEHIDUPAN KEAGAMAAN DALAM KERANGKA HUKUM NASIONAL

KRONOLOGI HUKUM HINDU 1. Pokok Pokok Pemikiran Para ahli kitab Weda menyebutkan dalam melaksanakan tugas yudikatif atau eksekutif dapat bertindak sendiri atau dapat diangkat badan peradilan yang bertugas sebagai hakim yang akan memutuskan perkara disebut Brahmana. Dalam menegakkan hukum, Dharma atau kebenaran atau undang undang jangan sekali-kali terlukai. Artinya, jangan dirusak atau diselewengkan. Karena penyalahgunaan, undang-undang itu disebut Adharma. 2. Badan Yudikatif Keputusan dapat dilakukan oleh satu orang saja (hakim tunggal). Sebaliknya, dapat pula dilakukan oleh beberapa orang (hakim majelis). Hakim Majelis menurut Manu setidak-tidaknya terdiri dari tiga orang anggota. Pada dasarnya, badan yudikatif ini berfungsi untuk mengembalikan Dharma atau menegakkan keadilan yang merupakan kebenaran Tuhan. Kebenaran ini dinamakan Wrasa (benteng) dan pelanggaran dinamakan Wrasada (yang dikucilkan). 3. Acara dalam Mengadili Menurut Sastra Dalam sastra, dijumpai ada dua istilah berkaitan dengan pemanggilan yang dilakukan oleh hakim atau raja atau pengadilan yang berwenang setelah adanya pengaduan, yaitu sebagai berikut : 1. Ahwana Pemanggilan yang bertujuan untuk memaksakan terdakwa datang di depan pengadilan.

2. Asadha Tindakan penuntut umum untuk melakukan penahanan dalam rangka pemanggilan supaya terdakwa tidak melarikan diri. Gugatan yang sempurna disebut Bhasa, sedangkan yang tidak sempurna dinamakan Praksabhasa. 4. Acara Pemeriksaan Seorang hakim Brahmana harus benar-benar ahli dan mendalami kebenaran-kebenaran Dharma yang harus ditegakkan di atas dasar ilmu dan Dharma (Sruti, Smrti, Acara, Sila, dan Atmanastuti serta segala undang-undang dan peraturan yang berlaku). Ditinjau dari segi pembuktian menurut Rsi Yajnawalkya ada empat macam bukti, yaitu: Lekhya : bukti otentik atau tertulis Bhukti : bukti pemilihan atas materil Saksi : bukti saksi Diwya : bukti sumpah UPAYA MENAATI HUKUM HINDU DALAM KEHIDUPAN KEAGAMAAN DALAM KERANGKA HUKUM NASIONAL 1. Perkembangan Hukum Hindu di Indonesia Agama Hindu merupakan agama yang tertua di Indonesia. Berkaitan dengan masalah hukum, seperti sudah dijelaskan bahwa dari waktu ke waktu terus ada perkembangan atau reformasi hukum di dalam ajaran agama Hindu, seperti adanya empat jenis Dharmasastra. Aliranaliran itu sedikit banyak membawa perubahan sikap terhadap ajaran Manu yang dianggap sudah tidak sesuai lagi. Namun, dasar-dasar hukumnya masih dipergunakan sebagai landasan ajaran di dalam mengembangkan teori-teori hukum yang baru. 2. PHDI sebagai Lembaga Legislatif Lembaga lainnya yang memegang peranan penting sebagai legislatif menurut hukum itu adalah adanya lembaga PARISADA. Lembaga parisada merupakan majelis tertinggi agama Hindu di Indonesia diharapkan berperan aktif dalam membimbing dan menuntun kehidupan umat Hindu mengenai cara-cara mengamalkan ajaran agamanya serta

dalam membina dan menegakkan hukum agamanya. Dalam hal ini, Parisada Hindu Dharma telah banyak menghasilkan ketetapan dan keputusan yang dijadikan pedoman umum bagi umat Hindu di seluruh Indonesia dalam melaksanakan ajaran-ajarannya. 3. Upaya Menaati Hukum Hindu Umat Hindu mempunyai dua kewajiban, yaitu melaksanakan dharma agama dan dharma negara. Dharma agama adalah kewajiban umat untuk melaksanakan ajaran agama dengan baik dan benar. Dharma negara adalah kewajiban umat beragama untuk menjadi warga negara yang baik dan mengabdi kepada negara dengan mendukung segala peraturan-peraturan pemerintah. Dalam melaksanakan Dharma agama, umat Hindu menjadikan kitab suci Weda sebagai sumber ajaran/pedoman hidup. Orang yang yakin dengan ajaran ini akan berfikir seribu kali untuk berbuat dosa karena takut akan hasil yang diterima. Mereka akan memegang teguh Dharma sebagai pedoman hidup untuk dapat menciptakan kehidupan yang harmonis, bahagia, lahir, dan batin. Upayaupaya yang harus dilakukan umat Hindu untuk menegakkan hukum adalah melaksanakan ajaran agamanya dengan baik, seperti melaksanakan Panca Sradha, TriKaya Parisudha, Tri Hita Karana, dan ajaran etika lainnya. Hukum Hindu merupakan bagian dari hukum nasional dan berlakunya bagi semua umat Hindu di Indonesia sepanjang ketentuan tersebut tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.

KELOMPOK 3
Anggota : 12 IPA 5 - AA Gede Sila Andrayuga P. - I Dewa Nyoman Widarma - I Gede Angga Adnyana - Ni Kadek Dea Widyasmara - Pande Ayu Kirana Dewi - Putri Ayu Uma Siwandari - Putu Suradi Jipi Pratama - Sagung Mastara D.

12 IPA 6 : - Putu Ika Handayani - Kadek Ayu Pradhita - Ni Putu Novi Ardiantini - Ni Made Dini W.H

You might also like