You are on page 1of 0

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Desinfektan
Untuk berbagai keperluan tentunya kita telah mengenal bahkan mungkin
menggunakan beberapa produk keperluan rumah tangga, laboraturium atau rumah
sakit yang bernama desinfekta. Desinfektan adalah senyawa kimia yang mempunyai
sifat bakteriostatik dan bakterisidal. Tujuan digunakanya desinfektan adalah untuk
membunuh bakteri patogen yang penularanya melalui air seperti bakteri penyebab
typhus, kolera disentri, dan lain-lain (Lud Waluyo, 2005)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih desinfektan :
1. Sifat mikrosidal (membunuh jasad renik)
2. Sifat mikrostatik (menghambat pertumbuhan jasad renik)
3. Kecepatan penghambatan
4. Sifat lain-lain
Suatu desinfektan diusahakan tidak mahal, aktivitasnya tetap dalam
waktu lama, larut dalam air dan stabil dalam larutan (Dinah gould, 2005)
B. Macam-macam Desinfektan
Desinfektan dapat dikelompokkan atas 8 grup sebagai berikut :
1. Grup alkohol larut
Contoh : etanol, isopropil alkohol
Konsentrasi : 70-90 %
Keuntungan : bakterisidal cepat, tuberkulosidal
3
Kelemahan : tidak membunuh spora, menyebabkan korosi metal kecuali
jika ditambahkan pereduksi (2 % Na nitit, mengeringkan
kulit)
2. Grup gas sterilisasi
Contoh : etilen oksida
Waktu reaksi : 4 8 jam
Keuntungan : tidak berbahaya untuk kebanyakan bahan, mensterilkan
bahan, digunakan untuk bahan yang tidak tahan panas
Kelemahan : membutuhkan peralatan khusus
3. Grup gas desinfektan
Contoh : formaldehida
Konsentrasi : larutan jenuh dalam bentuk gas
Keuntungan : membunuh spora, tidak korosif, digunakan untuk bahan
yang tidak tahan panas
Kelemahan : membutuhkan bahan yang relatif lama sebagai desinfektan,
menimbulkan bau, keracunan pada membran kulit dan
membran mukus
4. Grup halogen
Contoh : khlorin, yodium
Konsentrasi : hipoklorit konsentrasi tertinggi HClO (warexin)- larutan
1,5 % yodium tinktur konsentrasi tertinggi
Keuntungan :
Khlorin : tuberkulosidal
Yodium : pencuci dan desinfektan, tidak
meninggalkan warna, meninggalkan residu anti bakteri, yodium tinktur
bersifat tuberkulosidal
Kelemahan :
Khlorin : memutihkan bahan, korosi logam, tidak
stabil di dalam air sadah, larutan harus segar
Yodium : yodium tinktur menimbulkan warna dan
iritasi kulit, aktifitasnya hilang di dalam air sadah, korosif terhadap logam,
menyebabkan pengeringan kulit
5. Grup fenol
Contoh : kreosol, fenol semi sintetis, lisol
Konsentrasi : kreosol : 2 %
Lisol : 1 %
Keuntungan : aktifitasnya tidak hilang oleh bahan organik, sabun,
ataupun air sadah, meninggalkan efek residu jika
mengering
Kelemahan : kreosol harus digunakan dalam air lunak
6. Grup detergen kationik (amonium quaternar)
Keuntungan : tidak berbau
Kelemahan : tidak bersifat tuberkulosidal, aktivitas virisidal terbatas,
harus dilarutkan dalam air destilata, aktivitas hilang oleh
protein, sabun dan serat selulosa, aktivitasnya lemah
sehingga harus dikombinasi dengan gup fenol
7. Grup detergen anionik (aditif sabun atau detergen)
Contoh : heksakhlorfen (G-11), tetrakhlorsalisilanida
Konsentrasi : heksakhlorfen - septisol 2%, phisohek 3%
Keuntungan : aktivitas anti bakteri lama, baik digunakan sebagai pencuci
Kelemahan : tidak bersifat sporosidal maupun tuberkolosidal, cara kerja
lambat, beracun bila digunakan terus menerus dan diserap
di dalam tubuh
8. Desinfektan lain-lain
Garam : komponen merkuri organik seperti merkurokhrom dan
tiomersal bersifat kurang beracun dibandingkan komponen
merkuri lainya, tetapi aktivitas bakterisidalnya lemah
Alkali : larutan NaOH sering digunakan dalam kedokteran
veteriner untuk desinfeksi kandang
Hidrogen peroksida : dalam konsentrasi 3 % digunakan untuk mencuci dan
desinfeksi luka
Sabun : aktivitas bakterisidal lemah tetapi efektif untuk mencuci
atau menghilangkan jasad renik
Komponen biguanida : misalnya khlorheksidin, bersifat bakterisidal, tetapi
tidak efektif terhadap virus, spora dan mikrobakteri,
biasanya dicampur dengan detergen kationik
Diadelhida : spektrum aktivitasnya paling luas, yaitu bersifat
bakterisidal, virisidal, fingisidal, dan sporosidal. Tersedia
dalam bentuk asam dan harus diaktivasi dengan supaya
aktivitasnya maksimum. Kelemahanya adalah beracun
terhadap kulit dan harganya mahal (Srikandi fardiaz,
1992)

C. Salmonella typhi
1. Morfologi
Salmonella typhi termasuk dalam ordo Eubacteriales, Famili
Enterobactericeae (Indan Entjang.2003). Merupakan bakteri gram negatif tidak
berspora. 1-3.5 m x 0,5-0,8 m. Besar koloni 2-4 mm berflagel peritrikh
(FKUI.1993). Merupakan Gram negatif tidak berspora. Salmonella typhi tumbuh
cepat pada perbenihan biasa tetapi tidak meragikan laktosa atau sukrosa,
menghasilkan H2S. Resisten terhadap zat-zat kimia tertyentu misalnya : Brilliant
green, Sodium tetrathionat, sodim deoxycholat. Senyawa-senyawa ini
menghambat bakteri enteric lain. Senyawa tersebut kemudian berguna untuk
ditambahkan pada media untuk mengisolasi Salmonella typhi dari tinja.


2. Struktur antigen
Pada awal ditemukanya Salmonella dengan sifat biokimianya, Harus
diidentifikasi dengan analisa antigenic. Salmonella typhi memiliki antigen O
(somatic) yang tahan terhadap pemanasan 100
0
C, alcohol dan asam. Antibodi
yang dibentuk terutama IgM. Antigen H (flagel) rusak pada pemanasan 60
0
C,
alcohol dan asam. Antibodi bersifat IgG. Antigen Vi adalah polimer dari
polisakarida yang bersifat asam terdapat pada bagian yang paling luar dari kuman.
Dapat dirusak denagn pemanasan 60
0
C selama 1 jam dengan penambahan penol
dan asam.
Faktor-faktor patogenitas
a. Daya invasi
Kuman Salmonella typhi di usus halus melakukan penetrasi didalam epitel
Antigen permukaan ke sub epitel kemudian tampak proses yang menyerupai
fagositosis. Setelah penetrasi organisme difagosit oleh makrofag, berkembang
biak dan dibawa oleh makrofag ke bagian tubuh yang lain.
b. Endoktosin
Peranan yang pasti endotoxin belum diketahui dengan jelas, Pada sukarelawan
manusia yang toleran terhadap endotoxin, diinfeksikan dengan Salmonella typhi.
Maka timbul demam dengan gejala klasik dari demam typoid serta menyebabkan
lokalisasi sel lekosit pada lesi di usus halus.
c. Enterotoksin
Salmonella typhi menghasilkan entero toksin yang termolabil. Toksin diduga
berasal dari dinding sel atau membran luar.
3. Patogenitas
Salmonella typhi masuk melalui mulut biasanya dengan makanan atau
minuman yang terkontaminasi, masuk kedalam lambing. Kemudian bersarang
dijaringan limfoid pada dinding usus (plak peyeri).
Gejala demam tifoid adalah suhu tubuh meningkat secara bertingkat
sampai mencapai 40
0
C dengan frekuensi jadi relatif lambat. Sering ada nyeri
tekan di perut, konstipasi (kadang-kadang diare).
Salmonella typhi terdapat di dalam darah (hari ke-7 sampai hari ke-10).
Pada saat ada bakterimia, menyebabkan kultur feses positif setelah minggu kedua
dan ketiga dan bertahan cukup lama. Titer antibodi naik dalam darah, suhu
berangsur kembali normal. Basil tifoid mungkin tetap ada dalam kandung
empedu, limpa, atau ginjal di dalam sel-sel mononuklear yang tidak dicapai
antibodi. Pasien demikian menjadi carrier tetap (J an Tambayong,1999).

You might also like