You are on page 1of 7

FBIOAKTIVITAS EKSTRAK METANOL DAUN PACAR AIR Impatiens balsamina L.

TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus DAN Pseudomonas aeruginosa


PENYEBAB CANTENGAN

BIOACTIVITY METHANOL EXTRACT OF BALSAMINA LEAF Impatiens balsamina L. AGAINST THE GROWTH OF BACTERIA Staphylococcus aureus AND Pseudomonas aeruginosa CAUSES OF CANTENGAN
Gaby Maulida Nurdin, Dirayah R. Husain dan Sartini Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin. Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin.

ABSTRAK Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui bioaktivitas ekstrak metanol daun pacar air Impatiens balsamina L. terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa penyebab cantengan. Uji antibakteri dilakukan dengan metode difusi agar pada medium Mueller Hinton Agar (MHA) dengan konsentrasi ekstrak 1%, 2%, 4%, 6%, dan 8%. Sebagai kontrol positif digunakan antibiotik kloramfenikol. Uji golongan dengan metode skrining fitokimia menunjukkan bahwa daun pacar air Impatiens balsamina L. mengandung senyawa flavanoid, steroid, saponin, tanin, dan kuinon yang bersifat antibakteri. Bioaktivitas antibakteri pada masa inkubasi 24 jam menunjukkan bioaktivitas antibakteri terbesar pada konsentrasi 8% dengan diameter hambatan sebesar 20,2 21,2 mm terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa sebesar 13,8 14,1 mm. Inkubasi 48 jam diameter zona hambatan pada bakteri Staphylococcus aureus meningkat menjadi 21,3 22,4 mm sehingga bersifat bakteriosidal. Namun, bioaktivitas senyawa menurun pada Pseudomonas aeruginosa yang tidak terbentuk lagi zona hambatan, sehingga bersifat bakteriostatik. Kata kunci : ekstrak metanol daun pacar air Impatiens balsamina L., bakteriosidal, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, cantengan. ABSTRACT A research aims to know the bioactivity methanol extract of Balsamina leaf Impatiens balsamina L. against the growth of bacteria Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginosa causes of cantengan. Antibacterial test held with diffusion method in order that medium of Muller Hinton Agar (MHA) with concentrations of the extract to 1%, 2%, 4%, 6% and 8%. As a positive control used antibiotic of chloramfenicole. Test with phytochemicals screening method which is showed that Balsamina leaf Impatiens balsamina L. contains the antibacterial flavanoid, steroids, saponins, tannins, and quinons compounds. an antibacterial bioactivity with the 24 hours incubation period showed that the greatest antibacterial bioaktivitas of 8% consentrations with 20,2 - 21,2 mm the diameter of barriers against of Staphylococcus aureus and 13,8 - 14,1 mm of Pseudomonas aeruginosa. After the 48 hours incubation that the diameter of the zone barriers at the Staphylococcus aureus bacterial increased to 21,3 - 22,4 mm until have the quality of bactheriosydal. However

compound bioactivity decreased at Pseudomonas aeruginosa up to no more formed of the zone barrier until have the quality of bactheriostatic. Key words: the methanol extract Balsamina leaf Impatiens balsamina L., bacteriosidal, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, cantengan. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara megabiodiversity yang memiliki berbagai jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai penghasil tanaman obat. Seiring dengan hal tersebut, perkembangan ilmu kedokteran yang antara lain juga intensif mengkaji pengobatan berbasis bahan alami karena efek samping yang diakibatnya cenderung lebih dapat diatasi. Berbagai penelitian ilmiah yang berhasil mengungkapkan khasiat dan manfaat terapi penyakit berkhasiat herbal mendorong munculnya paradigma baru dalam dunia kedokteran modern, yaitu back to nature (Farnsworth, 1966). Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No.131/Menkes/SK/ II/2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang menyatakan bahwa pengembangan dan peningkatan obat tradisional harus terus dilakukan untuk memperoleh obat yang bermutu tinggi, aman, dan memiliki khasiat yang teruji secara ilmiah baik untuk pengobatan sendiri, masyarakat, maupun digunakan dalam pelayanan kesehatan formal. Menurut Aibinu, et al. (2007) beberapa tahun belakangan ini, telah terdapat peningkatan strain patogen yang resisten terhadap antibiotik. Hal tersebut menyebabkan munculnya strain bakteri baru yang multi-resisten. Oleh karena itu, dibutuhkan berbagai usaha untuk mencari dan menemukan bahan senyawa baru dari sumber alam yang terbukti secara alamiah bersifat sebagai antimikroba. Pemanfaatan berbagai tanaman sebagai sumber bahan dan senyawa alami dengan tujuan untuk menemukan senyawa aktif yang berpotensi sebagai sumber antimikroba bar uterus digalakkan. Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai antimikroba adalah daun pacar air Impatiens balsamina L. Secara tradisional masyarakat dari Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Soppeng Propinsi Sulawesi Selatan memanfaatkan daun pacar air Impatiens balsamina L. dengan cara direbus maupun digiling untuk dioleskan pada bagian tubuh yang terinfeksi oleh bakteri. Namun seiring dengan berkembangnya teknologi yang menghasilkan obat-obatan terkait dan cepat tersedia, maka pengobatan alternatif menggunakan bahan tanaman tersebut sudah jarang digunakan. Menurut Panichayupakaranant (2001), daun pacar air Impatiens balsamina L. mengandung senyawa naftoquinon, turunan kumarin, tanin, flavanoid, dan steroid. Hal ini juga didukung oleh penelitian Adfa (2007) dari uji pendahuluan metabolit sekunder diketahui bahwa daun pacar air Impatiens balsamina L. mengandung kumarin, flavonoid, kuinon, saponin dan steroid. Senyawa aktif tersebut mempunyai kemampuan sebagai antimikroba yang efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan fungi. Hasil yang sama juga diperoleh pada penelitian berdasarkan uji skrining fitokimia yang dilakukan oleh Utari (2011). Penelitian ini menggunakan simplisia dari ekstrak daun pacar air Impatiens balsamina L. yang menunjukkan adanya senyawa flavonoid, steroid dan saponin. Ekstrak daun pacar air Impatiens balsamina L. mempunyai aktivitas antibakteri pada

konsentrasi hambat minimum (KHM) dengan menggunakan bakteri Staphylococcus aureus yang konsentrasinya sebesar 12 mg/ml dengan batas daerah hambat yang efektif yaitu 14,5 mm pada konsentrasi 60 mg/ml. Sedangkan pada bakteri Pseudomonas aeruginosa memiliki konsentrasi hambat minimum (KHM) sebesar 24 mg/ml dengan daerah hambat yang efektif sebesar 14,4 mm pada konsentrasi 60 mg/ml. Salah satu khasiat yang dimiliki oleh daun pacar air Impatiens balsamina L. yaitu dapat mengobati radang pinggir kuku : cantengan (paronychia) yang disebabkan oleh jamur dan bakteri (Masters, 1987). Berdasarkan hal di atas, maka dilakukan pengujian bioaktivitas ekstrak daun pacar air Impatiens balsamina L. terhadap pertumbuhan salah satu bakteri penyebab penyakit radang pinggir kuku (cantengan). METODE PENELITIAN Pengambilan dan Pengolahan Sampel Sampel daun diambil dari tumbuhan daun pacar air Impatiens balsamina L. yang masih segar diperoleh di wilayah Kota Makassar, Propinsi Sulawesi Selatan. Bagian tanaman yang diambil adalah daun ke 4 atau 5 ke atas. Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari pukul 08.00 11.00 WITA pada saat tanaman berbunga. Sampel daun pacar air Impatiens balsamina L. selanjutnya dicuci bersih dan dikeringkan dengan cara dimasukkan kedalam alat khusus pengering. Daun yang telah kering ditimbang dan dipotong-potong ukuran kecil sebesar 0,2 cm. Ekstraksi dan Penyiapan Variasi Konsentrasi Sebanyak 123,3 gram simplisia diekstrasi dengan metanol secara maserasi. Ekstrak disaring dan diuapkan

dengan rotavapor hingga diperoleh ekstrak metanol kental. Hasil ekstrak yang diperoleh, kemudian dibuatkan variasi konsentrasi 1%, 2%, 4%, 6%, dan 8%. Untuk konsentrasi 1% ditimbang 10 mg ekstrak metanol kental dan disuspensikan dalam 1 ml DMSO. Uji Antibakteri Pengujian daya hambat ekstrak metanol daun pacar air Impatiens balsamina L. terhadap pertumbuhan bakteri uji, dilakukan dengan metode difusi agar yang menggunakan metode lubang atau sumur (hole, well). Sebanyak 0,2 ml masing-masing larutan ekstrak konsentrasi 1%, 2%, 4%, 6%, 8%, kontrol positif kloramfenikol dan kontrol negatif yaitu DMSO (Dimetil sulfoksida) diisi kedalam setiap sumur. Cawan petri diinkubasi dalam inkubator selama 24 - 48 jam pada suhu 37 oC. Uji Golongan Senyawa Uji golongan senyawa steroid dan kuinon dilakukan sesuai dengan metode Harborne (1978), uji senyawa flavanoid dan tanin berdasarkan metode Farnsworth (1966), dan uji senyawa saponin dilakukan dengan metode Teyler, et al., (1988). HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstrak metanol daun pacar air Impatiens balsamina L. diujikan terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa dengan konsentrasi 1%, 2%, 4%, 6%, dan 8% . Hasil pengukuran diameter hambatan menunjukkan bahwa pada semua konsentrasi ekstrak metanol memiliki aktivitas antimikroba terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa yang ditandai dengan terbentuknya zona bening disekitar sumur atau lubang (Gambar 1)

A1
1% 2%

K+ K8% 6% 4%

B1
1% 2%

K+ K8% 6% 4%

3.

4 %

4.

Rata-rata SD 6 %

A2
1% 2%

K+ K8% 6% 4%

B2
1% 2%

K+ K8% 6% 4%

5.

Rata-rata SD 8 %

6.

Rata-rata SD Kontrol +

A3
1% 2%

K+ K8% 6% 4%

B3
1% 2%

K+ K8% 6% 4% 7.

Rata-rata SD Kontrol -

Rata-rata SD

17,4 18,0 18,1 17,3 17,5 16,5 17,6 0,4 17,2 0,7 19,0 19,4 20,2 20,3 20,1 20,8 19,7 0,6 20,1 0,7 20,2 21,3 21,0 22,2 21,2 22,4 20,8 0,5 21,9 0,6 22,0 16,2 22,0 16,2 22,0 16,2 22,0 0 16,2 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Gambar 1 Hasil uji daya hambat ekstrak methanol terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus setelah masa inkubasi dengan 3x ulangan : (A) 24 jam & (B) 48 jam

Gambar 1 menunjukkan bahwa diameter zona hambat tertinggi pada bakteri Staphylococcus aureus dengan masa inkubasi 24 jam ditunjukkan pada konsentrasi 8 % dengan diameter daya hambat berkisar 20,2- 21,2 mm, kemudian konsentrasi 6 %, 4 % , 2 % dan yang paling kecil yaitu 1% antara 12,0 13,2 mm. Setelah masa inkubasi 48 jam, masing-masing dari tingkat konsentrasi tersebut ada yang mengalami peningkatan dan penurunan zona hambat. Selengkapnya dapat diamati pada tabel 1
Tabel 1 Hasil pengukuran diameter zona hambat pada bakteri Staphylococcus aureus dengan masa inkubasi 24 jam dan 48 jam Konsentrasi Waktu Inkubasi Ekstrak 24 Jam 48 Jam 1% 13,2 13,0 12,4 12,2 12,0 11,9 Rata-rata SD 12,5 0,6 12,3 0,8 2% 15,1 15,0 15,1 14,8 15,1 14,6 Rata-rata SD 15,1 0 14,8 0,5

Zona hambat yang terbentuk pada perlakuan ekstrak terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa pada masa inkubasi 24 jam dan 48 jam, nampak pada Gambar 3

A1
8% 6%

K+ K4% 1% 2%

B1
8% 6%

K+ K4% 1% 2%

A2
8% 6%

K+ K4% 1% 2%

B2
8% 6%

K+ K4% 1% 2%

A3
8% 6%

K+ 1% K4% 2%

B3
8% 6%

K+ 1% K4% 2%

No. 1.

Gambar 3 Hasil uji daya hambat ekstrak metanol terhadap pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa setelah masa inkubasi dengan 3x ulangan : (A) 24 jam & (B) 48 jam

2.

Pada Gambar 3 menunjukkan diameter terbesar pada konsentrasi 8 % 8 % sebesar 13,8 14,1 mm, dan yang

terkecil yaitu 1% berkisar 9,3 10 mm. Setelah masa inkubasi 48 jam, masingmasing tingkat konsentrasi tersebut beserta kontrol positif yaitu kloramfenikol 0,5 mg/ml mengalami penurunan diameter yang signifikan hingga tidak nampak lagi adanya zona bening. Selengkapnya dapat diamati pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil pengukuran diameter zona hambat pada bakteri Pseudomonas aeruginosa dengan masa inkubasi 24 jam dan 48 jam Konsentrasi Ekstrak 1% Waktu Inkubasi 24 Jam 48 Jam 9,4 0 9,3 0 10,0 0 9,5 0,4 0 12.2 0 11,8 0 12,0 0 12 0,2 0 13,1 0 12,8 0 13,2 0 13,0 0,2 0 13,2 0 12,9 0 13,4 0 13,1 0,2 0 14,1 0 13,8 0 14,0 0 13,9 0,1 0 16,8 9,3 17,0 10,1 16,7 9,5 16,8 0,1 9,6 0,4 0 0 0 0 0 0 0 0

No. 1.

2.

Rata-rata SD 2%

3.

Rata-rata SD 4 %

4.

Rata-rata SD 6 %

5.

Rata-rata SD 8 %

6.

Rata-rata SD Kontrol +

7.

Rata-rata SD Kontrol -

Rata-rata SD

Penelitian ini menggunakan lima konsentrasi ekstrak metanol daun pacar air Impatiens balsamina L. yaitu : 1 %, 2 %, 4 %, 6 %, dan 8 % yang memperlihatkan terjadinya peningkatan diameter hambatan seiring dengan kenaikan konsentrasi.

Pada Gambar 1, nampak ukuran diameter hambatan ekstrak metanol mengalami peningkatan ukuran zona bening pada bakteri Staphylococcus aureus setelah diinkubasi 2 x 24 jam, sehingga dapat bersifat bakteriosidal. Sedangkan pada Gambar 3, ukuran diameter hambatan ekstrak metanol pada bakteri Pseudomonas aeruginosa mengalami penurunan yang signifikan, sehingga ekstrak metanol dapat dinilai bersifat bakteriostatik. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Gambar 1 dan 3, diameter daya hambat pada kontrol positif terus menurun dari 24 jam hingga 48 jam pada bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa, sehingga kloramfenikol lebih bersifat bakteriostatik. Selain menggunakan kontrol positif juga digunakan kontrol negatif, yakni DMSO (Dimetil Sulfoksida) yang berperan sebagai pelarut dan untuk melihat apakah respon kematian benar-benar berasal dari sampel, bukan disebabkan oleh faktor teknis perlakuan Dari hasil yang diperoleh terlihat bahwa ekstrak metanol daun pacar air Impatiens balsamina L. lebih efektif menghambat pertumbuhan bakteri gram positif yaitu Staphylococcus aureus dibanding bakteri gram negatif yaitu Pseudomonas aeruginosa. Hal ini disebabkan adanya kemampuan biologis setiap bakteri yang berbeda dalam merespon bahan antibakteri. Salah satu faktor yang paling berpengaruh adalah adanya perbedaan struktur dinding sel antara bakteri gram negatif dan bakteri gram positif (Kimball, 1983). Uji Golongan Senyawa Ekstrak Metanol Daun Pacar Air Impatiens balsamina L. Uji golongan dilakukan untuk mengetahui senyawa yang terkandung

dalam ekstrak metanol daun pacar air Impatiens balsamina L (Gambar 5)

Gambar 5 Hasil uji golongan senyawa ekstrak metanol daun pacar air Impatiens balsamina L.

Hasil uji golongan ini ditandai dengan terjadinya perubahan warna dari ekstrak metanol setelah ditambahkan pereaksi sesuai dengan uji senyawa yang dilakukan. Adapun perubahan warna yang terjadi setelah perlakuan dapat dilihat pada tabel 3
Tabel 3 Hasil Uji Golongan ekstrak metanol daun pacar air Impatiens balsamina L.
Senyawa Aktif Flavanoid Kuinon Steroid Tanin Saponin Hasil Identifikasi Warna Warna yang Hasil Ekstrak Terbentuk HK O + HK M + HK HK + HK HK + HK TB +
O : Orange M : Merah

Keterangan : HK : Hijau Kehitaman TB : Terbentuk busa

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol daun pacar air Impatiens balsamina L. bersifat antibakteri. Bioaktivitas terbesar diperoleh pada konsentrasi 8 % dengan zona hambat sebesar 20,2 21,2 mm pada pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, namun bioaktivitasnya menurun pada bakteri Pseudomonas aeruginosa yang hanya 13,8 14,1 mm pada masa inkubasi 24 jam. Senyawa aktif yang terkandung pada ekstrak metanol daun pacar air Impatiens balsamina L. yang diuji dengan menggunakan metode skrining fitokimia yang menunjukkan adanya senyawa flavanoid, kuinon, steroid, tanin, dan saponin. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai identifikasi jenis senyawa spesifik yang bersifat antibakteri yang terkandung pada tanaman pacar air Impatiens balsamina L.. Selain itu, perlu penambahan variasi konsentrasi ekstrak metanol daun pacar air Impatiens balsamina L. melihat rendahnya diameter hambatan yang ditimbulkan pada konsentrasi yang telah dilakukan. DAFTAR PUSTAKA Aibinu, Adenipekun, and T., Adelowotan, 2007. In Vitro Antimikrobial Activity of Crude Extracts from Plants Bryophyllum pinnatum and Kalanchoe crenata. Afr. J. Traditional, Complementary and Alternative Medicines Vol.3: 338 344. Barnet, M. E., 1992. Microbiology Laboratory Exercise, Complete Version, W. C. Brown Publisher, Dubuge, Indiana.

Hasil identifikasi dari uji kualitatif dengan metode skrining fitokimia pada Tabel 1, menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun pacar air Impatiens balsamina L. positif mengandung senyawa flavanoid, kuinon, steroid, tanin, dan saponin setelah ditambahkan beberapa pereaksi sesuai dengan jenis senyawa yang akan diuji. Senyawa aktif tersebutlah yang menyebabkan ektrak metanol daun pacar air Impatiens balsamina L. bersifat antibakteri pada Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.

Brooks, G. F., Janet S.B. and Stephen A.M., 2005, Mikrobiologi Kedokteran (Medical Mikrobiology), Salemba Medika, Jakarta. Crondon, H.J., 1988. Infection of The Hand. In RJ, Heward RL, Simmons eds; Surgical Infection Desease. 2nded. Connecticut: Appleton dan Lange. Davis and Stout, 1971. Disc Plate Method Of Microbiological Antibiotic Essay. Journal Of Microbiology. Vol 22 No 4. Departemen Kesehatan, 2006, Keputusan Menteri Kesehatan No.131/Menkes/SK/II/2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional (SKN), Republik Indonesia. Jakarta. Farnsworth, N.R., 1966. Biological and Phytochemical Screening of Plants. Journal of Pharmaceutical Sciences. Volume 55. No.3. Chicago: Reheis Chemical Company. Pages 263-264. Harborne, J.B.,1987. Metode Fitokimia , terjemahan K. Radmawinata dan I. Soediso, 69-94, 142-158, 234-238. Bandung : ITB Press. Kimball, J., Soetarmi, S and Sugiri, N., 1983. Biologi Jilid 3, edisi ke 5. Erlangga, Jakarta. Masters, 1987. Book Vegetable Teratology. Journal of Botany. London, Vol. 5 page 158. Neuhaus, F. C. and J. Baddiley, 2003. A continuum of anionic charge: structures and functions of Dalanyl-teichoic acids in Gram-

positive bacteria. Microbiol. Mol. Biol. Rev. 67: 686 723. Panichayupakaranant, 2001. Napthoquinone Formation in Impatiens balsamina Cell Cultures. Pharmaceutical Biology, 39 :1. Teyler.V. E., Claus, E. P. and Brady, L. R., 1988. Pharmacognosy Edition 9th. 187 188. Phiadelphia : Lea and Febiger.

You might also like