You are on page 1of 9

MID SEMESTER DASAR-DASAR PENDIDIKAN IPA

NAMA

: INDRI NURWAHIDAH

NIM

: 0402513029

PRODI

: IPA (Fisika)

1. Jelaskan keterkaitan antara hakikat IPA dengan apa yang dinyatakan oleh UNESCO
sebagai Learning to know, Learning to do, Learning to live together dan Learning
to be!
Jawaban
Keterkaitan antara hakikat IPA dengan pernyataan UNESCO sebagai learning to know,
learning to do, learning to live together dan learning to be.
Hakikat IPA ada 3 diantaranya, konsep hakikat IPA sebagai proses, konsep hakikat IPA
sebagai produk, dan hakikat IPA sebagai sikap ilmiah. Untuk mencapai 3 konsep hakikat
IPA tersebut dapat dilakukan dengan cara menerapkan pernyataan UNESCO yaitu empat
pilar pendidikan.

Learning to know (belajar mengetahui)

Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha untuk mencari agar mengetahui informasi
yang dibutuhkan dan berguna bagi kehidupan. Belajar untuk mengetahui (learning to
know) dalam prosesnya tidak sekedar mengetahui apa yang bermakna tetapi juga
sekaligus mengetahui apa yang tidak bermanfaat bagi kehidupannya.
Untuk mengimplementasikan learning to know (belajar untuk mengetahui), Guru harus
mampu menempatkan dirinya sebagai fasilitator. Di samping itu guru dituntut untuk
dapat berperan ganda sebagai kawan berdialog bagi siswanya dalam rangka
mengembangkan

penguasaan

pengetahuan

siswa.

Kaitannya

dengan

hakikat

pembelajaran IPA sesuai dengan hakikat IPA sebagai proses dan juga produk. Setelah
memperoleh pengetahuan dari pengetahuan tersebut dapat menghasilkan suatu produk.

Learning to do (belajar melakukan sesuatu)

Pendidikan juga merupakan proses belajar untuk bisa melakukan sesuatu (learning to
do). Proses belajar menghasilkan perubahan dalam ranah kognitif, peningkatan
kompetensi, serta pemilihan dan penerimaan secara sadar terhadap nilai, sikap,
1

penghargaan, perasaan, serta kemauan untuk berbuat atau merespon suatu stimulus.
Pendidikan membekali manusia tidak sekedar untuk mengetahui, tetapi lebih jauh untuk
terampil berbuat atau mengerjakan sesuatu sehingga menghasilkan sesuatu yang
bermakna bagi kehidupan. Kaitannya dengan hakikat pembelajaran IPA sesuai dengan
hakikat IPA sebagai proses.

Learning to be (belajar menjadi sesuatu)

Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri
sendiri (learning to be). Hal ini erat sekali kaitannya dengan bakat, minat, perkembangan
fisik, kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya. Misal : bagi siswa
yang agresif, akan menemukan jati dirinya bila diberi kesempatan cukup luas untuk
berkreasi. Dan sebaliknya bagi siswa yang pasif, peran guru sebagai kompas penunjuk
arah sekaligus menjadi fasilitator sangat diperlukan untuk menumbuhkembangkan
potensi diri siswa secara utuh dan maksimal. Kaitannya dengan hakikat pembelajaran
IPA sesuai dengan hakikat IPA sebagai sikap ilmiah.

Learning to live together (belajar hidup bersama)

Pada pilar keempat ini, kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi
dan menerima perlu dikembangkan di sekolah. Kondisi seperti inilah yang
memungkinkan tumbuhnya sikap saling pengertian antar ras, suku, dan agama.
Dengan kemampuan yang dimiliki, sebagai hasil dari proses pendidikan, dapat dijadikan
sebagai bekal untuk mampu berperan dalam lingkungan di mana individu tersebut
berada, dan sekaligus mampu menempatkan diri sesuai dengan perannya. Pemahaman
tentang peran diri dan orang lain dalam kelompok belajar merupakan bekal dalam
bersosialisasi di masyarakat ( learning to live together ). Kaitannya dengan hakikat
pembelajaran IPA sesuai dengan hakikat IPA sebagai sikap ilmiah dan diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari dan juga dalam masyarakat.
2. Apakah yang dimaksud literasi sains? Bagaimana cara mengembangkan literasi sains
dalam pembelajaran IPA?
Jawaban
Literasi sains adalah pemahaman tentang sains dan aplikasinya bagi kebutuhan
masyarakat.
Mengembangkan literasi sains dalam pembelajaran IPA dapat dilakukan dengan berbagai
cara, misalnya:
2

Literasi Sains dan teknologi dengan pendekatan STM ( Sains Teknologi dan
Masyarakat)
Pembelajaran dengan pendekatan STM adalah suatu pendekatan yang mencakup
seluruh aspek pendidikan yaitu tujuan, topik/ masalah yang akan dieksplorasi,
strategi pembelajaran, evaluasi, dan persiapan kinerja/ guru. Pendekatan ini
melibatkan siswa dalam menentukan tujuan, prosedur pelaksanaan, pencarian
informasi, dan evaluasi

Literasi Sains dan teknologi dengan pendekatan lingkungan


Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan merupakan pembelajaran yang
mengintegasikan unsur lingkungan dalam materi pembelajaran yang bertujuan untuk
membentuk siswa dari berbagai perilaku siswa yang mengarah pada perusakan
lingkungan menuju perilaku yang sadar terhadap lingkungan dan tanggap terhadap
perubahan yang terjadi di lingkungan. Pendidikan lingkungan membentuk siswa
menjadi sadar terhadap lingkungan. Kesadaran lingkungan memiliki makna kognitif
dan afektif

Literasi Sains dan teknologi dengan pendekatan SETS


Pendidikan SETS bermaksud membawa peserta didik untuk mengorelasikan antara
sains, teknologi, lingkungan dan masyarakat. Contohnya, produk-produk teknologi
yang mendukung sains. Dampak positif maupun negatif teknologi, sains terhadap
masyarakat atau lingkungan. Keterlibatan masyarakat dalam pengembangan sains
dan penciptaan teknologi serta perlakuannya terhadap lingkungan. kemampuan
lingkungan dalam penyediaan kebutuhan masyarakat, penciptaan teknologi dan
pengembangan sains.

3. Jelaskan tentang teori perkembangan intelektual menurut teori Piaget dan bagaimana
salah satu contoh penerapannya dalam pembelajaran IPA di SD, SMP, dan SMA.
Jawaban
Teori perkembangan intelektual menurut teori Piaget
a. Tahap Sensori-motoris (0-2 tahun)
3

Anak berada dalam suatu masa pertumbuhan yang ditandai oleh kecenderungan
kecenderungan sensorimotoris yang sangat jelas. Pada tahap ini, interaksi diarahkan
oleh lingkungannya, termasuk orang disekitarnya, terutama yang dilakukan melalui
perasaan dan otot-ototnya.
b. Tahap Praoperasional (2-7 tahun)
Anak belum dapat membedakan antara permainan dengan kenyataan. Masa transisi
antara struktur sensori motor ke berpikir operasional. Perubahan yang terlihat antara
lain sifat egosentris baru akan berkembang bila anak banyak berinteraksi sosial. Anak
juga memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan dapat berkomunikasi dengan bahasa
yang baik.
c. Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)
1) Kongkret 1 (C1)
Pada kategori ini, seseorang hanya dapat melakukan klasifikasi sederhana dan
generalisasi berdasarkan kriteria-kriteria yang tampak (observable). Kategori ini
merupakan kategori terendah dalam berpikir konkrit.
2) Kongkret 2 (C2)
Pada kategori ini, seseorang sudah dapat melakukan konservasi logis, yaitu
membandingkan jumlah suatu zat sebelum dan sesudah dikurangi atau ditambah
dengan komposisi zat yang relatif tetap.
3) Kongkret 3 (C3)
Individu dalam kategori ini selain dapat mengoperasikan kemampuan kategori C1
dan C2 juga dapat melakukan klasifikasi dan generalisasi serta membuat
korespondensi

berdasarkan

kriteria-kriteria

yang

dapat

diamati

melalui

pancaindera.
d. Tahap Operasional Formal (11 tahun keatas)
1) Formal 1 (F1)
Kategori ini ditandai dengan kemampuan melakukan klasifikasi ganda (multiple
classification), konservasi logis, serial ordering, memahami sifat-sifat konsep
abstrak, aksioma-aksioma dan teori.
2) Formal 2 (F2)
Kategori F2 ditandai dengan kemampuan berpikir kombinasi, seperti menghitung
secara sistematik genotip dan fenotip sesuai dengan karakteristik dua atau lebih
gen-gen.
3) Formal 3 (F3)
4

Pada kategori ini, seseorang memiliki kemampuan menginterpretasi hubunganhubungan fungsional yang diungkapkan dalam bentuk persamaan matematika.

4) Formal 4 (F4)
Kategori ini ditandai dengan kemampuan menetapkan variabel-variabel dalam
suatu desain eksperimen. Individu pada kategori ini sudah dapat membedakan
variabel-variabel dalam suatu percobaan atau eksperimen.
5) Formal 5 (F5)
Kategori ini merupakan kategori yang paling tinggi dalam kemampuan berpikir
Piaget. Selain dapat mengoperasikan kemampuan-kemampuan pada kategori
sebelumnya, individu pada kategori ini dapat memahami konsistensi atau
pertentangan antara pemahamannya dengan pengetahuan lain yang diakui oleh
masyarakat ilmiah. Dengan demikian ia dapat membuat suatu teori-teori, hukum
atau prinsip-prinsip.

Contoh penerapannya dalam pembelajaran IPA di SD, SMP, dan SMA

a. Perkembangan Intelektual Siswa SD


Siswa SD rata-rata berusia 5 sampai 12 tahun. Sehingga pada masa SD siswa
mengalami transisi dari tahap berfikir kongkret menuju tahap berfikir formal. Masa ini
merupakan masa terpenting yang menentukan seberapa berhasil anak dituntun dan dilatih
untuk dapat mencapai tahap berfikir formal.
Sebagai contoh jika kita ambil materi SD kelas IV tentang batuan. Langkah yang
pertama adalah guru menugaskan siswa untuk mencari berbagai jenis batuan yang ada di
sekitar. Pada langkah ini siswa sudah mulai membedakan batuan yang terdapat di alam
sekitarnya (C1). Proses dilanjutkan dengan guru menjelaskan teori tentang batuan.
Selanjutnya siswa diminta untuk mengelompokkan batuan yang ditemukannya dan
memberi label untuk setiap jenis batu tersebut berdasarkan teori yang dijelaskan oleh
guru. Siswa juga diminta untuk membandingkan hasil temuannya dengan temuan temantemannya yang lain dan mendiskusikannya. Siswa melakukan pembandingan dari setiap
batuan yang dibawa oleh anak-anak di kelas tersebut (C2). Selanjutnya guru meminta
siswa untuk membuat kesimpulan dari apa yang sudah dipelajari dan melakukan

generalisasi (C3). siswa juga dilatih untuk mulai berfikir formal dengan cara diminta
untuk melakukan klasifikasi ganda, memahami teori dan sifat-sifat batuan (F1).
b. Perkembangan Intelektual Siswa SMP
Siswa SMP seharusnya sudah memasuki tahapan berfikir formal. Tingkat berfikir formal
setiap anak berbeda tergantung bagaimana perkembangan dan stimulasi yang diberikan
kepada anak tersebut.
c. Perkembangan Intelektual Siswa SMA
Siswa SMA memiliki tahapan yang sama dengan siswa SMP hanya saja kemampuannya
lebih terasah dan materi yang diberikan lebih kompleks.
Meninjau teori perkembangan intelektual Piaget, siswa kelas IV (umur 711
tahun) dianggap sudah mampu mengoperasikan kemampuan berpikir konkrit (C1C3)
secara sempurna. Siswa yang dapat mengoperasikan kemampuan berpikir C3 dianggap
tidak mengalami keterlambatan dalam perkembangan kemampuan berpikirnya.
Sedangkan siswa yang dapat mengoperasikan kemampuan berpikir F1 maka siswa
tersebut dikatakan telah melewati tahap transisi dan mulai memasuki tahap berpikir
formal. Di bidang ilmu pengetahuan alam atau IPA, siswa yang hanya berkemampuan
pikir konkrit

akan mengalami kesulitan dalam memahami dan menerapkan konsep-

konsep, hukum, dan teori-teori yang mereka peroleh di kelas. Ilmu pengetahuan alam
selain banyak mengandung konsep-konsep abstrak juga banyak melibatkan persamaanpersamaan matematika yang menghubungkan antara satu konsep dengan konsep lainnya.
Maka pantas jika dikatakan bahwa untuk dapat memahami dan menguasai konsep-konsep
IPA, siswa sekurang-kurangnya memiliki kemampuan berpikir formal tingkat dasar atau
F1 (Shayer dan Adey, 1993).

Bahkan jika dilihat dari ciri-ciri setiap kategori dari

kemampuan berpikir Piaget, siswa seharusnya memiliki kemampuan berpikir sekurangkurang berada pada tingkat formal-4 atau F4 agar dapat menguasai konsep-konsep IPA.
4. Sebutkan tentang nilai-nilai IPA, dan berikan contoh penerapan pengembangan nilai nilai
IPA dalam proses belajar mengajar!
Jawaban
Nilai-nilai IPA

kereligiusan
contoh : siswa ditunjukkan mengenai fakta-fakta fenomena alam agar siswa dapat
mengagumi ciptaan Tuhan
6

kejujuran
contoh: siswa melakukan pengamatan/percobaan sesuai dengan prosedur ilmiah

demokratis/obyektif
contoh: memberikan beban tugas yang sama pada siswa pada saat eksperimen

kepedulian lingkungan
contoh: menggunakan alat laboratorium sesuai prosedur keselamatan

rasa ingin tahu


contoh: suka bertanya secara mendalam dalam proses pembelajaran mengenai halhal yang sedang dibahas

berpikir logis
contoh: mampu menggunakan pikiran rasional untuk mengambil keputusan

berpikir kritis, kreatif dan inovatif


contoh: mampu menggunkan pikiran untuk mengambil keputusan

gaya hidup sehat


contoh: ruang lab dijaga kebersihannya, setelah melakukan praktikum lab
dibersihkan

percaya diri
contoh: mampu menyampaikan pendapat dan mengerjakan soal sendiri

disiplin
contoh: menyelesaikan praktikum tepat pada waktunya

mandiri
contoh: mampu mengerjakan tugas secara mandiri

tanggung jawab
contoh: berhati-hati saat melakukan praktikum dan mengembalikan alat praktikum
pada tempatnya setelah selesai melakukan praktikum

ketelitian dan kecermatan


contoh: memiliki sikap teliti, hati-hati dan cermat dalam melakukan praktikum

5. Buatlah serangkaian pertanyaan untuk mengembangkan keterampilan proses sains pada


siswa. Tetapkan terlebih dahulu tujuan pembelajaran yang hendak dicapai melalui
pertanyaan pertanyaan itu secara spesifik.!
7

Jawaban
Materi: Zat dan Wujudnya
A. Tujuan

: Menyelidiki sifat sifat zat berdasarkan wujudnya

B. Alat dan Bahan

Gelas ukur

- Kelereng

Air

- Gelas

Botol

- Balon udara

C. Langkah Kerja

Perhatikan demonstrasi yang dilakukan guru di depan kelas.

Mengukur air menggunakan gelas ukur sejumlah 100 ml. Guru menuangkan air
tersebut ke dalam gelas. Amatilah!

1. Bagaimana bentuk air tersebut?


2. Kemudian tuangkan air tersebut ke dalam botol kosong. Bagaimanakah bentuk air
tersebut?
3. Kemudian air dituangkan lagi ke gelas ukur.
Apakah volume air tersebut berubah?
4. Ambil sebuah kelereng. Amati bentuk kelereng tersebut! Bagaimana bentuknya?
5. Kemudian masukkan kelereng tersebut ke dalam gelas, apakah bentuknya
berubah?
6. Langkah berikutnya, ambil sebuah balon udara. Tiup balon tersebut, kemudian
ikat atau pegang ujungnya. Bagaimana bentuk balon tersebut?
7. Kemudian tiup lagi balon tadi. Apakah volumenya bertambah?
Kesimpulan
Sifat Zat

Wujud
Zat

Volume

Bentuk

Padat
Cair
Gas

6. Buatlah pertanyaan pertanyaan inkuiri yang menuntun siswa menemukan konsep


tertentu. Tetapkan konsep yang diharapkan dapat ditemukan oleh siswa terlebih
dahulu!
8

Jawaban
Siswa diharapkan dapat menemukan rumusan kecepatan pada GLB.
v=

s
t

Bagaimanakah bentuk grafik posisi terhadap waktu pada gerak lurus beraturan?
Nyatakanlah dulu hipotesis anda!
Anggaplah anda mengendarai motor dengan kecepatan tetap 40 kn/jam. Ini berarti
dalam tiap jam motor menempuh jarak 40 km. dari informasi tersebut isilah kolom
yang kosong pada tabel berikut.
Waktu(jam)

Posisi (km)
Dari tabel di atas buatlah grafik posisi terhadap waktu (grafik s-t). apakah bentuknya
sama dengan hipotesis anda? Nyatakanlah karakteristik GLB yang anda peroleh dari
grafik s-t ini.
LEMBAR DISKUSI SISWA
1. Benarkah jika gerak lurus beraturan didefinisikan sebagai gerak suatu benda
dengan kelajuan tetap? Jika definisi tersebut tidak benar, tambahkanlah beberapa
kata agar definisi GLB tersebut menjadi lebih benar.
2. Benarkah jika GLB didefinisikan sebagai gerak suatu benda dengan kecepatan
tetap? Jelaskan.
3. Manakah yang bergerak lebih cepat (lihat gambar) benda I atau benda II ?
t (waktu)
I
II

s (jarak)

You might also like