Professional Documents
Culture Documents
Terapi cairan adalah suatu tindakan untuk memelihara dan mengganti cairan yang hilang akibat perdarahan atau dehidrasi dalam menjaga homeostasis tubuh secara fisiologis.
Cairan intrasel 30 40 % BB
Cairan extraselular 20 %
Cairan intravaskular 5% BB
persentasenya dapat berubah tergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas seseorang.
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis zat yaitu
elektrolit dan non elektrolit. - Elektrolit Kation (natrium, kalium, kalsium, magnesium). anion (bikarbonat, klorida, fosfat) - Non elektrolit glukosa, urea, kreatinin, bilirubin
tubuh melibatkan mekanisme transpor pasif (difusi, osmosis) dan aktif (pompa Na-K yang memerlukan ATP). Mekanisme transpor pasif tidak membutuhkan energi sedangkan mekanisme transpor aktif membutuhkan energi.
membran semipermeabel (permeabel selektif ) dari larutan berkadar lebih rendah menuju larutan berkadar lebih tinggi hingga kadarnya sama Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan bergerak dari konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah Pompa natrium kalium merupakan suatu proses transpor yang memompa ion natrium keluar melalui membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion kalium dari luar ke dalam
Homeostasis cairan tubuh yang normalnya diatur oleh ginjal dapat berubah oleh stres akibat operasi, kontrol hormon yang abnormal, atau pun oleh adanya cedera pada paru-paru, kulit atau traktus gastrointestinal
Perubahan cairan tubuh dapat dikategorikan menjadi 3, 1. Perubahan Volume (defisit volume) 2. Kelebihan volume 3. Perubahan Konsentrasi
Defisit Volume
Defisit volume cairan ekstraselular merupakan perubahan cairan tubuh yang paling umum terjadi pada pasien bedah. Penyebab paling umum adalah kehilangan cairan gastrointestinal akibat muntah, penyedot nastrogastik, diare dan drainase fistula. Penyebab lainnya dapat berupa kehilangan cairan pada cidera jaringan lunak, infeksi, inflamasi jaringan, peritonitis, obstruksi usus, dan luka bakar.
Dehidrasi
Dehidrasi sering dikategorikan sesuai dengan kadar konsentrasi serum dari natrium menjadi isonatremik (130-150mEq/L), hiponatremik (<139 mEq/L) atau hipernatremik (>150 meQ/L). Dehidrasi isonatremik merupakan yang paling sering terjadi (80%), sedangkan dehidrasi hipernatremik atau hiponatremik sekitar 510% dari kasus.
Dehidrasi
Ringan
dewasa
4%
Anak
4-5%
Sedang
berat Shock
6%
8% 15-20&
5-10%
10-15% 15-20%
Kelebihan volume cairan ekstraseluler merupakan suatu kondisi akibat iatrogenic (pemberian cairan intravena seperti NaCl yang menyebabkan kelebihan air dan NaCl atatupun pemberian cairan intravena glukosa yang menyebabkan kelebihan air)) ataupun dapat sekunder akibat insufiensi renal (gangguan pada GFR), sirosis, ataupun gagal jantung kongestif.
Hiponatremia
Penyebab: Syndrome insufficiency ADH (SIADH), hiperglikemi, masukan cairan secara perenteral yang < elektrolit meningkat, penggunaan air ledeng untuk enema atau irigasi gaster Manifestasi klinis: mual, kram perut, neuropsikiatrik, anoreksia, perasaan lelah.
Hipernatremia (kadar Na> 145 mEq/L) Penyebab: kehilangan air pada pasien yang tidak sadar
karena tidak dapat berespon terhadap rangsang haus, Na+ yang tidk proporsional (berlebih), diabetes insipidus (jika pasien tidak berespon terhadap rasa haus, stroke , hampir tenggelam di laut, kegagalan sistem penyesuaian, sistem hemodialisis/ hemodialisis peritoneal, pemberian cairan salin intravena. Manifestasi klnis: neurologis, dehidrasi seluler,gelisah, lemah (pada hipernatremi sedang), disorientasi, halusinasi, delusi (pada hipernatremi berat), kerusakan otak permanen (pada hipernatremi sangat berat)
gastric) Hipokalemia biasanya menyebabkan alkalosis dan demikian sebaliknya. Setiap peningkatan pH0,1 artinya peningkatan kalium serum 0,5. Hipokalemia biasanya terjadi pada diare, ileostomi baru, adenoma villous (tumor pada saluran GI), dan bisa juga terjadi pada pasien yang mendapat asupan karbohidrat parenteral. Hipokalemia berat dapat menyebabkan henti jantung dan henti napas.
(penguapan, difusi) selama periode anestesi Untuk mengganti kehilangan cairan sensible (kehilangan darah, berkeringat) selama periode anestesi Untuk menjaga volume darah yang adekuat dan efektif Untuk menjaga cardiac output dan perfusi jaringan Untuk menjaga kelancaran jalur intravena pada saat pemberian obat
Terdapat tiga indikasi utama dalam memulai terapi cairan, yaitu: Ketidakmampuan untuk makan dan minum cukup cairan untuk mengganti kehilangan cairan. Perlu koreksi keseimbangan cairan, jumlah, dan komposisi elektrolit. Perlu nutrisi intravena karena usus tidak berfungsi. Selain tiga indikasi di atas, beberapa hal lain yang juga harus diperhatikan adalah: Jalur untuk memberikan obat-obatan yang diperlukan. Pemberian darah atau komponen yang diperlukan.
Osmolaritas
jaringan sekitar Digunakan pada keadaan sel yang mengalami dehidrasi pasien cuci darah dalam terapi diuretik, pasien hiperglikemia dengan ketoasidosis diabetik Komplikasi : kolaps kardiovaskuler, pe tekanan intrakranial Contoh cairan : NaCl 45% dan Dekstrose 2,5%
dalam pembutuh darah) Untuk pasien hipovolemi ES : overload pada pasien dengan gagal jantung dan hipertensi Contoh : RL dan NaCl 0,9%
menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel kedalam pembuluh darah Menstabilkan tekanan darah, me produksi urine, dan mengurangi edema contoh : dekstrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dekstrose 5% + RL, dekstrose 5% + NaCl 0,9%, produk darah dan albumin
Osmolaritas
KRISTALOID
KOLOID
Cairan Kristaloid Memiliki berat molekul yang rendah, dengan atau tanpa glukosa. Cairan ini memiliki komposisi yang mirip dengan cairan ekstraseluler. Cairan kristaloid apabila diberikan dengan jumlah yang cukup (3-4 kali cairan koloid) sama efektifnya seperti pemberian cairan koloid. Waktu paruh cairan kristaloid sekitar 20-30 menit.
kekurangan cairan. Apabila hanya kehilangan cairan saja digunakan cairan hipotonis. Apabila kehilangan cairan dan elektrolit digunakan cairan isotonis. Cairan kristaloid yang sering digunakan: Ringer Laktat. NaCl 0,9%.
Cairan Koloid Memiliki berat molekul yang tinggi. Waktu paruh 3-6 jam di dalam ruang intravaskuler. Lebih mahal daripada cairan kristaloid, dapat menyebabkan komplikasi sehingga penggunaannya terbatas. Digunakan dalam keadaan pasien dengan kehilangan banyak cairan. Pada pasien syok hemoragik, hipoalbumin, dan kehilangan protein yang banyak (pasien yang mengalami luka bakar).
Pemberian dextran (Dextran 40) lebih dari 20ml/kgbb/hari dapat menyebabkan waktu perdarahan memanjang dan gagal ginjal. Hetastarch (hydroxyethyl starch/HES). Berat molekul ratarata 450.000. HES lebih murah daripada albumin, bersifat non antigenik, reaksi anafilaksis jarang terjadi.
digunakan untuk respon penderita. Pulihnya tekanan darah ke normal, tekanan nadi dan denyut nadi merupakan tanda bahwa perfusi kembali normal. Namun pengamatan tersebut hanya melihat adanya peningkatan perfusi, tetapi kuantitasnya sukar ditentukan.
Produksi urin dapat digunakan sebagai pemantau aliran darah ginjal. Pemantauan ginjal yang memadai adalah sekitar 0,5 ml/kg/jam pada dewasa, anak-anak sebanyak 1 ml/kg/jam dan 2 ml/kg/jam untuk bayi dibawah umur 1 tahun. Bila produksi urin berkurang atau berat jenis urin naik maka menandakan adanya resusitasi yang tidak cukup.
yang kurang karena adanya metabolisme anaerobik yang diawali dengan tanda takipnea dan alkalosis pernafasan.
Minimal (10-20 %)
Sedang (20-40%)
Berat (>40%)