You are on page 1of 22

Tugas Makalah Bahasa Indonesia Sikap Ilmiah dan Bahasa dalam Karya ilmiah

Dosen Pengampu: Mega Marlita, S. Pd

Disusun oleh: Andi Wijaya (I1011131051) Deby Wahyu Putriana (I1011131052) Yosefa Rosari Violetta (I1011131053) Khuswatun Hasanah (I1011131054) Abidah Bazlinah Dermawan (I1011131055) Inggri Ocvianti (I1011131056) Brigieta Adhelsa (I1011131057)

Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Prodi Pendidikan Dokter 2013

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Mega Marlita, S.pd selaku Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai cara bersikap ilmiah dan penggunaan bahasa dalam karya tulis yang benar. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangankekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun. Semoga makalah ini dapat dipahami oleh pembaca. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Pontianak, 1 November 2013

Penulis

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Sikap ilmiah adalah sikap tertentu yang diambil dan dikembangkan oleh ilmuwan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Sikap-sikap ilmiah meliputi: obyektif, tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup data yang mendukung kesimpulan, berhati terbuka, tidak mencampur-adukkan fakta dengan pendapat, bersikap hati-hati, sikap ingin menyelidiki atau keingintahuan (couriosity) yang tinggi. Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para Ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan. Dengan perkataan lain kecendrungan individu untuk bertindak atau berperilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah. Sehingga sikap ilmiah ini sangat diperlukan oleh pelajar, khususnya pelajar di bidang sains yang menuntut ketelitian, tanggung jawab, serta rasa ingin tahu yang tinggi. Sehingga penerapan sikap ilmiah yang baik dan benar sangat diperlukan bagi para pelajar agar dapat berperilaku sesuai kondisi dan tuntutan keilmuan mereka. Karya tulis ilmiah terbagi menjadi enam jenis, yaitu skripsi, tesis, disertasi (tugas akhir dalam pendidikan tinggi); laporan penelitian; makalah seminar;artikel ilmiah; makalah; dan laporan eksekutif. Pembahasan karya tulis ilmiah dalam tulisan ini akan difokuskan pada artikel ilmiah. Pemilihan ini dilakukan dengan dasar pemikiran artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal/ majalah ilmiah merupakan salah satu bentuk karya tulis ilmiah yang sudah dipublikasikan.

1.2 Rumusan Masalah


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Apa pengertian sikap ilmiah ? Apa ciri ciri dari sikap ilmiah ? Bagaimana contoh dari sikap ilmiah ? Apa pengertian bahasa ilmiah ? Apa karakteristik bahasa ilmiah ? Apa aturan yang berlaku di dalam penggunaan bahasa ilmiah ? Apa masalah yang sering dihadapi dalam penerapan bahasa ilmiah ? Apa saja kesalahan-kesalahan yang biasa ditemukan dalam penggunaan bahasa Indonesia dalam karya ilmiah ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. 2. 3. 4. Memahami pengertian sikap ilmiah, bahasa ilmiah, dan karya ilmiah Menjelaskan ciri-ciri dan jenis-jenis sikap ilmiah Menjelaskan penggunaan dan penerapan sikap ilmiah yang baik dan benar Menerapkan penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai kaidah berbahasa dalam karya ilmiah

BAB II PEMBAHASAN
A. Sikap Ilmiah a. Pengertian Sikap Ilmiah Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut Attitude sedangkan istilah attitude sendiri berasal dari bahasa latin yakni Aptus yang berarti keadaan siap secara mental yang bersifat untuk melakukan kegiatan. Triandi, mendefenisikan sikap sebagai : An attitude ia an idea charged with emotion which predis poses a class of actions to aparcitular class of social situation .Rumusan di atas diartikan bahwa sikap mengandung tiga komponen yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan komponen tingkah laku. Sikap selalu berkenaan dengan suatu obyek dan sikap terhadap obyek ini disertai dengan perasaan positif atau negatif. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu kesiapan yang senantiasa cenderung untuk berprilaku atau bereaksi dengan cara tertentu bilamana diperhadapkan dengan suatu masalah atau obyek. Sikap menurut Gagne ini adalah suatu kondisi yang internal. Sikap mempengaruhi pilihan untuk bertindak. Kecenderungan untuk memilih obyek terdapat pada diri pembelajar, bukan kinerja yang spesifik.Sikap juga merupakan kemampuan internal yang berperan dalam mengambil tindakan. Dimana tindakan yang akan dipilih, tergantung pada sikapnya terhadap penilaian akan untung atau rugi, baik atau buruk, memuaskan atau tidak, dari suatu tindakan yang dilakukannya.Sikap merupakan kecenderungan pembelajaran untuk memilih sesuatu.Sikap adalah suatu kombinasi, informasi, dan emosi yang dihasilkan di dalam predisposisi untuk merespon orang, kelompok, gagasan, peristiwa, atau obyek tertentu secara menyenangkan atau

tidak menyenangkan.Sikap akan memberikan pedoman dan peluang kepada seseorang untuk mereaksikan secara lebih otomatis. Sikap akan membuat kehidupan lebih sederhana dan membebaskan seseorang dalam mengatasi unsur-unsur kepada kehidupannya seharihari yang bersifat unik. Sikap merupakan produk dari kegiatan belajar. Pengalaman baru secara konstan mempengaruhi sikap, membuat sikap berubah, intensif, lemah, ataupun sebaliknya. S. Karim A. Karhami (2005), berpendapat bahwa sikap juga merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak (tendency to behave). Menurut R. T White (1988), wilayah attitude mencakup juga wilayah kognitif, anak dapat membatasi atau mempermudah untuk

menerapkan suatu keterampilan dan pengetahuan yang dikuasainya. Anak juga berusaha untuk memahami suatu konsep,jika dia tidak memiliki kemauan untuk itu. Menurut Yul,

Iskandar (2004 : 9) Sikap adalah sebuah trait yang selain aktif mempelajarinya, tetapi telah ditampilkan dengan perubahan tingkah laku yang sesuai. Biasanya sikap memerlukan bakat, minat, dan aktif yang merubah perilaku. Sikap pada umumnya merupakan hasil dari learning dan praktis dan pula hasil dari perpaduan berbagai trait dan ability. Sikap Ilmiah menurut Mulyono, Anton yang dikutip oleh Suyitno, Amin (1997: 2), sikap yang disiapkan bertindak untuk perbuatan yang berdasarkan pada pendirian/ pendapat/keyakinan. Sedangkan Menurut Allen Ledward yang dikutip Suyitno, Amin adalah An attitude as degree of positive or negatif affect associated with some pychological objects. Dimana Sikap berkaitan dengan obyek yang disertai dengan perasaan posititif (favourable) atau perasaan negatif (unfavorable). Jadi sikap ilmiah adalah ScientificAttitude (Sikap keilmuan). Kurniadi (1988) dikutip dari pendapat M. O. Edward yang merumuskan perilaku kreatif sikap ilmiah dari kata-kata ide (gagasan) berikut : I : Imagination (imajinasi). D : Data (Fakta). E : Evaluation (evaliuasi). A : Action (tindakan). Menurut Baharuddin (1982:34) mengemukakan bahwa :Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para Ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan. Dengan perkataan lain kecendrungan individu untuk bertindak atau berprilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah. Menurut Renzuli yang dikutip oleh Supriyadi, (1994: 224), siswa yang mempunyai sikap ilmiah yang tinggi akan memiliki kelancaran dalam berfikir sehingga siswa akan termotivasi untuk selalu berprestasi dan memiliki komitmen yang kuat untuk mencapai keberhasilan dan keunggulan. Lebih rinci Diederich mengidentifikasikan 19 berikut 1. Selalu meragukan sesuatu. 2. Percaya akan kemungkinan penyelesaian masalah. 3. Selalu menginginkan adanya verifikasi eksprimental. 4. Tekun. komponen sikap ilmiah sebagai :

5. Suka pada sesuatu yang baru. 6. Mudah mengubah pendapat atau opini. 7. Loyal terhadap kebenaran. 8. Objektif 9. Enggan mempercayai takhyul. 10. Menyukai penjelasan ilmiah. 11. Selalu berusaha melengkapi penegatahuan yang dimilikinya. 12. Tidak tergesa-gesa mengambil keputusan. 13. Dapat membedakan antara hipotesis dan solusi. 14. Menyadari perlunya asumsi. 15. Pendapatnya bersifat fundamental. 16. Menghargai struktur teoritis 17. Menghargai kuantifikasi 18. Dapat menerima penegrtian kebolehjadian dan, 19. Dapat menerima pengertian generalisasi.

Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah. Sikap ilmiah ini perlu dibiasakan dalam berbagai forum ilmiah, misalnya dalam diskusi, seminar, loka karya, dan penulisan karya ilmiah. b. Ciri-ciri Sikap Ilmiah : 1. Sikap ingin tahu. Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan bidang kajiannya. 2. Sikap kritis. Sikap kritis ini terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin yang berkaitan dengan bidang kajiannya untuk disbanding-bandingkan kelebihankekurangannya,kecocokan-tidaknya,kebenaran-tidaknya,dan sebagainya. 3. Sikap terbuka Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat,argumentasi,kritik,dan keterangan orang lain walaupun pada akhirnya tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.

4. Sikap objektif Kebiasaan menyatakan apa adanya,tanpa diikuti perasaan pribadi

5. Sikap berani mempertahankan kebenaran Sikap ini terlihat pada ketegaran membela fakta dan hasil temuan lapangan atau pengembangan walaupun bertentangan atau tidak sesuai dengan teori atau dalil yang ada. 6. Sikap menjangkau ke depan Sikap ini dibuktikan dengan selalu ingin membuktikan hipotesis yang disusunnya demi pengembangan bidang ilmunya. c. Contoh Sikap Ilmiah Contoh Sikap-sikap ilmiah meliputi: a. Obyektif terhadap fakta. Obyektif artinya menyatakan segala sesuatu tidak dicampuri oleh perasaan tidak senang dan perasaan pribadi. Bersikap objektif terhadap fakta berarti tidak mencampuri segala urusan pribadi dan mengatakan yang sesungguhnya mengenai fakta. b. Tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup data yang mendukung kesimpulan itu. c. Berhati terbuka Berhati terbuka artinya bersedia menerima pandangan atau gagasan orang lain, walaupun gagasan tersebut bertentangan dengan penemuannya sendiri. Sementara itu, jika gagasan orang lain memiliki cukup data yang mendukung gagasan tersebut maka ilmuwan tersebut tidak ragu menolak temuannya sendiri. d. Tidak mencampuradukkan fakta dengan pendapat. e. Bersikap hati-hati. Sikap hati-hati ini ditunjukkan oleh ilmuwan dalam bentuk cara kerja yang didasarkan pada sikap penuh pertimbangan, tidak ceroboh, selalu bekerja sesuai prosedur yang telah ditetapkan, termasuk di dalamnya sikap tidak cepat mengambil kesimpulan. Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan penuh kehati-hatian berdasarkan fakta-fakta pendukung yang benar-benar akurat. f. Sikap ingin menyelidiki atau keingintahuan (couriosity) yang tinggi. Bagi seorang ilmuwan hal yang dianggap biasa oleh orang pada umumnya, hal itu merupakan hal penting dan layak untuk diselidiki.apabila menghadapi suatu masalah yang baru dikenalnya,maka ia beruasaha mengetahuinya; senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiwa; kebiasaan menggunakan

alat indera sebanyak mungkin untuk menyelidiki suatu masalah; memperlihatkan gairah dan kesungguhan dalam menyelesaikan eksprimen. g. Sikap menghargai karya orang lain, Tidak akan mengakui dan memandang karya orang lain sebagai karyanya, kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain. h. Sikap tekun, Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksprimen yang hasilnya meragukan tidak akan berhenti melakukan kegiatan kegiatan apabila belum selesai; terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti. i. Sikap disiplin j. Sikap bertanggung jawab

B. Bahasa Ilmiah
a. pengertian bahasa ilmiah b) Bahasa ilmiah ialah bahasa yang mendefinisikan secara tepat istilah dan pengertian yang berkaitan dengan suatu penelitian, agar tidak menimbulkan kerancuan. c) Bahasa ilmiah berarti sesuai dengan kaidah dan gaya penulisan jurnalistik, namun tidak meninggalkan sifat ilmiah. d) Bahasa ilmiah ialah bahasa yang penulisan dan pengucapannya sesuaidengan ejaan yang disempurnakan (eyd). e) Bahasa ilmiah ialah bahasa yang memiliki kemampuan untuk membedakan gagasan atau pengertian yang memang berbeda-bedastrukturnya yang baku dan cermat, dengan karakteristik ini suatugagasan dapat terekspresi dengan cermat tanpa kesalahan makna bagi penerimanya. b. Karakteristik Bahasa Ilmiah Bahasa ilmiah merupakan bahasa yang digunakan dalam ragam bahasa resmi. Bahasa ilmiah digunakan dalam penulisan wacana ilmiah. Menurut Hasan Alwi, dkk. (1993 : 142), ciri-ciri atau karakteristik bahasa ilmiah yang digunakan dalam wacana ilmiah adalah : 1. Menggunakan kata atau istilah yang non figurative 2. Menggunakan kalimat-kalimat efektif 3. Menghindari bentuk persona atau pengakuan dengan tujuan untuk menjaga objektivitas 4. Mengutamakan keterpaduan dan keruntutan isi. Suatu wacana ilmiah dikatakan baik apabila memiliki tiga kriteria seperti tersebut di bawah ini yakni : 1. Adanya kohesi atau kesatuan kohesi sebuah wacana dapat dicapai apabila semua kalimat yang membangun paragraf dalam wacana itu secara bersama-sama menyatakan sebuah

maksud tunggal atau tema tunggal. Dengan kata lain, sebuah wacana dikatakan memiliki kesatuan jika semua kalimat yang membangun paragraph dalam wacana tersebut mendukung sebuah pikiran utama. Dengan demikian, setiap paragraf hanya mengandung sebuah pikiran utama atau satu pokok pikiran. Pikiran utama atau pokok pikiran yang didukung sebuah paragraf biasanya ditempatkan dalam sebuah kalimat topik atau kalimat pokok. 2. Adanya koherensi atau kepaduan koherensi wacana dapat dilihat dari kepaduan hubungan antara kalimat-kalimat yang membentuk suatu paragraf. Hubungan antara ide-ide yang terdapat dalam paragraph baik ide pokok dan ide-ide penjelas hendaknya mudah ditangkap oleh pembaca. Hal ini dapat dicapai dengan cara mengungkapkan gagasan secara teratur dan tidak menyimpang dari gagasan utama. Kepaduan sebuah paragraf dalam sebuah wacana dapat dilakukan dengan cara mengulang bagian kalimat yang dianggap penting. 3. Kelengkapan Sebuah wacana dikatakan lengkap apabila terdiri paragraph pembuka, paragraph penghubung dan paragraf penutup.

c. Aturan Penggunaan Bahasa Ilmiah dalam Karya Ilmiah Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah ragam bahasa baku. Ragam bahasa baku dapat dilihat dari kata atau istilah baku, yang digunakan dengan makna yang tepat. Satu istilah atau kata dikatakan baku jika pembentukannya dan cara penulisannya sesuai dengan kaidah pembentukan kata atau istilah bahasa Indonesia. Untuk keperluan ini, kita harus memeriksa Kamus Besar Bahasa Indonesia. Misalnya, yang kita maksudkan seseorang mengamati bangunan, kata yang kita pakai adalah "mengamati", bukan memandang meskipun kedua kata tersebut bersinonim atau mempunyai makna yang mirip. Kedua, perhatikan "nilai rasa" dalam menggunakan kata. Misalnya, kita mampu membedakan penggunaan kata Kamu, Saudara, Anda atau penggunaan kata Beliau, mohon, minta, dan sebagainya. Ketiga, kita harus mampu membedakan arti umum dan arti khusus sebuah kata. Kata yang digunakan adalah kata dengan arti umum. Di samping penggunaan kata atau istilah baku dengan makna yang tepat, dalam karya ilmiah kalimat yang digunakan haruslah efektif dan efisien dan mengikuti kaidah-kaidah penyusun kalimat. Kalimat dalam karya ilmiah selalu berupa kalimat lengkap, mengikuti aturan tata bahasa, bernalar, efisien, dan hubungan antara unsur-unsurnya padu. Berikut ini, akan di jelaskan aturan aturan yang harus diperhatikan dalam penggunaan bahasa ilmiah.

1. Bahasa Indonesia yang digunakan adalah bahasa yang utuh dan lugas. Aturan ini mengharuskan penggunaan kata yang utuh, dan lugas. Lugas artinya apa adanya. Bahasa lugas membentuk ketunggalan arti. Dengan bahasa yang bermakna apa adanya, salah tafsir terhadap paparan ilmiah apabila tulisan tersebut dibaca oleh khalayak umum dapat dihindarkan. Berikut ini adalah perbandingan kata yang utuh dan tidak utuh. SESUAI bekerja menjual tidak bukan memang memunyai TIDAK SESUAI kerja jual nggak atau tak kan emang punya

Dalam membentuk tulisan yang lugas, peranan tanda baca menjadi sangat penting dalam penentuan makna kalimat. Perhatikan kalimat berikut! Pelantikan Rektor UIN yang baru dilaksanakan di Istana Negara. Kalimat diatas memiliki dua makna apabila kita membacanya, yaitu : 1. Pelantikan Rektor UIN, yang baru dilaksanakan di Istana Negara. 2. Pelantikan Rektor UIN yang baru, dilaksanakan di Istana Negara. Dalam kalimat 1, tanda koma diletakkan oleh pembaca setelah kalimat Pelantikan Rektor UIN, sehingga, menghasilkan makna pelantikan tersebut baru saja dilaksanakan di Istana Negara. Sedangkan pada kalimat 2, pembaca meletakkan tanda koma setelah kalimat Pelantikan Rektor UIN yang baru, sehingga, kalimat tersebut bermakna telah dilantik seorang Rektor UIN yang baru dan pelantikannya dilaksanakan di Istana Negara. Penulisan kalimat seperti inilah yang dilarang di dalam penulisan bahasa ilmiah. Karena bahasa ilmiah harus diungkapkan dengan jelas sehingga tidak akan timbul salah pengertian.

2. Bahasa Indonesia yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang formal. Formal artinya resmi. Bentuk formal berlawanan dengan bentuk bahasa seharihari. Bentuk formal digunakan dalam situasi berbahasa yang formal, misalnya dalam penulisan karya ilmiah. Berikut contoh kata-kata formal dan tidak formal.

FORMAL daripada hanya berkata membuat bagi memberi mencuci ditemukan legalisasi lokalisasi realisasi terbentur tertabrak pergelaran metode mengubah

TIDAK FORMAL ketimbang cuma bilang bikin buat kasih nyuci diketemukan legalisir lokalisir realisir kebentur ketabrak pagelaran metoda merubah

3. Bahasa ilmiah bertolak dari gagasan. Aturan ini bermakna bahwa kalimat dalam bahasa ilmiah harus menonjolkan atau mengarahkan kepada gagasan atau hal-hal yang hendak diungkapkan. Pilihan kalimat yang digunakan cederung kalimat pasif.

ORIENTASI GAGASAN 1. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menumbuhkan dan membina anak berbakat sangat penting. 2. Perlu diketahui, bahwa pendidikan di lingkungan keluarga sangat penting dalam penanaman moral Pancasila.

ORIENTASI PENULIS 1. Dari uraian tadi penulis dapat menyimpulkan bahwa menumbuhkan dan membina anak berbakat sangat penting. 2. Kita tahu bahwa pendidikan di lingkungan keluarga sangat penting dalam penanaman moral Pancasila.

4. Bahasa ilmiah mengandung kebenaran yang objektif. Aturan ini terkait dengan ciri bahasa ilmiah. Dengan menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak, sifat objektif akan terwujud.

OBJEKTIF 1. Contoh-contoh di atas telah memberikan bukti besar peranan orang tua dalam pembentukan kepribadian anak. 2. Dari paparan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut.

SUBJEKTIF 1. Contoh-contoh di atas telah memberikan bukti betapa besarnya peranan orang tua dalam pembentukan kepribadian anak. 2. Dari paparan tersebut kiranya dapat disimpulkan sebagai berikut.

5. Kalimat yang digunakan dalam bahasa ilmiah adalah kalimat yang hemat sehingga menimbulkan keefektifan. Kalimat hemat adalah kalimat yang tidak menggunakan kata kata secara berlebihan, atau kalimat yang menghindari penggunaan kata yang berlebihan. Berikut ditampilkan kalimat yang hemat dan tidak hemat.

HEMAT 1. Nilai etis tersebut menjadi pedoman hidup bagi setiap warga negara Indonesia. 2. Pendidikan agama di sekolah dasar tidak akan terlaksana dengan baik tanpa dukungan dari orang tua.

TIDAK HEMAT 1. Nilai etis tersebut di atas menjadi pedoman dan dasar pegangan hidup bagi setiap warga negara Indonesia. 2. Pendidikan agama yang ada di sekolah dasar tidak akan terlaksana dengan baik apabila tanpa adanya dukungan dari orang tua dalam keluarga.

6. Kalimat yang digunakan dalam bahasa ilmiah adalah kalimat yang lengkap. Kalimat lengkap adalah kalimat yang unsur-unsur wajibnya hadir dalam kalimat itu, khususnya subjek dan predikat. Berikut ditampilkan contoh kalimat lengkap dan tidak lengkap. LENGKAP 1. Mereka sedang menyusun karangan ilmiah. (S) (P) (O)

2. Mereka berasal dari Surabaya. (S) (P) ( Pel ) ibunya uang setiap bulan. (O) ( Pel ) ( K )

3. Dia mengirimi (S) (P)

TIDAK LENGKAP 1. Mengetik surat untuk rapat OSIS. (P) (O) ( Pel )

2. Bekerja dari siang sampai malam. (P) 3. Menyapu (P) (K) lantai (O) dengan bersih. ( Pel )

7. Bahasa yang digunakan harus konsisten. Konsisten artinya taat asas atau ajeg. Sekali sebuah unsur bahasa, tanda baca, dan tanda-tanda lain, serta istilah digunakan sesuai dengan kaidah, itu semua selanjutnya digunakan secara konsisten. Berikut ini contoh kalimat konsisten dan tidak konsisten.

KONSISTEN Andi bersekolah di SMP Taruna Jaya dan sekarang duduk di kelas 1 SMP.

TIDAK KONSISTEN Andi bersekolah di SLTP Taruna Jaya dan sekarang duduk di kelas 1 SMP.

Apabila pada bagian awal uraian terdapat singkatan SMP (Sekolah Menengah Pertama), pada uraian selanjutnya digunakan singkatan SMP, bukan SLTP.

d. Masalah dalam Penerapan Bahasa Ilmiah Kemampuan berbahasa untuk komunikasi ilmiah dirasakan sangat kurang apalagi dalam komunikasi tulisan. Hal ini disebabkan oleh proses pendidikan yang kurang memperlihatkan aspek penalaran dalam pengajaran bahasa. Dua masalah kebahasaan yaitu masalah strategi kebahasaan nasional dan peran perguruan tinggi sebagai agen pengembangan dan perubahan bahasa untuk tujuan keilmuan. Masalah pertama berkaitan dengan kebijakan penegasan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa keilmuan dan masalah kedua menyangkut peran perguruan tinggi dalam mengembangkan bahasa keilmuan. Bahasa keilmuan merupakan salah satu ragam bahasa yang harus dikuasai oleh mereka yang berkecimpung dalam dunia keilmuan dan akademik. Ragam bahasa keilmuan pada dasarnya merupakan ragam bahasa yang memenuhi kaidah kebahasaan. Tulisan ini menunjukkan sebagian kaidah bahasa Indonesia yang seharusnya digunakan dalam dunia akademik demi penyebaran dan pemahaman ilmu. Kaidah bahasa difokuskan pada pengalihbahasaan istilah asing ke bahasa Indonesia. Bahasa merupakan salah satu faktor pendukung kemajuan suatu bangsa karena bahasa merupakan sarana untuk membuka wawasan bangsa (khususnya pelajar dan mahasiswa) terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang. Dengan kata lain, bahasa merupakan sarana untuk menyerap dan pengembangkan pengetahuan. Pada umumnya, negara maju mempunyai struktur bahasa yang sudah modern dan mantap. e. Pemakaian Bahasa Ilmiah yang Baik dan Benar dalam Karya Ilmiah a. Kesalahan Umum Pemakaian Bahasa dalam Karya Ilmiah Kesalahan pemakaian bahasa Indonesia dalam karya ilmiah pada umumnya berkaitan dengan kesalahan penalaran, kalimat, dan kesalahan kalimat pasif. 1. Kesalahan Penalaran Kesalahan penalaran yang biasa terjadi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kesalahan penalaran intrakalimat dan kesalahan penalaran antarkalimat. kerancuan, pemborosan, ketidaklengkapan

Kesalahan penalaran intrakalimat Pada kasus ini terdapat tidak adanya hubungan logis antarelemen/antarbagian kalimat sebagaimana contoh berikut.

(1) Dengan penelitian ini dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa. (2) Berdasarkan uraian di atas menunjukkan pentingnya pendidikan orang dewasa.

Hubungan pokok dan penjelas atau subjek dan predikat pada kalimat (1) dan (2) tidak jelas sehingga kedua kalimat itu dapat dikategorikan kalimat yang tidak bernalar. Pada kalimat (1) tidak jelas apa yang dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa. Jawabannya tentu bukan dengan panelitian ini. Demikian juga pada kalimat (2), apa yang menunjukkan pentingnya pendidikan orang dewasa. Jawabannya tentu bukan berdasarkan uraian di atas. Hal itu dapat terjadi karena kalimat (1) dan (2) tidak memiliki pokok atau subjek. Jawaban terhadap pertanyaan di atas dapat dicari jika kalimat tersebut diubah menjadi kalimat (3) dan (4). (3) (4) Penelitian ini dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa. Uraian di atas menunjukkan pentingnya pendidikan orang dewasa.

Kalimat (3) dan (4) merupakan kalimat yang bernalar. Jawaban terhadap partanyaan apa yang dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa adalah penelitian ini. Jawaban terhadap pertanda apa yang menunjukkan pentingnya pendidikan orang dewasa adalah uraian di atas. Kesalahan penalaran antarkalimat Pada kasus ini terlihat pada tidak logisnya hubungan kalimat satu dengan kalimat yang lain dalam membentuk teks. Kalimat-kalimat dalam paragraf berikut tidak memiliki hubungan logis. Problema utama pengelolaan jumal ilmiah adalah kelangkaan naskah dan kelangkaan dana. Oleh sebab itu, naskah perlu dikelola secara profesional. Pengelolaan yang profesional akan menjadikan sebuah jurnal menjadi berwibawa. Hadirnya penanda hubungan oleh sebab itu menyebabkan hubungan kalimat pertama dan kedua tidak bisa diterima nalar. Kedua kalimat ini tidak memilliki hubungan sebab-akibat sehingga tidak perlu diberi pananda hubungan sebab-akibat.

Dengan demikian, pemakaian pananda hubungan antarkalimat sebagaimana tertera pada contoh tersebut mendapat perhatian khusus. 2. Kerancuan Kerancuan terjadi karena penerapan dua kaidah atau lebih. Kerancuan dapat terjadi apabila terdapat kerancuan bentukan kata dan kerancuan kalimat. Kerancuan bentukan kata terjadi apabila dua kaidah bentukan diterapkan dalam sebuah bentukan kata sebagaimana contoh berikut. memperlebarkan mempertinggikan dan lain sebagainya dari melebarkan dan memperlebar dari mempertinggi dan meninggikan dari dan lainlain serta dan sebagainya.

Kerancuan kalimat terjadi apabila dua kaidah atau lebih digunakan secara bersamaan dalam sebuah kalimat. Kerancuan itu muncul pada saat penulis kebingungan terhadap kaidah yang dipakai dalam sebuah kalimat. Perhatikan kalimat berikut. (1) (2) Dalam penelitian ini membahas efektivitas penggunaan pupuk tablet. Bagi peneliti memerlukan kecermatan memilih sampel.

Kedua kalimat di atas tergolong kalimat rancu. Kedua kalimat tersebut masing-masing dapat dikembalikan pada dua struktur yang benar sebagaimana contoh (3) dan (4). (3) Dalam penelitian ini dibahas efektivitas penggunaan pupuk tablet.

Penelitian ini membahas efektivitas penggunaam pupuk tablet. (4) Bagi peneliti diperlukan kecermatan memilih sampel.

Peneliti memerlukan kecermatan memilih sampel. Kerancuan kalimat juga sering terjadi pada redaksi perujukan. Penulis sering bingung terhadap redaksi rujukan yang berpola menurut seperti contoh berikut. Menurut Ridho (1999) menyatakan bahwa menulis karya ilmiah tidak sulit. Ridho (1999) menyatakan bahwa menulis karya i1miah tidak sulit.

3. Pemborosan Pemborosan timbul apabila ada unsur yang tidak berguna dalam penggunaan bahasa. Pengujiannya dapat dilakukan dengan teknik penghilangan. Apabila sebuah unsur dihilangkan dan gagasan yang diungkap tidak terganggu, unsur tersebut dapat dikategorikan unsur yang mubazir. Pemborosan dapat terjadi pada kata atau kata-kata dan kalimat, bahkan mungkin paragraf. Pemborosan kata-kata (dicetak miring) terlihat pada contoh berikut. Data yang digunakan untuk menjawab semua permasalaham yang ada dalam penelitian ini dapat dipilah menjadi dua, yaitu data utama dan data penunjang. Data penelitian ini dapat dipilah menjadi dua, yaitu data utama dan data penunjang.

Pemborosan kalimat dapat terjadi apabila suatu kalimat tidak memiliki fungsi mengungkap gagasan. Gagasan kalimat itu sudah terwadahi dalam kalimat sebelum atau sesudahnya. Perhatikan contoh berikut. Hasil penelitian ini dapat dipilah menjadi lima kelompok. Kelima kelompok tersebut adalah sebagai berikut. Kalimat yang dicetak miring di atas adalah kalimat yang tidak memiliki fungsi pengungkap gagasan. Tanpa ada kalimat itu, pembaca sudah bisa memahami teks. Penyebutan judul buku atau identitas penulis buku dalam rangka perujukan juga merupakan bentuk pemborosan. Contoh (1) lebih efisien daripada Contoh (2), meskipun makna keduanya sama.

(1) Dianika (1998) dalam bukunya yang berjudul Tes Prestasi Balajar menyatakan bahwa tes memiliki kedudukan yang sangat strategis. (2) Rahmi (1997), seorang pakar ekonomi Indonesia, menyatakan bahwa Indonesia tidak akan bisa bangkit dalam waktu singkat. (1) Dianika (1998) menyatakan bahwa tes memiliki kedudukan yang sangat strategis.

(2) Rahmi (1997) menyatakan bahwa Indonesia tidak akan bisa bangkit dalam waktu singkat.

4. Ketidaklengkapan Kalimat Sebuah kalimat dikatakan lengkap apabila setidak-tidaknya memiliki pokok dan penjelas atau subjek dan predikat. Perhatikan kalimat berikut yang tidak memiliki pokok kalimat Dalam penelitian ini menemukan hasil baru yang sangat spektakuler. Kemungkinan kalimat menjadi tidak lengkap terjadi karena penulis tidak mampu mengendalikan gagasan yang kompleks. Perhatikan kalimat kompleks berikut yang tidak memiliki kelengkapan kalimat. Bunga api pada busi yang dipergunakan untuk memulai pembakaran campuran bahan bakar dan udara di dalam silinder mesin, yang akhimya untuk membangkitkan tenaga mekanik.

5. Kesalahan Kalimat Pasif Kesalahan pembentukan kalimat pasif yang sering dilakukan para penulis adalah kesalahan pembentukan kalimat pasif yang berasal dari kalimat aktif intransitif. Kalimat aktif intransitif tidak bisa diubah menjadi kalimat pasif dengan tetap mempertahankan maknanya.

Berbagai

kesalahan

manajer

berhasil

diungkap

melalui

penelitian

ini.

Pertanyaan yang mudah diajukan adalah siapa yang berhasil. Benarkah yang berhasil adalah berbagai kesalahan manajer? Kalimat di atas berasal dari kalimat berikut.

Penelitian ini berhasil mengungkap berbagai kesalahan manajer.

BAB III Kesimpulan


Ragam bahasa yang digunakan dalam karya tulis ilmiah adalah ragam bahasailmiah atau disebut juga bahasa standar (baku). Sebagai salah satu jenis dari karya tulis ilmiah, artikel ilmiah pun ditulis dengan menggunakan ragam bahasa ilmiah. Bahasa standar ini adalahbahasa yang dipelajari dalam institusi pendidikan. Sebagai bahasa standar, ada aturan-aturan tata bahasa dan pedoman ejaan yang perlu diikuti. Standar berbahasa yang perlu diperhatikan dalam ragam bahasa ini meliputi pemilihan kata yang tepat, kalimat efektif, kepaduan paragraf, dan pedoman penulisan. Berdasarkan pengamatan dapat diketahui bahwa dalam artikel ilmiah masih dapat ditemui penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan standar aturan berbahasa Indonesia. Penggunaan bahasa yang tidak sesuai tersebut dapat ditemukan berupa ketidaktepatan dalam penggunaan/ penyusunan kata, kalimat, paragraf, dan pedoman penulisan.

Daftar Pustaka

http://arie-dwiputra.blogspot.com/2013/03/macam-macam-karya-tulis-perbedaan-dan.html http://berbagireferensi.blogspot.com/2010/06/lebih-jauh-tentang-pengertian-sikap.html Jumat,01 November 2013. Jam 18.00. http://blogbahrul.wordpress.com/2007/11/28/sikapilmiah. Sabtu, 02 November 2013. Jam 11.00. http://id.scribd.com/doc/40750397/Sikap-Ilmiah http://tpardede.wikispaces.com/Unit+1.2.3+IPA+Sebagai+Sikap+Ilmiah http://dya08webmaster.blog.com/2012/04/20/karya-ilmiah-ciri-ciri-macam-macam-sikapilmiah/ http://sapasayaa.blogspot.com/2012/03/penggunaan-bahasa-dalam-penulisan-karya.html http://forgubindo.blogspot.com/2008/10/bahasa-indonesia-dalam-kti.html http://ven9eance.wordpress.com/2009/10/26/bahasa-indonesia-dalam-penulisan-karya-ilmiah/
http://daudp65.byethost4.com/mki/mki1.html diakses pada November 3, 2013 pukul 00.09

You might also like