You are on page 1of 1

Tugas Acara Pengawetan Telur Ikan Asterina Wulan Sari / 13030 / THP PENGAWETAN TELUR IKAN Pengawetan memerlukan

zat kimia dengan persyaratan yang lebih khusus, yaitu mampu mencegah kerusakan baik yang ditimbulkan oleh bakteri maupun akibat enzim ( autolysis). Karena jaringan yang menyusun tubuh organisme sebagian besar tersusun atas protein, maka pengawetan harus mampu mengawetkan dan membuatnya tidak larut pada proses yang lebih lanjut (complete preserve). Selain itu, zat tersebut juga harus dapat bereaksi dengan cepat, sehingga mampu menghentikan semua proses enzimatik di dalam jaringan dengan segera. Pengawetan dapat menggunakan cairan seperti alkohol, formalin dan osmium teroksida (OsO4), dapat juga terdiri dari beberapa bahan kimia yang dicampur dengan perbandingan tertentu, contohnya larutan glison. Modifikasi pada konsentrasi larutan dan teknik penggunaannya banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti berdasarkan pengalaman masing-masing. Sebagai contoh adalah gonad, organ ini merupakan organ yang paling sering dipakai dalam penelitian ikan yang berhubungan dengan penentuan jenis kelamin, penentuan tingkat kematangan dan memperkirakan fekunditas. Laevastu (1965) mengajurkan formalin 4% dan Fleming dan Ng (1987) menyatakan bahwa teknik pengawetan yang terbaik untuk menghitung telur dalam gonad ikan salmon adalah memasukkaan ovary segar ke dalam larutan formalin 5%. Selain itu Thomas (1989) membekukan ovari dan untuk memulai analisinya, sampel dimasukkan ke dalam air panas (9095C) sebelum dimasukkan ke dalam larutan formalin 4%. Larutan glisosn merupakan larutan yang popular untuk memisahkan telur-telur ikan dari jaringan-jaringan gonad. Larutan ini merupakan kombinasi alkohol 60%, asam sitrat, asam asetat, merkuri klorida yang dilarutkan dalam aquades. Pengawetan ini menggunakan zat yang mudah menguap dan dapat menimbulkan iritasi pada mata dan saluran pernapasan seperti alkohol dan formalin. Selain itu ada beberapa yang mengandung logam berat dan menyebabkan kerusakan kulit sepeti merkuri klorida pada lautan glison. Maka perlu kehati-kehatian dalam melakukan pengawetan. Pengawetan akan

mengakibatkan penyusutan panjang dan penambahan berat pada sampel yang diawetkan. Pengawetan dengan formalin 10% akan menimbulkan penyusutan panjang, dan tidak terjadi penyusutan jika dilakukan di dalam alkohok 80%.
sumber referensi : Syaihailatua, A. dan Pradina. 1996. Prinsip dan Kegunaan Pengawetan dalam Koleksi Ikan. Berita Fakultas Perikanan Unsrat IV(2):27-31. Universitas Sam Ratulangi. Manado

You might also like