You are on page 1of 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pendahuluan Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200ml/24 jam. Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. Gastroenteritis akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari. Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005, diare akutdidefinisikan sebagai pasase tinja yang cair/lembek dengan jumlah lebih banyak darinormal, berlangsung kurang dari 14 hari. Sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab diare yang terbanyak adalah diare infeksi. Diare infeksi dapat disebabkan virus, bakteri, dan parasit. Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB(Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat. Dinegara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan. Di Inggris 1 dari 5 orang menderita diare infeksi setiap tahunnya dan 1 dari 6 orang pasien yang berobat ke praktek umum menderita diare infeksi. Tingginya kejadian diare di negaraBarat ini oleh karena foodborne infections dan waterborne infections yang disebabkan bakteri Salmonella spp, Campylobacter jejuni, Stafilococcus aureus, Bacillus cereus, Clostridium perfringens dan Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC). Di negara berkembang, diare infeksi menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap tahun. Di Afrika anak anak terserang diare infeksi 7 kali setiap tahunnya di banding di negara berkembang lainnya mengalami serangan diare 3 kali setiap tahun.

Di Indonesia dari 2.812 pasien diare yang disebabkan bakteri yang datang kerumah sakitdari beberapa provinsi seperti Jakarta, Padang, Medan, Denpasar, Pontianak, Makasar dan Batam yang dianalisa dari 1995 s/d 2001 penyebab terbanyak adalah Vibrio cholerae01, diikuti dengan Shigella spp, Salmonella spp, V. Parahaemoliticus, Salmonella typhi,Campylobacter Jejuni, V. Cholera non-01, dan Salmonella paratyphi A.

Epidemiologi Pada tahun 1995 diare akut karena infeksi sebagai penyebab kematian pada lebih dari 3 juta penduduk dunia. Kematian karena diare akur dinegara berkembang terjadi terutama pada anak-anak berusia kurang dari 5 tahun, dimana dua pertiga diantaranya

tinggaldidaerah/lingkungan yang buruk, kumuh dan padat dengan sistem pembuangan sampahyang tidak memenuhi sarat, keterbatasan air bersih dalam jumlah maupun distribusinya,kurangnya sumber bahan makanan disertai cara penyimpanan yang tak memenuhi syarat,tingkat pendidikan yang rendah serta kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan. Di Amerika Serikat dengan perbaikan sanitasi dan tingkat pendidikan, prevalensi diarekarena infeksi berkurang. Dara dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan bahwa infeksi karena Salmonella, Shigella, Listeria, Escherichia coli, dan Yersinia berkurang berkisar 20-30% berkat perhatian atas kebersihan dan keamananmakanan. Sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia data menunjukkan diare akutkarena infeksi masih menduduki peringkat pertama sampai dengan keempat pasiendewasa yang datang berobat ke rumah sakit. Beberapa faktor epidemiologis penting dipandang untuk mendekati pasien diare akutyang disebabkan oleh infeksi. Makanan atau minuman terkontaminasi, berpergian, penggunaan antibiotik, HIV positif atau AIDS, merupakan petunjuk penting dalammengidentifikasi pasien beresiko tinggi untuk diare infeksi.

Etiologi Lebih dari 90% diare akut disebabkan karena infeksi, sedangkan sekitar 10% karenasebabsebab lain antara lain obat-obatan, bahan-bahan toksik, iskemik dan sebagainya. Diare akut karena infeksi dapat ditimbulkan oleh:

1.

Bakteri Escherichia coli, Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A/B/C, Salmonella spp,Shigella

dysentriae, Shigella flexneri, Vibrio cholerae 01 dan 0139, Vibrio cholera non01, Vibrio parachemolyticus, Clostridium perfringens, Campylobacter (Helicobacter) jejuni,

Staphlyllococcus spp, Streptococcus spp, Yersinia intestinalis, Coccidosis. 2. Parasit Protozoa: Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis, Isospora sp. Cacing: A. lumbricoides, A. duodenale, N. americanus, T. trichiura, O. vermicularis, T. saginata, T. sollium. 3. Virus Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus.

Pola mikroorganisme penyebab diare akut berbeda-beda berdasarkan umur, tempat dan waktu. Di negara maju penyebab paling sering Norwalk virus, Helicobacter jejuni,Salmonella sp, Clostridium difficile, sedangkan penyebab paling sering di negara berkembang adalah Enterotoxicgenic Escherichia coli (ETEC), Rota virus dan V.cholerae.

Patofisiologi Sebanyak sekitar 9-10 liter cairan memasuki saluran cerna setiap harinya, berasal dariluar (diet) dan dari dalam tubuh kita (sekresi cairan lambung, empedu dan sebagainya).Sebagian besar (75-85%) dari jumlah tersebut akan diresorbsi kembali di usus halus dansisanya sebanyak 1500 ml akan memasuki usus besar. Sejumlah 90% dari cairan tersebutdi usus besar akan diresorbsi, sehingga tersisa jumlah 150-250 ml cairan yang akan ikutmembentuk tinja. Faktor-faktor faali yang menyebabkan diare sangat erat hubungannya satu sama lain,misalnya saja, cairan intra luminal yang meningkat menyebabkan terangsangnya usussecara mekanisme meningkatnya volume, sehingga motilitas usus meningkat. Sebaliknya bila waktu henti makanan di usus terlalu cepat akan menyebabkan gangguan waktu penyentuhan makanan dengan mukosa usus sehingga waktu penyerapan elektrolit, air danzat-zat lain terganggu.

Patogenesis Dua hal umum yang patut diperhatikan pada keadaan diare akut karena infeksi adalah faktor kausal (agent) dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut, terdiri atas faktorfaktor daya tangkis atau lingkungan intern traktus intestinalis seperti keasaman lambung,

motilitas usus, imunitas dan juga mencakup lingkungan mikroflora usus, sekresi mukosa, dan enzim pencernaan. Penurunan keasaman lambung pada infeksi shigella terbukti dapat menyebabkan serangan infeksi yang lebih berat dan menyebabkan kepekaan lebih tinggi terhadapinfeksi oleh V. cholera. Hipomotilitas usus pada infeksi usus memperlama waktu diaredan gejala penyakit, serta mengurangi absorbsi elektrolit, tambahan lagi akan mengurangi kecepatan eliminasi sumber infeksi. Peran imunitas dibuktikan dengan didapatkannyafrekuensi pasien giardiasis pada mereka yang kekurangan IgA, demikian pula diare yang terjadi pada karena penderita HIV/AIDS gangguan imunitas. Percobaan lain membuktikan bahwa bila lumen usus dirangsang oleh suatu toksoid berulang kali, akanterjadi sekresi antibodi.Faktor kausal yang mempengaruhi patogenesis antara lain adalah daya lekat dan penetrasiyang dapat merusak sel mukosa, kemampan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di usus halus. Kuman tersebut dapat membentuk koloni-koloni yang jugadapat menginduksi diare.

Patogenesis diare yang disebabkan infeksi bakteri diklasifikasikan menjadi: 1. Infeksi non-invasif Diare yang disebabkan oleh bakteri non invasif disebut juga diare sekretorik atau waterydiarrhea. Pada diare tipe ini disebabkan oleh bakteri yang memproduksi enterotoksinyang bersifat tidak merusak mukosa. Bakteri non invasi misalnya V. cholera non 01, V.cholera 01 atau 0139, Enterotoksigenik E. coli (ETEC), C. perfringens, Stap. aureus, B.cereus, Aeromonas spp., V. cholera eltor mengeluarkan toksin yang terikat pada mukosausus halus 15-30 menit sesudah diproduksi dan enterotoksin ini mengakibatkan kegiatan yang berlebihan Nikotinamid Adenin Dinukleotid pada dinding sel usus, sehingga meningkatkan kadar adenosin 3,5-siklik mono phospat (siklik AMP) dalam sel yang menyebabkan sekresi aktif anion klorida kedalam lumen usus yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation natrium dan kalium. Namun demikian mekanisme absorbsi ion Na melalui mekanisme pimpa Na tidak terganggi, karena itu keluarnya ion Cl-(disertai ion HCO3-, H2O, Na+ dan K +) dapatdikompensasi oleh meningkatnya absorbsi ion Na (diiringi oleh H2O, K+, HCO3-, dan Cl). Kompensasi ini dapat dicapai dengan pemberian larutan glukosa yang diabsorbsi secaraaktif oleh dinding sel usus. Glukosa tersebut diserap bersama air, sekaligus diiringi olehion Na+, K+, Cl- dan HCO3-. Inilah dasar terapi oralit per oral pada kolera.

Secara klinis dapat ditemukan diare berupa air seperti cucian beras dan keluar secaraderas dan banyak (voluminous). Keadaan ini disebut sebagai diare sekretorik isotonik voluminial (watery diarrhea). ETEC mengeluarkan 2 macam enterotoksin ialah labile toxin (LT) dan stable toxin (ST).LT bekerja secara cepat terhadap mukosa usus halus tetapi hanya memberikan stimulasiyang terbatas terhadap enzim adenilat siklase. Dengan demikian jelas bahwa diare yangdisebabkan E. coli lebih ringan dibandingkan diare yang disebabkan V. cholerae. Clostridium perfringens (tipe A) yang yang bekerja sering mirip menyebabkan enterotoksin keracunan yang

makananmenghasilkan

enterotoksin

kolera

menyebabkandiare yang singkat dan dahsyat. 2. Infeksi Invasif Diare yang disebabkan bakteri enterovasif disebut sebagai diare Inflammatory. Bakteriinvasif misalnya: Enteroinvasive E. coli (EIEC), Salmonella spp., Shigella spp., C. jejuni,V. parahaemolyticus, Yersinia, C. perfringens tipe C, Entamoeba histolytica, P.shigelloides, C. difficile, Campylobacter spp. Diare terjadi disebabkan kerusakan dindingusus berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat diarena sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur dengan lendir dan darah. Walau demikian infeksi oleh kuman-kuman ini dapat juga bermanifestasi sebagai suatu diare sekretorik. Pada pemerksaan tinja biasanyadidapatkan sel-sel eritrosit dan leukosit.

Manifestasi Klinis Penularan diare akut karena infeksi melalui transmisi fekal oral langsung dari penderitadiare atau melalui makanan/minuman yang terkontaminasi bakteri patogen yang berasaldari tinja manusia/hewan atau bahan muntahan penderita. Penularan dapat juga berupatransmisi dari manusia ke manusia melalui udara (droplet infection) misalnya: rota virus,atau melalui aktivitas seksual kontak oral-genital atau oral-anal. Diare akut karena infeksi bakteri yang mengandung/produksi toksin akan

menyebabkandiare sekretorik (watery diarrhea) dengan gejala-gejala: mual, muntah, dengan atau tanpademam yang umumnya ringan disertai atau tanpa nyeri/kejang perut, dengan feseslembek/cair. Umumnya gejala diare sekretorik timbul dalam beberapa jam setelah makanatau minuman yang terkontaminasi.

Diare sekretorik yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yangadekuat dapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan yang

mengakibatkanrenjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yanglanjut. Karena kehilangan cairan seseorang akan merasa haus, berat badan berkurang,mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit turun, serta suaramenjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik. Sedangkan asamkarbonas kehilangan bikarbonas, menyebabkan perbandingan pH darah. bikarbonas Penurunan dan ini

berkurang

yang

menyebabkan

penurunan

akanmerangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi napas menjadi lebih cepat dari biasa (pernapasan Kussmaul). Reaksi ini adalah usaha badan untuk mengeluarkan asamkarbonas agar pH darah dapat kembali normal. Gangguan kardiovaskular pada tahaphipovolemik yang berat dapat berupa renjatan denga tanda-tanda denyut nadi yang cepatlebih dari 120x/mnt, tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah,muka pucat, ujung-ujung eksterimitas dingin, dan kadang sianosis. Karena kehilangankalium, pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun dengan sangat danakan timbul anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyulit berupanekrosis tubulus ginjal akut, yang dapat mengakibatkan gagal ginjal akut. Sedangkan keadaan asidosis metabolik menjadi lebih berat, akan terjadi kepincangan pada pembagian darah dengan pemusatan darah yang lebih banyak dalam sirkkulasi paru- paru. Observasi ini penting sekali karena dapat menyebabkan edema paru pada pasienyang menerima rehidrasi cairan intravena tanpa alkali. Bakteri yang invasif akan menyebabkan diare yang disebut sebagai diare inflamasidengan gejala mual, muntah dan demama yang tinggi, disertai nyeri perut, tenesmus,diare disertai darah dan lendir. Pada diare akut karena infeksi, dugaan terhadap bakteri penyebab dapat

diperkirakan berdasarkan anamnesis makanan atau minuman dalam beberapa jam atau hari terakhir,dan anamnesis/observasi bentuk diare. ( Lihat tabel 1) Yersinia dapat menginvasi mukosa ileum terminalis dan kolon bagian proksimal, dengannyeri abdomen disertai nyeri tekan di regio titik Mc.Burney dengan gejala sepertiapendisitis akut.

Diare akut karena infeksi dapat disertai gejala-gejala sistemik lainnya seperti Reiterssyndrome (arthritis, uretritis, dan konjungtivitis) yang dapat disebabkan oleh Salmonella,Campylobacter, Shigella, dan Yersinia. Shigella dapat menyebabkan hemolyticuremicsyndrome. Diare akut dapat juga sebagai gejala utama beberapa infeksi sistemik antaralain hepatitis virus akut, listeriosis, legionellosis, dan toksik renjatan sindrom.

Tabel 1. Epidemi Diare Akut Pemeriksaan Penunjang Darah Darah perifer lengkap Ureum, kreatinin Serum elektrolit: Na+, K+, Cl Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan asam basa(pernafasan Kussmaull) Immunoassay: toksin bakteri (C. difficile), antigen virus (rotavirus), antigen protozoa(Giardia, E. histolytica) Feses lengkap (mikroskopis: peningkatan jumlah lekosit di feses pada Feses

inflamatorydiarrhea; parasit: amoeba bentuk tropozoit) Pemeriksaan penunjang diperlukan dalam penatalaksanaan diare akut karena infeksi,karena dengan tata cara pemeriksaan yang terarah akan sampai pada terapi definitif.

Diagnosis Diare akut karena infeksi dapat ditegakkan diagnostik etiologi bila anamnesis,manifestasi klinis dan pemeriksaan penunjang menyokongya. Beberapa petunjuk anamnesis yang mungkin dapat membantu diagnosis: 1 2 3 Bentuk feses (watery diarrhea atau inflammatory diare ) Makanan dan minuman 6-24 jam terakhir yang dimakan/minum oleh penderita. Adakah orang lain sekitarnya menderita hal serupa, yang mungkin oleh karenakeracunan makanan atau pencemaran sumber air. 4 Dimana tempat tinggal penderita.

Pola kehidupan seksual. besifat ringan dan merupakan self-limited disease. Indikasi

Umumnya diare akut

untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut yaitu diare berat disertai dehidrasi, tampak darah pada feses, panas > 38,5oC diare > 48 jam tanpa tanda-tanda perbaikan, kejadian luar biasa (KLB). Nyeri perut hebat pada penderita berusia > 50 tahun, penderita usia lanjut >70 tahun, dan pada penderita dengan daya tahan tubuh yang rendah.

Penatalaksanaan Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas: 1 Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan 2 Memberikan terapi simptomatik 3 Memberikan terapi definitif

1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan Ada hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat danakurat, yaitu:

Jenis cairan yang hendak digunakan. Pada saat ini cairan RL merupakan cairan pilihankarena tersedia cukup banyak di pasaran, meskipun jumlah kaliumnya lebih rendah biladibandingkan dengan kadar kalium cairan tinja. Apabila tidak tersedia cairan ini, boleh diberkan cairan NaCl isotonik. Sebaiknyaditambahkan satu ampul Na bikarbonat 7,5% 50 ml pada setiap satu liter infus NaCl isotonik. Asidosis akan dapat diatasi dalam 1-4 jam. Pada keadaan diare akut awal yangringan, tersedia di pasaran cairan/bubuk oralit, yang dapat diminum sebagai usaha awalagar tidak terjadi rehidrasi dengan berbagai akibatnya. Jumlah cairan yang hendak diberikan. Pada prinsipnya jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan memakai cara: BJ Plasma dengan memakai rumus: Kebutuhan cairan: BJ Plasma 1.025 x BB (Kg) x 4 ml 0.001

Metode Pierce berdasarkan kriteria klinis:

Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan 5% X KgBB Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan 8% X KgBB Dehidrasi berat, kebutuhan cairan 10% X KgBB Metode Daldiyono berdasarkan keadaan klinis yang diberikan penilaian/skor sebagai berikut: Pemeriksaan Rasa haus/muntah Suara serak Kesadaran apatis Kesadaran somnolen, spoor atau koma Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg Tekanan darah sistolik <60 mmHg Frekuwensi nadi > 120x/menit Frekwensi nafas > 30x/menit Turgor kulit menurun Facies cholerica/wajah keriput Ekstremitas dingin Washers womans hand Sianosis Umur 50-60 tahun Umur > 60 tahun Skor 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 2 -1 -2

Kebutuhan cairan = Skor x 10% x BB (Kg) x 1 Liter

Jalan masuk atau cara pemberian cairan. Pemberian cairan pada orang dewasa dapatmelalui oral dan intravena. Untuk pemberian per oral diberikan larutan oralit yangkomposisinya berkisar antara 20 gr glukosa, 3.5 gr NaCl, 2.5 gr Na bikarbonat dan 1.5 gr KCl per liter air. Cairan seperti itu tersedia secara komersial dalam paket-paket yang mudah disiapkan dengan mencampurkan dengan air. Jika sediaan secara komersial tidak ada, cairan rehidrasi oral pengganti dapat dibuat dengan menambahkan sendok tehgaram, sendok teh baking soda,

dan 2 4 sendok makan gula per liter air. Dua pisangatau 1 cangkir jus jeruk diberikan untuk mengganti kalium. Cairan per oral jugadigunakan untuk mempertahankan hidrasi setelah rehidrasi inisial. Jadwal pemberian cairan. Untuk jadwal rehidrasi inisial yang dihitung dengan rumus BJ plasma atau sistem skor Daldiyono diberikan dalam waktu 2 jam. Tujuannya jelas agar tercapai rehidrasi optimal secepat mungkin. Jadwal pemberian cairan tahap kedua yakniuntuk jam ke-3, didasarkan kepada kehilangan cairan selama 2 jam pemberian cairanrehidrasi inisial sebelumnya, rehidrasi diharapkan lengkap pada akhir jam ke-3.

2. Memberikan terapi simptomatik Obat anti diare:

a. Kelompok antisekresi selektif Terobosan terbaru dalam milenium ini adalah mulai tersedianya secara luas racecadotril yang bermanfaat sekali sebagai penghambat enzim enkephalinase sehingga enkephalindapat bekerja kembali secara normal. Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi darielektrolit sehingga keseimbangan cairan dapat dikembalikan secara normal. Di Indonesiasaat ini tersedia di bawah nama Hidrasec sebagai generasi pertama jenis obat baru antidiare yang dapat pula digunakan lebih aman pada anak. b. Kelompok opiat Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl serta kombinasi difenoksilatdan atropin sulfat (lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 4 mg/ 3-4x sehari dan lomotil 5 meliputi penghambatan mg 3-4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat

propulsi,

memperbaikikonsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare.Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diareakut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan. c. Kelompok absorbent Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin, atau smektit diberikanatas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat menyeap bahan infeksius atau toksin-toksin.Melalui efek tersebut maka sel mukosa usus terhindar kontak langsung dengan zat-zatyang dapat merangsang sekresi elektrolit.

d. Zat Hidrofilik Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta, Psyllium,

Karaya(Strerculia), Ispraghulla, Coptidis dan Catechu dapat membentuk kolloid dengan cairandalam lumen usus dan akan mengurangi frekwensi dan konsistensi feses tetapi tidak dapat mengurangi kehilangan cairan dan elektrolit. Pemakaiannya adalah 5-10 cc/ 2xsehari dilarutkan dalam air atau diberikan dalam bentuk kapsul atau tablet. Probiotik

Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan Bifidobacteria atau Saccharomyces boulardii, bila mengalami peningkatan jumlahnya di saluran cerna akanmemiliki efek yang positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna.Syarat penggunaan dan keberhasilan mengurangi/menghilangkan diare harus diberikandalam jumlah yang adekuat. 3. Memberikan terapi definitif Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik.Pemberian antibiotik di indikasikan pada: pasien dengan gejala dan tanda diare infeksiseperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasilingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong,dan pasien immunocompromised. Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi: V. kolera El Tor: Tetrasiklin 4 x 500 mg/hr selama 3 hari atau kortimoksazol dosis awal2 x 3 tab, kemudian 2 x 2 tab selama 6 hari atau kloramfenikol 4 x 500 mg/hr selama 7hari atau golongan Fluoroquinolon. ETEC: Trimetoprim-Sulfametoksazole atau Kuinolon selama 3 hari. S. aureus: Kloramfenikol 4 x 500 mg/hr Salmonella Typhi: Obat pilihan Kloramfenikol 4 x 500 mg/hr selama 2 minggu atau Sefalosporin generasi 3 yang diberikan secara IV selama 7-10 hari, atau Ciprofloksasin 2x 500 mg selama 14 hari. Salmonella non Typhi: Trimetoprim-Sulfametoksazole atau ciprofloxacin ataunorfloxacin oral 2 kali sehari selama 5 7 hari. Shigellosis: Ampisilin 4 x 1 g/hr atau Kloramfenikol 4 x 500 mg/hr selama 5 hari.

Helicobacter jejuni (C. jejuni): Eritromisin, dewasa: 3 x 500 mg atau 4 x 250 mg, anak:30-50 mg/kgBB/hr dalam dosis terbagi selama 5-7 hari atau Ciprofloxacin 2 x 500 mg/hr selama 5-7 hari. Amoebiasis: 4 x 500 mg/hr selama 3 hari atau Tinidazol dosis tunggal 2 g/hr selama 3hari. Giardiasis: Quinacrine 3 x 100 mg/hr selama 1 minggu atau Chloroquin 3 x 100 mg/hr selama 5 hari. Balantidiasis: Tetrasiklin 3 x 500 mg/hr selama 10 hari Virus: simptomatik dan suportif. Komplikasi Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama, terutama padausia lanjut dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera kehilangan cairan secaramendadak sehingga terjadi shock hipovolemik yang cepat. Kehilangan elektrolit melaluifeses potensial mengarah ke hipokalemia dan asidosis metabolik. Pada kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan medis, sehingga syok hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi maka dapat timbul Tubular Nekrosis Akut pada ginjal yang selanjutnya terjadi gagal multi organ. Komplikasi inidapat juga terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak adekuat sehingga tidak tecapairehidrasi yang optimal. Haemolityc uremic Syndrome (HUS) adalah komplikasi yang disebabkan terbanyak olehEHEC. Pasien dengan HUS menderita gagal ginjal, anemia hemolisis, dantrombositopeni 12-14 hari setelah diare. Risiko HUS akan meningkat setelah infeksiEHEC dengan penggunaan obat anti diare, tetapi penggunaan antibiotik untuk terjadinyaHUS masih kontroversi. Artritis pasca infeksi dapat terjadi beberapa minggu setelah penyakit diare karena Campylobakter, Shigella, Salmonella, atau Yersinia spp. Prognosis Dengan penggantian Cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapiantimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya sangat baik denganmorbiditas dan mortalitas yang minimal. Seperti kebanyakan penyakit, morbiditas danmortalitas ditujukan pada anak-anak dan pada lanjut usia. Di Amerika Serikat, mortalits berhubungan dengan diare infeksius < 1,0 %. Pengecualiannya pada infeksi EHECdengan mortalitas 1,2 % yang berhubungan dengan sindrom uremik hemolitik.

Pencegahan Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral, penularannya dapat dicegahdengan menjaga higiene pribadi yang baik. Ini termasuk sering mencuci tangan setelahkeluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan. Kotoran manusia harusdiasingkan dari daerah pemukiman, dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran manusia.Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama, ini harus diberikan perhatian khusus. Minum air, air yang digunakan untuk membersihkan makanan, atau air yangdigunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi. Jika ada kecurigaan tentangkeamanan air atau air yang tidak dimurnikan yang diambil dari danau atau air, harus direbus dahulu beberapa menit sebelum dikonsumsi. Ketika berenang di danau atausungai, harus diperingatkan untuk tidak menelan air.Semua buah dan sayuran harusdibersihkan menyeluruh dengan air yang bersih (air rebusan, saringan, atau olahan)sebelum dikonsumsi. Limbah manusia atau hewan yang tidak diolah tidak dapat digunakan sebagai pupuk pada buah-buahan dan sayuran. Semua daging dan makanan laut harus dimasak. Hanya produk susu yang dipasteurisasi dan jus yang boleh dikonsumsi. Wabah EHEC

terakhir berhubungan dengan meminum jus apel yang tidak dipasteurisasi yang dibuat dari apelterkontaminasi, setelah jatuh dan terkena kotoran ternak. Vaksinasi cukup menjanjikan dalam mencegah diare infeksius, tetapi efektivitas danketersediaan vaksin sangat terbatas. Pada saat ini, vaksin yang tersedia adalah untuk V.colera, dan demam tipoid. Vaksin kolera parenteral kini tidak begitu efektif dan tidak direkomendasikan untuk digunakan. Vaksin oral kolera terbaru lebih efektif, dan durasiimunitasnya lebih panjang. Vaksin tipoid parenteral yang lama hanya 70 % efektif dansering memberikan efek samping. Vaksin parenteral terbaru juga melindungi 70 %, hanyamemerlukan 1 dosis dan memberikan efek samping yang lebih sedikit. Vaksin tipoid oraltelah tersedia, hanya diperlukan 1 kapsul setiap dua hari selama 4 kali dan memberikanefikasi yang mirip dengan dua vaksin lainnya. Kesimpulan Diare akut merupakan masalah yang sering terjadi baik di negara berkembang maupunnegara maju. Sebagian besar bersifat self limiting sehingga hanya perlu diperhatikankeseimbangan cairan dan elektrolit. Bila ada tanda dan gejala diare akut karena infeksi bakteri dapat diberikan terapi antimikrobial secara empirik, yang kemudian dapatdilanjutkan dengan terapi spesifik sesuai dengan hasil kultur. Pengobatan simtomatik dapat diberikan karena efektif dan cukup

aman bila diberikan sesuai dengan aturan.Prognosis diare akut infeksi bakteri baik, dengan morbiditas dan mortalitas yangminimal. Dengan higiene dan sanitasi yang baik merupakan pencegahan untuk penularandiare infeksi bakteri.

DAFTAR PUSTAKA 1. Ahlquist David A, Camilleri M. Harrisons Principles of Internal Medicine. 18 th edition. Braunwald, Fauci, Kasper et all (Editor). 2012. 2. Hendarwanto. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Sarwono WP (Editor), Balai Penerbit UI, 2000. 3. Naskah lengkap penyakit dalam. Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Penyakit Dalam 2007. 4. Powel Don W: Approach to the patient with diarrhea. Dalam buku: Text book of Gastroenterology, 4 th edition. Yamada T (Editor). Limphicot Williams &Wiekeins Philadelphia. USA. 2003

You might also like