You are on page 1of 0

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Dan Konsep Terkait
Dalam hal ini akan dijelaskan mengenai landasan teori atau konsep terkait
yang akan menunjang dan dijadikan acuan dalam pelaksanaan penelitian.
1. Perawatan Gigi
a. Pengertian
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3 yang
diterbitkan oleh Balai Pustaka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Tahun 2001, kata rawat diartikan pelihara, urus, atau jaga. Perawatan
adalah proses perbuatan, cara merawat, pemeliharaan, penyelenggaraan,
pembelaan (orang sakit). Perawatan gigi adalah upaya yang dilakukan agar
gigi tetap sehat dan dapat menjalankan fungsinya
(http://www.anneahira.com/perempuan/index. htm). Dalam hal ini PPGI lebih
cenderung mengartikan keperawatan dalam konteks kesehatan gigi dan mulut
adalah dalam bentuk upaya pemeliharaan (care) kesehatan gigi dan mulut.
Perawat gigi melakukan asuhan kesehatan gigi dan mulut dalam upaya
pendekatan, pemeliharaan melalui tindakan-tindakan promotif preventif.
b. Cara-cara perawatan gigi
Merawat gigi perlu dilakukan sedini mungkin. Menjaga kesehatan gigi
tidak hanya harus dilakukan secara rutin, tetapi juga benar dan tepat agar
efektifitasnya dapat mencapai hasil yang maksimal. Untuk menjaga agar gigi
tetap sehat perlu dilakukan perawatan gigi yang meliputi :
1) Sikat Gigi
Menyikat gigi dengan baik dan teratur, untuk ini ada 3 faktor yang
harus diperhatikan:
a) Pemilihan sikat gigi
(1) Bulu sikat jangan terlalu keras/lembek/jarang. Pilihlah bulu sikat
gigi yang halus. Hal ini berguna untuk melindungi gusi dari
kemungkinan terluka ketika menyikat gigi. Karena bulu sikat yang
terlampau kasar dapat merusak lapisan gigi sehingga menyebabkan
gigi sensitif. Sebaliknya, jika bulu sikat terlalu halus, kebersihan
gigi menjadi kurang optimal.
(2) Sesuaikan ukuran sikat gigi dengan rongga mulut, terutama untuk
menggosok bagian yang sulit dijangkau. Selain itu, dengan
memiliki sikat gigi yang sesuai dengan rongga mulut, dapat
mengoptimalkan tingkat fleksibilitas yang lebih tinggi. Terutama
bagi yang memiliki struktur gigi cukup kecil, disarankan
menggunakan sikat gigi berukuran kecil pula. Bentuk kepala sikat
gigi yang berbentuk oval dapat melindungi gusi dari kemungkinan
terluka.
(3) Ujung sikat gigi dan ujung bulu sikat sedekat mungkin, bila tidak
ujung sikat gigi sudah mentok ke bagian belakang tapi bulu sikat
tidak kena gigi, jadi ada bagian gigi yang tidak tersikat. Ini biasanya
pada gigi geraham bungsu.
(4) Sikat gigi dengan pegangan yang cukup lebar dapat membantu
untuk menggenggam dengan lebih kuat dan mantap, sekalipun
dalam keadaan basah.
(5) Jika menggunakan jenis sikat gigi yang memiliki penutup kepala
sikat, pastikan penutup sikat memiliki lubang ventilasi udara.
Dengan demikian proses tumbuhnya bakteri akibat tingkat
kelembaban yang tinggi di kepala sikat dapat terhindari.
b) Cara sikat gigi
Vertikal dari arah gusi ke ujung gigi. Untuk rahang atas dari atas
ke bawah. Untuk rahang bawah ke atas. Bagian luar, dalam dan
permukaan gigi yang untuk mengunyah disikat dengan teliti, tidak usah
terlalu keras, tapi mantap. Gusi harus tersikat agar sisa-sisa makanan
lunak yang ada di leher gigi hilang dan juga kita secara tidak sadar
melakukan massage (pijatan) pada gusi, sehingga gusi sehat, kenyal dan
tidak mudah berdarah. Dan lagi kita mencegah terjadinya karang gigi.
Berikut ini adalah sekilas tata cara menyikat gigi yang dianjurkan
(Gambar 1):
(1) Letakkan posisi sikat 45 derajat terhadap gusi.
(2) Gerakan sikat dari arah gusi kebawah untuk gigi rahang atas (seperti
mencungkil).
(3) Gerakan sikat dari arah gusi ke atas untuk gigi rahang bawah.
(4) Sikat seluruh permukaan yang menghadap bibir dan pipi serta
permukaan dalam dan luar gigi dengan cara tersebut.
(5) Sikat permukaan kunyah gigi dari arah belakang ke depan.
Dalam prosedur menyikat gigi dilakukan gerakan vertikal atau
gerakan menyikat keatas kebawah karena tujuan menyikat gigi adalah
mengangkat sisa makanan yang biasanya menumpuk di leher gusi,
gerakan horisontal selain tidak mengangkat sisa makanan yang terletak
di sela-sela gigi, juga akan menyebabkan perlekatan papila gusi (gusi
yang terletak di antar gigi-gigi) lama-lama lepas sehingga akar gigi
lama-lama terbuka hal ini lama kelamaan dapat menyebabkan rasa linu
meski gigi masih sehat, tetapi tidak bertahan lama sampai tua akibat
resopsi tulang alveolar.
c) Frekuensi sikat gigi
Frekuensi sikat gigi minimal dua kali sehari, pagi dan malam.
Yang paling penting malam hari sebelum tidur. Biasakan menyikat gigi
sebelum tidur. Pada saat seseorang sedang tidur, produksi air liur
menurun, sehingga alirannya pun jauh berkurang. Padahal air liur
memiliki efek self-cleansing, yaitu berfungsi untuk membilas plak yang
melekat di gigi. Tidur malam bisa memakan waktu hingga 8 jam. Pada
rentang waktu selama itu, plak mengalami maturasi, di mana jumlah
bakterinya lebih banyak. Pada waktu itulah gigi rentan terhadap proses
karies atau gigi berlubang. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk
menyikat gigi sebelum tidur guna menekan resiko timbulnya gangguan
kesehatan oral. Tentu saja sebaiknya sikat gigi dengan odol yang
mengandung fluor yang dapat menguatkan email.
Batas pemakaian sebuah sikat gigi adalah 3 bulan, jika
digunakan lebih dari tempo yang ditentukan, maka berpotensi untuk
melukai gusi ketika proses penyikatan berlangsung. Hindari pula
meminjamkan atau meminjam sikat gigi orang lain demi menghindari
terjadinya infeksi akibat kuman dan bakteri yang terbawa. Menggosok
gigi secara benar dan teratur dua kali sehari dapat mengurangi resiko
terjadinya kerusakan gigi.
2) Kumur-Kumur Antiseptik (Oral Rinse)
Terdapat berbagai bahan aktif yang sering digunakan sebagai
kumur-kumur. Yang dijual bebas umumnya berasal dari minyak tumbuh-
tumbuhan seperti metal salisilat (seperti pada produk Listerine),
sedangkan yang perlu diresepkan dokter adalah chlorhexidine 0.20 %
(seperti pada produk minosep) dan H
2
O
2
1.5 % atau 3.0 %. Kumur-kumur
yang lebih murah dan cukup efektif adalah dengan air garam hangat.
Sebenarnya kumur-kumur lebih diperlukan pada penyakit-penyakit
gusi dan periodontal sedangkan dalam penggunaan sehari-hari tidak
terbukti dalam mencegah karies, apalagi jika penggunaannya tidak diawali
dengan sikat gigi. Jadi penting untuk diketahui bahwa kumur-kumur
bukanlah pengganti sikat gigi dan sikat gigi masih menjadi upaya
pencegahan terpenting dari penyakit-penyakit gigi, khususnya karies.
Bahkan jika kumur-kumur terlalu sering digunakan akan menyebabkan
flora normal mulut akan mati dan merangsang pertumbuhan candida serta
juga membuat mulut menjadi kering seperti terbakar.
3) Dental Floss Atau Benang Gigi
Akhir-akhir ini cara ini mulai banyak diperkenalkan, dan cukup
ampuh untuk membersihkan sela-sela gigi. Tapi teknik harus dimengerti
dengan tepat karena jika tidak, tujuan yang seharusnya mencegah penyakit
periodontal, yang terjadi malah melukai gusi dan membuat radang.
4) Pembersih Lidah
Juga mulai banyak digunakan, baik untuk membersihkan dorsum
lingual yang seringkali luput kita bersihkan saat sikat gigi. Tumpukan
debris di dorsum lidah penuh dengan kuman-kuman oportunis serta
candida yang bermukim sebagai flora normal maupun transient.
5) Kontrol rutin ke dokter gigi.
Mungkin setelah melakukan upaya-upaya menjaga kesehatan gigi
dan mulut yang baik dan benar kita beranggapan kontrol ke dokter gigi
tidaklah penting, namun kontrol ke dokter gigi secara teratur diperlukan
sebagai salah satu upaya preventif, karena merekalah ahlinya dan
terkadang kita sendiri seringkali luput mengamati perubahan pada gigi dan
gusi yang masih kecil.
Untuk yang memang tidak mempunyai masalah mulut maupun gigi
sebaiknya dilakukan kontrol 6 bulan sekali, agar pertumbuhan gigi molar
3 dapat terkontrol dan tumbuh dengan normal. Namun apabila telah
ditemukan adanya permasalahan seperti penyakit jaringan mulut dan gigi
sebaiknya dilakukan kontrol 3 bulan sekali. Apalagi jika terdapat
permasalahan pada pertumbuhan gigi geraham bungsu (tidak normal)
maka sebaiknya segera ditangani agar tidak menimbulkan efek samping
pada organ tubuh lain.
6) Pola makan
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pola diartikan sebagai suatu
sistem, cara kerja atau usaha untuk melakukan sesuatu (Depdiknas, 2001).
Dengan demikian, pola makan yang sehat dapat diartikan sebagai suatu
cara atau usaha untuk melakukan kegiatan makan secara sehat. Pola
makan sehari-hari merupakan pola makan seseorang yang berhubungan
dengan kebiasaan makan setiap harinya.
Pola makan adalah perilaku manusia dalam memenuhi
kebutuhannya akan makanan yang meliputi sikap, kepercayaan, jenis
makanan, frekuensi, cara pengolahan, dan pemilihan makanan
(http://oursani.com/ index.php/Terbaru/ Menciptakan-Pola-Makan-Sehat-
Anak.html).
Pola makanan adalah jumlah macam makanan dan jenis serta
banyaknya bahan makanan dalam pola pangan di suatu negara atau daerah
tertentu, biasanya berkembang dari pangan setempat atau dari pangan
yang telah ditanam ditempat tersebut untuk jangka waktu yang panjang
(Suhardjo, 2003).
Kadang sebagian dari kita selalu saja mencari kambing hitam pada
permasalahan gigi, seperti halnya coklat, coklat dianggap merusak gigi,
namun kandungan nutrisi dan efek coklat untuk tubuh sangatlah penting.
Sebenarnya tidak ada makanan yang perlu dijauhi untuk mendapatkan gigi
dan mulut yang sehat. Semua itu kembali pada proses dan waktu, yang
menjadi masalah dalam hal ini adalah sisa-sisa makan yang masih
menempel pada gigi. Sisa makanan yang menempel pada gigi akan
bereaksi dengan penghuni mulut kita (enzim, saliva, bakteri, kuman, asam,
basa, dan lain-lain). Reaksi yang terjadi adalah penguraian sisa makanan
yang nantinya dapat menyebabkan karies/gigi berlubang, selain itu
masalah yang ditimbulkan adalah bau mulut.
Proses terjadinya penguraian makanan atau pembusukan itu
memerlukan waktu, jadi sebaiknya kita memotong proses tersebut dengan
menggosok gigi dengan teratur. Apabila kita dapat memotong proses
tersebut dengan rutin menggosok gigi masalah gigi dan mulut akan
berkurang bahkan hilang.
Waktu yang tepat adalah setelah kita sarapan pagi (pada saat ini
kita sudah memotong proses dan mengilangkan sisa makan seperti yang
telah dijelaskan diatas) dan pada malam hari sebelum tidur. Karena setelah
makan malam masih ada rentan waktu sampai kita tidur rentan waktu
tersebut kadang kira makan lagi atau ngemil, dan bagi perokok kadang
merokok dulu sampai menjelang tidur nah kalau kita menggosok gigi
setelah makan malam dan akhirnya makan lagi walaupun sedikit, sama
saja kita tidak menggosok gigi. Untuk itu lebih baik menggosok gigi pada
malam hari sebelum tidur. karen pada saat mulut tidak beraktifitaslah
terjadi proses penguraian makanan/ pembusukan makanan dalam mulut
yang nantinya akan menyebabkan karang gigi dan karies.
Selain itu, proses cara makan juga mempengaruhi kesehatan gigi
dan mulut, seperti makan atau minum panas dan dingin secara bersamaan
atau dalam rentan waktu yang singkat. Contoh: seseorang memesan
makanan yang panas dan memesan es juga. Porsi makanan seperti itu
dapat menyebabkan kerusakan pada gigi, sebaiknya makan makanan
panas dan air putih saja dulu setelah beberapa lama baru mengkonsumsi
es.
Sempitnya ruang erupsi gigi bungsu, menurut drg. Danardono,
terjadi karena pertumbuhan rahangnya kurang sempurna. Hal ini bisa
karena perubahan pola makan. Manusia sekarang cenderung menyantap
makanan lunak, sehingga kurang merangsang pertumbuhan tulang rahang
(Martariwansyah, 2007).
Makanan lunak yang mudah ditelan menjadikan rahang tak aktif
mengunyah. Sedangkan makanan banyak serat perlu kekuatan rahang
untuk mengunyah lebih lama. Proses pengunyahan lebih lama justru
menjadikan rahang berkembang lebih baik. Seperti diketahui, sendi-sendi
di ujung rahang merupakan titik tumbuh atau berkembangnya rahang.
Kalau proses mengunyah kurang, sendi-sendi itu pun kurang aktif,
sehingga rahang tidak berkembang semestinya. Rahang yang harusnya
cukup untuk menampung 32 gigi menjadi sempit. Akibatnya, gigi bungsu
yang selalu tumbuh terakhir itu tidak kebagian tempat untuk tumbuh
normal. Ada yang tumbuh dengan posisi miring, atau bahkan "tidur" di
dalam karena tidak ada tempat untuk nongol (Martariwansyah, 2007).
Makanan kaya serat seperti sayuran dan buah sangat dianjurkan
dikonsumsi karena untuk melatih gusi dan gigi. Seperti bayam, brokoli,
wortel, labusiam, jagung, kangkung buncis dan lain-lain. Sumber serat
yang baik adalah sereal sarapan pagi, roti gandum, buah dan sayuran,
remah dan kacang-kacangan. Seorang pria butuh sekitar 18-30 gms per
serat satu harinya. Selain itu, jenis makanan keras dan padat bersumber
dari daging-dagingan dan buah-buahan, seperti apel, jambu, bengkuang,
timun, dan sejenisnya. Selain melatih kekerasan gigi, dengan menggigit
buah keras, permukaan gigi juga dibersihkan. Dampak menguntungkan
berikutnya, ketebalan gusi menipis sehingga gigi geraham bungsu pun
akan terangsang untuk cepat tumbuh keluar (Martariwansyah, 2007).
Maka, untuk mendukung perkembangan rahang, sebaiknya sering-
sering mengkonsumsi makanan berserat dan makanan yang keras supaya
gigi jadi lebih aktif menggigit, memotong, dan mengunyah. Agar proses
mengunyah menjadi lebih optimal para dokter gigi menyarankan untuk
mengunyah makanan sebanyak 10 kali setiap kali menyuap. Rahang pun
menjadi makin aktif dan diharapkan akan tumbuh normal. Dampaknya,
pertumbuhan gigi pun bisa lebih bagus. Tapi jangan lupa, periksakan gigi
secara rutin untuk memantau kesehatan gigi (Martariwansyah, 2007).
Menurut Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan
Medik (2004) cara perawatan gigi yang patut dilakukan cukup sederhana,
diantaranya:
a) Sikat gigi sesudah sarapan, dan sebelum tidur malam.
b) Gunakan sikat gigi yang berbulu halus dan pasta gigi berflour.
c) Sikat seluruh permukaan gigi selama 2 menit, dan berkumur cukup 1
kali.
d) Kurangi makan makanan yang bergula dan lengket (tidak lebih dari 2
kali diantara waktu makan).
e) Makan buah buahan berserat sebagai pencuci mulut.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan gigi
1) Usia
Menurut drg. Irene (2009), pada anak-anak faktor pengawasan orang tua
sangat penting terutama pada masa-masa:
a) Balita
Harus lebih diperhatikan cara menyikat gigi, kalau perlu si-ibulah yang
menyikat gigi anak. Hilangkan kebiasaan jelek seperti mengisap
jempol, dan lain-lain.
b) Anak-anak
Pada masa pergantian gigi susu, sering diperiksa apa gigi
permanen sudah tumbuh. Mungkin gigi susu belum goyang, kalau
terlambat dicabut, gigi jadi ganda atau tidak rata. Pada orang dewasa,
faktor disiplin, keturunan, ras, gizi dan kebiasaan sangat
mempengaruhi kesehatan gigi (Warta Mikael, 2009).
2) Pengetahuan
Pengetahuan, yaitu merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu
(Notoatmodjo, 2003).
Menurut SKRT 2001, sebanyak 61,5% penduduk menyikat gigi
tidak sesuai anjuran. Dan sebanyak 16,6% penduduk tidak sikat gigi.
Banyak faktor penyebab orang tidak menyikat gigi, salah satunya adalah
karena ketidaktahuan mengenai manfaat menyikat gigi
(http://shluffmuffins.blogspot.com/2008/06/karya-tulis-perawa tan-gigi-
pada-remaja.html).
Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, didukung gusi yang
kencang dan berwarna merah muda. Pada keadaan normal, gigi yang sehat
tidak tercium bau yang tidak sedap. Keadaan sehat ini hanya dapat dicapai
dengan perawatan yang tepat. Namun karena berbagai faktor misalnya
biaya dokter gigi yang relatif mahal daripada dokter umum sehingga
kesehatan gigi seringkali tidak menjadi prioritas. Kita kadang hanya pergi
ke dokter gigi kalau keadaan gigi sudah parah dan rasa sakit tidak
tertahankan lagi. Namun karena berbagai faktor misalnya biaya dokter gigi
yang relatif mahal daripada dokter umum sehingga kesehatan gigi
seringkali tidak menjadi prioritas. Kita kadang hanya pergi ke dokter gigi
kalau keadaan gigi sudah parah dan rasa sakit tidak tertahankan lagi.
Namun tidak hanya itu, gigi yang sehat juga akan memancarkan energi
positif sehingga si pemiliknya menjadi sangat menarik. Gigi yang tidak
terawat sehingga terkena infeksi dapat menimbulkan penyakit yang
lainnya, seperti: penyakit jantung dan pembuluh darah, paru, gula, stroke,
kanker, sisa makanan yang masih ada di gigi menyebabkan aktivitas
bakteri berlebihan sehingga mulut mengeluarkan bau yang kurang sedap.
Gigi juga berfungsi sebagai keindahan. Gigi adalah komponen lain dari
kecantikan selain kulit tubuh, kulit wajah, mata, bibir, dan lain-lain. Oleh
karena itu, setiap orang ingin punya senyum memikat dengan gigi yang
sehat (http://shluffmuffins.blogspot.com/2008/ 06/karya-tulis-perawatan-
gigi-pada-remaja.html).
Khusus untuk anak-anak, perawatan gigi sebaiknya dilakukan
sejak bayi memiliki gigi susu. Biasakan mengunjungi dokter sebelum
terlambat. Orang mungkin menyarankan enam bulan sekali. Namun
sejatinya pemeriksaan gigi dan gusi itu idealnya tergantung kondisi
individu, dengan memperhatikan faktor risiko. Makin tinggi faktor risiko
akan gangguan gigi dan gusi, harus makin sering memeriksakan diri ke
dokter. (http://shluffmuffins.blogspot.com/2008/06/karya-tulis-perawatan-
gigi-pada-remaja.html)
d. Pencegahan penyakit gigi
Pencegahan penyakit gigi sangat mudah dan dapat dilakukan dengan
cara:
1) Memelihara kebersihan mulut (menghilangkan plak dan bakteri)
2) Memperkuat gigi (dengan flour)
3) Mengurangi konsumsi makanan manis dan lengket
4) Membiasakan konsumsi makanan berserat dan menyehatkan gigi (Depkes
RI, 2004).
e. Uraian tugas perawat gigi
1) Melaksanakan dan memberikan upaya pelayanan asuhan keperawatan
gigi dengan penuh tanggung jawab sesuai kompetensi dan
kewenangannya.
2) Melaksanakan pelayanan keperawatan gigi sesuai standar prosedur
operasional, tata kerja yang telah ditetapkan.
3) Membuatkan catatan-catatan yang perlu dalam rekam medik gigi secara
baik dan lengkap serta dapat dipertanggung jawabkan.
4) Melaksanakan upaya pelayanan asuhan keperawatan gigi sesuai standar
profesi dan mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5) Melaksanakan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan gigi.
6) Melaksanakan dan menjaga keselamatan klinik pelayanan kesehatan gigi,
meliputi keamanan dan kebersihan alat dan ruangan serta pencegahan
pencemaran lingkungan. (Depkes RI, 2007)
2. Gigi Molar 3
a. Pengertian gigi molar 3
Gigi bungsu/ wisdom teeth/ geraham ketiga/ gigi M3 (molar 3) yaitu
gigi geraham yang tumbuhnya paling akhir (KBBI, 2001). Gigi bungsu/
wisdom teeth/ geraham ketiga/ gigi M3 (molar 3) yaitu gigi geraham paling
belakang yang tumbuhnya paling belakangan dan biasanya tumbuh di sekitar
umur 18 -25 tahun (Pontianak Post Online, 2008). Geraham ketiga atau
geraham bungsu adalah gigi geraham keempat yang terakhir tumbuh dan
tumbuh antara umur 16-25 tahun (Depkes RI, 2004). Molar ketiga tumbuh
pada usia 17 sampai 25 tahun (dr. Suraj Gupte, 2004). Namun menurut Drg
Djoko Micni,SpBM,FICOI dan Drg Yeanne Rosseno, gigi geraham bungsu
erupsi atau tumbuh terakhir yaitu antara umur 17-21 tahun
(http://www.dentiadental.com/articles/gigi-geraham-bungsu-perlukah-
dicabut/).
Disebut Molar 3 karena ia tumbuh paling akhir dibanding 2 gigi molar
di depannya. Gigi ini berjumlah 4 buah, di atas kanan belakang, atas kiri
belakang, bawah kanan belakang, bawah kiri belakang. Sama halnya dengan
gigi geraham depan maupun gigi premolar, gigi bungsu ini berguna untuk
melumat makanan sebelum ditelan
(http://soniawibisono.kompasiana.com/2009/03/01/perihal-tumbuhnya- gigi -
geraham/).
Gambar 2.
Gigi Geraham Bungsu (M3)
b. Pertumbuhan gigi molar 3
Pada beberapa orang gigi geraham bungsu ini tidak tumbuh. Kadang-
kadang gigi ini sebagian terbenam di tulang rahang dan sebagian terlihat
tumbuh atau sama sekali tidak tumbuh. Apabila tidak cukup tempat, maka
molar 3 hanya dapat tumbuh sebagian dan karena posisi atau tempatnya agak
susah dijangkau untuk dibersihkan dengan sikat gigi maka daerah tersebut
cenderung untuk infeksi (Depkes RI, 2004)
Sepanjang masa hidup seseorang, perubahan fisiologi mempengaruhi
kondisi dan penampilan struktur dalam rongga mulut. Perubahan
perkembangan fisiologi mulut pada usia dewasa muda dapat terlihat dari
munculnya gigi geraham bungsu. Untuk itu diperlukan praktik higiene mulut
dan nutrisi yang baik sehingga di masa yang akan datang dapat terhindar dari
berbagai masalah pada gigi (http://senyumsehat.
wordpress.com/2007/05/06/gigi-bungsu-yang-bikin-puyeng/).
Pertumbuhan atau kemunculan gigi bungsu yang dalam dunia
kedokteran gigi sering disebut dengan dens molaris inferior tertius atau molar
ketiga ini memang kerap memberikan rasa sakit yang sangat menggangu
aktifitas kita. Seperti yang telah dijelaskan diatas, gigi bungsu/ geraham
bungsu/ gigi M3/ wisdom teeth adalah gigi geraham ketiga yang muncul pada
usia sekitar 18-20 tahun (http://senyumsehat.wordpress.com/ 2007/05/06/gigi-
bungsu-yang-bikin-puyeng/). Gigi ini disebut normal, artinya gigi tumbuh
pada tempatnya dan dengan arah yang sama seperti gigi-gigi lainnya.
Tumbuhnya memang akan membuat kita merasa ngilu karena membongkar
tulang rahang (http://www.gkisuryautama.org/artikel. php?id=54& kateg...).
Gambar 3.
Pertumbuhan Normal M3
Tidak semua gigi geraham bungsu ini tumbuh dengan normal,
Biasanya gigi bungsu di rahang bawah yang sering kali tidak normal
pertumbuhannya. Gigi ini sering menimbulkan masalah karena mulai erupsi di
saat pertumbuhan rahang kita sudah berhenti sehingga tidak mendapat cukup
ruangan untuk erupsi. Dengan demikian gigi ini tumbuh tidak sempurna
dengan posisi yang tidak tepat atau impaksi.
Gigi bungsu yang tumbuhnya tidak normal, artinya gigi itu tumbuh
dengan posisi dan arah yang salah atau tumbuh tidak sempurna, gigi yang
hanya tumbuh setengah, miring, atau bahkan tidak terlihat karena terejepit gigi
geraham di sebelahnya
(http://jarvisafitridrg.multiply.com/journal/item/11/pencabutan_gigi_
bungsu_odontektomi_apa_sich).
Gigi yang tumbuh dalam posisi demikian, bisa menjadi sarang
penyakit, karena gigi yang bertumpuk-tumpuk menyebabkan bagian-bagian
tertentu dapat menyulitkan proses menyikat gigi. Sehingga sisa-sisa makanan
yang masih menempel pada gigi menimbulkan bakteri dan kuman terus
berkembang. Jika dibiarkan dapat menimbulkan infeksi, merusak gigi
sebelahnya, serta membuat gusi bengkak dan gigi jadi berlubang, dan makin
lama akan terbentuk kista atau tumor
(http://jarvisafitridrg.multiply.com/journal/item/11/pencabutan_gigi_
bungsu_odontektomi_apa_sich).
c. Penyebab molar 3 tidak normal
Jenis makanan yang makin lama makin mudah dicerna menyebabkan
ukuran rahang manusia modern makin mengecil bila dibandingkan nenek
moyangnya. Pada jaman purba, manusia mengkonsumsi daging mentah tanpa
diolah terlebih dahulu, sehingga makanan harus dikunyah dalam waktu lama
supaya dapat ditelan. Proses pengunyahan yang panjang ini akan memacu
pertumbuhan rahang. Makin modern manusia, jenis makananpun semakin
mudah dicerna. Saat ini hampir tidak ada orang yang mengunyah makanannya
sampai 32 kali seperti yang dinasehatkan orangtua jaman dulu. Sehingga
rahang manusia jaman modern makin kecil ukurannya, sementara jumlah gigi
tidak berkurang. Hal tersebut mengakibatkan ruangan di dalam mulut tidak
cukup menampung 32 gigi untuk tumbuh dengan normal
(www.gkisuryautama.org/artikel.php?id=54&kateg...).
Ruangan yang tidak cukup akan menyulitkan pertumbuhan gigi
bungsu. Jika benih gigi susu sudah ada, secara alamiah dia akan berusaha
untuk tumbuh terus hingga mencapai kontak dengan gigi antagonisnya. Di
sinilah masalah dimulai. M3 akan tetap keluar meskipun tempat tidak ada.
Kemudian dampak yang ditimbulkan tidak hanya akan menimpa gigi di
sebelahnya, tapi juga seluruh rongga mulut, bahkan leher, telinga dan bagian
kepala lainnya (www.gkisuryautama.org/artikel.php?id=54&kateg...).
Ruangan yang tidak memadai ini akan menyebabkan M3 mencari
tempat yang menurutnya paling sesuai. Sesuai bagi M3, belum tentu sesuai
bagi gigi lainnya. Secara umum, posisi yang paling sering diambil oleh M3
adalah posisi miring atau bahkan tidur ke arah gigi di depannya. Dengan
posisi seperti ini, M3 akan terus tumbuh dengan arah yang sama. Selama
belum mencapai kontak dengan gigi antagonisnya, dia akan terus tumbuh,
apapun yang menghalanginya. Tekanan yang diterima oleh gigi di sebelahnya
maupun tulang di sekitarnya akan menyebabkan rasa sakit yang tidak jelas
lokasinya atau sakit kepala sebelah (migren). Selain itu, kadang-kadang
menimbulkan bunyi berdenging di telinga yang berkepanjangan. Tekanan
terus menerus dapat juga menyebabkan "termakannya" struktur gigi di
sebelahnya, atau patahnya tulang rahang (www.gkisuryautama.org/
artikel.php?id=54&kateg...).
Bila dalam posisi miringnya gigi bungsu berhasil tumbuh menembus
gusi, bentuk mahkotanya yang bergerigi menyebabkan terbentuknya daerah
retensi makanan yang sulit dibersihkan. Akibatnya tentu saja bau mulut, juga
pembentukan karies. Bila keadaan ini dibiarkan, lama kelamaan gigi di
depannya akan berlubang besar. Kadang-kadang M3 mengambil posisi di luar
garis gigitan, misalnya tumbuh terlalu ke arah pipi. Akibatnya pipi bagian
dalam akan sering terbentur olehnya dan menjadi luka. Demikian juga kalau
tumbuh ke arah lidah, tepi tajam gigi akan melukai lidah
(www.gkisuryautama.org/artikel.php?id=54&kateg...).
Hal tersebut dapat terjadi disebabkan karena gigi mengalami impaksi.
Ada sejumlah faktor yang menyebabkan gigi mengalami impaksi. Karena
jaringan sekitarnya yang terlalu padat, adanya retensi gigi susu yang
berlebihan, tanggalnya gigi susu terlalu awal. Bisa juga karena tidak adanya
tempat untuk erupsi. Rahang "kesempitan" gara-gara pertumbuhan tulang
rahang kurang sempurna (Martariwansyah, 2006).
Masalah-masalah yang ditimbulkan akibat gigi impaksi tidak dapat
disepelekan walaupun gigi bungsu terus dibiarkan tumbuh dalam keadaan
ruang yang sempit maka dipastikan ia akan mendesak gigi-gigi geraham
didepannya, sehingga gigi tersebut akan terdorong dan mengakibatkan timbul
rasa sakit, dapat terlokalisir atau bahkan sampai menyebar ke kepala dan lain-
lain. Dalam kondisi lain, daerah sekitar gigi impaksi akan menjadi sulit untuk
dibersihkan. Hal ini memungkinkan akumulasi plak yang dapat memicu karies
gigi, kelainan penyakit periodontal, infeksi kambuhan bahkan tidak heran jika
sampai mengakibatkan terbentuknya kista penyebab fraktur rahang.
(Martariwansyah, 2006)
Gambar 4.
Macam Pertumbuhan M3 tidak normal
Impaksi gigi (Impacted teeth) adalah gigi yang mengalami
kesukaran/kegagalan bertumbuh normal pada lengkung rahang, yang
disebabkan oleh posisi yang salah, kekurangan tempat atau dihalang-halangi
oleh gigi lain, tertutup tulang yang tebal dan atau jaringan lunak disekitarnya.
Adapun istilah-istilah yang mengggambarkan kondisi gigi mengalami
impaksi, yaitu :
1) Malposed : gigi erupsi tidak pada tempatnya.
2) Unerupted : gigi yang tidak erupsi pada waktunya.
3) Eruptiodificilis: gigi yang impaksi disertai dengan keradangan
disekitarnya.
4) Impacteed teeth: retained teeth : gigi yang terletak salah satu termasuk
yang tidak erupsi, baik erupsi sebagian maupun total.
Masalah yang biasanya timbul pada gigi bungsu, adalah :
1) Gigi yang berdesakan
Karena gigi bungsu tumbuh paling akhir, terkadang rahang tidak memiliki
tempat yang cukup untuk gigi bungsu tumbuh dengan wajar. Akibatnya
gigi bungsu mendesak gigi geraham yang berada di depannya. Hal ini
akan mengakibatkan sakit pada gigi. Masalah ini umumnya diatasi dengan
mencabut gigi bungsu yang baru tumbuh. Bila gigi bungsu menempati
posisi yang sulit untuk dicabut, yang dicabut adalah gigi geraham yang
terdesak sehingga gigi bungsu mendapat tempat yang cukup untuk
tumbuh.
2) Gigi yang tidak muncul sempurna pada gusi
Terkadang gigi bungsu tidak muncul dengan sempurna pada gusi. Gusi
yang menutupi gigi dapat menyebabkan penumpukan sisa makanan dan
bakteri yang dapat menyebabkan infeksi dan sakit pada gigi. Gigi ini
sering menimbulkan masalah karena mulai erupsi di saat pertumbuhan
rahang kita sudah berhenti sehingga tidak mendapat cukup ruangan untuk
erupsi. Dengan demikian gigi ini tumbuh tidak sempurna dengan posisi
yang tidak tepat atau impaksi.
Van der Linden mengklasifikasikan gigi berdesakan berdasarkan
etiologinya, yaitu sebagai berikut:
1) Gigi berdesakan primer. Penyebab hal ini adalah perbedaan ukuran gigi
dan ukuran rahang, terutama dikendalikan oleh faktor genetik,
2) Gigi berdesakan sekunder. Penyebabnya adalah faktor lingkungan,
menurut Barber faktor lingkungan yang dianggap berpengaruh terhadap
berdesakannya gigi adalah tekanan otot yang abnormal, penyimpangan
arah erupsi gigi, kekuatan oklusal karena migrasi gigi ke mesial, dan
kehilangan panjang lengkung gigi karena karies,
3) Gigi berdesakan tersier. Berkembang pada pertengahan atau akhir usia
remaja, yang menunjukkan gigi yang terlambat berdesakan dimana
sebelumnya gigi tersebut tidak mengalami gigi berdesakan atau adanya
relaps dari gigi berdesakan beberapa tahun setelah alat retensi dilepas.
Gigi berdesakan tersier sering diistilahkan lain, seperti postpubertal
crowding, late lower arch crowding, atau crowding postretention. Peneliti lain
mengklasifikasikannya dalam gigi berdesakan sekunder. Gigi molar ketiga
banyak diduga sebagai penyebab dari gigi berdesakan tersier, karena
terjadinya gigi berdesakan ini bersamaan waktunya dengan erupsi gigi molar
ketiga. Secara umum, tulang maksilla dan mandibula terlalu kecil sehingga
tempat untuk M3 sangat kurang atau tidak ada sama sekali.
Insiden gigi yang paling banyak mengalami impaksi :
1) Geraham belakang nomor 3 (M3) atas menurut literatur (orang barat)
2) Geraham belakang nomor 3 (M3) bawah (orang indonesia)
3) Gigi taring atas (C) (wanita bag.kanan)
4) Geraham depan pertama (P1) atas dan bawah
5) Gigi taring (C) bawah
6) Gigi seri pertama (I1) atas
7) Gigi seri kedua (I2) atas.
d. Gejala molar 3 tidak normal
Gejala-gejala yang biasanya timbul bila gigi dalam kondisi seperti itu
(tidak normal) adalah migren, kepala pusing, sakit saat membuka mulut dan
telinga berdengung. Namun gigi geraham bungsu ini dapat saja tidak
menimbulkan sakit saat atau sesudah erupsi sehingga kita sering tidak
menyadari adanya gigi tersebut. Namun setelah timbul gejala-gejala seperti
sakit kepala, telinga berdengung, sakit leher, rematik, kencing manis,
gangguan jantung, gangguan pada kulit, badan cepat lelah atau gejala-gejala
lain pada tubuh yang tidak bisa diobati maka gigi ini mulai dicurigai sebagai
penyebab, sehingga penderita dirujuk ke dokter gigi.
Gigi yang mengalami impaksi (Impacted Teeth) perlu dicabut dengan
operasi untuk mencegah komplikasi yang lebih parah. Namun beberapa
kalangan enggan melakukan tindakan operasi mengingat kekhawatiran akan
efek sampingnya. Gigi bungsu dapat menimbulkan bermacam-macam
masalah baik sistemik (seperti gejala-gejala tersebut di atas) maupun gejala
lokal (atau komplikasi lanjutan), yaitu :
1) Pericoronitis
Posisi gigi yang belum erupsi sempurna akan memudahkan makanan,
debris, bakteri terjebak dibawah gusi yang di bawahnya terdapat gigi
bungsu sehingga menyebabkan infeksi pada gusi yang disebut
pericoronitis. Jika tidak segera ditangani, infeksi tersebut akan akan
menyebar ke tenggorokan atau leher (Http://www.dentiadental.com/
articles/gigi-geraham-bungsu-perlu kah-dicabut/)
2) Periodontitis
Periodontitis merupakan peradangan jaringan sekitar gigi. Dan biasanya
peradangan ini mengenai jaringan ikat penyangga akar gigi.
3) Resorpsi patologis
Tekanan mahkota gigi bungsu yang erupsi pada permukaan akar geraham
depannya dapat menyebabkan resorpsi patologis. Misalnya, hilangnya
lapisan semen gigi. Bahkan bisa menimbulkan kematian gigi molar kedua.
4) Kelainan neurologis
5) Rasa sakit idiopatik
Rasa sakit idiopatik merupakan rasa sakit gigi bungsu atau rasa sakit yang
menyebar ke bagian leher dan kepala. Kadang-kadang pasien mengeluh
sakit meski secara klinis dan rontgen tak ada yang tidak normal. Kecuali
adanya gigi impaksi tertanam dalam sekali.
6) Fraktur mandibula (rahang)
Gigi bungsu impaksi juga dapat melemahkan bagian belakang rahang
bawah. Bila terjadi trauma pada bagian wajah, maka pada sisi itu sering
terjadi fraktur (retak) tulang rahang.
7) Crowding gigi / gigi berjejal
Gigi berdesakan karena ditekan gigi bungsu ke arah depan. Dengan kata
lain, gigi impaksi dapat mendorong gigi-gigi lain didepannya sehingga
bergerak dan berubah posisi. (Http://www.dentiadental. com/articles/gigi-
geraham-bungsu-perlukah-dicabut/)
8) Gigi berlubang
Apabila gigi bungsu ini tumbuh tidak sempurna maka akan
memungkinkan sisa makanan terselip diantaranya. Pasalnya pertumbuhan
gigi yang seperti ini membutuhkan perawatan intensif setelah makan
sehingga sisa-sisa makanan tidak terlalu lama menempel pada gigi dan
dapat terhindar dari masalah gigi berlubang
9) Merusak gigi depannya
Tidak hanya gigi impaksinya saja yang berlubang, tetapi gigi depannya
juga berlubang karena sulit dibersihkan.
10) Infeksi pada tulang sekitarnya
Impaksi gigi bungsu kadang-kadang tampak pada waktu dilakukan
pemeriksaan rontgen rutin seputar daerah tidak bergigi pada rahang
bawah. Penekanan selaput lendir antara mahkota geraham bungsu dan
protesa menyebabkan rasa sakit. Tekanan pada gusi yang menutupi
menyebabkan kematian sel dan dapat menimbulkan penyebaran infeksi.
11) Kista
Para ahli mengatakan bahwa 50 % kasus kista berhubungan dengan gigi
geraham impaksi pada rahang bawah. Mahkota gigi impaksi tumbuh
dalam suatu selaput. Jika selaput tersebut menetap dalam tulang rahang,
dapat terisi oleh cairan yang akhirnya membentuk kista yang dapat
merusak tulang, gigi dan saraf (gambar 8). (Http://www.dentiadental.com/
articles/gigi-geraham-bungsu-perlukah-dicabut/)
12) Tumor / Karsinoma.
Tumor pada gigi adalah pembengkakan yang terjadi dalam mulut yang
bukan disebabkan oleh infeksi.
Gambar 5.
Pericoronitis
Gambar 6.
Abses Subkutan
Gambar 7.
Gigi crowding
Gambar 8.
Kista
Gambar 9.
Tumor
Geraham bungsu impaksi juga bertendensi menimbulkan infeksi,
karies pada bagian geraham depannya. Cukup banyak kasus karies pada gigi
molar dua gara-gara gigi bungsu mengalami impaksi. Hal ini terbukti dari
hasil pengamatan Akbar Rahayu (1981) pada penderita yang berobat di
Bagian Bedah Mulut dan Maksilo Fasial Ladokgi TNI AL M.E. Martadinata.
Menurut Akbar, terbentuknya karies dipermudah, terutama kalau erupsinya
sebagian sehingga sisa-sisa makanan sukar dibersihkan.
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan gigi molar tiga
Proses perkembangan gigi tidak merupakan proses yang berdiri
sendiri, tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: genetik, fungsional,
nutrisi, endokrin dan metabolik (Depkes RI, 2006).
1) Keturunan
Sementara, menurut teori Mendel, pertumbuhan rahang dan gigi
dipengaruhi oleh faktor keturunan. Jika salah satu orang tua (ibu)
mempunyai rahang kecil, dan bapak bergigi besar-besar, ada kemungkinan
salah seorang anaknya berahang kecil dan bergigi besar-besar. Akibatnya,
bisa terjadi kekurangan tempat erupsi gigi bungsu, dan terjadilah impaksi.
Dan jika sebaliknya, maka pertumbuhan gigi bungsu akan normal.
Perkawinan campuran antara pria Batak yang berahang dan bergigi
besar dengan wanita Sunda yang berahang dan bergigi kecil, misalnya.
(perkawinan itu) akan menghasilkan perpaduan rahang besar dan gigi
kecil (pada anak keturunannya), hingga jarak gigi menjadi renggang. Atau
sebaliknya, perpaduan rahang kecil dan gigi besar, sehingga gigi
berjejalan, kata Risqa Rina Darwita, Ph.D., pengajar di FKG UI
(http://www.depkes.go.id/popups/
articleswindow.php?id=%20233&print=print)
Menurut Van der Linden Gigi berdesakan primer merupakan
penyebab perbedaan ukuran gigi dan ukuran rahang, terutama
dikendalikan oleh faktor genetik. sehingga mempengaruhi pertumbuhan
gigi molar 3 (http://www.korantempo.com/
korantempo/koran/2009/03/14/Budaya/index.html).
2) Usia
Pada keadaan normal gigi geraham bungsu ini tumbuh pada akhir
masa pertumbuhan yaitu sekitar umur 17 18 tahun, walaupun pada
sebagian orang pertumbuhannya sering terlambat bahkan ketika telah
memasuki usia diatas 30 tahun. (http://rahasiagigisehat.blogspot.com/
2009/07/geraham-3-si-bungsu-yang-suka-berulah.html)
3) Nutrisi
Nutisi mengandung berbagai nutrient yang merupakan bahan bakar
dalam metabolisme tubuh, diantaranya adalah kontraks otot, pertumbuhan
dan pembelahan sel, dan pembuatan sel-sel darah. Pada pertumbuhan dan
perkembangan gigi, nutrisi berpengaruh sejak sebelum masa kehamilan,
kehamilan dan setelah anak lahir (Depkes RI, 2006).
Pengertian Nutrisi Secara konsep, makanan adalah zat-zat yang
dimakan. Makanan juga disebut sebagai zat-zat yang diperlukan oleh
tubuh. Zat-zat makanan yang berfungsi membentuk dan memelihara
jaringan tubuh, memperoleh tenaga, mengatur pekerjaan di dalam tubuh
dan melindungi tubuh terhadap serangan penyakit disebut nutrisi. Esensi
nutrisi untuk membangun tubuh yang sehat, dan lebih penting lagi
mempertahankannya, khususnya pemasukkan gizi yang baik dan
diperlukan (http://forbetterhealth. wordpress.com/2009/01/19/konsep-
makanan-nutrisi/).
Dalam hal ini, nutrisi yang baik untuk gigi banyak ditemukan pada
mineral kandungan zat-zat makanan seperti kalium, natrium, kalsium,
magnesium, besi, tembaga, sulfur, dan fosfor. Dan itu semua dapat ditemukan
pada mineral, yang berperan penting untuk pembentukan sel-sel baru
sehingga sangat diperlukan bagi pertumbuhan bayi dan balita, juga memiliki
peran penting dalam mempertahankan struktur tubuh termasuk rambut, gigi
dan tulang, serta membantu menjaga pergerakan otot, mengatur proses
fisiologis tubuh dan menjaga keseimbangan asam basa.
Pembentukan struktur gigi yang sehat dan sempurna didukung oleh
terpenuhinya zat-zat makanan berupa protein, kalsium, fosfat, dan vitamin
(seperti vitamin C dan vitamin D).
a) Protein
Protein merupakan zat pembangun jaringan tubuh. Pada gigi
protein digunakan untuk pembentukan keratin yang terdapat dalam
email gigi. Protein berasal dari sumber-sumber makanan hewan dan
tumbuhan. Daging, ikan, susu serta produk olahan susu memiliki
kandungan protein sangat tinggi. Buah dan sayuran tertentu juga ada
yang mengandung protein tetapi dalam jumlah yang sedikit. Polong-
polongan, padi-padian, dan kacang-kacangan bisa membantu Anda
memenuhi kebutuhan protein yang dibutuhkan oleh tubuh Anda.
Protein juga berperan dalam perkembangan tubuh yaitu penting bagi
pertumbuhan, pemulihan dan memelihara struktur tubuh. kebutuhan
protein perharinya adalah sekitar 0,8 g/kg berat badan/hari (Maria C.
Linder, 1992).
b) Kalsium
Kalsium adalah bahan penting untuk pembentukan gigi,
terutama pembentukan dentin (bagian tengah gigi) dan email (bagian
luar gigi). Selain itu, kalsium berguna untuk pertumbuhan mahkota
gigi tetap. Asupan kalsium yang kurang pada masa pertumbuhan (bayi
dan anak) dapat mengganggu pertumbuhan gigi. Bisa juga, gigi yang
terbentuk menjadi tidak kokoh atau rapuh. Adapun bahan makanan
yang mengandung sumber kalsium adalah susu, keju, teri kering, udang
kering, kacang kedelai, sayuran berdaun hijau, rumput laut, tahu,
sarden, salmon, almond, dan biji-bijian, telur, ikan teri, ikan pepes yg
dimakan sama tulangnya. Setiap hari, tubuh memerlukan paling tidak
1000 mg kalsium. Sehingga sangatlah penting mengkonsumsi
makanan-makanan tersebut karena didalamnya terdapat banyak
terkandung kalsium yang diperlukan gigi (Daniel M. Laskin, 1985).
Para pakar penelitian mengatakan bahwa air liur mengandung
kalsium yang dapat membentengi email dari kerusakan gigi. Itulah
yang menjadi pertimbangan lain para pakar peneliti menyarankan
untuk banyak mengunyah. Karena semakin banyak mengunyah,
semakin banyak pula air liur yang yang keluar. Dalam 5 mnt
mengunyah, air liur yang tertinggal dimulut jumlahnya ratusan kali
lebih banyak dibandingkan saat diam (tidak mengunyah) sehingga
kesehatan gigi akan lebih terjaga.
c) Magnesium
Magnesium termasuk di dalam kelompok makromineral yang
merupakan komponen dari gigi, berfungsi mencegah kerusakan gigi
dengan cara menahan kalsium di dalam email gigi. Angka kecukupan
yang dianjurkan adalah 4,5 mg/kg BB atau untuk orang dewasa pria
sebanyak 280 mg/hari dan wanita 250 mg/hari. Namun ada pula yang
mengatkan bahwa tubuh memerlukan paling tidak 320 mg magnesium
setiap harinya. Makanan yang mengandung magnesium di antaranya
kacang-kacangan, ikan tuna, bayam, oatmeal, pisang, jeruk atau
stroberi, sayuran hijau, serealia, biji-bijian, daging, dan susu (Daniel
M. Laskin, 1985).
d) Fosfor
Sama halnya seperti kalsium, fosfor juga sangat diperlukan
dalam pembentukan gigi. Zat ini banyak ditemukan pada susu. Asupan
fosfor yang kurang akan mengganggu proses pembentukan gigi. Akibat
asupan fosfor yang kurang pula, gigi akan mudah keropos dan
gampang terkena karies. Angka kecukupan asupan fosfor adalah 200-
250 mg/hari untuk bayi, 250-400 mg/hari untuk anak-anak, sedangkan
remaja dan orang dewasa dianjurkan mengonsumsi 400-500 mg/hari,
dan untuk ibu hamil/menyusui ditambah 200-300 mg/hr. Bahan-bahan
makanan lain yang mengandung fosfor antara lain: susu, keju, ikan teri,
sarden, dan kacang-kacangan (Daniel M. Laskin, 1985).
e) Fluor
Fluor termasuk golongan mikromineral yang berperan dalam
proses mineralisasi dan pengerasan email gigi. Dalam hal ini, fluor
juga merupakan unsur penting dalam pembentukan gigi dan tulang.
Ada beberapa peran fluor dalam gigi, yaitu untuk pembentukan email
gigi, memperkuat struktur gigi hingga membuat gigi lebih tahan
terhadap pengikisan oleh asam. Fluor berperan mengurangi
kemampuan bakteri di gigi membentuk asam. Oleh karena itu,
penggunaan fluor diperlukan untuk mengurangi timbulnya kerusakan
gigi dan mencegah karies. Kandungan fluor banyak terdapat di semua
sumber air, termasuk laut apabila terjadi perubahan warna gigi, itu
merupakan pertanda giginya kekurangan fluor. Kondisi semacam ini
biasanya terjadi di daerah yang airnya mengandung sedikit fluor
(Daniel M. Laskin, 1985).
Pada saat gigi dibentuk, yang pertama kali terbentuk adalah
hidroksiapatit yang terdiri dari kalsium dan fosfor. Tahap berikutnya
adalah fluor akan menggantikan gugus hidroksi (OH) pada kristal
tersebut dan membentuk fluoroapatit yang menjadikan gigi tahan
terhadap kerusakan. Paparan fluor dalam dosis rendah yang terjadi
terus-menerus akan mencegah terjadinya kerusakan atau karies gigi.
Sumber utama dari fluor adalah air minum. Sementara angka
kecukupan yang dianjurkan dan aman adalah 1,5-4 mg/hari.
Fluor yang (tidak sengaja) masuk dan terakumulasi dalam
tubuh, bisa menyebabkan keracunan yang ditandai dengan gejala
pusing, mual, muntah, bahkan kejang-kejang. Untuk penanganan awal,
sebaiknya segera minum susu karena kandungan susu bisa
menghambat dampak lebih jauh dari keracunan fluor. Tentu saja
penanganan selanjutnya adalah segera ke dokter.
f) Vitamin
Vitamin adalah zat yang dalam jumlah kecil diperlukan untuk
kesehatan tubuh. Kekurangan zat ini tentu dapat menghambat
metabolisme, menyebabkan kelelahan, dan masalah kesehatan lainnya.
Defisiensi vitamin tertentu dapat menimbulkan penyakit yang hanya
dapat sembuh dengan pemberian vitamin. Vitamin memiliki fungsi
yang sangat bervariasi dan berperan dalam pertumbuhan, melahirkan
keturunan yang sehat serta menjaga kesehatan. Vitamin sangat penting
dalam metabolisme tubuh, yang memungkinkan tubuh menggunakan
zat nutrisi penting seperti karbohidrat, lemak, protein dan mineral.
Beberapa vitamin dapat juga meningkatkan nafsu makan, membantu
pencernaan dan sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri.
Vitamin sangat penting karena berbagai alasan. Mereka
mempertahankan semuanya, mulai dari sistem kekebalan dan
pencernaan yang sehat sampai kulit yang bagus. Adapun beberapa
vitamin yang menunjang kesehatan gigi, diantaranya :
Vitamin C
Pada area gigi dan mulut, vitamin C berguna untuk membentuk
kolagen, serat, struktur protein. Kolagen dibutuhkan untuk
pembentukan tulang dan gigi dan juga untuk membentuk jaringan
bekas luka. Vitamin C juga meningkatkan ketahanan tubuh terhadap
infeksi dan membantu tubuh menyerap zat besi. Fungsi lain dari
vitamin C adalah: mempengaruhi pembuatan trombosit, mengaktifkan
perombakan lemak dan protein, berperan dalam oksidasi dan dehidrasi
sel. Defisiensi vitamin C dapat menyebabkan pendarahan disekitar
gigi, pendarahan pada gusi, pendarahan di bawah kulit, merendahkan
hipertensi dan menambah permibialitas dinding pembuluh darah,
mudah infeksi pada luka, gusi berdarah, rasa nyeri pada persendian,
dan lain-lain. Jeruk merupakan sumber utama vitamin C. Brokoli,
sayuran berwarna hijau, kol (kobis), melon dan strawberi mengandung
vitamin C bermutu tinggi. Sumber lain juga banyak diperoleh dari
jambu klutuk atau jambu batu, tomat, nanas, sayur segar, dan lain
sebagainya.
Vitamin D
Konsumsi vitamin D bermanfaat untuk menunjang proses metabolisme
dari mineral, terutama kalsium dan fosfor. Vitamin D bekerja pada
mineralisasi tulang dan gigi dengan meningkatkan penyerapan kalsium
dan fosfor di dalam sistem pencernaan. Penyebab kekurangan vitamin
D sama dengan gejala kekurangan kalsium. Pada gigi, penyakit yang
ditimbulkan akibat kekurangan vitamin D adalah gigi akan lebih
mudah rusak. Untuk mencegah hal tersebut, sebaiknya mengkonsumsi
minyak ikan, susu, telur, keju, dan margarine yang diperkaya dengan
vitamin D (Daniel M. Laskin, 1985).
Proses perkembangan gigi tidak merupakan proses yang berdiri
sendiri, tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: genetik, fungsional,
nutrisi, endokrin dan metabolik. Nutrisi mengandung berbagai nutrien
yang merupakan bahan bakar dalam metabolisme tubuh, diantaranya
adalah kontraksi otot, pertumbuhan dan pembelahan sel, dan pembuatan
sel-sel darah. Pada pertumbuhan dan perkembangan gigi, nutrisi
berpengaruh sejak sebelum masa kehamilan, kehamilan dan setelah anak
lahir.
4) Pola Makan
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pola diartikan sebagai suatu
sistem, cara kerja atau usaha untuk melakukan sesuatu (Depdiknas,
2001). Dengan demikian, pola makan yang sehat dapat diartikan sebagai
suatu cara atau usaha untuk melakukan kegiatan makan secara sehat.
Berkaitan dengan pertumbuhan tulang rahang yang berkurang
menurut dr. Danardono, itu karena adanya perubahan pola makan.
Manusia sekarang cenderung menyantap makanan lunak, sehingga
kurang merangsang pertumbuhan rahang. Makanan lunak seperti junk
food, mudah sekali ditelan sehingga menjadikan rahang tidak aktif
mengunyah. Sedangkan makanan banyak serat perlu kekuatan rahang
untuk mengunyah lebih lama. Proses pengunyahan lebih lama justru akan
merangsang fungsi kerja otot lebih maksimal sehingga menjadikan
rahang berkembang lebih baik. Seperti diketahui sendi-sendi di ujung
rahang merupakan titik tumbuh atau berkembangnya rahang. Kalau
proses mengunyah kurang, sendi-sendi itu pun kurang aktif, sehingga
rahang tidak berkembang dengan semestinya. Rahang yang harusnya
menampung 32 gigi menjadi sempit. Akibatnya, gig bungsu yang selalu
tumbuh terakhir itu tidak kebagian tempat untuk tumbuh normal. Ada
yang tumbuh dengan posisi miring, atau bahkan tidur didalam karena
ada tempat untuk nongol (Martariwansyah, 2006).
Maka untuk mendukung perkembangan rahang, sebaiknya sering-
sering mengkonsumsi makanan berserat supaya gigi jadi lebih aktif
menggigit, memotong, dan mengunyah. Rahang pun menjadi makin aktif
dan diharapkan akan tumbuh normal. Dampaknya, pertumbuhan gigi pun
bisa lebih bagus. Tapi jangan lupa, periksakan gigi secara rutin untuk
memantau kesehatan gigi (Martariwansyah, 2006).
Makanan kaya serat seperti sayuran dan buah sangat dianjurkan
dikonsumsi karena untuk melatih gusi dan gigi. Seperti bayam, brokoli,
wortel, labusiam, jagung, kangkung buncis dll. Sumber serat yang baik
adalah sereal sarapan pagi, roti gandum, buah dan sayuran, remah dan
kacang-kacangan. Seorang pria butuh sekitar 18-30 gms per serat satu
harinya. Selain itu, jenis makanan keras dan padat bersumber dari daging-
dagingan dan buah-buahan, seperti apel, jambu, bengkuang, timun, dan
sejenisnya. Selain melatih kekerasan gigi, dengan menggigit buah keras,
permukaan gigi juga dibersihkan. Dampak menguntungkan berikutnya,
ketebalan gusi menipis sehingga gigi geraham bungsu pun akan
terangsang untuk cepat tumbuh keluar (Martariwansyah, 2006).
Agar proses mengunyah menjadi lebih optimal para dokter gigi
menyarankan untuk mengunyah makanan sebanyak 10 kali setiap kali
menyuap. Rahang pun menjadi makin aktif dan diharapkan akan tumbuh
normal (Martariwansyah, 2006).
f. Penanganan
Kalsifikasi gigi geraham bungsu terjadi mulai umur 9 tahun dan
mahkota gigi selesai terbentuk umur 12-15 tahun. Jadi gigi geraham bungsu
sudah dapat dilihat melalui rontgen pada umur 12-15 tahun walaupun gigi
tersebut belum tumbuh (Gambar 10).
Gambar 10.
Rontgen Pasien
Dengan demikian pencabutan gigi geraham bungsu yang impaksi
dapat dilakukan antara umur 12-18 tahun atau setelah gigi molar / geraham
kedua tumbuh. Tentu saja persiapannya dilakukan rontgen foto sebelum
dilakukan pencabutan. Pencabutan gigi geraham bungsu pada usia 12-18
tahun dikenal dengan pencabutan preventif dan ini sangat dianjurkan
mengingat pada usia tersebut akar gigi masih pendek sehingga memudahkan
operasi dan mempercepat waktu penyembuhan dan menghindari terkenanya
saraf pada rahang (Gambar 11a dan 11b).
Gambar 11a, 11b.
Akar Gigi
Dengan demikian pencabutan gigi geraham bungsu merupakan
tindakan yang bijaksana sebab mencegah komplikasi yang lebih buruk dan
kekhawatiran akan efek operasi tidak akan terjadi sebab dilakukan pada usia
yang tepat. (Http://www.dentiadental.com/articles/gigi-geraham-bungsu-
perlukah-dicabut/)
1) Pencabutan
Sebelum dicabut, gigi umumnya akan difoto terlebih dahulu
dengan sinar X untuk mengetahui bentuk, posisi dan kedalaman gigi.
Pencabutan gigi bungsu biasanya dilakukan dengan pembiusan lokal,
namun terkadang juga dilakukan dengan bius total. Walaupun tergolong
operasi kecil, pencabutan gigi sebaiknya dilakukan secara profesional oleh
dokter gigi, mengigat komplikasi yang mungkin timbul saat dan setelah
pencabutan.
Setelah operasi gigi geraham bungsu pasien akan mengalami
pembengkakan 3-4 hari yang merupakan reaksi normal dari tubuh untuk
penyembuhan. Pasien tidak perlu khawatir Karena pembengkakan yang
tidak disertai demam bukan merupakan gejala infeksi dan pembengkakan
ini akan hilang tanpa meninggalkan bekas.
Hal yang perlu diperhatikan setelah pencabutan gigi untuk
mempercepat proses penyembuhan:
a) Usahakan beristirahat sepanjang hari dan tidak mengerjakan pekerjaan
berat.
b) Hindari merokok. Bila memungkinkan selama proses penyembuhan
(3-4 hari), minimal selama 24 jam setelah operasi.
c) Hindari berkumur atau menggosok gigi selama 24 jam setelah operasi.
d) Setelah 24 jam, kebersihan daerah operasi dapat dijaga dengan
berkumur air hangat bergaram (1 sendok teh garam untuk 1 gelas air)
minimal 4 kali sehari. Berkumurlah dengan hati-hati karena tekanan
dapat menyebabkan lubang bekas operasi terbuka lagi dan terjadi
pendarahan.
e) Setelah 24 jam, meggosok gigi dapat dilakukan dengan hati-hati,
terutama di daerah operasi.
f) Bila diberi obat penahan sakit dan antibiotik, minumlah sesuai
petunjuk dokter. Antibiotik harus dihabiskan walaupun gigi sudah
tidak terasa sakit. Sebaliknya, obat analgetik / penahan sakit serta obat
anti inflamasi / anti radang dapat dihentikan bila sakit mereda.
g) Makan dan minumlah seperti biasanya. Hindari berdiet, karena makan
dan minum yang cukup sangat penting untuk proses penyembuhan.
Selama pembengkakan pasien dapat mengkonsumsi makanan lunak.
h) Hindari minum menggunakan sedotan karena tekanannya dapat
melepaskan gumpalan darah pada lubang operasi.
i) Hindari minuman bersoda karena busanya diperkirakan dapat
melepaskan gumpalan darah pada lubang operasi. Minuman jus buah
terutama jeruk sangat disarankan agar mendapatkan tambahan vitamin
C guna mempercepat proses penyembuhan.
j) Untuk menghindari pembengkakan, setelah operasi rahang sebaiknya
dikompres dengan es atau air dingin. Tempelkan kompres dingin
selama 15 menit, diseling 10 menit tanpa kompres, diulang sampai saat
istirahat malam.
k) Pada hari-hari setelah hari operasi, rahang dapat dikompres dengan
kompres hangat, untuk menstimulasi peredaran darah di daerah gigi
bungsu yang dapat mempercepat penyembuhan.
Selain hal-hal di atas, pembiusan yang dilakukan sebelum operasi
juga dapat berpengaruh pada kemampuan psikis dan mekanis. Jangan
berkendara, melakukan pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi tinggi,
atau menandatangani dokumen penting pada hari yang sama. Bila
menggunakan bius total, usahakan ada seseorang yang dapat menemani
selama minimal satu hari tersebut. Tidak pula diperkenankan untuk olah
raga terlebih dahulu. Setelah satu minggu benang jahitan dapat dibuka dan
obat sudah dapat dihentikan.
Masalah yang mungkin timbul setelah pencabutan adalah:
a) Pendarahan
Pendarahan tidak dapat dihindari dan dapat berlangsung selama satu
hari penuh. Berkumur pada saat pendarahan terjadi sangat tidak
dianjurkan. Pendarahan akan berhenti saat darah mulai menggumpal di
lubang pencabutan, dan berkumur dapat menyebabkan gumpalan darah
terlepas. Hal ini dapat memperlambat proses penyembuhan dan
menyebabkan pendarahan terjadi lebih lama.
Bila terjadi pendarahan, letakkan gulungan kecil kasa steril (umumnya
diberikan oleh dokter gigi) pada lubang bekas pencabutan. Kasa harus
digigit dengan baik dengan tekanan secukupnya. Cara ini akan
membantu menghentikan pendarahan, tetapi jangan dilakukan telalu
berlebihan sehingga menimbulkan iritasi pada lubang pencabutan.
Gulungan kasa hanya boleh digigit selama sekitar 20 menit. Bila
terlalu lama, darah dapat membeku pada kasa dan gumpalan darah
dapat terlepas lagi saat kasa dibuang. Bila pendarahan masih terjadi
setelah 20 menit, ganti dengan kasa yang baru. Demikian seterusnya
hingga pedarahan berkurang atau berhenti.
Bila pendarahan terus berlanjut setelah 1 hari, segera kembali ke
dokter gigi dan laporkan. Pendarahan yang terus menerus
menunjukkan masalah pada proses penyembuhan.
b) Lubang operasi tidak tertutup sempurna (Dry socket)
Pada umumnya, setelah gigi bungsu dicabut, darah akan menggenangi
lubang bekas gigi dan menggumpal. Terbentuknya gumpalan darah ini
sangat penting karena berfungsi sebagai tempat gusi kemudian akan
tumbuh menutupi lubang. Diperkirakan sebanyak 5-10% kasus
mengalami penutupan lubang yang tidak sempurna atau terlepasnya
gumpalan darah sebelum waktunya, sehingga syaraf pada gusi dan
bahkan tulang rahang menjadi terbuka (dry socket). Telah diketahui
bahwa umumnya penderita dry socket adalah perempuan yang minum
pil kontrasepsi. Diperkirakan dry socket dapat dihindari dengan
melakukan operasi pada hari ke-22 hingga ke-28 siklus, yaitu saat
kadar estrogen sedang pada titik terendah.
c) Infeksi
Infeksi yang terjadi saat proses penyembuhan dapat dihindari dengan
minum antibiotik dan menjaga kebersihan mulut. Berkumur dengan air
garam setiap selesai makan dapat membantu membersihkan daerah
operasi. Untuk mengatasi bengkak dan rasa sakit, sebaiknya minum
obat golongan analgesik. Contoh yang paling mudah didapatkan
Pondstan 500mg dengan dosis 1x/hari, atau nimesulit, obat-obatan ini
mudah didapatkan di apotik. Setelah segera di konsul ke dokter gigi
terdekat.
Meskipun pembedahan gigi molar tiga umum dilakukan, prosedur
tersebut tidak selalu lancar. Meskipun gigi molar tiga dianjurkan untuk
dicabut pada usia remaja dan dewasa muda, sebagian besar laporan kasus
mendeskripsikan komplikasi parah terjadi jika pencabutan dilakukan pada
usia lanjut. Kecenderungan usia tersebut seringkali dideskripsikan sebagai
salah satu faktor resiko komplikasi pasca-pencabutan. Faktor-faktor yang
menyebabkan fenomena tersebut antara lain peningkatan densitas tulang,
kesulitan pembedahan yang tinggi, pembentukan akar telah sempurna, dan
berkurangnya kemampuan penyembuhan luka. Oleh karena itu, klinisi
harus sangat berhati-hati menangani pasien lanjut usia
(http://dinierha.blogspot.com/2009/08/komplikasi-langka-akibat-
pembedahan.html).
Pencabutan gigi molar tiga rahang bawah memiliki angka
komplikasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan rahang atas. Pasien
lanjut usia beresiko tinggi. Untuk menegakkan diagnosis dan memulai
perawatan lebih lanjut, dibutuhkan pencitraan radiologis berupa CT atau
MRI. Harus disadari adanya berbagai kemungkinan komplikasi parah dan
diperlukan penatalaksanaan segera untuk mengoptimalkan perawatan
pasien (http://dinierha. blogspot.com/2009/08/komplikasi-langka-akibat-
pembedahan.htm)
g. Pencegahan
1) Pada Ibu Hamil
a) Faktor gizi ibu hamil turut mempengaruhi pertumbuhan gigi. Itu
sebabnya ibu hamil perlu mengkonsumsi makanan sehat yang sarat
kandungan gizi terbaik. Kalsium dan fosfor adalah bahan penting untuk
pembentukan gigi. Kedua zat ini banyak ditemukan pada susu.
Sedangkan flourida diperlukan untuk penguat gigi. Begitu juga vitamin
C dan D. Pada kehamilan bulan ketiga, ibu harus cukup vitamin yang
mengandung zat kapur, karena gigi anak dalam kandungan mulai
dibentuk pada bulan ketiga kehamilan.
b) Jangan minum sembarang obat tanpa perintah dari dokter, karena ada
obat-obat jenis tertentu yang mempengaruhi pertumbuhan gigi.
Misalnya antibiotik jenis tetracyclin dapat menyebabkan kerusakan
warna gigi dan melemahkan gigi. Gigi anak yang sedang dikandung
menjadi berwarna kuning atau keabu-abuan dan rapuh. Ada baiknya
ibu hamil diberikan flour secara khusus.
2) Pada Balita
a) Jangan sembarangan memberi obat antibiotik
b) Sebaiknya para ibu memberikan flour secara khusus setelah bayi lahir.
Tentu dengan dosis yang tepat. Flour ini akan mencegah munculnya
kerusakan gigi, papar Prof. Ismu. Maka obat yang harus diminum
seijin dokter yang merawat (Sebastian Schmieg, 2008).
B. Tahap Perkembangan Dewasa Muda
Berdasarkan teori Erickson (dikutip dari Antai dan Otong, 1995), terhadap
perkembangan usia dewasa muda adalah usia antara 20 sampai dengan 40 tahun,
tahap ini sering juga disebut sebagai Early Adulthood atau dewasa awal. Sedangkan
menurut teori lainnya, individu digolongkan dalam usia dewasa muda atau Young
Adulthood ketika seseorang memasuki usia 18 sampai dengan 25 tahun.
Menurut Erickson, pada masa dewasa atau disebut juga Adulthood banyak terjadi
perilaku maladptif. Individu dewasa sering mengalami perasaan kekosongan,
kesendirian, dan tekanan. Perilaku kurangnya kesadaran terhadap kesehatan adalah
perilaku yang sering sekali muncul pada tahap perkembangan ini.
C. Mahasiswa
1. Pengertian mahasiswa
Mahasiswa adalah seseorang yang sedang mempersiapkan diri dengan
keahlian tertentu dalam tingkat pendidikan tinggi (Somawihardja, 1998, cit.
Maulani, 2008). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), mahasiswa
adalah orang yang belajar di Perguruan Tinggi. Pengertian lain mengatakan
bahwa mahasiswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu (Poltekkes, 2003, cit. Maulani, 2008).
2. Aspek-aspek yang perlu dipersiapkan mahasiswa
Aspek-aspek yang perlu dipersiapkan oleh mahasiswa adalah :
1. Pengetahuan dan keahlian
2. Sikap dan metode berpikir ilmiah
3. Karakter dan mental serta kepribadian
4. Sikap sosial
5. Nilai dan world-view
6. Rohani.
(Somawihardja, 1998, cit. Ratnasari, 2006).
D. Penelitian Terkait
Dalam pembuatan skripsi ini, penulis tidak mencantumkan berbagai sumber
penelitian milik siapapun karena sampai saat ini tidak mendapatkan materi-materi
yang terkait dengan judul Hubungan Perawatan Gigi Dengan Pertumbuhan Gigi
Molar 3 Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fikes UPN Veteran Jakarta
yang diajukan. Oleh karena itu, materi skripsi ini masih kurang sempurna dan masih
perlu terus dilakukan penelitian lebih lama untuk mendapatkan hasil penelitian yang
dapat diterima oleh masyarakat luas.
E. Kerangka Teori
Dari tinjauan pustaka diatas maka dibuat kerangka teori dalam bentuk bagan
di bawah ini.
Skema 1. Kerangka Teori
Faktor Predisposisi:
1. Umur
2. Pengetahuan
Pertumbuhan
molar tiga
Faktor Pendukung:
1. Pengawasan orang tua
2. Perilaku sehari-hari
Faktor Pemungkin:
Perawatan gigi

You might also like