You are on page 1of 14

NILAI TAMBAH SEKTOR MANUFAKTUR

A. Pendahuluan Pembangunan sektor manufaktur (manufacturing) hampir selalu mendapat prioritas utama dalam rencana pembangunan negara-negara sedang berkembang (NSB), hal ini karena sektor manufaktur dianggap sebagai sektor pemimpin (the leading sector) yang mendorong perkembangan sektor lainnya, seperti sektor jasa dan pertanian. Pengalaman pertumbuhan ekonomi jangka panjang di negara industri dan negara sedang berkembang menunjukkan bahwa sektor manufaktur secara umum tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor pertanian (Arsyad, 2001). Berdasarkan kenyataan ini tidak mengherankan jika peranan sektor manufaktur semakin penting dalam berkembangnya perekonomian suatu negara termasuk juga Indonesia. Manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin, peralatan dan tenaga kerja dan suatu medium proses untuk mengubah bahan mentah menjadi barang jadi untuk dijual.

B. Sejarah Manufaktur Kata manufaktur berasal dari bahasa Latin manus factus yang berarti dibuat dengan tangan. Kata manufacture muncul pertama kali tahun 1576, dan kata manufacturing muncul tahun 1683. Manufaktur, dalam arti yang paling luas, adalah proses merubah bahan baku menjadi produk. Proses ini meliputi (1) perancangan produk, (2) pemilihan material, dan (3) tahap-tahap proses dimana produk tersebut dibuat. Pada konteks yang lebih modern, manufaktur melibatkan pembuatan produk dari bahan baku melalui bermacam-macam proses, mesin dan operasi, mengikuti perencanaan yang terorganisasi dengan baik untuk setiap aktifitas yang diperlukan. Mengikuti definisi ini, manufaktur pada umumnya adalah suatu aktifitas yang kompleks yang melibatkan berbagai variasi sumberdaya dan aktifitas sebagai berikut: - Perancangan Produk - Pembelian - Pemasaran - Mesin dan perkakas - Manufacturing - Penjualan - Perancangan proses - Production control - Pengiriman - Material - Support services - Customer service

Hal-hal di atas telah melahirkan disiplin ilmu tentang teknik manufaktur. Sesuai dengan definisi manufaktur, keilmuan teknik manufaktur mempelajari perancangan produk manufaktur dan perancangan proses pembuatannya serta pengelolaan sistem produksinya (sistem manufaktur). Meskipun teknik manufaktur pada berbagai perguruan tinggi memiliki ke-khas-an sendiri-sendiri namun selalu ada bagian yang sama pada jurusan-jurusan tersebut. Keilmuan teknik manufaktur selalu berbasis kepada aktifitas pembuatan produk manufaktur yang melibatkan berbagai aktifitas dan sumberdaya seperti yang telah diuraikan di atas. Perusahaan manufaktur (manufacturing bussines) adalah perusahaan yang kegiatannya membeli bahan baku kemudian mengolah bahan baku dengan mengeluarkan biaya-biaya lain menjadi barang jadi yang siap untuk di jual. Dari definisi perusahaan manufaktur tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam perusahaan manufaktur terdapat persediaan bahan baku dan persediaan barang jadi. Pada akhir periode pada perusahaan manufaktur biasanya terdapat produk yang belum selesai dikerjakan. Produk yang belum selesai dikerjakan dinamakan persediaan barang dalam proses. Sehingga pada perusahaan manufaktur terdapat 3 unsur persediaan, yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi. Kegiatan khusus dalam perusahaan manufaktur adalah mengolah bahan baku menjadi barang jadi, kegiatan ini sering disebut sebagai proses produksi. Selama proses produksi tentunya dibutuhkan biaya produksi. Biaya produksi adalah biayabiaya yang terjadi dalam proses pengelolahan bahan baku menjadi barang jadi sehingga barang jadi siap untuk dijual.

C. Perkembangan Sektor Manufaktur di Indonesia Industri diklasifikasikan: a) Industri primer/hulu yaitu mengolah output dari sektor pertambangan (bahan mentah) menjadi bahan baku siap pakai untuk kebutuhan proses produksi pada tahap selanjutnya b) Industri sekunder/manufaktur yang mencakup: industri pembuat modal (mesin), barang setengah jadi dan alat produksi, dan industri hilir yang memproduksi produk konsumsi

Pertumbuhan output. Pertumbuhan output yang tinggi disebabkan oleh permintaan eksternal yang tinggi. Pertumbuhan PDB 3 sektor penting di LDCs sebagai berikut:

Sumber Utama Pertumbuhan PDB menurut Tiga Sektor di Negara Berkembang 2003 -2012 (%) Sektor Laju Pertumbuhan Rata rata Pangsa dari Kontribusi thd

Pertumbuhan PDB

Pertanian Manufaktur Jasa PDB 100 100 100 100

Laju pertumbuhan output rata rata pertahun untuk sektor manufaktur ( tinggi dari pertanian ( ) periode . ( %) & tahun Kontribusi thd pertumbuhan PDB tahun %)

) lebih

Pertmbuhan output sektor manufaktur karena permintaan eksternal ekspor tinggi

Pendalaman Struktur Industri. Pembangunan ekonomi jangka panjang dapat merubah pusat kekuatan ekonomi dari pertanian menuju manufaktur dan menggeser struktur industri yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif. Perubahan struktur manufaktur disebabkan oleh a) Penawaran aggregat perkembangan teknolgi, kualitas SDM, inovasi material baru untuk produksi b) Permintaan aggregat peningkatan pendapatan perkapita yang mengubah volume & pola konsumsi

Distribusi PDB Per Sektor pada Harga Konstan 2003 - 2012 (Milyar Rupiah) Sektor 2003 Harga Konstan 2007 Primer: 1. Pertanian 2. Pertambangan Sekunder: 1. Manufaktur 2. Listrik, gas & Air 3. Konstruksi Tersier: 1. Perdag, Hotel, Restoran 2. Transportasi & Komunikasi 3. Bank & Keuangan 4. Penyewaan & Real Estate 5. Jasa Lainnya PDB Kesimpulan: 2008 2009 2010 2011 2012

Berdasarkan analisis tingkat pendalaman struktur industri: Orientasi perkembangan industri manuafktur di Indonesia masih pada barang konsumsi sederhana seperti makanan, minuman pakaian jadi sampai bambu, rotan & kayu Sisi permintaan aggergat, pasar domestik barang konsumsi berkembang pesat laju penduduk & peningkatan pendapatan masyarakat per kapita Sisi penawaran aggregat, Sarana dan prasarana menunjang untuk produksi barang konsumsi tersebut dibandingkan barang modal Aspek teknolgi, kandungan teknologi barang konsumsi lebih rendah

Tingkat Teknologi produk manufaktur. Teknologi yang digunakan dalam industri manufaktur mencakup: a) Tekonolgi tinggi mencakup: komputer, obat-obatan, produk elektronik, alat komunikasi dan sebagainya b) Teknologi sedang mencakup: plastik, karet, produk logam sederhana, penyulingan minyak, produk mineral bukan logam c) Teknolgi rendah mencakup: kertas, percetakan, tekstil, pakaian jadi, minuman, rokok, dan mebel

Kinerja Sektor Manufaktur 2000 - 2012 (%) Perub. Struktural 2010 % NTM % Manufaktur dalam Ekspor 2011 2012 NTM EM E4 Pertumbahan Rata-Rata Per Tahun (%) 2000-03 2004-07 2008-12

NTM = Nilai tambah manufaktur, EM = Ekspor manufaktur, E4 = Ekspor 4 produk unggulan: kayu lapis, tekstil, pakaian jadi dan alas kaki.

D. Permasalahan dalam Industri Manufaktur: 1. Keterbatasan teknologi 2. Kualitas Sumber daya Manusia 3. Keterbatasan dana pemerintah (selalu difisit) dan sektor swasta 4. Kerja sama antara pemerintah, industri dan lembaga pendidikan & penelitian masih rendah

Masalah dalam industri manufaktur nasional: 1. Kelemahan struktural Basis ekspor & pasar masih sempit walaupun Indonesia mempunyai banyak sumber daya alam & TK, tapi produk & pasarnya masih terkonsentrasi:

a. terbatas pada empat produk (kayu lapis, pakaian jadi, tekstil & alas kaki) b. Pasar tekstil & pakaian jadi terbatas pada beberapa negara: USA, Kanada, Turki & Norwegia c. USA, Jepang & Singapura mengimpor 50% dari total ekspor tekstil & pakaian jadi dari Indonesia d. Produk penyumbang 80% dari ekspor manufaktur indonesia masih mudah terpengaruh oleh perubahan permintaan produk di pasar terbatas e. Banyak produk manufaktur terpilih padat karya mengalami penurunan harga muncul pesaing baru seperti cina & vietman f. Produk manufaktur tradisional menurun daya saingnya sbg akibat factor internal seperti tuntutan kenaikan upah

Ketergantungan impor sangat tinggi Indonesia menarik banyak PMA untuk industri berteknologi tinggi seperti kimia, elektronik, otomotif, dsb, tapi masih proses penggabungan, pengepakan dan assembling dengan hasil: a. Nilai impor bahan baku, komponen & input perantara masih tinggi diatas 45% b. Industri padat karya seperti tekstil, pakaian jadi & kulit bergantung kepada impor bahan baku, komponen & input perantara masih tinggi. c. PMA sector manufaktur masih bergantung kepada suplai bahan baku & komponen dari LN d. Peralihan teknologi (teknikal, manajemen, pemasaran, pengembangan organisasi dan keterkaitan eksternal) dari PMA masih terbatas e. Pengembangan produk dengan merek sendiri dan pembangunan jaringan pemasaran masih terbatas

Konsentrasi regional Industri mnengah & besar terkonsentrasi di Jawa.

2. Kelemahan organisasi Industri kecil & menengah masih terbelakangproduktivtas rendah Jumlah TK masih banyak (padat Karya)

Konsentrasi Pasar Kapasitas menyerap & mengembangkan teknologi masih lemah SDM yang lemah

E. Strategi Pengembangan Sektor Manufaktur 1. Strategi substitusi impor (Inward Looking). Bertujuan mengembangkan manufaktur berorientasi domestik yang dapat menggantikan produk impor. Negara yang menggunakan strategi ini adalah Korea & Taiwan Pertimbangan menggunakan strategi ini: Sumber daya alam & Faktor produksi cukuo tersedia Potensi permintaan dalam negeri memadai Sebagai pendorong perkembangan industri manufaktur dalam negeri Kesempatan kerja menjadi luas Pengurangan ketergantungan impor, shg defisit berkurang

2. Strategi promosi ekspor (outward Looking) Beorientasi ke pasar internasional dalam usaha pengembangan industri dalam negeri yang memiliki keunggulan bersaing. Rekomendasi agar strategi ini dapat berhasil : Pasar harus menciptakan sinyal harga yang benar yang merefleksikan kelangkaan barang baik pasar input maupun output Tingkat proteksi impor harus rendah Nilai tukar harus realistis Ada insentif untuk peningkatan ekspor

Penelaahan terhadap permasalahan spesifik di sektor industri manufaktur, yaitu sebagai berikut: KKN dan layanan umum yang buruk mengakibatkan tingginya biaya overhead. Menurut kajian Komite Pemantau Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD), pengeluaran untuk berbagai pungutan dan untuk biaya buruknya layanan umum menambah biaya overhead sekitar 8.7 persen - 11.2 persen.

Cost of money yang relatif tinggi. Banyak pengusaha masing menganggap tingkat suku bunga saat ini sangat tinggi. Pengusaha dalam negeri yang mengandalkan perbankan dalam negeri akan kalah bersaing dengan perusahaan yang modal kerjanya dari luar negeri yang bunganya berkisar 4 6 persen.

Administrasi perpajakan yang belum optimal. Pengusaha menganggap administrasi perpajakan terutama dalam kaitannya dengan restitusi produkproduk industri ekspor sangat tidak efisien. Hal tersebut mengakibatkan daya saing produk ekspor menjadi berkurang karena pengusaha pada akhirnya membebankan ke harga jualnya. Selain itu, hal tersebut juga tidak kondusif untuk integrasi antar industri terkait untuk pengadaan bahan antaranya. Pada umumnya mereka memilih untuk impor bahan baku atau produk antara karena sejak awal tidak berurusan dengan PPN 10 persen.

Kandungan impor sangat tinggi. Nilai impor bahan baku, bahan antara (intermediate), dan komponen untuk seluruh industri meningkat. Tingginya kandungan impor ini mengakibatkan rentannya biaya produksi terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah dan kecilnya nilai tambah yang mengalir pada perekonomian domestik.

Lemahnya penguasaan dan penerapan teknologi. Nilai tambah industri nasional relatif rendah, hal ini menunjukkan bahwa karakteristik industri manufaktur masih banyak tipe tukang jahit, meskipun dalam komposisi ekspor telah diamati mulai adanya peningkatan proporsi produk ekspor berteknologi menengah dan tinggi. Kehadiran foreign direct investment (FDI) yang mempunyai potensi sebagai basis untuk alih teknologi belum dapat dimanfaatkan.

Kualitas SDM relatif rendah. SDM dengan kualitas ini akan sulit diharapkan menghasilkan peningkatan produktivitas yang dituntut apalagi inovasi-inovasi yang bermutu untuk teknologi produksinya.

Iklim persaingan yang kurang sehat. Banyak sub-sektor industri yang beroperasi dalam kondisi mendekati monopoli. Keadaan ini menyebabkan insentif untuk penurunan biaya produksi menjadi kecil.

F. Sasaran sektor manufaktur: 1. Peningkatan pangsa sektor industri manufaktur di pasar domestik, baik untuk bahan baku maupun produk akhir, sebagai cerminan daya saingnya sektor ini dalam menghadapi serbuan produk-produk impor. 2. Meningkatnya volume ekspor sektor industri manufaktur dalam total ekspor nasional, terutama pada produk ekspor yang memiliki kandungan teknologi menengah dan tinggi. 3. Meningkatnya proses alih teknologi dari foreign direct investment (FDI) yang dicerminkan dari meningkatnya pemasokan bahan antara dari produk lokal serta meningkatnya penyebaran sektor industri manufaktur ke luar pulau Jawa, terutama industri pengolahan hasil sumberdaya alam. 4. Meningkatnya iklim persaingan secara sehat. 5. Meningkatnya kesadaran pelaku industri akan pentingnya standar produk barang sebagai faktor penguat daya saing produk nasional. 6. Sektor industri manufaktur (non-migas) ditargetkan tumbuh dengan laju ratarata 8,56 persen per tahun. G. Arah Kebijakan Pada tingkat makro, peningkatan kinerja daya saing manufaktur secara berkelanjutan membutuhkan landasan ekonomi yang kuat melalui terutama upaya menjaga stabilitas ekonomi makro serta perwujudan iklim usaha dan investasi yang sehat. Kondisi tersebut akan memfasilitasi terciptanya inovasi dan peningkatan produktivitas serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih luas dan dapat dijangkau sampai pada segmen sektor manufaktur yang kecil sekalipun. Dalam tataran mikro, meminjam identifikasi UNIDO, 4 (empat) faktor utama yang perlu diperhatikan di dalam meningkatkan kinerja daya saing sektor industri manufaktur adalah: (a) kemampuan (ketrampilan) SDM, (b) penguasaan dan penerapan teknologi, (c) aliran masuk FDI sebagai potensi sumber alih teknologi dan perluasan pasar ekspor, dan (d) kapasitas infrastruktur (termasuk infrastruktur bagi pengembangan teknologi Dalam lima tahun mendatang, arah pengembangan sektor industri manufaktur adalah mendorong terwujudnya peningkatan utilitasi kapasitas; memperluas basis usaha dengan penyederhanaan prosedur perijinan dan penyelenggaraan usaha untuk peningkatan peran industri kecil dan menengah; meningkatkan iklim persaingan yang

sehat dan berkeadilan; memperluas penerapan standarisasi produk industri; dan mendorong perkuatan struktur industri pada sub-sektor yang memiliki potensi keuntungan kompetitif ke depan. Apabila mekanisme pasar tidak dapat berlangsung efisien, langkah-langkah intervensi strategis diselenggarakan secara fungsional dalam kepentingan menjaga kesinambungan pembangunan sekaligus perkuatan struktur industri. Hal tersebut terutama terkait dengan pengembangan teknologi dan keterampilan tenaga kerja industri, layanan informasi pasar baik di dalam maupun luar negeri, serta sarana dan prasarana umum pengendalian mutu dan pengembangan produk. Dengan semakin ketatnya persaingan global dan semakin pesat dan spesifiknya perkembangan teknologi, kualitas kebijakan industri dituntut lebih baik dan lebih tepat sasaran. Oleh karena itu, diperlukan rumusan strategis dan kebijakan pengembangan industri manufaktur pada tingkat sub-sektor. Sesuai dengan permasalahan yang mendesak dihadapi serta terbatasnya kemampuan sumberdaya, prioritas pengembangan sub-sektor industri dalam lima tahun kedepan ditetapkan pada sub-sektor industri manufaktur yang memenuhi satu atau lebih kriteria sebagai berikut: (1) menyerap banyak tenaga kerja; (2) memenuhi kebutuhan dasar dalam negeri; (3) memiliki potensi pengembangan ekspor; dan (4) mengolah sumberalam dalam negeri. Langkah-langkah intervensi pada tingkat sub-sektor tetap bersifat fungsional sebagaimana diuraikan pada paragraf sebelumnya. Pola pengembangan jaringan produksinya didekati dengan menggunakan unit analisis klaster industri. Adapun untuk masing-masing sub-sektor industrinya, penanganan isunya

diprioritaskan pada upaya: (1) merevitalisasi kinerja sub-sektor industrinya, khususnya peningkatan utilitas kapasitas terpasang hingga 80 persen; (2) memperkuat struktur industri, termasuk di dalamnya pemberdayaan sumberdaya industri; (3) memperluas basis produksi, baik dengan mendorong terciptanya investasi baru maupun mendorong pengembangan industri skala kecil-menengah; serta (4) mempertahankan dan bila mungkin bahkan meningkatkan daya saingnya di pasar global.

H. Penguatan daya saing Industri Manufaktur 1. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah

Tujuan program ini adalah menjadikan industri kecil dan menengah (IKM) sebagai basis industri nasional. Agar dapat menjadi basis industri nasional, IKM dituntut mampu menghasilkan barang yang berkualitas tinggi dengan harga yang kompetitif dan mampu menepati jadwal penyerahan secara disiplin baik untuk memenuhi kebutuhan konsumen akhir maupun untuk memenuhi pasokan bagi industri yang lebih hilir. Secara alami IKM memiliki kelemahan dalam menghadapi ketidakpastian pasar, mencapai skala ekonomi, dan memenuhi sumberdaya yang diperlukan. Sehingga untuk mencapai tujuan program ini, pemerintah akan membantu IKM dalam mengatasi permasalahan yang muncul akibat dari kelemahan alami tersebut. Ukuran keberhasilan program ini adalah jumlah perusahaan IKM yang mendapat kontrak pasokan dari industri hilir, memperoleh sertifikat kualitas, memperoleh kredit dari perbankan dengan prestasi pengembalian yang baik, serta yang berhasil tumbuh ke skala lebih besar. 2. Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri Upaya-upaya dalam program ini selaras dengan berbagai kebijakan dan program peningkatan Kemampuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam salah satu programnya yaitu Program Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi. Tujuan dari program ini adalah meningkatkan kemampuan industri dalam mencipta, mengembangkan, dan menerapkan pengetahuan dan teknologi baik dalam rancangan produk baru, proses produksi, maupun dalam sistem distribusi dan logistik perusahaan. Secara umum pengelola industri nasional belum memandang kegiatan pengembangan dan penerapan teknologi layak dilakukan karena dianggap memiliki eksternalitas yang tinggi berjangka panjang, dan dengan tingkat kegagalan yang tinggi. Hal ini dapat ditunjukkan dari miskinnya industri nasional dalam hal pemilikan sumberdaya teknologi. Sehingga dalam rangka mendorong kalangan industri meningkatkan kegiatan pengembangan dan penerapan teknologi, kegiatan pokok pemerintah antara lain: (1) meningkatkan dukungan kegiatan penemuan dan pengembangan teknologi di industri baik dalam bentuk insentif pajak, asuransi teknologi baik bagi usaha kecil, menengah, dan koperasi; (2) pengembangan klaster industri berbasis teknologi; (3) kemitraan antara litbang industri dan lembaga litbang pemerintah; dan mengoptimalkan pemanfaatan

sumberdaya teknologi nasional yang tersebar di berbagai litbang pemerintah, perguruan tinggi, lembaga-lembaga swasta, dan tenaga ahli perorangan. Ukuran keberhasilan program ini adalah meningkatnya daya saing industri nasional dengan tumbuhnya basis baru industri dalam bentuk tumbuhnya produkproduk baru rancangan dalam negeri, lahirnya industri baru yang meningkatkan nilai tambah sumber-daya alam, serta lahirnya wiraswastawan berbasis pengetahuan dan teknologi. Perlu cermati bahwa dalam rangka meningkatkan daya saing industri manufaktur, FDI memiliki peran penting karena kehadirannya jelas merupakan sumber potensi dalam penerapan dan alih teknologi serta peningkatan akses pasar ekspor. Oleh karena itu, keberhasilan menarik FDI dari hasil berbagai kegiatan dalam Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi serta Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi perlu dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk mendukung upaya peningkatan teknologi industri. 3. Penataan Struktur Industri Tujuan program ini adalah untuk memperbaiki struktur industri nasional baik dalam hal konsentrasi penguasaan pasar maupun dalam hal kedalaman jaringan pemasok bahan baku dan bahan pendukung, komponen, dan barang setengah-jadi bagi industri hilir. Pada tahap awal pembangunan industri nasional, sumberdaya industri dan wiraswastawan industri masih sangat langka sehingga kebijakan nasional sangat permisif terhadap praktek-praktek monopoli. Itu sebabnya hingga saat ini angka konsentrasi industri nasional termasuk sangat tinggi. Kondisi lain yang dihadapi industri nasional adalah tingginya ketidakpastian hubungan antara unit usaha. Kondisi ini mendorong industri tumbuh dengan pola yang sangat terintegrasi secara vertikal. Untuk mewujudkan tujuan program ini dalam memperbaiki konsentrasi industri, pemerintah akan melakukan upaya-upaya untuk menegakkan prinsipprinsip tata pengelolaan korporasi yang baik dan benar (good corporate governance, GCG) secara sistematis dan konsisten, dan menurunkan besarnya hambatan masuk unit usaha baru ke pasar yang monopolistis, Sedangkan untuk mewujudkan tujuan program ini dalam pembangunan jaringan pemasok industri hilir pemerintah akan meningkatkan kepastian hubungan antar unit usaha dengan antara lain membangun jaringan pengukuran,

standardisasi, pengujian, dan kualitas (MSTQ, measurement, standardisasi, testing, and quality), jaringan informasi baik kebutuhan industri hilir maupun kemampuan industri pemasok yang handal dan akurat, jaringan promosi kemampuan industri pemasok, dan jaringan pendampingan pengelolaan bagi industri pemasok. Ukuran keberhasilan program ini adalah (1) terbentuknya struktur penguasaan pasar yang makin sehat dan kompetitif; dan (2) terbangunnya klaster-klaster industri yang sehat dan kuat dengan jaringan industri pendukung setimpal dan sarana umum yang memadai. Perlu pula ditingkatkan iklim persaingan secara sehat untuk mendorong perusahaan berkompetisi sehubungan dengan semakin ketatnya persaingan global.

4. Peningkatan Kapasitas Infrastruktur Dalam rangka mengantisipasi peningkatan utilitasi kapasitas, pertumbuhan investasi baru, penyebaran kegiatan industri ke luar Pulau Jawa, dan peningkatan basis produksi sektor ini di daerah-daerah perdesaan, percepatan pembangunan infrastruktur menjadi sangat penting. Berbagai langkah-langkah yang ditempuh dalam bidang ini selaras dengan berbagai kebijakan dan program sebagaimana diuraikan tentang Percepatan Pembangunan Infrastruktur. 5. Optimalisasi Administrasi dan Insentif Perpajakan Upaya untuk menggairahkan peningkatan basis produksi, produktivitas, dan investasi sektor industri manufaktur sangat tergantung dari komitmen pemerintah di dalam memfasilitasi berlangsungnya efisiensi usaha. Dalam hubungan ini, peranan penyelenggaraan fasilitasi dan pelayanan publik dalam hal perpajakan yang efisien sangat penting. Meskipun demikian, upaya tersebut tetap perlu diselenggarakan dalam disiplin untuk tetap menjaga stabilitas makro ekonomi yang telah dicapai selama ini. Program-program pembangunan yang memiliki keterkaitan erat adalah Program Peningkatan Penerimaan dan Pengamanan Keuangan Negara yang di dalam kegiatannya antara lain adalah

menyelenggarakan reformasi perpajakan dan reformasi kepabeanan, serta Program Pengembangan Kelembagaan Keuangan yang di dalamnya mempunyai langkahlangkah untuk memberikan dukungan terhadap peningkatan penyaluran kredit bagi UMKM dan sektor pertanian.

6. Peningkatan Nilai Tambah Industri Manufaktur Berbasis Sumber Daya Alam Berkenaan dengan peningkatan basis produksi, berbagai upaya untuk meningkatkan nilai tambah sub-sektor industri yang berbasis sumberdaya alam sangat diperlukan. Langkah ini selaras dengan berbagai program tentang Revitalisasi Pertanian yang di dalamnya juga mencakup pengembangan untuk berbagai kegiatan produksi perikanan dan kehutanan. Sementara itu, dalam menumbuhkan basis produksi, kegiatan non-pertanian yang modern

(industrialisasi) di kawasan-kawasan perdesaan, langkah-langkahnya diselaraskan dengan arahan di dalam Pembangunan Perdesaan.

You might also like