You are on page 1of 15

HERNIA

A. Pengertian dan Penyebab 1. Pengertian

Hernia atau turun berok selama ini lebih dikenal sebagai penyakit pria, karena hanya kaum pria yang mempunyai bagian khusus dalam rongga perut untuk mendukung fungsi alat kelaminnya. Berdasarkan penyebab terjadinya, hernia dapat dibedakan menjadi hernia bawaan (congenital) dan hernia dapatan (akuisita). Sedangkan menurut letaknya, hernia dibedakan menjadi hernia inguinal, umbilical, femoral, diafragma dan masih banyak lagi nama lainnya.

Bagian hernia terdiri dari cincin, kantong, dan isi hernia itu sendiri. Isi hernia yaitu usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum). Bila ada bagian yang lemah dari lapisan otot dinding perut, maka usus dapat keluar ke tempat yang tidak seharusnya, yakni bisa ke diafragma (batas antara perut dan dada), bisa di lipatan paha, atau di pusar. Umumnya hernia tidak menyebabkan nyeri. Namun, akan terasa nyeri bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Infeksi akibat hernia menyebabkan penderita merasakan nyeri yang hebat, dan infeksi tersebut akhirnya menjalar dan meracuni seluruh tubuh. Jika sudah terjadi keadaan seperti itu, maka harus segera ditangani oleh dokter karena dapat mengancam nyawa penderita.Hernia dapat terjadi pada semua umur, baik tua maupun muda. Pada anak-anak atau bayi, lebih sering disebabkan oleh kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis atau buah zakar. Biasanya yang sering terkena hernia adalah bayi atau anak laki-laki. Pada orang dewasa, hernia terjadi karena adanya tekanan yang tinggi dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena factor usia.

Tekanan dalam perut yang meningkat dapat disebabkan oleh batuk yang kronik, susah buang air besar, adanya pembesaran prostat pada pria, serta orang yang sering mengangkut barang-barang berat.Penyakit hernia akan meningkat sesuai dengan

penambahan umur. hal tersebut dapat disebakan oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit yang menyebabkan tekanan di dalam perut meningkat.

Sebenarnya sudah banyak masyarakat yang tahu tentang gejala awal penyakit hernia, namun seringkali tidak menyadarinya. Pada awalnya, gejala yang dirasakan oleh penderita adalah berupa keluhan benjolan di lipatan paha. Biasanya akan timbul bila berdiri, batuk, bersin, mengejan atau mengangkat barang-barang berat. Benjolan dan keluhan nyeri itu akan hilang bila penderita berbaring.

Hernia dapat berbahaya bila sudah terjadi jepitan isi hernia oleh cincin hernia. Pembuluh darah di daerah tersebut lama-kelamaan akan mati dan akan terjadi penimbunan racun. Jika dibiarkan terus, maka racun tersebut akan menyebar ke seluruh daerah perut sehingga dapat menyebabkan terjadinya infeksi di dalam tubuh.

Sebenarnya tidak semua hernia harus dioperasi. Bila jaringan hernia masih dapat dimasukkan kembali, maka tindakannya adalah hanya menggunakan penyangga atau korset untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Pada anak-anak atau bayi, reposisi spontan dapat terjadi karena cincin hernia pada anak lebih elastis. Bila sudah tidak dapat direposisi, maka satu-satunya tindakan yang harus dilakukan adalah melalui operasi.

Waspai Benjolan di Lipat Paha dan Pusar

Munculnya benjolan tersebut bisa saja menjadi tanda bahwa bayi menderita hernia.Banyak masyarakat yang masih menyangka kalau hernia hanya menyerang orang dewasa terutama manula. Padahal si kecil yang masih bayi bisa juga mengalaminya. Kasus bayi hernia bahkan tercatat cukup banyak. Dikatakan pula oleh dr. Cosmas Gora Triaswhoro, Sp.B., meski namanya terkesan cukup indah, hernia ternyata dapat menimbulkan bahaya. Bila terus didiamkan tanpa penanganan tepat, bahkan dapat menimbulkan komplikasi yang berat sampai kematian.

Selanjutnya,

spesialis

bedah

dari

RS

Mitra

International

Jakarta

ini

menambahkan, hernia merupakan bentuk penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau suatu bagian yang lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Bila terjadi di perut, isi perut dapat menonjol melalui bagian yang lemah. Kebanyakan organ yang menonjol adalah usus.

Hernia bukanlah penyakit turunan. Proses terjadinya hernia pada bayi berbeda dengan hernia pada orang dewasa yang biasanya terjadi karena kelemahan otot dinding perut. Sedangkan pada bayi, hernia yang terjadi di daerah perut akibat penyakit bawaan atau kongenital.

Secara Umum Ada Dua Jenis Hernia, yaitu internal dan eksternal.

* Hernia internal berada dalam tubuh dan tidak bisa dilihat secara kasat mata. Contohnya hernia diafragmatika dimana hernia terjadi akibat adanya celah di diafragma (otot pemisah antara bagian perut dengan dada) karena pembentukan diafragma yang tidak sempurna. Contoh lainnya adalah hernia hiatal esophagus, yaitu hernia yang terjadi melalui celah masuknya esophagus yang masuk dari rongga dada, serta banyak lagi jenis lainnya.

* Hernia eksternal. Dari jenis hernia ini yang paling sering dijumpai adalah hernia inguinalis yang muncul di lipat paha dan hernia umbilikalis yang muncul di daerah pusar. Bayi umumnya mengalami hernia eksternal yang bisa dideteksi secara kasat mata karena terlihat secara langsung.

Proses terjadinya hernia eksternal pada bayi umumnya disebabkan penyakit kongenital, yakni penyakit yang muncul ketika bayi dalam kandungan dan umumnya tidak diketahui penyebabnya. Secara umum bayi laki laki sering mengalami hernia dibandingkan perempuan karena proses penurunan testis / buah pelir yang merupakan organ reproduksinya berlangsung lebih kompleks. Hernia pun lebih sering terjadi pada bayi premature, sebab pada saat kelahirannya proses penurunan testis dan pembentukan ligament belum sempurna.

Hernia Inguinalis

* Pada bayi laki-laki terjadi karena kegagalan proses penutupan kantung yang menutupi testis. Ketika di dalam kandungan, testis turun dari bagian perut ke bawah dan berhenti sesampainya di skrotum (kantung pelir). Proses penurunan ini dimulai waktu bayi masih berada dalam kandungan. Ketika turun, testis akan membawa selaput dari perut ke bawah sehingga membentuk kantung. Ketika lahir cukup bulan, umumnya proses perpindahan testis ini sudah selesai. Namun pada beberapa bayi, proses penutupan hingga menjadi ligamentum (jaringan ikat) tidak berjalan sempurna yang akhirnya menyisakan lubang. Nah, lubang inilah yang nantinya bisa menimbulkan herniasi. Bila hanya berisi cairan saja disebut hidrocele. "Pada hernia inguinalis, paling sering ditemukan di sebelah kanan, sekitar 67 persen, sisanya sebelah kiri," jelas Cosmas.

* Pada bayi perempuan hernia terjadi melalui proses seperti ini: seperti halnya bayi lakilaki, bayi perempuan pun mengalami proses pembentukan organ tubuh bagian bawah yang hampir sama. Namun, bila laki-laki mengalami proses penurunan testis, maka perempuan tidak.

Hernia Umbilikus Pada bayi laki-laki dan perempuan hernia umbilikus terjadi bila penutupan umbilikus (bekas tali pusar) tidak sempurna. Seharusnya, bila penutupan membuat umbilikalis tetap terbuka. Bila hal ini terjadi, tentu akan menyisakan lubang sehingga usus bisa keluar masuk ke daerah tersebut.

Cara Mendeteksi

Merasakan Tonjolan Yang perlu diketahui, awam hanya dapat mendeteksi hernia eksternal, karena hernia internal terjadi dalam tubuh dan sulit dideteksi. Mendeteksi keberadaan hernia pada orang dewasa juga jelas lebih mudah ketimbang pada bayi. Ketika buang air misalnya, orang dewasa bisa merasakan adanya tonjolan di bagian perut yang umumnya lebih terasa. Namun pada bayi, meskipun terasa ada yang tidak nyaman pada tubuhnya, ia tidak bisa mengungkapkannya dengan jelas.

Itulah mengapa hernia pada bayi lebih sulit dideteksi sehingga memerlukan ketelitian orang tua. Walaupun sulit, lihat dan rabalah bagian lipat paha atau pusar si bayi. Hernia eksternal umumnya akan diketahui dari munculnya benjolan di bagian tersebut.

Mengamati Gejala Gejala klinis yang biasa muncul tak berbeda jauh dari penyakit-penyakit pada umumnya, seperti mual muntah, susah makan, dan tubuh demam. Lantaran itulah, Cosmas mengimbau orang tua agar segera membawa bayinya ke dokter saat melihat gejala-gejala tadi, agar diagnosa penyakit si kecil dapat segera ditegakkan.

2.

Penyebab Hernia dapat terjadi karena ada sebagian dinding rongga lemah. Lemahnya dinding ini mungkin merupakan cacat bawaan atau keadaan yang didapat sesudah lahir,

contoh hernia bawaan adalah hermia omphalokel yang terjadi karena sewaktu bayi lahir tali pusatnya tidak segera berobliterasi (menutup) dan masih terbuka. Demikian pula hernia diafragmatika. Hernia dapat diawasi pada anggota keluarga misalnya bila ayah menderita hernia bawaan, sering terjadi pula pada anaknya. Pada manusia umur lanjut jaringan penyangga makin melemah, manusia umur lanjut lebih cenderung menderta hernia inguinal direkta. Pekerjaan angkat berat yang dilakukan dalam jangka lama juga dapat melemahkan dinding perut (Oswari.2000 : 217 ).

B. Patofisiologi Defek pada dinding otot mungkin kongenital karena melemahkan jaringan atau ruang luas pada ugamen inguinal atau dapat disebabkan oleh trauma. Tekanan intra abdominal paling umum meningkat sebagai akibat dari kehamilan atau kegemukan. Mengangkat berat juga menyebabkan peningkatan tekanan, seperti pada batuk dan cidera traumatik karena tekanan tumpul. Bila dua dari factor ini ada bersama dengan kelemahan otot, individu akan mengalami hernia. Hernia inguinalis indirek, hernia ini terjadi melalui cincin inguinal dan melewati korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumya terjadi pada pria dari pada wankita. Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotum. Hernia inguinalis direk, hernia ini melewati dinding abdomen diarea kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum pada lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena defisiensi congenital. Hernia femoralis, hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada wanita dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik peritonium dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk ke dalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkar serata dan strangulasi dengan tipe hernia ini. Hernia umbilikalis, pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita multipara (Ester, 2002 : 53 ).

Hernia umbilicalis terjadi karena kegagalan orifisium umbilikal untuk menutup (Nettina,2001 :253). Bila tekanan dari cincin hernia (cincin dari jaringan otot yang dilalui oleh protusi usus) memotong suplai darah ke segmen hernia dari usus, usus menjadi terstrangulasi. Situasi ini adalah kedaruratan bedah karena kecuali usus terlepas, usus ini cepat menjadi gangren karena kekurangan supali darah (Ester, 2002 : 55). Pembedahan sering dilakukan terhadap hernia yang besar atau terdapat resiko tinggi untuk terjadi inkarserasi. Suatu tindakan herniorrhaphy terdiri atas tindakan menjepit defek di dalam fascia. Akibat dan keadaan post operatif seperti peradangan, edema dan perdarahan, sering terjadi pembengkakan skrotum. Setelah perbaikan hernia inguinal indirek. Komplikasi ini sangat menimbulkan rasa nyeri dan pergerakan apapun akan membuat pasien tidak nyaman, kompres es akan membantu mengurangi nyeri (Long. 1996 : 246).

C. Manifestasi Klinis dan Pemeriksaan Penunjang 1. Manifestasi Klinis a. Tampak benjolan di lipat paha. b. Bila isinya terjepit akan menimbulkan persaan sakit di tempat itu disertai perasaan mual. c. Bila terjadi hernia ingunialis stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta kulit diatasnya menjadi merah dan panas. d. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga menimbulkan gejala sakit (disuria) disertai hematuria (kencing darah) disamping benjolan di bawah sela paha. e. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai sesak nafas. f. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar (Oswari,2000 : 218).

2. Pemeriksaan Penunjang a. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus / obstruksi usus.

b. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih dan ketidakseimbangan elektrolit.

D. PENATALAKSANAAN MEDIS 1. Terapi konservatif/non bedah meliputi : Pengguanaan alat penyangga bersifat sementara seperti pemakaian sabuk/korset pada hernia ventralis.Dilakukan reposisi postural pada pasien dengan Hernia inkaseata yang tidak menunjukkan gejala.sistemik. 2. Terapi umum adalah terapi operatif. 3. Jika usaha reposisi berhasil dapat dilakukan operasi herniografi efektif. 4. Jika suatu operasi daya putih isi Hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah 5 mennit di evaluasi kembali. 5. Jika ternyata pada operasi dinding perut kurang kuat sebaiknya digunakan marleks untuk menguatkan dinding perut setempat. 6. Teknik hernia plastik, endoskopik merupakan pendekatan dengan pasien berbaring dalam posisi trendelernberg 40 OC. 7. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri,misalnya Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi,dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit. 8. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi,kemudian makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan mengadan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejalagejala. 9. Hindari aktivitas-aktivitas yang berat.

E. PATHWAY HERNIA

Adanya tekanan

Aktivitas berat

Hernia

Hernia Konginetal umbilikalis konginetal

Hernia para umbilikalis

Hiatus hernia

Hernia insisional

Hernia inguinalis

Kantung hernia Kantung Hernia

Kantung

Kantung hernia Kantung hernia memasuki memasuki celah celah inguinal bekas insisi Terdorong lewat dinding Posterior canalis inguinal Yang lemah Benjolan pada regio inguinal Diatas ligamentum inguinal Mengecil bila berbaring

Keluar melalui melewati dinding hernia Umbilikalis abdomen memasuki

Rongga thorak

Pembedahan

Insisi bedah

Resti perdarahan Resti infeksi

asupan gizi kurang peristaltik usus menurun

Mual

Terputusnya

jaringan saraf

G eliminasi

nafsu makan menurun

Nyeri

intake makanan inadekuat

G rasa nyaman

Nutrisi kurang dari kebut.tubuh

F. PENGKAJIAN FOKUS 1. Aktivitas/istirahat Gejala : Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat berat, duduk, mengemudi dan waktu lama Membutuhkan papan / matras yang keras saat tidur. Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu bagian tubuh Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.

Tanda : Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena gangguan dalam berjalan.

2. Eliminasi Gejala : konstipasi dan adanya inkartinensa / retensi urine.

3. Integritas Ego Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah pekerjaan finansial keluarga Tanda : tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga

4. Neurosensori Gejala : kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki

Tanda : penurunan reflek tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia. Nyeri tekan/spasme otot paravertebralis, penurunan persepsi nyeri.

5. Kenyamanan Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada hentinya, nyeri yang menjalar ke kaki, bokong, bahu / lengan, kaku pada leher. ( Doenges, 1999 : 320-321 )

6. Post Operasi a. Status Pernafasan - Frekuensi, irama dan kedalaman. - Bunyi napas

- Efektifitas upaya batuk b. Status Nutrisi - Status bising usus, mual, muntah c. Status Eliminasi - Distensi abdomen pola BAK / BAB d. Kenyamanan - Tempat pembedahan, jalur invasive, nyeri, flatus e. Kondisi Luka - Keadaan / kebersihan balutan - Tanda tanda peradangan - Drainage f. Aktifitas - Tingkat kemandirian dan respon terhadap aktivitas

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri ( khusunya dengan mengedan ) yang berhubungan dengan kondisi hernia atau intervensi pembedahan. 2. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer. 3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan makanan. 4.Resiko tinggi konstipasi berhubungan dengan peristaltic usus menurun.

H.PERENCANAAN 1. Nyeri ( khususnya dengan mengedan ) yang berhubungan dengan kondisi hernia atau intervensi pembedahan.

Tujuan

Intervensi

Rasional

setelah dilkukan perawatan selama 3x24 jam nyeri ps 1). Selidiki keluhan nyeri, a. Nyeri insisi bermakna pada

berkurang dg criteria hasil : Menggunakan skala

perhatikan lokasi, intensitas pasca operasi awal, diperberat (skala 0 10) dan faktor oleh pergerakan, batuk, distensi pemberat/penghilang abdomen, mual.

nyeri untuk mengidentifikasi tingkat nyeri

2). Anjurkan pasien untuk b. Intervensi diri pada kontrol melaporkan nyeri segera saat nyeri memudahkan pemulihan mulai. otot/jaringan dengan

3). Pantau tanda-tanda vital menurunkan tegangan otot dan Ps menyatakan nyeri 4). Kaji insisi edema konter bedah, memperbaiki sirkulasi ; c. Respon autonemik meliputi luka perubahan pada TD, nadi dan

berkurang

perhatikan perubahan

Ps mampu

(pembentukan

hematoma) pernapasan yang berhubungan

istirahan/tidur

atau inflamasi mengeringnya dengan keluhan/penghilang tepi luka. nyeri. Abnormalitas tanda vital Berikan tindakan terus menerus memerlukan

Menggunakan tekhnik non farmakologi

5).

kenyamanan, misal gosokan evaluasi lanjut. punggung, pembebatan insisi d. Perdarahan pada jaringan, selama perubahan posisi dan bengkak, inflamasi lokal atau latihan lingkungan batuk/bernapas, terjadinya infeksi dapat tenang. menyebabkan peningkatan

6). Berikan analgesik sesuai nyeri insisi. terapi e. Memberikan dukungan relaksasi, memfokuskan ulang perhatian, meningkatkan rasa kontrol dan kemampuan koping. f. Mengontrol/mengurangi nyeri untuk meningkatkan istirahat dan meningkatkan kerjasama dengan aturan terapeutik

2. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer. Tujuan setelah diberikan perawatan selama 3x24 jam tidak a. Pantau tnda-tanda vital, perhatikan peningkatan suhu. b. Observasi penyatuan luka, karakter drainase, adanya Bebas dari tanda-tanda inflamasi infeksi Angka leukosit normal Ps mengatakan c. Observasi terhadap tanda/gejala peritonitas, misal : demam, peningkatan nyeri, tahu distensi abdomen Intervensi Rasional a. Suhu malam hari memuncak yang kembali ke normal pada pagi hari adalah karakteristik infeksi. b. Perkembangan infeksi dapat memperlambat pemulihan c. Meskipun persiapan usus dilakukan sebelum pembedahan elektif, peritonitas dapat terjadi bila susu terganggu. Misal : ruptur pra operasi, kebocoran anastromosis (pasca operasi) atau bila pembedahan adalah darurat/akibat dari luka kecelakaan d. Melindungi pasien dari kontaminasi silang selama penggantian balutan. Balutan basah sebagai sumbu retrogad, menyerap kontaminasi eksternal. e. Diberikan secara profilaktik dan untuk mengatasi infeksi.

terjadi infeksi sekunder dg kriteria hasil :

tentang infeksi

tanda-tanda d. Pertahankan perawatan luka aseptik, pertahankan balutan kering e. Berikan obat-obatan sesuai indikasi : Antibiotik, misal : cefazdine (Ancel)

3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan makanan.

Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien dapat terpenuhi kebutuhan nutrisinya. Kriteria Hasil:
- BB normal berdasarkan

Intervensi

Rasional

a.

Tinjau individual

faktor-faktor yang

a. Mempengaruhi pilihan intervensi b. Menentukan

mempengaruhi kemampuan mencerna/makan makanan, misal : status puasa, mual, untuk

kembalinya peristaltik (biasanya dalam 2 4 hari) c. Meningkatkan kerjasama pasien dengan aturan diet, protein/vitamin C

TB&umur - Mengidentifikasi kebutuhan nutrisi - mengkonsumsi nutrisi yang cukup Bebas dari tanda-tanda

ikusperistaltik setelah selang dilepaskan

b.

Aukultasi bising usus palpasi abdomen. Catat pasaseflatus.

adalah kontributor utama untuk pemeliharaan jaringan dan perbaikan. Malnutrisi adalah faktor

malnutrisi

c.

Identifikasi kesukaan/ketidaksukaa n diet dari pasien. pilihan

dalam menurunkan pertahanan terhadap infeksi d. Memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit. Inflamasi usus, erosi mukosa,

Anjurkan

makanan tinggi protein dan vitamin

d.

Berikan

cairan

IU,

infeksi. e. Dengan konsultasi, kita dapat menentukan

misal : albumin. Lipid, elektrolit

metode diet yang e. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk memenuhi asupan kalori dan nutrisi yang optimal

menetapkan kebutuhan kalori harian dan jenis makanan yang sesuai bagi klien

4. Resiko tinggi konstipasi berhubungan dengan peristaltic usus menurun. Tujuan Intervensi - Monitor tanda dan gejala setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam pasien tidak mengalami konstipasi,peristaltic usus normal, criteria hasil : *B.A.B lembek *Ps menyatakan B.A.B lembek dan mampu mengontrol B.A.B *Mempertahankan pola eliminasi usus tanpa ilius Kolaborasi medis kalau perlu konstipasi - Monitor pergerakan usus, frekuensi, konsistensi - Identifikasi diet penyebab konstipasi - Anjurkan pada pasien untuk makan buah-buahan dan serat tinggi - Mobilisasi bertahab - evaluasi intake makanan dan minuman Rasional - Memastikan tingkat keparahan konstipasi - Peristaltik turun mengidentifikasi ilius paralitik - Mencegah konstipasi tidak tambah berat - Agar produksi tinja lembek dan mempermudah B.A.B - Membantu mobilisasi usus - Memonitor jenis-jenis makanan penyebab konstipasi Pemberian obat pencahar

You might also like