You are on page 1of 2

Nama : Galih Nugraha Nim : 04121401078 Daftar Pustaka : 1. Departemen Farmakologi dan Terapeutik, FKUI. 2012. Edisi 5.

Farmakologi dan Terapi . Jakarta : FKUI 2. FKUI. 2006.edisi IV. Ilmu penyakit dalam. Jakarta : FKUI

3. Tn. A, 70 tahun, dating ke klinik untuk control setelah dirawat karena myocardial infarction dan mendapat tindakan angioplasty yang sukses dan tanpa gejala a. Bagaimana hubungan usia dengan MI ? Hubungan miokardium infarktion dengan umur adalah merupakan salah satu faktor resiko. Dengan bertambahnya umur, elastisitas pembuluh darah seseorang secara anatomi dan fisiologi akan mengalami kemunduran. Ditambah dengan peningkatan kadar kolesterol sesuai usia ditambah dengan pola makan yang kurang benar. Hal ini berakibat dengan munculnya berbagai gejala seperti hipertensi akibat dari arterosklerosis, hal ini jika tidak ditangani secara cepat dan serius akan menyebabkan berkurangan pasokan darah dan oksigen ke jantung akibat dari penyumbatan pembuluh darah yang akan menyebabkan miokardial infarktion. b. Hubungan antara hipertensi dan MI

Komplikasi yang terjadi pada hipertensi biasanya akibat perubahan struktur arteri dan arterial sistemik, terutama terjadi pada kasus-kasus yang tidak diobati. Mula-mula akan terjadi hipertropi dari tunika media diikuti dengan hialinisasi setempat dan penebalan fibrosis dari tunika intima dan akhirnya akan terjadi penyempitan pembuluh darah. Tempat yang paling berbahaya adalah bila mengenai miokardium, arteri dan arterial sistemik, arteri koroner dan serebral serta pembuluh darah ginjal. Dari penelitian 50% penderita miokard infark menderita Hipertensi. Perubahan hipertensi khususnya pada jantung disebabkan karena : a. Meningkatnya tekanan darah. Peningkatan tekanan darah merupakan beban yang berat untuk jantung, sehingga menyebabkan hipertropi ventrikel kiri atau pembesaran ventrikel kiri (faktor miokard). Keadaan ini tergantung dari berat dan lamanya hipertensi. b. Mempercepat timbulnya arterosklerosis. Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya arterosklerosis koroner (faktor koroner) Hal ini menyebabkan angina pektoris, Insufisiensi koroner dan miokard infark lebih sering didapatkan pada penderita hipertensi dibanding orang normal.

Akibatnya efek yang ditimbulkan adalah berkurangnya pasokan darah dan oksigen pada organ jantung yang lama-kelamaan akan menyebabkan terjadinya infark miokardium.

4. Tn. A menderita hipertensi sehingga dia diberi terapi metoprolol oral a. Farmakokinetik (Ekskresi) dati metoprolol ? Metoprolol diabsorpsi dengan mudah di saluran pencernaan, tetapi tidak diimbangi dengan metabolisme substansial pertama kali di hati sebanyak 60 % . Metabolit hati secara farmakologi tidak aktif, dan <10% dari obat tersebut dikeluarkan melalui urin dalam keadaan tidak berubah.

b. Bagaimana interaksi dari metoprolol (agonis dan antagonisnya) ? Metoprolol merupakan salah satu obat yang bekerja menghambat jenis reseptor beta 1 yang terdapat pada sel jantung dan sel jukstaglomeruler. - Agonis dari beta 1 : menimbulkan perangsangan jantung sehingga meningkatkan frekuensi denyut jantung dan meningkatkan sekresi renin dari sel jukstaglomerular yang berakibat pada efek naiknya tekanan darah oleh system renin-angiotensin-aldosteron. - Antagonis dari beta 1 akibat metaprolol : 1. Penurunan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas dari miokard yang berkibat menurunkan curah jantung. 2. Hambatan sekresi renin di sel-sel jukstaglomeruler ginjal dengan akibat penurunan produksi angiotensin II (vasokontriksi yang potent) 3. Efek sentral yang mempengaruhi aktivitas saraf simpatis, perubahan aktivitas neuron adrenergic perifer dan peningkatan biosintesis prostasiklin.

5. Dari anamnesis sebelum terkena MI dia belum pernah berobat, bukan perokok dan tidak menderita DM, dan menderita asma sewaktu kecil, namun belakangan ini tidak pernah kambuh. a. Hubungan pemberian terapi metoprolol dengan perokok Metoprolol merupakan jenis obat penghambat reseptor beta 1 sedangkan efek yang berkibat dengan perokok adalah efek yang ditimbulkan jika dilakukan penghambatan dari beta 2 (menghambat brokodilatasi dari sel otot polos bronkus). Penggunaan metaplorol pada terapi saat ini tidak berpengaruh singnifikan terhadap perokok karena metoplorol merupakan salah satu jenis obat yang cukup selektif (hanya bekerja pada penghambatan reseptor beta 2 saja)

Learning Issue 1. Beta adrenergic dan antagonisnya

You might also like