You are on page 1of 18

I. PENDAHULUAN Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam Indonesia dan banyak Negara di seluruh dunia.

UNAIDS mem erkirakan !umlah "DHA di seluruh dunia ada Desember #$$% adalah &'() * %%(& !u+a orng. Saa+ ini +idak ada Negara yang +erbebas dari HIV/AIDS. Kasus pertama AIDS di dunia dilaporkan pada tahun 1981. Meskipun demikian, dari beberapa literature sebelumnya ditemukan kasus yang cocok dengan de inisi sur!eilans AIDS pada tahun 19"# dan 19$#%an di Amerika Serikat. Kasus pertama AIDS di Indonesia dilaporkan secara resmi oleh Departemen Kesehatan tahun 198& yaitu pada seorang 'arga negara (elanda di (ali. Dan kini, kasus )I*+AIDS ini kini semakin meluas dan menyerang berbagai lapisan dan strata sosial. II. DE,INISI )I* atau Human Immunodeficiency Virus( adalah -irus yang menyerang sis+em kekebalan +ubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS . Acquired Immunodeficiency Syndrome/. AIDS da a+ diar+ikan sebagai kum ulan ge!ala a+au enyaki+ yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan +ubuh akuba+ in0eksi HIV. AIDS meru akan +aha akhir dari in0eksi HIV. III. EPIDE1I"L"2I ,ada tahun -##", .umlah /D)A di seluruh dunia diperkirakan sekitar 0#,1 .uta orang dan yang terin eksi )I* sebesar 0,9 .uta orang. 2umlah ini terus bertambah dengan kecepatan 1".### pasien per hari. 2umlah pasien di ka'asan Asia Selatan dan Asia 3enggara sendiri diperkirakan ber.umlah sekitar &,0 .uta pada tahun -##". Menurut catatan Departemen Kesehatan, pada tahun -##" terdapat 0.18$ kasus AIDS dengan 1#" di antaranya berasal dari 2a'a (arat. Saat ini, dilaporkan adanya pertambahan kasus baru setiap - .am, dan setiap hari minimal 1 pasien meninggal karena AIDS di 4umah Sakit Ketergantungan /bat dan di 4umah 3ahanan. Dan di setiap propinsi ditemukan adanya ibu hamil dengan )I* dan anak yang )I* atau AIDS.

)I* ditularkan melalui 5 a. 6e'at cairan darah Melalui trans usi darah + produk darah yg sudah tercemar )I* 6e'at pemakaian .arum suntik yang sudah tercemar )I*, yang dipakai bergantian tanpa disterilkan, misalnya pemakaian .arum suntik dikalangan pengguna narkotika suntikan Melalui pemakaian .arum suntik yang berulangkali dalam kegiatan lain, misalnya 5 peyuntikan obat, imunisasi, pemakaian alat tusuk yang menembus kulit, misalnya alat tindik, tato, dan alat acial 'a.ah. b. 6e'at cairan sperma dan cairan !agina )I* dapat menular melalui hubungan seks penetrati yang tidak aman sehingga memungkinkan tercampurnya cairan sperma dengan cairan !agina 7untuk hubungan seks le'at !agina8 9 atau tercampurnya cairan sperma dengan darah, yang mungkin ter.adi dalam hubungan seks anal. )ubungan seksual secara anal lebih berisiko menularkan )I*, karena epitel mukosa anus relati tipis dan lebih mudah terluka dibandingkan epitel dinding !agina, sehingga )I* lebih mudah masuk ke aliran darah. Dalam berhubungan seks !aginal, perempuan lebih besar risikonya daripada pria karena selaput lendir !agina cukup rapuh. Disamping itu karena cairan sperma akan menetap cukup lama di dalam !agina, kesempatan )I* masuk ke aliran darah men.adi lebih tinggi. )I* di cairan !agina atau darah tersebut, .uga dapat masuk ke aliran darah melalui saluran kencing pasangannya. Dalam satu kali hubungan seks secara tidak aman dengan orang yang terin eksi )I* dapat ter.adi penularan. :alaupun secara statistik kemungkinan ini antara #,1; hingga 1; 7.auh diba'ah risiko penularan )I* melalui trans usi darah8 tetapi lebih dari 9#; kasus penularan )I*+AIDS ter.adi melalui hubungan seks yang tidak aman. c. 6e'at Air Susu Ibu ,enularan ini dimungkinkan dari seorang ibu hamil yang )I* positi , dan melahirkan le'at !agina9 kemudian menyusui bayinya dengan ASI. Kemungkinan penularan dari ibu ke bayi 7Mother%to%<hild 3ransmission8 ini berkisar hingga 1#;,

artinya dari setiap 1# kehamilan dari ibu )I* positi kemungkinan ada 1 bayi yang lahir dengan )I* positi . =aktor % aktor risiko yang mempercepat meningkatnya pre!alensi in eksi )I* di 2a'a (arat adalah 5 1. 3ingginya pecandu narkotika suntik 7ID>8 -. Industri seks 1. Kemiskinan 0. Migrasi penduduk ". Kurangnya pengetahuan mengenai IMS + )I*+ AIDS $. 4endahnya pemakaian kondom pada akti tias seksual berisiko &. 3ingginya hubungan seksual di luarnikah dan pra nikah =akta yang paling mengkha'atirkan adalah bah'a peningkatan in eksi )I* yang semakin nyata pada pengguna narkotika. ,adahal sebagian besar odha yang merupakan pengguna narkotika adalah rema.a dan usia de'asa muda yang merupakan kelompok usia produkti . IV. E3I"L"2I *irus )I* yang termasuk dalam amili retro!irus genus lenti!irus diketemukan oleh 6uc Montagnier, seorang ilmu'an ,erancis 7Institute ,asteur, ,aris 19818, yang mengisolasi !irus dari seorang penderita dengan ge.ala lim adenopati, sehingga pada 'aktu itu dinamakan Lymphadenopathy Associated Virus 76A*8. ?allo 7national Institute o )ealth, >SA 19808 menemukan *irus )36*%III 7Human T Lymphotropic Virus8 yang .uga adalah penyebab AIDS. ,ada penelitian lebih lan.ut dibuktikan bah'a kedua !irus ini sama, sehingga berdasarkan hasil pertemuan International <ommittee on 3a@onomy o *iruses 7198$8 :)/ memberi nama resmi )I*. ,ada tahun 198$ di A rika ditemukan !irus lain yang dapat pula menyebabkan AIDS, disebut )I*%-, dan berbeda dengan )I*%1 secara genetic maupun antigenic. )I*%- dianggap kurang pathogen dibandingkan dengan )I*%1. >ntuk memudahkan, kedua !irus itu disebut sebagai )I* sa.a.

V. PA3"2ENESIS )I* adalah retro!irus yang menggunakan 4AA sebagai genom. >ntuk masuk ke dalam sel, !irus ini berikatan dengan receptor 7<D08 yang ada di permukaan sel. Artinya, !irus ini hanya akan mengin eksi sel yang memiliki receptor <D0 pada permukaannya. Karena biasanya yang diserang adalah sel 3 lymphosit 7sel yang berperan dalam sistem imun tubuh8, maka sel yang diin eksi oleh )I* adalah sel 3 yang mengekspresikan <D0 di permukaannya 7<D0B 3 cell8. Setelah berikatan dengan receptor, !irus ber usi dengan sel 7 usion8 dan kemudian melepaskan genomnya ke dalam sel. Di dalam sel, 4AA mengalami proses re!erse transcription, yaitu proses perubahan 4AA men.adi DAA. ,roses ini dilakukan oleh enCim re!erse transcriptase. ,roses sampai step ini hampir sama dengan beberapa !irus 4AA lainnya. Dang men.adi ciri khas dari retro!irus ini adalah DAA yang terbentuk kemudian bergabung dengan DAA genom dari sel yang diin eksinya. ,roses ini dinamakan integrasi 7integration8. ,roses ini dilakukan oleh enCim integrase yang dimiliki oleh !irus itu sendiri. DAA !irus yang terintegrasi ke dalam genom sel dinamakan pro!irus. Dalam kondisi pro!irus, genom !irus akan stabil dan mengalami proses replikasi sebagaimana DAA sel itu sendiri. Akibatnya, setiap DAA sel men.alankan proses replikasi secara otomatis genom !irus akan ikut bereplikasi. Dalam kondisi ini !irus bisa memproteksi diri dari serangan sistem imun tubuh dan sekaligus memungkinkan manusia terin eksi !irus seumur hidup 7a li e long in ection8. Spesi ikasi )I* terhadap <D0B 3 cell ini membuat !irus ini bisa digunakan sebagai !ektor untuk pengobatan gen 7gene therapy8 yang e isien bagi pasien )I*+AIDS. Soalnya, !ektor )I* yang memba'a gen anti%)I* hanya akan masuk ke dalam sel yang sudah dan akan diin eksi oleh !irus )I* itu sendiri. 6im osit <D0B merupakan target utama in eksi )I* karena !irus mempunyai a initas terhadap molekul permukaan <D0. 6im osit <D0B ber ungsi mengkoordinasikan se.umlah ungsi imunologis yang penting. )ilangnya ungsi tersebut menyebabkan gangguan respon imun yang progresi .

Ke.adian in eksi )I* primer dapat dipela.ari pada model in eksi akut Simian Immunodeficiency Virus 7 SI* 8. SI* dapat mengin eksi lim osit <D0B dan monosit pada mukosa !agina.*irus diba'a oleh antigen presenting cells ke kelen.ar getah bening regional. ,ada model ini, !irus dideteksi pada kelen.ar getah bening dalam " hari setelah inokulasi. Sel indi!idual di kelen.ar getah bening yang mengekspresikan SI* dapat di deteksi dengan hibridisasi in situ dalam &% 10 hari setelah inokulasi. *iremia SI* dideteksi &%-1 hari setelah in eksi . ,uncak .umlah sel yang mengekspresikan SI* di kelen.ar getah bening berhubungan dengan puncak antigenemia p-$ SI*. 2umlah sel yang mengekspresikan !irus di .aringan lim oid kemudian menurun secara cepat dan di hubungkan sementara dengan pembentukan respon imun spesi ik. Koinsiden dengan menghilangnya !iremia adalah peningkatan sel lim osit <D8. :alaupun demikian tidak dapat dikatakan bah'a respon sel lim osi <D8B menyebabkan kontrol optimal terhadap replikasi )I*. 4eplikasi )I* berada pada keadaan steady-state E beberapa bulan setelah in eksi . Kondisi ini bertahan relati stabil selam beberapa tahun, namun lamanya sangat ber!ariasi. =aktor yang mempengaruhi tingkat replikasi )I* tersebut, dengan demikian .uga per.alanan kekebalan tubuh pe.amu, adalah heterogeneitas kapasitas replikati heterogeneitas intrinsik pe.amu. Antibodi muncul di sirkulasi dalm beberapa minggu setelah in eksi, namun secara umum dapat dideteksi pertama kali setelah replikasi !irus telah menurun sampai ke le!el !irus. Esteady state. :alaupun antibodi ini umumnya memiliki akti itas netralisasi yang kuat mela'an in eksi !irus, namun ternyata tidak dapat mematikan !irus dan

Pa+o0isiologis
Dalam tubuh odha, partikel !irus bergabung dengan DAA sel pasien, sehingga satu kali seseorang terin eksi )I*, seumur hidup ia akan tetap terin eksi. Dari semua orang yang terin eksi )I* sebagian berkembang masuk tahap AIDS pada 1 tahun pertama, "#; berkembang men.adi pasien AIDS sesudah 1# tahun, dan sesudah 11 tahun hampir semua orang yang terin eksi )I* menun.ukkan ge.ala AIDS, dan kemudian meninggal. ,er.alanan penyakit tersebut menun.ukkan gambaran penyakit yang kronis, sesuai dengan kerusakan sistem kekebalan tubuh yang .uga bertahap.

"

In eksi )I* tidak akan langsung memperlihatkan tanda atau ge.ala tertentu. Sebagian memperlihatkan ge.ala tidak khas pada in eksi )I* akut, 1%$ minggu setelah terin eksi. ?e.ala yang ter.adi adalah demam, nyeri menelan, pembengkakan kelen.ar getah bening, ruam, diare, atau batuk. Setelah in eksi akut, di mulailah in eksi )I* asimptomatik 7tanpa ge.ala8. Masa tanpa ge.ala ini umumnya berlangsung selama 8%1# tahun. 3etapi ada sekelompok kecil orang yang per.alanan penyakitnya amat cepat, dapat hanya sekitar - tahun, dan ada pula yang per.alanannya lambat 7non%pogresor8. Seiring dengan makin memburuknya kekebalan tubuh, odha mulai menampakkan ge.ala%ge.ala akibat in eksi oportunistik seperti berat badan menurun, demam lama, rasa lemah, pembesaran kelen.ar getah bening, diare, tuberculosis, in eksi .amur, herpes, dll. 3anpa pengobatan A4*, 'alaupun selama beberapa tahu tidak menun.ukkan ge.ala, secara bertahap sistem kekebalan tubuh orang yang terin eksi )I* akan memburuk, dan akhirnya pasien menun.ukkan ge.ala klinik yang makin berat, pasien masuk tahap AIDS. 2adi yang disebut laten secara klinik 7tanpa ge.ala8, sebetulnya bukan laten bila ditin.au dari sudut penyakit )I*. Mani etasi dari a'al dari kerusakan sistem kekebalan tubuh adalah kerusakan mikro arsitektur olikel kelen.ar getah bening dan in eksi )I* yang luas di .aringan lim oid, yang dapat dilihat dengan pemeriksaan hibridisasi in situ.Sebagian besar replikasi )I* ter.adi di kelen.ar getah bening, bukan di peredaran darah tepi. ,ada 'aktu orang dengan in eksi )I* masih merasa sehat, klinis tidak menun.ukkan ge.ala, pada 'aktu itu ter.adi replikasi )I* yang tinggi, 1# partikel setiap hari. 4eplikasi yang cepat ini disertai dengan mutasi )I* dan seleksi, muncul )I* yang resisten. (ersamaan dengan replikasi )I*, ter.adi kehancuran lim osit <D0 yang tinggi, untungnya tubuh masih bias mengkompensasi dengan memproduksi lim osit <D0 sekitar 1#9 sel setiap hari. ,er.alanan penyakit lebih progresi pada pengguna narkotika. 6ebih dari 8#; pengguna narkotika terin eksi !irus hepatitis <. In eksi pada katup .antung .uga adalah penyakit yang di.umpai pada odha pengguna narkotika dan biasanya tidak ditemukan pada odha yang tertular dengan cara lain. 6amanya penggunaan .arum suntik berbanding lurus dengan in eksi pneumonia dan tuberkulosis. Makin lama

seseorang menggunakan narkotika suntik , makin mudah terkena pneumonia dan tuberkulosis. In eksi secara bersamaan ini akan menimbulkan e ek yang buruk. In eksi oleh kuman penyakit lain akan menyebabkan !irus )I* membelah dengan lebih cepat sehingga .umlahnya akan meningkat pesat. Selain itu .uga dapat menyebabkan reakti!asi !irus di dalam lim osit 3. Akibatnya per.alanan penyakitnya biasanya lebih progresi . VI. 1ANI,ES3ASI 4LINIS 2e!ala in0eksi HIV ,ada a'alnya sulit dikenali karena seringkali mirip penyakit ringan sehari%hari seperti lu dan diare sehingga penderita tampak sehat. Kadang%kadang dalam $ minggu pertama setelah kontak penularan timbul ge.ala tidak khas berupa demam, rasa letih, sakit sendi, skait menelan dan pembengkakan kelen.ar getah bening di ba'ah telinga, ketiak dan selangkangan. ?e.ala ini biasanyasembuh sendiri dan amapi 0%" tahun mungkin tidak muncul ge.ala. ,ada tahun ke " atau $ tergantung masing%masing penderita, mulai timbul diare berulang, penurunan berat badan secara mendadak, sering saria'an di mulut dan pembengkakan di daerah kelen.ar getah bening. Kemudian tahap lebih lan.ut akan ter.adi penurunan berat badan secara cepat 7F 1#;8, diare terus%menerus lebih dari 1 bulan disertai panas badan yang hilang timbul atau terus menerus. 3anda5+anda seorang +er+ular HIV Sebenarnya tidak ada tanda%tanda khusus yang bisa menandai apakah seseorang telah tertular )I*, karena keberadaan !irus )I* sendiri membutuhkan 'aktu yang cukup pan.ang 7" sampai 1# tahun hingga mencapai masa yang disebut ullblo'n AIDS8. Adanya )I* di dalam darah bisa ter.adi tanpa seseorang menun.ukan ge.ala penyakit tertentu dan ini disebut masa )I* positi . (ila seseorang terin eksi )I* untuk pertama kali dan kemudian memeriksakan diri dengan men.alani tes darah, maka dalam tes pertama tersebut belum tentu dapat dideteksi adanya !irus )I* di dalam darah. )al ini disebabkan kaena tubuh kita membutuhkan 'aktu sekitar 1 % $ bulan untuk membentuk antibodi yang nantinya akan dideteksi oleh tes darah tersebut. Masa ini disebut 'indo' period 7periode .endela8 . Dalam masa ini , bila orang tersebut ternyata sudah mempunyai !irus )I* di dalam tubuhnya 7'alau pun

&

belum bisa di deteksi melalui tes darah8, ia sudah bisa menularkan )I* melalui perilaku yang disebutkan di atas tadi. Secara umum, tanda%tanda utama yang terlihat pada seseorang yang sudah sampai pada tahapan AIDS adalah5

(erat badan menurun lebih dari 1#; dalam 'aktu singkat Demam tinggi berkepan.angan 7lebih dari satu bulan8 Diare berkepan.angan 7lebih dari satu bulan8

Sedangkan ge.ala%ge.ala tambahan berupa 5


(atuk berkepan.agan 7lebih dari satu bulan8 Kelainan kulit dan iritasi 7gatal8 In eksi .amur pada mulut dan kerongkongan

,embengkakan kelen.ar getah bening di seluruh tubuh, seperti di ba'ah telinga, leher, ketiak dan lipatan paha. Perbedaan an+ara HIV dan AIDS( yai+u6 A. )I* adalah )uman Immuno De iciency *irus, suatu !irus yang menyerang sel darah putih manusia dan menyebabkan menurunnya kekebalan+ daya tahan tubuh, sehingga mudah terserang in eksi+penyakit. (. AIDS adalah Acquired Immune Deficiency Syndrome, yaitu timbulnya sekumpulan ge.ala penyakit yang ter.adi karena kekebalan tubuh menurun,oleh karena adanya !irus )I* di dalam darah In eksi )I*+AIDS berbahaya, karena telah banyak pengidap )I*+AIDS yang meninggal % % % ?e.ala muncul setelah - % 1# tahun terin eksi )I*. ,ada masa tanpa ge.ala sangat mungkin menularkan kepada orang lain. Setiap orang dapat tertular )I*+AIDS.

(elum ada !aksin dan obat penyembuhnya.

,er.alanan ,enyakit dan ?e.ala yang 3imbul % Dalam masa sekitar 1 bulan setelah tertular, tubuh belum membentuk antibodi secara sempurna, sehingga tes darah tidak memperlihatkan bah'a orang tersebut telah tertular )I*. Masa 1 bulan ini sering disebut dengan masa .endela % Masa tanpa ge.ala, yaitu 'aktu 7" % & tahun8 dimana tes darah sudah menun.ukkan adanya anti bodi )I* dalam darah, artinya positi )I*, namun pada masa ini tidak timbul ge.ala yang menun.ukkan orang tersebut menderita AIDS, atau dia tampak sehat. % Masa dengan ge.ala, ini sering disebut masa sebagai penderita AIDS. ?e.ala AIDS sudah timbul dan biasanya penderita dapat bertahan $ bulan sampai tahun dan kemudian meninggal VII. PE1E7I4SAAN PENUN8AN2 3es darah 3es untuk mengetahui antibodi )I* pertama tersedia pada 198". (aru setelah tes dapat diperoleh, muncul berbagai pertanyaan tentang bagaimana cara memakai tes tersebut. >mumnya, orang dapat dibagi dalam dua kubu5 mereka yang setu.u dengan tes secara sukarela dan mereka yang mengusulkan tes 'a.ib. ?agasan 'a.ib melakukan tes ditolak oleh sebagian besar negara akibat biaya dan masalah logistik yang terkait.1 3iga negara yang me'a.ibkan tes adalah Kuba 7&" persen 'arga dites8, (ulgaria 70" persen dites8 dan bekas >ni So!iet 71# persen8. Karena )I* tidak ditularkan melalui hubungan biasa sehari%hari 7yaitu, bukan !irus yang diangkut udara8 tetapi melalui perilaku tertentu, tes 'a.ib untuk seluruh penduduk dilihat sangat mahal, secara ilmiah tidak dapat dibenarkan, dan dapat menimbulkan perlakuan tidak adil. Di negara lain, kelompok tertentu di.adikan sasaran, sering kali tanpa persetu.uan dari yang bersangkutan. Kelompok ini mencakup narapidana, peker.a seks, pengguna narkoba dalam tempat pemulihan, dan 'anita hamil.

,enolakan terhadap tes )I* berarti program harus mengembangkan strategi untuk membu.uk orang yang berisiko terin eksi )I* untuk melakukan tes )I* karena akan berman aat untuk mereka.0 /rang yang mengusulkan tes sukarela secara luas menganggap bah'a .ika seseorang mengetahui apakah ia terin eksi )I* atau tidak akan men.adi unsur penting dalam mendorong ter.adinya perubahan. (erarti, orang dengan )I* akan menerapkan penggunaan narkoba atau hubungan seks yang lebih aman untuk melindungi pasangannya, dan orang yang memakai narkoba bersamanya. >ntuk mereka yang )I*%negati , akan mendorong perubahan perilaku agar meyakinkan bah'a mereka tidak tertular )I* di masa yang akan datang. Sebaliknya, ada yang menganggap bah'a setiap orang yang menggunakan narkoba dengan .arum suntik dan melakukan seks yang tidak aman harus mengubah perilakunya, terlepas apakah mereka )I*%positi atau tidak. Karena pesannya sama, tes tidak dibutuhkan dan dapat meningkatkan perlakuan tidak adil, stigmatisasi dan pengucilan. Daripada melakukan tes secara massal, mereka mengusulkan program pendidikan massal sebagai gantinya. (anyak negara di Asia melakukan gabungan antara tes 'a.ib, tes sukarela dan sur!eilans sentinel. 9agaimanakah +es HIV di akai: .correc+ +he indonesian sen+ence GGG8 >mumnya tes )I* dipakai dalam dua cara5 untuk sur!eilans masyarakat 7sur!eilans sentinel8 dan untuk diagnosis perorangan. Sur!eilans masyarakat biasanya dilakukan dengan melakukan tes intensi 7skrining8 terhadap kelompok kunci dalam masyarakat agar mengetahui luasnya penyebaran in eksi )I*. Ini dapat dilakukan dengan mengadakan skrining )I* pada perempuan hamil atau pasien IMS, agar mengetahui berapa yang terin eksi )I* pada 'aktu tertentu5 skrining ulangan di kemudian hari dapat menun.ukkan cepatnya )I* menyebar dalam masyarakat tertentu itu. /rang yang dites dengan cara ini tidak diberitahukan hasil tesnya dan hasilnya .uga anonim 7tanpa nama8.

1#

3es perorangan adalah untuk mereka yang merasa mungkin telah terpa.an oleh )I* melalui praktek penyuntikan, seks yang berisiko, atau dari trans usi darah. 3es seperti ini harus mencakup konseling prates dan pascates 7untuk in ormasi lebih lan.ut lihat ini8. Melakukan tes memungkinkan orang untuk mengubah perilakunya sehingga mereka tidak menularkan !irus itu 7.ika hasil tesnya positi 8 atau, .ika hasil tes mereka negati , untuk meyakinkan mereka supaya tidak tertular !irus ini di masa mendatang. 3es .uga bisa berarti bah'a orang mungkin mendapatkan saran%saran berkaitan dengan kesehatan mereka, pengobatan untuk in eksi oportunistik seperti 3(, dan in ormasi tentang bagaimana mengurangi kemungkinan menularkan !irus pada bayinya yang belum lahir, saat melahirkan atau ketika menyusui. VIII. PEN;E2AHAN DAN PEN2"9A3AN PEN;E2AHAN % % ?unakan selalu .arum suntik yang steril dan baru setiap kali akan melakukan penyuntikan atau proses lain yang mengakibatkan ter.adinya luka Selalu menerapkan ke'aspadaan mengenai seks aman 7artinya 5 hubungan seks yang tidak memungkinkan tercampurnya cairan kelamin, karena hal ini memungkinkan penularan )I*8 % (ila ibu hamil dalam keadaan )I* positi sebaiknya diberitahu tentang semua resiko dan kemungkinan%kemungkinan yang akan ter.adi pada dirinya sendiri dan bayinya, sehingga keputusan untuk menyusui bayi dengan ASI sendiri bisa dipertimbangkan. Ada tiga cara5 1. Abstinensi 7atau puasa, tidak melakukan hubungan seks8 -. Melakukan prinsip monogami yaitu tidak berganti%ganti pasangan dan saling setia kepada pasangannya 1. >ntuk yang melakukan hubungan seksual yang mengandung risiko, dian.urkan melakukan seks aman termasuk menggunakan kondom Ada dua hal yang perlu diperhatikan5

11

1. Semua alat yang menembus kulit dan darah 7.arum suntik, .arum tato, atau pisau cukur8 harus disterilisasi dengan benar -. 2angan memakai .arum suntik atau alat yang menembus kulit bergantian dengan orang lain PEN2"9A3AN (erbagai pengobatan telah diterapkan untuk penyembuhan AIDS. Dang banyak dipraktikkan sampai saat ini adalah pengobatan dengan obat kimia 7chemotherapy8. /bat%obat ini biasanya adalah inhibitor enCim yang diperlukan untuk replikasi !irus, seperti inhibitor re!erse transcriptase dan protease. Hido!udin%lebih dikenal dengan AH3%adalah obat AIDS yang pertama kali digunakan. /bat yang merupakan inhibitor enCim re!erse transciptase ini mulai digunakan se.ak tahun 198&. Setelah itu dikembangkan inhibitor protease seperti indina!ir, ritona!ir, dan nel ina!ir. Sampai saat ini =ood and Drug Administration 7=DA8 Amerika telah mengiCinkan penggunaan sekitar -# .enis obat%obatan. ,ada umumnya, pemakaian obat%obat ini adalah dengan kombinasi satu sama lainnya karena pemakaian obat tunggal tidak menyembuhkan dan bisa memicu munculnya !irus yang resisten terhadap obat tersebut. ,emakaian obat kombinasi men.adi standar pengobatan AIDS saat ini, yang disebut highly acti!e antiretro!iral threrapy 7)AA438. :alaupun demikian, cara ini .uga masih belum e ekti . Hido!udin 7HD*8 5 Merupakan analog nukleosida, dan beker.a pada enCim re erse transcriptase. <D< telah menyarankan pemakaian obat ini untuk in eksi )I*. Dosis5 "##%$## mg+hari, pemberian setiap 0 .am I 1## mg, Didanosin 7DDI8 5 (elum ada rekomendasi pemberian DDI sebagai terapi pertama, melainkan dipakai bila penderita tidak toleran terhadap HD*, atau sebagai pengganti HD* dimana HD* sudah amat lama dipakai, atau bila pengobatan dengan HD* tidak mendapatkan hasil. Dosis5 -@1## mg, setiap 1- .am 7((J$# Kg8 atau -@1-" mg, setiap 1- .am 7((F$# Kg8 Dideo@ycytidine 7DD<, Halcitabine85 Diberikan sebagai kombinasi dengan HD*, tetapi belum cukup pengalaman untuk pemakaian tersebut. Dosis5 #,#1 mg+Kg((, diberikan setiap 0 .am.

1-

/bat%obat lain5 (erbagai .enis obat antiretro!iral dikembangkan namun masih dalam tara penelitian. Dang cukup men.an.ikan ialah deri!at )K,3 dan 3I(/, yang menghambat )I*%1 secara sangat spesi ik, namun tidak )I*%-. Senya'a ini beker.a pada enCim re erse transcriptase. *aksin untuk mencegah penularan )I* sampai saat ini belum diketemukan. 3erapi kombinasi 5 (anyak ahli cenderung mempergunakan terapi kombinasi HD* dengan obat antiretro!iral lain, misalnya5 Triple5 SaLuina!ir 18## mg+hari 74o.11%89"98, HD* $## mg+hari, DD< -," mg+hari. Dou!le5 DD<BHD*, DD<BsaLuina!ir. 3erapi kombinasi terbukti memberikan hasil lebih baik dan mengurangi kemungkinan timbulnya resistensi !irus terhadap obat%obat antiretro!iral tersebut. 3era i gen ,endekatan lain yang dilakukan adalah terapi gen. Artinya, pengobatan dilakukan dengan mengintroduksikan gen anti%)I* ke dalam sel yang terin eksi )I*. ?en ini bisa berupa antisense dari dari salah satu enCim yang diperlukan untuk replikasi !irus tersebut atau riboCyme yang berupa antisense 4AA dengan kemampuan untuk menguraikan 4AA target. Antisense yang diintroduksikan dengan !ektor akan men.alani proses transkripsi men.adi 4AA bersamaan dengan messenger 4AA !irus 7m4AA8. Setelah itu, 4AA antisense ini akan berinteraksi dengan m4AA dari enCim tersebut dan mengganggu translasi m4AA sehingga tidak men.adi protein. Karena enCim yang diperlukan untuk replikasi tidak berhasil diproduksi, otomatis )I* tidak akan berkembang biak di dalam sel. Sama halnya dengan antisense, riboCyme .uga menghalangi produksi suatu protein tapi dengan cara menguraikan m4AA%nya ,endekatan yang dilakukan dengan okus 4AA ini .uga bagus dilihat dari segi imunologi karena tidak mengakibatkan respons imun yang tidak diinginkan. )al ini berbeda dengan pendekatan melalui protein yang menyebabkan timbulnya respons imun di dalam tubuh. >ntuk keperluan terapi gen seperti ini, dibutuhkan sistem pengiriman gen yang e isien yang akan memba'a gen hanya kepada sel yang telah dan akan diin eksi oleh )I*. Selain itu, sistem harus bisa mengekspresikan gen yang

11

dimasukkan 7gen asing8 dan tidak mengakibatkan e ek yang berasal dari !irus itu sendiri. >ntuk memenuhi syarat ini, )I* itu sendiri pen.adi pilihan utama. HIV sebagai -ec+or ,emikiran untuk meman aatkan !irus )I* sebagai !ektor dalam proses trans er gen asing ini di'u.udkan pertama kali pada tahun 1991 oleh ,oCnansky dan ka'an%ka'an dari Dana%=arber <ancer Institute Amerika. Setelah itu penelitian tentang penggunaan )I* sebagai !ektor untuk terapi gen berkembang pesat. :enChe )o dari 3he <hildren )ospital o ,hiladelphia beker.a sama dengan 2ulianna 6isCie'icC dari Aational <ancer Institute berhasil menghambat replikasi )I* di dalam sel dengan menggunakan anti%tat, yaitu antisense tat protein 7enCim yang esensial untuk replikasi )I*8. Sementara itu, beberapa grup .uga berhasil menghambat perkembangbiakan )I* dengan menggunakan riboCyme. )al yang penting lagi dalam sistem ini adalah tingkat ekspresi gen yang stabil. Dari hasil percobaan dengan tikus, sampai saat ini telah berhasil dibuat !ektor yang bisa mengekspresikan gen asing dengan stabil dalam .angka 'aktu yang lama pada organ, seperti otak, retina, hati, dan otot. :alaupun belum sampai pada aplikasi secara klinis, aplikasi !ektor )I* untuk terapi gen bisa diharapkan. )al ini lebih didukung lagi dengan penemuan small inter ering 4AA 7si4AA8 yang ber ungsi menghambat ekspresi gen secara spesi ik. ,rinsipnya sama dengan antisense dan riboCyme, tapi si4AA lebih spesi ik dan hanya diperlukan sekitar -# bp 7base pair8 sehingga lebih mudah digunakan. (aru%baru ini Da!id (altimore dari >ni!ersity o <ali ornia 6os Angeles 7><6A8 berhasil menekan in eksi )I* terhadap human 3 cell dengan menggunakan si4AA terhadap protein <<4" yang merupakan co%receptor )I*. Dalam penelitian ini, )I* digunakan sebagai sistem pengiriman gen. Semoga metode ini dapat segera digunakan untuk pengobatan AIDS di seluruh dunia. Pena+alaksanaan s+adium lan!u+ ,ada stadium lan.ut, tingkat imunitas penderita sudah sangat menurun dan banyak komplikasi dapat ter.adi, umunya berupa in eksi oportunistik yang mengancam .i'a penderita.

10

<ido-udin .<DV/ ,ada stadium lan.ut HD* .uga cukup banyak memberikan man aat. ,ada keadaan penyakit yang berat dosis HD* diperlukan lebih tinggi, agar dapat menembus ke susunan syara pusat 7SS,8. Dosis dan pemberian belum ada kesepakatan, tetapi sebagai dosis a'al pada penderita dengan berat badan &# Kg, diberikan HD* 1### mg, dalam 0%" kali pemberian. Pengoba+an in0eksi o or+unis+ik In eksi )I* merupakan in eksi kronis yang kompleks sehingga memerlukan pera'atan multidisipliner, para spesialis, konselor dan kelompok%kelompok pendukung lainnya. >mumnya pada stadium yang lebih lan.ut lan.ut, bila sekali muncul in eksi maka .arang bersi at tunggal tetapi beberapa macam in eksi bersamaan. Keadaan ini memerlukan pengobatan yang rumit. (ila sudah timbul keadaan yang demikian maka sebaiknya penanganan penderita dilakukan oleh sebuah tim. Pera=a+an 0ase +erminal Sampai saat ini dapat dinyatakan bah'a AIDS adalah penyakit atal, belum dapat disembuhkan. /leh karena itu penderita yang kita ra'at akhirnya akan sampai pada ase terminal sebelum datangnya kematian. ,ada ase terminal, dimana penyakit sudah tak teratasi, pengobatan yang diberikan hanyalah bersi at simptomatik dengan tu.uan agar penderita merasa cukup enak, bebas dari rasa mual, sesak, mengatasi in eksi yang ada dan mengurangi rasa cemas. 3abel bebera a !enis in0eksi o or+unis+ik dan keganasan ser+a oba+5oba+annya.

In eksi oportunistik dan keganasan ,neumocystis carinii 7,<,8 3o@oMlasma gondii <andidiasis <ryptococcus Aeo ormans

/bat yang dipakai 3rimethoprimBsul amethoksasolBdapson ,yrimetaminBsul adiaCine =lukonaCol atau Amphotericine ( I* Amphotericine ( I*

1"

)istoplasmosis <occidioidomycosis Mycobacterium tuberculosis

Amphotericine ( Amphotericine ( 3riple drug sekurangnya 9 bulan. (ila dengan double drug 7tanpa isoniaCid atau ri ampisin8 pengobatan harus diberikan minimal 18 bulan. Aksiklo!ir

)erpes !irus ?anciclo!ir, =oscarnet <ytomegalo !irus Somastitatin analogues <ryptoccocc sporidiosis 3rimethoprimBSul amethoksaCol. Isosporiasis Aksiklo!ir, Sitarabin Multi ocl leukoenselopati progresi Kanker oportunistik5 Sitostatik sistemik+lokal, radio terapi Kaposi Sitostatik dalam regimen <)/, 6im oma Aon )odgkin

1$

DA,3A7 PUS3A4A 1. Nuinn 3<, :a'er M2, Se'ankambo A, et al. *iral load and heterose@ual transmission o human immunode iciency !irus type 1. A Kngl 2 Med -###910-59-1%9-9. -. Diagnoses o )I*+AIDS O 1- states, -###P-##1. MM:4 Morb Mortal :eekly 4ep -##09"1511#$%1#. 1. <D< posts ne' )I* testing, re erral guidelines. AIDS Alert -##-91&5-, 8%1#. ". ,altiel AD, :einstein M<, Kimmel AD, et al. K@panded screening or )I* in the >nited States %% an analysis o cost%e ecti!eness. A Kngl 2 Med -##"91"-5"8$%"9". $. Sanders ?D, (ayoumi AM, Sundaram *, et al. <ost%e ecti!eness o screening or )I* in the era o highly acti!e antiretro!iral therapy. A Kngl 2 Med -##"91"-5"&#%"8". &. (ulterys M, 2amieson D2, /QSulli!an M2, et al. 4apid )I*%1 testing during labor5 a multicenter study. 2AMA -##09-9-5-19%--1. 8. Marko'itC M, Mohri ), Mehandru S, et al. In ection 'ith multidrug resistant, dual%tropic )I*%1 and rapid progression to AIDS5 a case report. 6ancet -##"91$"51#11%1#18. 9. ?oulder ,2, :alker (D. )I*%1 superin ection %% a 'ord o caution. A Kngl 2 Med -##-910&5&"$%&"8. 1-. ?uidelines or the use o antiretro!iral agents in )I*%1 in ected adults and adolescents. ,anel on clinical practices or treatment o )I* in ection 7Department o )ealth and )uman Ser!ices8.

1&

18

You might also like