Professional Documents
Culture Documents
Berdasarkan sejarah perkembangan pengendalian OPT di Indonesia dapat dibagi empat periode
1. Masa sebelum penjajahan Belanda (Nenek2. 3. 4. 5.
moyang sebelum tahun 1600-an) Masa penjajahan Belanda (1600-1940-an) Masa Perang dunia & krisis pangan (1940-1970) Masa wereng coklat (1971-1986) Masa insyaf pestisida (setelah 1987 )
Cara pengendalian OPT dengan ritual yang bertujuan untuk meminta bantuan kepada kekuatan yang ada di luar manusia karena manusia merasa tidak mungkin melakukan sendiri Dalam mengolah alam mereka selalu mengusahakan supaya terjadi keserasian dan keselarasan karena manusia hanya merupakan bagian kecil dari alam
Pembuatan petak-petak sawah, terasering, lubang masuk-keluar air limpahan hujan, rotasi tanaman, tumpang sari Lingkunngan akan terjadi keanekaragaman hayati sehingga OPT menjadi sedikit
9/22/2013
3. Masa Perang dunia II & krisis pangan 1940-1970 1939 Ditemukan DDT (dicloro diphenil tricloroetan = kelompok organoklorin) oleh pihak sekutu yang semula hanya untuk serangga musuh manusia (kutu pakaian, kepinding, nyamuk), di Indonesia banyak menggunakan Endrien Disusul penemuan pestisida organofosfat (parathion) oleh Swiss & Jerman dan pestisidapestisida lain (malation, dimecron, diazenon) Terjadi puncak kejayaan penggunaan pestisida (di Indonesia mulai 1950-1970).
Sampai dengan tahun 1950-an di kebun kelapa tetap menggunakan PHT yaitu insektisida boleh digunakan jika tidak ditemukan musuh alami Artona atau dalam populasi yang sangat sedikit, ditemukan Artona 5 larva/pelepah dengan parasitasi total kurang dari 10%
Lanjutan . . . . . . . . Masa Perang dunia II 1940-1970 Peneliti mulai merasakan bahwa penggunaan pestisida (yang persisten) secara terus menerus mengakibatkan banyak binatang berguna dan margasatwa turun populasinya Diketahui bahwa matinya berbagai macam binatang berguna karena di dalam tubuhnya mengandung racun berkonsentrasi tinggi. Tingginya kandungan racun dalam tubuh binatang karena terjadi bioakumulasi melalui proses rantai makanan (katak mati karena makan serangga yang keracunan, ular mati karena makan tikus yang makan biji-bijian beracun)
Lanjutan . . . . . . . . Masa Perang dunia II 1940-1970 Bersamaan dengan protes masyarakat Stern dkk. Dari Universitas California menyiapkan konsep pengendalian terpadu (Integrated Control, 1959), kemudian diganti dengan integrated pest control (IPC) dan ahkirnya menjadi integrated pest management (IPM) 1967 Introduksi istilah Integrated Pest Management oleh R.F. Smith dan R. van den Bosch. Relevansi ekologi terhadap IPM melalui koncep "Life Systems" diperkenalkan oleh L.R. Clark, P.W. Geier, R.D.Hughes and R.F. Morris. Pelepasan pirimiphos methyl. 1969 US National Academy of Sciences memformalkan istilah Integrated Pest Management. 1970-an larangan besar-besaran terhadap DDT
9/22/2013
Lanjutan . . . . . . . . Masa Perang dunia II 1940-1970 Tahun 1966 IRRI Philipina menemukan padi IR5 dan 8 yang di Indonesiakan tahun 1967 menjadi PB5 dan PB8 yang umurnya lebih pendek, produksi sangat tinggi meskipun berasnya keras Tahun 1969 IRRI dan ahli seleksi Bogor menemukan varietas baru pengganti IR5 & IR8 yang lebih pulen, yaitu C4 dan PB 20 Awal tahun 1970 pemerintah mulai kewalahan mensubsidi, munculah INMAS (Intensifikasi Massal) yang melibatkan swasta asing yang menitik beratkan penggunaan pestisida secara preventif dan menyeluruh banyak kecelakan dan keracunan terjadi
4. Masa wereng coklat 1970-1986 Pada musim tanam 1970 di Kendal Jateng dilaporkan terjadi serangan hama baru yang menggagalkan panen (puso) Setelah diteliti, hama yang dimaksud adalah Nilaparvata lugens (wereng coklat) yang sudah lama ada tetapi tidak sampai merusak tanaman padi. Tahun 1971 luas serangan wereng coklat di pantura baru 100 ha, 1975 menjadi 350.000 ha, tahun 1977 menjadi 500.000 ha dan 1979 menjadi 750.00 ha lebih, meskipun digunakan pestisida dengan dosis tinggi dan frekuensi lebih
Lanjutan . . . . . . . Masa wereng coklat 1970-1986 1970's larangan besar-besaran terhadap DDT. 1972 Pelepasan insektisida Bacillus thuringiensis untuk pengendalian hama-hama lepidopterous 1973-1975 Pengembangan dan pelepasan insektisida sintetik pyrethroid, permethrin dan cypermethrin. Pada musim tanam 1976 digunakan varietas baru tahan wereng coklat, yaitu: IR26, IR28, IR29, IR30, IR34, Brantas, Citarum (varietas unggul tahan wereng biotipe 1) Untuk pertama kalinya 1976 pemerintah mengangkat petugas PHP (pengamat hama dan Penyakit) Dua tahun kemudian ternyata varietas-varietas tersebut sudah tidak tahan lagi thd wereng coklat, karena wereng telah menjadi wereng biotipe 2
pemerintah pada 1979 mendatangkan varietas lebih baru lagi yang tahan thd biotipe 2, yaitu IR36 dan IR64 1979 pemerintah melaksanakan Proyek Perintisan PHT dengan unit kerja yang seluas satu wilayah kerja Balai Penyuluhan Pertanian 1970-1985 pemerintah mensubsidi pestisida hampir 80% ( Rp100 milyard/tahun 1$ = Rp 1800) 1986 timbul wereng biotipe 3 dan biotipe lokal
Lanjutan . . . . . . . Masa wereng coklat 1970-1986 1985 Pertama kalinya dilaporkan adanya resistensi terhadap Bacillus thuringiensis pada ngengat tepung Plodia interpunctella. India dan Malaysia mendeklarasikan IPM sebagai kebijakan menteri. 1986 Jerman membuat kebijakana IPM melalui the Plant Protection Act. Indonesia membuat kebijakan tentang IPM melalui INPRES. Philippines - IPM melalui declaration keputusan president. 1995 Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman
Selepas masa wereng coklat 1987 1987 IPM dibahas ditingkat parlemen in Denmark dan Swedia. 1988 IPM paling sukses diterapkan pada sistem pertanaman padi di Indonesia. 1989 pertama kali dilaporkan terjadinya resistensi terhadap rekayasa genetik Pseudomonas fluorescens yang mengandung delta endotoxin dari Bacillus thuringiensis. 1991 IPM multiyear untuk crop protection dibahas dan menjadi keputusan kabinet di Belanda. 1993 lebih dari 504 species serangga resisten terhadap sedikitnya satu formulasi insektisida dan sedikitnya 17 species serangga resisten terhadap semua kelas insektisida 1972 Federal Insecticide, Fungicide, and Rodenticide Act (FIFRA). 1996 Food Quality Protection Act (FQPA). 1999 US EPA and National Academy of Sciences menerbitkan laporan yang menunjukkan bahwa analisis resiko terhadap pestisida perlu dilakukan dan ditelaah kembali berdasarkan efeknya terhadap anak-anak dan efek kumulatif bagi mereka yang sering terpapar oleh pestisida. Semua pestisida harus dikaji ulang. 2002 Organic Standards dikembangkan oleh USDA.
9/22/2013
Pengendalian Hama-Penyakit Terpadu (PHPT) merupakan dasar kebijakan pemerintah dalam melaksanakan kegiatan perlindungan tanaman. Landasan hukum dan dasar pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman adalah Undang-Undang No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman Pengendalian hama-penyakit terpadu didefinisikan sebagai cara pendekatan atau cara berfikir tentang pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang didasarkan kepada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang berwawasan lingkungan berkelanjutan