You are on page 1of 28

DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

MASTERPLAN
program PHLN bidang penataan ruang

injaman dan/ atau hibah luar negeri (PHLN) merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional di samping sumber pembiayaan dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara. Pembiayaan pembangunan yang bersumber dari PHLN ditujukan untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan nasional. Dalam pelaksanaannya, pengelolaan PHLN harus dilakukan secara tertib untuk memastikan keberhasilan pelaksanaan kegiatan yang akan dibayai dari PHLN. Salah satu tahapan yang penting dalam pengelolaan kegiatan PHLN adalah penyiapan kegiatan yang akan dibiayai dari dana PHLN. Tahapan ini akan menentukan berhasil tidaknya suatu kegiatan yang diusulkan dibiayai dari dana PHLN. Untuk mendukung proses penyiapan kegiatan yang akan dibiayai dari dana PHLN, diperlukan adanya masterplan yang menunjukkan kegiatan-kegiatan apa saja yang layak untuk dibiayai dengan dana PHLN. Buku masterplan program PHLN bidang penataan ruang ini, dibuat sebagai acuan bagi seluruh pihak terkait di lingkungan Direktorat Jenderal Penataan Ruang, dalam rangka penyiapan kegiatan yang akan dibiayai dengan dana PHLN. Melalui adanya buku masterplan program PHLN bidang penataan ruang ini, diharapkan dapat membantu dalam menyiapkan kegiatan yang pembiayaannya berasal dari PHLN, kepada pihak-pihak terkait di lingkungan Direktorat Jenderal Penataan Ruang, sehingga dapat tercapai efektifitas dan efisiensi pengelolaan kegiatan yang pembiayaannya berasal dari PHLN.

Jakarta, Januari 2011 Direktur Jenderal Penataan Ruang

( Ir. Imam Santoso Ernawi MCM.MSc )

daftar isi
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................... Latar Belakang ....................................................................................................................... Tujuan ..................................................................................................................................... JangkaWaktu Pelaksanaan Masterplan .............................................................................. KEBIJAKAN PHLN BIDANG PENATAAN RUANG ............................... KARAKTERISTIK PROGRAM PHLN BIDANG PENATAAN RUANG.. Perumusan Karakteristik Program PHLN Bidang Penataan Ruang .............................. Justifikasi Karakteristik Program PHLN Bidang Penataan Ruang ................................. PROGRAM PHLN BIDANG PENATAAN RUANG ................................. Kegiatan dengan tema lingkungan hidup ........................................................................... Kegiatan dengan tema Pengembangan SDM .................................................................... Kegiatan dengan tema Pengembangan Ekonomi ............................................................. Kegiatan dengan tema Kebencanaan ................................................................................. Kegiatan dengan temaTeknologi Informasi ...................................................................... Kegiatan dengan tema Sustainable Urban Development ............................................... STRATEGI PELAKSANAAN PHLN BIDANG PENATAAN RUANG ... Strategi Sinergi dengan Satminkal-Satminkal di Lingkungan Kementerian PU ............ Strategi Pembiayaan ............................................................................................................. Strategi Promosi ................................................................................................................... PENUTUP .................................................................................................. 1 1 2 2 3 9 9 16 21 23 28 30 32 34 35 39 39 40 43 45 Tabel 1.

daftar tabel
Rincian kegiatan Program insentif / disinsentif penataan ruang hijau perkotaan dalam menunjang pengurangan pemanasan global ..................................................... Tabel 2. Tahapan kegiatan Penataan Kawasan-kawasan sensitif lingkungan ........................... Tabel 3. Tahapan Kegiatan Program penataan Lahan Kritis ...................................................... Tabel 4. Tahapan ImplementasiTapak Ekologis dalam Penataan Ruang................................... Tabel 5. Tahapan kegiatan Penguatan SDM dan kelembagaan Penataan Ruang ..................... Tabel 6. Tahapan kegiatan Program Penguatan KAPET.............................................................. Tabel 7. Tahapan kegiatan Program Pengembangan Kawasan-kawasan Potensial Secara Ekonomi ............................................................................................................................. Tabel 8. Tahapan kegiatan Penataan Kawasan-kawasan rawan bencana ................................. Tabel 9. Tahapan kegiatan Pengembangan sistem informasi penataan ruang yang terintegrasi ........................................................................................................................ Tabel 10. Tahapan Kegiatan Program Impementasi Sustainable Urban Development Dalam Pengembangan Kawasan Metropolitan ............................................................ Tabel 11. Tahapan Kegiatan Program Impementasi konsep symbio city dalam pengembangan kawasan perkotaan yang berkelanjutan ............................................ Tabel 12. Matriks Sumber Pembiayaan PHLN Potensial ............................................................. 24 25 26 27 29 31 32 33 34 35 36 41

BAB 2 BAB 3

BAB 4

BAB 5

daftar gambar
Gambar 1. Proses shifting RPJM ke Program PHLN ....................................................................... Gambar 2. Konektivitas Kebijakan Donor ....................................................................................... Gambar 3.Kerangka Pikir Penentuan Karakteristik Kegiatan PHLN Bidang Penataan Ruang Gambar 4.FamilyTree Program PHLN Bidang Penataan Ruang ................................................... 4 14 15 22

BAB 6

1
Pendahuluan

LATAR BELAKANG
inamika perkembangan lingkungan strategis seperti globalisasi, demokratisasi, dan otonomi daerah menuntut perubahan paradigma dalam penyelenggaraan penataan ruang. Keadaan tersebut, menuntut adanya kebijakan, strategi, program, dan kegiatan penataan ruang yang komprehensif dan integratif dengan memperhatikan peran serta masyarakat. Pada kenyataannya, kebijakan, strategi, dan program penataan ruang yang dibutuhkan belum dapat dipenuhi akibat dari keterbatasan pendanaan yang ada. Pada akhirnya, permasalahan-permasalahan penataan ruang yang ada masih belum dapat diselesaikan secara optimal. Dalam rangka mewujudkan tujuan penataan ruang yaitu mewujudkan ruang nusantara yang nyaman, produktif dan

berkelanjutan demi kesejahteraan masyarakat, maka kebijakan, strategi, dan program penataan ruang yang dibutuhkan perlu untuk segera direaliasikan supaya permasalahanpermasalahan penataan ruang yang ada dapat dipecahkan. Adapun permasalahan pendanaan yang menjadi hambatan dalam merealisasikan kebijakan, strategi, dan program penataan ruang yang dibutuhkan tersebut dapat ditanggulangi dengan mencari alternatif pendanaan dari sumber-sumber lain selain dari sumberAPBN. Salah satu alternatif pendanaan yang dapat diupayakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan Direktorat Jenderal Penataan Ruang adalah sumber pendanaan yang bersumber dari pinjaman / hibah luar negeri.

pendahuluan

Berdasarkan Undang-undang No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara menetapkan bahwa dalam rangka membiayai dan mendukung kegiatan prioritas dalam rangka mencapai sasaran pembangunan, Pemerintah dapat mengadakan pinjaman dan/atau menerima hibah, baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Menindaklanjuti kebijakan Pemerintah mengenai PHLN tersebut, Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Kementerian PU, bermaksud untuk memanfaatkan sumber pendanaan dari PHLN untuk membiayai berbagai kegiatan dalam rangka menyukseskan penyelenggaraan penataan ruang. Untuk itu diperlukan berbagai persiapan maupun proses-proses pendahuluan supaya pelaksanaan pemanfaatan PHLN ini dapat berjalan dengan baik. Salah satu persiapan yang perlu dilakukan Direktorat Jenderal Penataan Ruang dalam memanfaatkan sumber dana dari PHLN ini adalah menyediakan masterpan program PHLN bidang penataan ruang. Masterplan Program PHLN Bidang Penataan Ruang merupakan dokumen yang berisi kegiatan-kegiatan bidang penataan ruang yang direncanakan untuk dapat dibiayai dengan pinjaman atau terutama dengan hibah dari luar negeri. Dengan adanya masterplan program PHLN bidang penataan ruang, proses penyiapan kegiatan penataan ruang yang dibiayai dari sumber PHLN dapat berjalan lebih baik dan lebih cepat, dimana kegiatan-kegiatan yang diajukan untuk dibiayai dari PHLN merupakan kegiatan-

kegiatan yang telah terpilih melalui serangkaian kajian dan analisis.

2
Kebijakan PHLN
Bidang Penataan Ruang

TUJUAN
Tujuan dari disusunnya masterplan program PHLN bidang penataan ruang adalah sebagai arahan bagi perencana dalam merencanakan dan mempersiapkan kegiatan-kegiatan PHLN Bidang Penataan Ruang. Diharapkan dengan adanya arahan ini, pelaksanaan kegiatan PHLN bidang penataan ruang dapat terlaksana secara efektif dan efisien.

JANGKA WAKTU PELAKSANAAN MASTERPLAN


Jangka waktu pelaksanaan masterplan adalah lima (5) tahun. Jangka waktu ini mengacu pada RPJMN dan Renstra Kementerian PU yang dikeluarkan setiap 5 (lima) tahun sekali. Namun dapat direvisi setiap tahun sesuai dengan kebutuhan dan/ atau prioritas pembangunan nasional, sebab kebijakan dari PHLN mengacu pada RPJMN dan Renstra Kementerian PU yang dikeluarkan setiap lima (5) tahun sekali.

azim diketahui bahwa pembiayaan pembangunan dapat bersumber dari dana domestik dan dana luar negeri (baik yang berwujud hibah maupun hutang luar negeri). Dalam masterplan berikut, kebijakan dan strategi yang dimaksud adalah fokus pada hibah luar negeri. Sebagai basis poin membahas kebijakan dan strategi PHLN di bidang penataan ruang tetap pada koridor strategi dan program penataan ruang secara umum karena PHLN hanya digunakan sebagai pendamping kegiatan sehingga PHLN lah yang akan mengikut pada aktivitas penataan ruang dan bukan sebaliknya. Karenanya, pembiayaan pembangunan dalam konteks penataan ruang tetap harus diletakkan berpedoman pada kerangka besar yang telah dikonstruksi dalam Undangundang tentang koridor wewenang pemerintah. Di dalam undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang

terdapat sejumlah kewenangan pemerintah yakni; pertama, pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pelaksanaan penataan ruang nasional dan daerah. Kedua, pelaksanaan penataan ruang nasional. Ketiga adalah koordinasi penyelenggaraan penataan ruang lintas sektor, lintas wilayah lintas pemangku kepentingan serta keempat adalah kerjasama penataan ruang antara negara. Batasan aktivitas hibah juga tidak dapat dipisahkan dari koridor kebijakan penataan ruang yang mencakup; 1. Mempercepat penyelesaian peraturan perundang-undangan, standar, pedoman dan manual penataan ruang, dan meningkatkan efektifitas penerapannya di daerah

pendahuluan

kebijakan PHLN bidang penataan ruang

2. Mengefektifkan pembinaan dan pengawasan teknis dalam pelaksanaan penataan ruang, termasuk dengan meningkatkan kualitas penyelenggaraan penataan ruang oleh Pemerintah Daerah sesuai kewenangan berdasarkan PP No.38/2007; 3. Meningkatkan kualitas pelaksanaan penataan ruang strategis nasional, yang mendorong keterpaduan pembangunan infrastruktur wilayah dan implementasi program pembangunan daerah, dan program pengembagan wilayah/kawasan

Maka, jika dilihat proses shifting dari RPJM ke program PHLN Penataan Ruang dapat diilustrasikan dengan bagan berikut.

Pada aspek kewenangan tersebut terdapat beberapa kata kunci kewenangan pemerintah dalam konteks penataan ruang yakni; mengatur, melaksanakan, mengkoordinasi, membina, dan mengawasi penataan ruang. Undang-undang penataan ruang tersebut kemudian diterjemahkan dalam grand strategy Undang-undang Penataan Ruang yang kemudian dibatasi pada empat sub-sistem yakni; pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan.Artinya, masih ada kemungkinan membahas lebih lanjut tentang fungsi koordinasi yang belum dieksplisitkan dalam grand strategy karena masih ada gap dalam membahas aspek koordinasi tersebut. Pada aspek pengaturan, strategi utama yang dilakukan terdiri dari dua strategi utama yakni meningkatkan produktivitas penyelesaian peraturan perundang-undangan; PP, Perpres/ Keppres, dan Permen/ Kepmen dan menuntaskan penyesuian/penyusunan Perda RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten dan Kota. Terdapat sejumlah masalah dalam aspek ini yang terdiri dari; belum lengkapnya peraturan (NSPK) bidang penataan ruang, belum sesuainya status RTRW provinsi/kabupaten/kota sesuai amanat UUPR, dan belum lengkapnya dokumen RTRW wilayah provinsi/ kabupaten dan perkotaan. Jika dilihat dari masalah utama tersebut aspek legalisasi perangkat pengaturan berupa produk hukum masih sangat diperlukan. Kedudukan aspek pengaturan ini merupakan kebutuhan vital dalam penataan ruang karena akan berhubungan langsung dengan kapabilitas melaksanan grand strategy lainnya. Legalisasi sejumlah peraturan akan dapat mengikat fungsi,kewenangan dan tugas dalam melaksanaan program tata ruang. Berdasarkan tugas pengaturan Ditjen Tata Ruang aspek tersebut terdapat peluang untuk dibiayai PHLN mengingat aturan memiliki peran sentral dalam penerapaan penataan ruang berkelanjutan meskipun sebagian besar akan dibiayai oleh APBN/APBD. Isu kritis yang perlu dibahas adalah produk legal tersebut bisa secara efektif diterapkan sehingga kemampuan membuat isi pengaturan tersebut menjadi krusial. Untuk itu, bisa dialokasikan sejumlah pembiayaan untuk meningkatkan kapasitas pembuat produk

tersebut baik dengan melakukan studi banding terhadap penetapanan peraturan dalam penataan ruang. Ditinjau dari aspek pelaksanaan, terdapat tiga agenda utama yang masih akan dikembangkan y a k n i p e n g u a t a n k a p a s i t a s K A P E T, pengembangan wilayah nasional, pulau dan KSN, serta pemutakhiran data dan informasi perkotaan. Untuk penguatan kapasits KAPET terdapat sejumlah program terkait isu strategis PHLN yang dapat dimanfaatkan yakni kerjasama luar negeri terkait dengan capacity development melalui lembaga donor internasional. Isu spesifik yang diakomodasi sejumlah lembaga donor adalah; capacity development (seperti;Amerika Serikat, Jepang, ADB, dan World Bank). Isu terkait juga bisa mencakup permasalahan infrastruktur sehingga ada integrasi aktivitas penataan ruang dengan rencana penyediaan infrastruktur karena sejumlah institusi donor juga memiliki agenda terhadap pengembangan infrastruktur baik yang secara khusus untuk menunjang pertumbuhan berkelanjutan atau secara khusus memilih mengembangkan infrastruktur transportasi (seperti Cina). Pada aspek pembinaan,sejumlah program yang akan dilakukan berdasarkan daftar program tahun 2011 ditelaah permasalahan yang terkait dengan tugas pembinaan ini yakni; belum lengkapnya kebijakan sinkronisasi program pemanfaatan ruang dan infrastruktur; kurang efektifnya pengawasan teknis dan audit penataan ruang serta kinerja manajemen internal dan administrasi penyelenggaraan penataan ruang. Untuk mendukung efektivitas tugas pembinaan, kemampuan kapasitas SDM

Gambar 1. Proses Shifting RPJM ke Program PHLN

kebijakan PHLN bidang penataan ruang

kebijakan PHLN bidang penataan ruang

menjadi fokus utama sehingga pelaporan dan pelayanan yang dilakukan sinkron dengan isu strategis yang dihadapi oleh Ditjen Penataan Ruang. Untuk mendukung hal tersebut maka sejumlah langkah yang terkait dengan program PHLN masih sangat dibutuhkan terutama terkait dengan capacity development. Hal ini diperlukan karena kapasitas membina sangat dipengaruhi dengan pengetahuan yang dimiliki oleh pembina sehingga upgrading pengetahuan pembina masih dibutuhkan. Selain itu, diperlukan pula pengetahuan terkait dengan good governance dalam penataan ruang sehingga secara keseluruhan program dapat berlangsung secara efektif dan tepat sasaran. Institusi donor yang tersedia untuk mendukung kondisi tersebut antara lain; skema penyaluran dana bilateral oleh Amerika, Jepang, dan Jerman sementara institusi multilateral antara lain oleh Asian Development Bank (ADB). Fokus program yang terkait adalah tema capacity development dan good governance. Dari aspek pengawasan, agenda utama yang akan dilakukan adalah mengevaluasi aktivitas tahunan yang dicerminkan oleh laporan anggaran. Mata anggaran di satu sisi bisa menggambarkan keberpihakan suatu kebijakan terhadap isu strategis yang diusung dan di sisi lain akan menggambarkan kapasitas pengelolaan yang bisa dilakukan. Saat ini evaluasi anggaran masih terlalu fokus pada efektivitas program melalui capaian dan target dengan hanya mempertimbangkan hal teknis. Padahal, dalam konteks pembangunan berkelanjutan aspek substansi dan kemampuan keberlanjutan program dalam jangka panjang sangat diperhatikan sehingga kemampuan mengelola sumber daya saat ini sangat menentukan terhadap pembangunan secara menyeluruh. Elaborasi dari aspek tugas pengawasan, agenda penting adalah peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan penerapan good governance di DJPR masih sangat diperlukan sehingga substansi pengawasan tetap memperhatikan tujuan jangka menengah dan panjang

sehingga keberlanjutan untuk mencapai visi dan misi dapat dilakukan. Program PHLN yang dapat diakomodasi untuk mendorong fungsi pengawasan yang lebih baik adalah terkait dengan tema capacity development dan good governance. Institusi donor yang tepat untuk program ini dari aspek kerjasama bilateral adalah; Amerika Serikat, Australia, Jepang, Jerman, dan Kanada. Untuk lembaga donor multilateral antara lain; ADB.

Oleh karena itu maka kegiatan-kegiatan yang dibiayai dengan pinjaman luar negeri adalah kegiatan-kegiatan yang khusus dan prioritas. Adapun untuk sumber pendanaan pembangunan yang berasal dari hibah luar negeri, Pemerintah mendorong pemanfaatan sumber pendanaan hibah luar negeri, dengan tetap mengacu pada tata kelola keuangan negara. Terkait dengan pemanfaatan PHLN dalam pendanaan pembangunan nasional, beberapa kebijakan yang diambil oleh Ditjen Penataan Ruang adalah sebagai berikut: 1. Integrasi kegiatan Ditjen Penataan Ruang dengan kegiatan satminkal lain di lingkungan Kementerian PU Integrasi kegiatan Ditjen Penataan Ruang dengan kegiatan satminkal di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum adalah sebuah upaya untuk mengikutsertakan Direktorat Jenderal Penataan Ruang di dalam kegiatan-kegiatan yang dibiayai dengan dana PHLN yang dilaksanakan satminkal lain di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum. Integrasi kegiatan ini diperlukan, sebab karakteristik dari kegiatan Direktorat Jenderal Penataan Ruang yang kurang mendukung untuk mendapatkan pembiayaan dari pinjaman luar negeri. Kegiatan-kegiatan Direktorat Jenderal Penataan Ruang sebagian besar adalah kegiatan-kegaitan yang bersifat software, dimana outputnya adalah kajian / kebijakan bidang penataan ruang. Kegiatan-kegiatan seperti ini relatif tidak menarik untuk pemberi pinjaman luar negeri untuk membiayainya. Selain itu dari sisi kebijakan Kementerian Pekerjaan Umum sendiri, kegiatan-kegiatan software tidak diprioritaskan untuk mendapatkan pendanaan dari pinjaman luar negeri. Di sisi lain, satminkal-satminkal lain di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum, mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan dengan

KEBIJAKAN PHLN BIDANG PENATAAN RUANG


Kebijakan secara umum dari Pemerintah pada saat ini terkait pinjaman luar negeri adalah mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap pinjaman luar negeri sebagai sumber pendanaan pelaksanaan pembangunan nasional.

pembiayaan dari dana pinjaman luar negeri. Idealnya kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh satminkal lain di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum melibatkan Direktorat Jenderal Penataan Ruang sebagai pihak yang berwenang dalam penataan ruang. Pelibatan ini dimaksudkan untuk menjamin kesesuaian kegiatan dengan penataan ruang yang telah ditetapkan. Dengan adanya integrasi diantara kegiatan-kegiatan di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum, maka diharapkan semua output kegiatan tepat sasaran dan mencapai keseuaian dengan kebijakan tata ruang yang telah ditetapkan. 2. Kegiatan yang didanai PHLN untuk Kerja sama Regional lintas kementerian Di lapangan tidak sedikit permasalahan yang memerlukan penanganan lintas sektor dan lintas kementerian. Sebagai contoh adalah penanganan suatu k aw a s a n d i m a n a ke we n a n g a n pengelolaan kawasan tersebut ada pada beberapa kementerian. Kegiatan Direktorat Jenderal Penataan Ruang yang dibiayai PHLN, dapat diarahkan untuk menangani permasalahan seperti ini dengan bekerja sama dengan berbagai institusi di kementerian lain. Kerja sama dengan berbagai institusi di kementerian lain merupakan sebuah program yang cukup besar, sehingga berpeluang untuk mendapatkan pendanaan dari pinjaman maupun dari hibah luar negeri.

kebijakan PHLN bidang penataan ruang

kebijakan PHLN bidang penataan ruang

3. Kegiatan yang didanai PHLN ditujukan untuk menjawab permasalahan-permasalahan global Kebijakan pemberi pinjaman luar negeri secara umum adalah memberikan pinjaman dalam rangka penanganan permasalahan global. Para pemimpin dunia sendiri sudah menyepakati permasalahanpermsalahan global yang akan ditangani bersama antara negara-negara berkembang sebagai penerima pinjaman dan negara-negara maju sebagai pemberi pinjaman. Permasalahan global yang akan ditangani bersama ini tertuang dalam kesepakatan yang dinamakan dengan Millenium Development Goals (MDGs). Untuk itu maka kegiatan Ditjen Penataan Ruang yang didanai dengan PHLN, ditujukan untuk menjawab permasalahan-permasalahan global ini.

4. Kegiatan yang didanai PHN ditujukan untuk pengembangan riset bidang penataan ruang Penataan ruang merupakan bidang yang dinamis, karena ini berhubungan dengan kehidupan manusia yang juga dinamis. Kedinamisan bidang penataan ruang ini perlu disikapi dengan adanya usaha-usaha untuk menemukan solusisolusi yang baru bagi peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. Untuk menemukan solusi-solusi ini, diperlukan riset-riset yang berkualitas dan mutakhir.Kegiatan Ditjen Penataan Ruang dapat diarahkan untuk melakukan riset-riset seperti ini. Adapun pembiayaannya dapat melalui pembiayaan dari hibah luar negeri.

3
Karakteristik
Program PHLN Bidang Penataan Ruang

PERUMUSAN KARAKTERISTIK PROGRAM PHLN BIDANG PENATAAN RUANG

aster Plan Program PHLN Bidang Penataan Ruang merupakan dokumen yang berisi program-program dan kegiatan-kegiatan bidang penataan ruang yang direncanakan untuk dapat dibiayai dengan pinjaman atau terutama dengan hibah dari luar negeri.Tidak semua kegiatan bidang penataan ruang dapat dibiayai dengan PHLN. Hanya kegiatan-kegiatan tertentu yang memenuhi kriteria yang dapat dibiayai dengan PHLN. Kriteria-kriteria tersebut adalah: 1. Kriteria yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan mengenai kriteria dari kegiatan yang dapat dibiayai dengan PHLN. Diantaranya adalah kriteria yang tercantum

dalam pasal 13 Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional no. 005/M.PPN/06/2006 tentang tata cara perencanaan dan pengajuan usulan serta penilaian kegiatan yang dibiayai dari pinjaman dan/atau hibah luar negeri 2. Kriteria yang berasal dari donor Setiap donor tentunya tidak akan sembarangan dalam menyalurkan dananya. Ada misi dari setiap pembiayaan yang dilakukan oleh donor. Beberapa donor lebih suka m e m b i ay a i p ro g r a m - p ro g r a m infrastruktur dan pengembangan ekonomi.

kebijakan PHLN bidang penataan ruang

karakteristik program PHLN bidang penataan r uang

Ada juga yang memberi perhatian kepada kegiatankegiatan lingkungan. Oleh karena itu walaupun tidak secara spesifik menyebutkan kriteria dalam penyaluran dananya, pada kenyataannya donor memiliki kriteria-kriteria yang harus dipenuhi suatu kementerian yang ingin melakukan peminjaman ke donor. Mengingat pentingnya kriteria-kriteria di atas, maka dalam penyusunan Master Plan Program PHLN Bidang Penataan Ruang ini, dilakukan pembahasan mengenai karakteristik program PHLN bidang penataan ruang sebelum dirumuskannya master plan program PHLN bidang penataan ruang. Karakteristik program PHLN bidang penataan ruang ini merupakan hasil studi yang dilakukan berdasarkan kriteria-kriteria baik itu kriteria yang merupakan kebijakan Pemerintah maupun kriteria dari donor. Untuk menentukan program-program bidang penataan ruang yang potensial untuk mendapatkan pendanaan dari PHLN, ada beberapa pertimbangan yang dijadikan dasar pemikiran,yaitu: 1. Kriteria umum kegiatan PHLN Kriteria umum usulan kegiatan yang dibiayai melalui Pinjaman Proyek dan Hibah yang tercantum dalam pasal 13 Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional no. 005/M.PPN/06/2006 mencakup: a. Kegiatan sesuai dengan arahan dan sasaran RPJM; b. Kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran program yang merupakan prioritas pembangunan nasional; c. Kegiatan harus mempertimbangkan kemampuan pelaksanaan; d. Kegiatan yang secara teknis dan pembiayaan lebih efisien untuk dibiayai dari pinjaman dan/ atau hibah luar negeri;dan e. Hasil kegiatan dapat dioperasikan oleh sumberdaya dalam negeri dan dapat diperluas untuk kegiatan lainnya.

2. RPJMN Telah dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu kriteria umum dari kegiatan PHLN adalah kesesuaian dengan arahan dan sasaran dari RPJM.Arahan dan sasaran dari RPJMN ini diwujudkan ke dalam program prioritas nasional. Adapun program prioritas nasional tahun 2010-2014 adalah sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. g. h. i. Reformasi Birokrasi danTata Kelola Pendidikan Kesehatan Penanggulangan Kemiskinan Ketahanan Pangan Infrastruktur Iklim Investasi dan Iklim Usaha Energi Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana j. Daerah Tertinggal,Terdepan,Terluar, dan Pasca-Konflik k. Kebudayaan,Kreativitas,dan Inovasi Teknologi 3. Renstra Kementerian PU Visi Kementerian PU: Tersedianya Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Permukiman yang Andal untuk Mendukung Indonesia Sejahtera 2025. Misi Kementerian PU terkait Penataan Ruang: Mewujudkan penataan ruang sebagai acuan matra spasial dari pembangunan nasional dan daerah serta keterpaduan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman berbasis penataan ruang dalam rangka pembangunan berkelanjutan

Program Terkait dengan Penataan Ruang di Kementerian memiliki sasaran-sasaran sebagai berikut: Tercapainya kesesuaian RPJM (nasional dan daerah) dengan RTRW Tercapainya kesesuaian perwujudan program pembangunan infrastruktur (terutama infrastruktur PU dan permukiman) dengan rencana tata ruang wilayah nasional Meningkatnya kualitas manajemen penyelenggaraan penataaan ruang Kebijakan Kementerian PU terkait Penataan Ruang adalah: M e m p e rc e p a t p e nye l e s a i a n p e r a t u r a n perundang-undangan, standar, pedoman dan manual di bidang penataan ruang. Hal ini terkait dengan ketersediaan panduan bagi pengembangan infrastruktur dan permukiman terpadu (hingga saat ini diidentifikasi terdapat 133 pedoman bidang penataan ruang yang sudah dihasilkan) Mengefektifkan pembinaan dan pengawasan teknis dalam pelaksanaan penataan ruang termasuk dengan meningkatkan kualitas penyelenggaraan penataan ruang oleh pemerintah daerah Meningkatkan kualitas pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis nasional yang mendorong keterpaduan pembangunan infrastruktur wilayah dan implementasi program pembangunan daerah. Mengembangkan prakarsa dan peran serta meningkatkan rasa memiliki seluruh pemangki kepentingan dalam percepatan produk pengaturan Mengembangkan kapasitas kelembagaan pusat dan daerah serta sinergi dalam pelaksanaan pembinaan dan pengawasan teknis pelaksanaan penataan ruang.

Mendapatkan komitmen berbagai


pemangku kepentingan termasuk masyarakat dalam pelaksanaan Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Mengembangkan rencana terpadu pengembangan wilayah di berbagai area spasial dengan Secara substansi masterplan PHLN Bidang Penataan Ruang tidak dapat dipisahkan dari renstra PU. Bahkan secara eksplisit disebutkan dalam misi pertama yakni Mewujudkan penataan ruang nasional dan daerah serta keterpaduan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman berbasis penataan ruang dalam rangka pembangunan berkelanjutan. Dari misi pertama ini menunjukkan bahwa perkerjaan yang dilakukan di Kementerian Pekerjaan PU harus dapat membuat keterpaduan penataan ruang nasional dan daerah. Untuk mendukung hal tersebut maka peran koordinasi pusat-daerah dalam bidang penataan ruang mendapatkan porsi yang lebih besar karena pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman yang berkelanjutan tidak mungkin untuk dilakukan karena setiap konsep pengembangan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman terlebih dahulu harus diterima secara spasial (keruangan). Setidaknya hingga tahun 2010 terdapat 133 produk pedoman yang dikeluarkan bidang penataan ruang untuk mewujudkan misi tersebut mulai dari rencana umum tata ruang, pola ruang,

10

karakteristik program PHLN bidang penataan r uang

karakteristik program PHLN bidang penataan r uang

11

RTR Kawasan Strategis Nasional, hingga terkait dengan Hak, Kewajiban dan Peran Masyarakat. Pedoman inilah yang akan memandu pembangunan pembangunan infrastruktur dan permukiman yang akan dilakukan untuk mencapai keinginan mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera. Dari tujuh kebijakan bidang penataan ruang tersebut dapat dikategorisasikan bahwa produk yang dihasilkan saat ini banyak difokuskan pada pengaturan dan pembinaan. Untuk mendukung hal tersebut tentunya kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kapasitas yang baik harus tersedia. Peningkatan kapasitas ini dapat diartikan secara luas bahwa produk yang dihasilkan dari bagian tugas pokok dan fungsi masing-masing satuan kerja dapat dilakukan dengan optimal dengan hasil yang dapat diterapkan dengan baik pada tingkat operasionalisasi. Untuk itu diperlukan perubahan cara pandang sehingga produk yang dihasilkan optimal dengan sumber daya yang terbatas. Hal ini tidak dapat dicapai dalam masa yang singkat serta membutuhkan sumber dana yang besar. 4. Renstra Ditjen Penataan Ruang (DJPR) Renstra Ditjen Penataan Ruang pada dasarnya adalah produk kebijakan turunan dari RPJMN, disusun sebagai penjabaran dari RPJMN khusus untuk kewenangan Ditjen Penataan Ruang. Dari kajian mengenai Renstra Ditjen Penataan Ruang, ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan dalam rangka penyusunan master plan program PHLN bidang Penataan Ruang,yaitu: a. Keterpaduan pembangunan berbasis penataan ruang. b. Kelembagaan penataan ruang yang efektif c. Pemantapan penyelenggaraan penataan ruang melalui perwujudan pengaturan, pembinaan, pelaksanaan,dan pengawasan. d. Pengendalian pemanfaatan ruang.

Keempat catatan di atas kurang lebih menggambarkan kegiatan-kegiatan apa yang akan dilakukan Ditjen Penataan Ruang ke depan. 5. Sektor Prioritas PHLN Berdasarkan konsep strategi pinjaman luar negeri pemerintah tahun 20062009, sektor prioritas pemerintah Indonesia difokuskan pada tujuh bidang antara lain: a. Bidang penanggulangan kemiskinan dan kesenjangan b. Bidang kesempatan kerja, investasi, dan ekspor c. Bidang sarana dan prasarana, yang meliputi: Sumber daya air Transportasi Ketenagalistrikan Energi Pos danTelematika Perumahan Permukiman d. Bidang revitalisasi pertanian, perikanan,dan perdesaan e. Bidang pendidikan dan kesehatan f. Bidang reformasi birokrasi g. Bidang pertahanan dan keamanan 6. Isu-isu global Yang dimaksud dengan isu-isu global adalah permasalahan yang mendapatkan perhatian dunia, terutama dari negara-negara donor. Dalam konteks kerja sama internasional antara negara-negara berkembang dan negara-negara maju, telah disepakati permasalahanpermasalahan utama dunia yang akan diselesaikan melalui kerja sama

internasional. Kesepakatan ini dikenal dengan nama Millenium Development Goals (MDG). 7. Profil donor Yang dimaksud dengan profil donor di sini adalah karakteristik donor terutama terkait dengan perilaku donor dalam memberikan pendanaan suatu program / kegiatan pembangunan. Sedikitnya terdapat 43 isu yang diangkat oleh lembaga donor baik lembaga dengan kerjasama bilateral maupun lembaga multilateral.Isu-isu tersebut adalah: 1. Pendidikan 2. Kesehatan 3. Lingkungan 4. Pertumbuhan ekonomi 5. Dialog lintas agama 6. Demokrasi 7. Capacity development 8. Perubahan Iklim (climate change) 9. Gender 10. Manajemen kebencanaan 11. Infrastruktur 12. Bisnis 13. Pembebasan utang 14. Keamanan pangan 15. Teknologi Informasi

16. Konflik pembangunan 17. Pengembangan perdesaan 18. Desentralisasi 19. Pengentasan kemiskinan 20. Good governance 21. Energi 22. Kemitraan global 23. Perdamaian 24. Penanganan isu global 25. Keamanan manusia 26. Hak asasi manusia 27. Keamanan sosial 28. Perlindungan iklim 29. Hukum dan keadilan 30. Pengeluarn public 31. Rekonstruksi pasca tsunami 32. Anti korupsi dan integritas 33. Anti terorisme dan anti pencucian uang 34. Konsultasi dan partisipasi 35. Krisis ekonomi 36. Perdagangan manusia 37. Knowledge management 38. Reformasi hukum dan kebijakan 39. Pencapaian MDG 40. Kerjasama regional 41. Pengembangan perkotaan 42. Air 43. Perumahan dan pemukiman Isu-isu tersebut di atas tentunya tidak semua merupakan isu-isu yang relevan dengan DJPR. Ada beberapa isu yang merupakan bagian dari DJPR dan dapat dilakukan oleh DJPR. kerangka kerja sama luar negeri melalui PHLN jika dikaitkan dengan tugas dan fungsi DJPR serta isu strategis terkait dengan penataan ruang maka dapat digambarkan proses konektivitasnya dalam gambar berikut:

12

karakteristik program PHLN bidang penataan r uang

karakteristik program PHLN bidang penataan r uang

13

8. Benchmark kegiatan PHLN di direktorat/ kementrian lain. Yang dimaksud dengan benchmark kegiatan PHLN di direktorat/kementrian lain adalah suatu kegiatan analisis yang dilakukkan untuk memahami jenis program/ kegiatan PHLN yang ada di direktorat/ kementrian lain. Ini dilakukan karena selama ini Ditjen Penataan Ruang tidak pernah melakukan pinjaman dalam membiayai kegiatannya. Kecuali hibah, itu pun tidak jarang hibah tersebut didapatkan melalui adanya kegiatan di Direktorat lain. Oleh karena itu pemahaman terhadap jenis kegiatan di direktorat/kementrian lain yang mendapatkan pendanaan dari donor PHLN, akan bermanfaat dalam memahami preferensi donor dalam menyalurkan dananya. Proses penentuan karakteristik program PHLN bidang penataan ruang melalui analisis terhadap pertimbangan-pertimbangan di atas dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3. Kerangka Pikir Penentuan Karakteristik Kegiatan PHLN Bidang Penataan Ruang Gambar 2. Konektivitas Kebijakan Donor

14

karakteristik program PHLN bidang penataan r uang

karakteristik program PHLN bidang penataan r uang

15

Selain faktor-faktor seperti yang telah disebutkan di atas, faktor penting lain yang menjadi pertimbangan dalam menentukan karakteristik kegiatan PHLN bidang penataan ruang adalah fakta bahwa kegiatankegiatan Dijten Penataan Ruang adalah kegiatankegiatan bersifat software dan bukan kegiatankegiatan konstruksi. Berdasarkan analisis terhadap pertimbanganpertimbangan yang telah dijelaskan di atas, tim penyusun menyimpulkan bahwa ada 6 karakteristik kegiatan yang potensial mendapat pendanaan dari PHLN: 1. Kegiatan dengan tema lingkungan hidup 2. Kegiatan dengan tema Pengembangan SDM 3. Kegiatan dengan tema Pengembangan Ekonomi 4. Kegiatan dengan tema Kebencanaan 5. Kegiatan dengan temaTeknologi Informasi 6. Kegiatan dengan tema Sustainable Urban Development

yang sangat tinggi terutama dalam bidang energi, kehutanan dan pertambangan. Indonesia sebagai bagian dari ko m u n i t a s d u n i a j u g a t e l a h menempatkan isu lingkungan ini sebagai prioritas dalam pembangunan. Ini dibuktikan dengan masuknya lingkunga sebagai program prioritas nasional di dalam RPJMN 2010-2014. Pengelolaan lingkungan hidup juga merupakan kegiatan lintas kementrian dan tidak dimonopoli oleh kementrian lingkungan hidup. Melihat besarnya potensi pendanaan untuk kegiatan lingkungan hidup, dan telah dijadikannya lingkungan hidup sebagai salah satu program prioritas nasional, maka kegiatan dengan tema lingkungan hidup sebaiknya dimasukkan menjadi bagian kegiatan dalam master plan program PHLN bidang penataan ruang. 2. Kegiatan dengan Tema Pengembangan SDM Pengembangan kemampuan SDM di pemerintahan merupakan kegiatan yang penting untuk dilakukan dalam rangka menciptakan tata kelola pemerintahan yang efektif. Kualitas SDM yang baik akan menjamin terselenggaranya pemerintahan yang berhasil dalam mencapai visi dan misinya. Oleh karena itu pengembangan SDM terutama dalam hal ini pengembangan kemampuan SDM birokrasi merupakan salah satu bagian dari program priorias nasional,

yaitu program reformasi birokrasi dan tata kelola. Pengembangan SDM sampai saat ini masih dilaksanakan secara teratur, melalui kegiatan pelatihan, capacity building, kursus, maupun pendidikan lanjutan di dalam maupun di luar negeri. Kegiatan pengembangan SDM perlu untuk secara berkesinambungan dilaksanakan. Selain untuk meningkatkan kemampuan dari para staf pemerintahan yang ada, juga untuk menyiapkan stafstaf baru yang direkrut. Kegiatan SDM yang dilaksanakan, dibiayai baik dari dana yang bersumber dari dalam negeri, maupun dana yang berasal dari luar negeri/ PHLN. Keterlibatan pihak donor dalam pembiayaan kegiatan pengembangan SDM merupakan hal yang telah lama dilakukan dan menunjukkan kepedulian dari para donor terhadap peningkatan kualitas SDM di Indonesia. Berdasarkan analisis terhadap kegiatan-kegiatan yang dibiayai dengan PHLN, ditemukan bahwa kegiatan pengembangan SDM termasuk kegiatan paling banyak dilaksanakan, untuk kategori kegiatan software. Dengan pentingnya pengembangan SDM dalam rangka tata kelola pemerintahan yang efektif dan adanya komitmen dari berbagai donor untuk membiayai kegiatan ini baik melaui skema pinjaman maupun skema hibah, maka sudah sepantasnya kegiatan-kegiatan pengembangan SDM dimasukkan ke dalam master plan program PHLN bidang penataan ruang. 3. Kegiatan dengan tema pengembangan ekonomi Kegiatan ekonomi merupakan kegiatan utama dari adanya PHLN. Sejak awal adanya kegiatan pinjam meminjam antar negara, motivasinya adalah untuk pengembangan ekonomi. Bahkan kebijakan

Pemerintah mengenai pinjaman diantaranya adalah bahwa pinjaman hendaknya membawa manfaat secara ekonomi dan memberikan pengembalian secara ekonomi. Ekonomi juga menjadi persoalan yang disepakati oleh para pemimpin dunia untuk ditanggulangi secara bersamasama, dan ini tertuang dalam 8 butir MDGs. Di dalam 8 butir MDGs, disepakati bahwa para pemimpin dunia akan mengurangi setengah jumlah orang yang hidup kekurangan dengan pendapatan 1 dollar per hari. Pengurangan jumlah orang yang kekurangan ini solusinya tentu dengan cara pengembangan kegiatan ekonomi. Di dalam RPJMN 2010-2014 pengembangan ekonomi juga masih menjadi prioritas. Di dalam RPJMN 2010-2014 prioritas program yang terkait dengan pengembangan ekonomi adalah program pengentasan kemiskinan dan program pengembangan iklim usaha dan investasi. Kedua program ini saling terkait, karena pengentasan kemiskinan akan berhasil apabila ekonomi berkembang. Sedangkan ekonomi akan berkembang apabila iklim investasi baik dan menarik untuk dapat menarik investor. Pentingya pengembangan ekonomi terutama dalam usaha pengentasan kemiskinan hendaknya juga menjadi perhatian semua elemen bangsa ini termasuk Ditjen Penataan Ruang. Dalam kaitannya dengan

JUSTIFIKASI KARAKTERISTIK PROGRAM PHLN BIDANG PENATAAN RUANG


1. Kegiatan denganTema Lingkungan Hidup Lingkungan hidup merupakan salah satu dari permasalahan yang disepakati oleh para pemimpin dunia untuk ditanggulangi secara bersama-sama dan telah diformalkan dalam komitmen MDGs. Negaranegara maju pun terutama dari Eropa telah menempatkan program berbasis lingkungan sebagai salah satu prioritas untuk ditangani. Ini dapat dilihat dari penjelasan yang ada pada Bab III mengenai profil donor. Salah satu program dalam lingkungan hidup yang mendapatkan pendanaan cukup besar adalah program carbon trade. Khusus untuk program carbon trade ini, menurut beberapa kalangan Indonesia masih belum dapat memaksimalkan carbon trade ini, padahal Indonesia memiliki potensi

16

karakteristik program PHLN bidang penataan r uang

karakteristik program PHLN bidang penataan r uang

17

pengembangan ekonomi ini Ditjen Penataan Ruang sebenarnya telah melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengembangan ekonomi. Salah satu kegiatannya adalah pengembangan KAPET. Pengembangan KAPET sampai saat ini memang belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Walaupun begitu, keterlibatan Ditjen Penataan Ruang dalam pengembangan ekonomi tidak lantas harus terhenti. Ditjen Penataan Ruang dapat menggali ide-ide lain yang dapat dikembangkan menjadi kegiatan pengembangan ekonomi. Melalui master plan program PHLN bidang penataan ruang ini Ditjen Penataan Ruang dapat merencanakan kegiatan-kegiatan apa saja yang terkait pengembangan ekonomi. 4. Kegiatan dengan tema kebencanaan Indonesia adalah negara yang rawan terhadap berbagai bencana, baik bencana alam maupun bencana yang terkait pengelolaan lingkungan alam. Contoh bencana yang sampai saat ini masih sering terjadi adalah bencana gempa bumi.Semua daerah di Indonesia kecuali Kalimantan memiliki potensi gempa. Dan pada setiap kejadian gempa besar menerjang suatu daerah, kerugian yang terjadi besar sekali. Selain gempa, bencana yang masih sering terjadi di Indonesia adalah banjir, longsor, dan kebakaran hutan. Banyaknya bencana yang terjadi di Indonesia menyebabkan kebencaan menjadi program prioritas dari RPJMN 2010-2014. Berkaca pada kejadian gempa besar yang menimpa Aceh tahun 2004, ada banyak kepedulian dari negara-negara lain, apakah itu negara donor maupun bukan untuk membantu pada saat maupun setelah terjadinya gempa. Ini artinya bahwa ada negara-negara donor yang dapat memberikan bantuan dananya untuk membiayai kegiatan kebencanaan.

Pentingnya masalah kebencanaan ini dan adanya potensi pembiayaan dari donor luar negeri menjadi alasan perlunya kegiatan-kegiatan kebencaan menjadi bagian dari kegiatan-kegiatan yang akan dimasukkan ke dalam master plan program PHLN. 5. Kegiatan dengan tema teknologi informasi Teknologi informasi saat ini telah berkembang pesat dan menjadi bagian kehidupan kita sehari-hari. Teknologi informasi tidak saja tidak saja digunakan di perusahaan-perusahaan maupun masyarakat, tetapi juga telah banyak digunakan untuk mendukung kegiatan-kegiatan pemerintahan. Di dalam beberapa bidang pemerintahan, penggunaan teknologi informasi telah menunjukkan hasil yang signifikan dalam mendukung kesuksesan di bidang tersebut. Ke b e r h a s i l a n - ke b e r h a s i l a n i n i tentunya perlu untuk dijadikan contoh di bidang-bidang yang lain dengan melakukan replikasi, yaitu pengembangan penggunaan teknologi informasi secara tepat di bidangb i d a n g t e r s e b u t . Tu j u a n d a r i penggunaan teknologi informasi di bidang pemerintahan tidak lain adalah dalam rangka reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan yang merupakan program prioritas nasional tahun 2010-2014. Pemanfaatan teknologi informasi dalam mendukung kegiatan-kegiatan

pemerintahan juga didukung oleh beberapa negara donor. Salah satu negara donor yang berkomitmen dalam membiayai kegiatan-kegiatan pembangunan teknologi informasi adalah negara Korea Selatan. Adanya kebutuhan akan penggunaan IT dalam rangka reformasi tata kelola pemerintahan yang didukung dengan adanya komitmen dari donor untuk membiayai kegiatan tersebut, menjadi kegiata dengan tema teknologi informasi ini layak untuk dimasukkan ke dalam master plan program PHLN bidang penataan ruang. 6. Kegiatan dengan tema sustainable urban development Pembangunan berkelanjutan ( s u s t a i n a b l e development) adalah pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat masa kini tanpa mengabaikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka, sebagai suatu proses perubahan dimana pemanfaatan sumber daya, arah investasi, orientasi pembangunan dan perubahan kelembagaan selalu dalam keseimbangan dan secara

sinergis saling memperkuat potensi masa kini maupun masa mendatang untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia. Kegiatan dengan tema sustainable urban development merupakan ke g i a t a n s e b a g a i s o l u s i b a g i pengembangan kota-kota di masa depan. Konsep sustainable urban development melibatkan berbagai tema di dalamnya, baik itu tema lingkungan, ekonomi,maupun SDM. Dengan masuknya tema-tema yang selama ini diminati oleh donor di dalam sustainable urban development, menyebabkan kegiatan sustainable urban development pantas untuk dimasukkan ke dalam master plan program PHLN bidang penataan ruang.

18

karakteristik program PHLN bidang penataan r uang

karakteristik program PHLN bidang penataan r uang

19

4
Program PHLN
Bidang Penataan Ruang

egiatan-kegiatan yang akan diajukan untuk dapat dibiayai dengan dana PHLN adalah kegiatan-kegiatan dengan tema sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Lingkungan hidup; Pengembangan SDM; Kebencanaan; Pengembangan ekonomi; Teknologi Informasi; Sustainable urban development.

Ke m e n t e r i a n Pe ke r j a a n U m u m maupun kebijakan Direktorat Jenderal Penataan Ruang. Program yang disusun tentunya harus merupakan solusi bagi permasalahan yang terjadi dalam penataan ruang. Oleh karenanya perlu ada target dan indikator kinerja yang jelas untuk menilai sampai sejauh mana program tersebut dapat menjadi solusi bagi permasalahan yang ada. Berikut adalah family tree dari program PHLN Bidang Penataan Ruang:

Setiap tema kegiatan PHLN bidang penataan ruang, diidentifikasi program-program apa saja yang dapat dimasukkan ke dalam masterplan. Pertimbangan utama dalam identifikasi program-program PHLN adalah kesesuaian program tersebut dengan kebijakan baik itu kebijakan nasional, kebijakan

program PHLN bidang penataan r uang

21

RPJMN

Adapun format dari masterplan yang disusun adalah sebagai berikut: 1. Latar Belakang Berisi latar belakang pentingnya suatu program untuk dijalankan dengan pendanaan dari PHLN. 2. Tujuan Berisi tujuan yang akan dicapai dari program yang akan dijalankan. 3. Rincian kegiatan Suatu program terdiri dari berbagai tahapan kegiatan dalam rangka untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kegiatan-kegiatan ini saling terkait satu sama lain. Oleh karena itu dalam rangka pelaksanaan program, perlu diidentifikasi kegiatan-kegiatan apa saja yang membentuk sebuah program yang akan mendukung tercapainya tujuan. 4. Indikator Kinerja Setiap program harus memiliki target-target tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan.Untuk melihat sampai sejauh mana target ini tercapai, maka diperlukan indikator kinerja. Oleh karenanya di dalam penyusunan masterplan program PHLN bidang penataan ruang ini, perlu dirumuskan target maupun indikator kinerja dari setiap target tersebut.

terkendali. Dampak dari adanya penurunan kualitas lingkungan ini sudah mulai terasa,diantaranya dengan meningkatnya temperatur lingkungan yang pada akhirnya menyebabkan ketidak-nyamanan dalam kehidupan masyarakat. Salah satu solusi yang dianggap tepat untuk menanggulangi masalah polusi ini adalah dengan memperbanyak ruang hijau perkotaan. Dengan memperbanyak ruang hijau di perkotaan, diharapkan ada proses alami yang dapat membersihkan polusi sehingga didapatkan kualitas udara y a n g l e b i h b a i k . Ke b i j a k a n memperbanyak ruang hijau perkotaan juga telah ditetapkan ke dalam bentuk aturan, dimana di setiap perkotaan minimal 10% ruang perkotaan dialokasikan untuk RTH. Upaya meningkatkan implementasi dari ruang hijau perkotaan, perlu dilakukan langkah-langkah yang dapat mendorong pemerintah kota untuk secara berkesinambungan meningkatkan kuantitas maupun kualitas dari ruang hijau perkotaan. Usaha yang dapat dilakukan dalam rangka mendorong pemerintah kota untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas ruang hijau perkotaan adalah dengan melakukan kebijakan insentif dan disinsentif terhadap program ruang hijau perkotaan yang dilakukan oleh pemerintah kota. Program insentif/ disinsentif penataan ruang hijau perkotaan dapat dilakukan

RENSTRA PU

BENCHMARK KEGIATANKEGIATAN PHLN DI DIREKTORAT LAIN / KEMENTRIAN LAIN

SEKTOR PRIORITAS PHLN

ISU-ISU GLOBAL

KRITERIA UMUM KEGIATAN PHLN (Pasal 13 Permen PPN 05 tahun 2006)

PROFIL DONOR

22

program PHLN bidang penataan r uang

Gambar 4. Family Tree Program PHLN Bidang Penataan Ruang

RENSTRA DJPR
KARAKTERISTIK PROGRAM PHLN BIDANG PENATAAN RUANG PROGRAM PHLN BIDANG PENATAAN RUANG

Pengembangan Ekonomi

Pengembangan SDM

Kebencanaan

Sustainable Urban Development

Lingkungan

Teknologi Informasi
Pengembangan sistem informasi penataan ruang yang terintegrasi Penyusunan konsep pengembangan kota berbasis sustainable urban development Capacity building konsep sustainable urban development implementasi konsep pengembangan kota berbasis sustainable urban development

Program Penguatan KAPET

Program insentif/ disinsentif penataan ruang hijau perkotaan dalam menunjang pengurangan pemanasan global(global warming)

Impementasi sustainable urban development dalam pengembangan kawasan metropolitan Kajian dan desain mengenai sistem informasi penataan ruang terintegrasi PengembanganDan implementasisistem informasi penataan ruang terintegrasi

Program Pengembangan Kawasan-kawasan Potensial Secara Ekonomi

Program penataan Lahan Kritis

Penataan Kawasan kawasan rawan bencana Inventarisasi kawasan -kawasan potensi bencana Penyusunan masterplan kebencanaan Penyusunan RTR Kawasan -kawasan rawan bencana

Penguatan SDM dan kelembagaan Penataan Ruang Analisa kebutuhan pengembangan SDM , penyusunan katalog dan materi pengembangan SDM Pelaksanaan program pengembangan SDM (capacity building , bimbingan teknis , pelatihan, dll) Pembangunan infrastruktur lembaga lembaga penataan ruang

Penataan Kawasan kawasan sensitif lingkungan

KEGIATAN DENGAN TEMA LINGKUNGAN HIDUP


A. Program insentif / disinsentif penataan ruang hijau perkotaan dalam menunjang pengurangan pemanasan global (global warming) 1. Latar belakang Polusi adalah salah satu masalah krusial yang dihadapi di perkotaan. Banyak kota terutama kota yang termasuk kota metropolitan yang mengalami penurunan tingkat kualitas lingkungan (terutama kualitas udara) sebagai akibat dari polusi yang tidak

Inventarisasi kawasan -kawasan potensial ekonomi Master plan kawasan -kawasan potensial ekonomi Penataan ruang kawasan -kawasan potensial ekonomi

Capacity building bagi pengelola KAPET maupun bagi UMKM Promosi KAPET Fasilitasi promosi UMKM KAPET Pengembangan sistem informasi KAPET Implementasi sistem informasi KAPET

Penyusunan kriteria kawasan -kawasan lahan kritis Inventarisasi kawasan -kawasan lahan kritis Kajian penataan ruang kawasan -kawasan lahan kritis

Penyusunan kriteria kawasan -kawasan yang sensitif lingkungan Inventarisasi kawasan-kawasan yang sensitif terhadap isu lingkungan Kajian penataan ruang kawasan-kawasan sensitif lingkungan

Kajian mengenai Model Indeks dan Neraca kehijauan kota Kajian mengenai insentif dan disinsentif terhadap pencapaian indeks kehijauan kota Sosialisasi indeks kehijauan kota Pemberian insentif/ disinsentif terhadap pencapaian indeks kehijauan kota

program PHLN bidang penataan r uang

23

setelah terlebih dahulu dilakukan penentuan mengenai indeks dari kehijauan kota. Indeks kehijauan kota ini adalah suatu ukuran yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kehijauan dari suatu kota yang mana tingkat kehijauan ini akan berpengaruh terhadap keberhasilan dari ruang hijau perkotaan untuk mengurangi dampak dari polusi. 2. Tujuan Tujuan dari program insentif / disinsentif penataan ruang hijau perkotaan adalah sebagai berikut: Menentukan suatu indeks kehijauan kota; Menilai tingkat kehijauan dari kota-kota berdasarkan pada indeks kehijauan kota; Memberikan insentif/ disinsentif terhadap pelaksanaan pembangunan ruang hijau perkotaan; Mengurangi dampak pemanasan global 3. Rincian tahapan kegiatan Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, diperlukan berbagai kegiatan yang berkesinambungan.Kegiatankegiatan tersebut adalah:

4. Indikator Kinerja Target yang akan dicapai dalam pelaksanaan program insentif / disinsentif penataan ruang hijau perkotaan dalam kurun waktu 5 tahun adalah: Naiknya kesadaran pemerintah kota dalam memperhatikan kehijauan lingkungan perkotaan; N a i k ny a k u a l i t a s ke h i j a u a n lingkungan perkotaan. Indikator kinerja yang akan digunakan untuk mengukur ketercapaian target adalah: Ketersediaan metoda model pengukuran kehijauan kota; Jumlah kota yang mengikuti program pengukuran kehijauan kota; Hasil penilaian kehijauan kota.

B. Penataan Kawasan-kawasan sensitif lingkungan 1. Latar belakang Kawasan sensitif lingkugan adalah kawasan dengan karakteristik-karakteristik khusus dimana kawasan ini dapat mempengaruhi lingkungan sekitar. Contoh dari kawasan sensitif lingkungan adalah: Kawasan DAS Kawasan Danau Kawasan Pantai KawasanTerumbu karang Kawasan Hutan Kawasan Lahan Gambut Kawasan-kawasan ini perlu ditata karena kawasankawasan ini memiliki fungsi-fungsi terkait lingkungan hidup. Kerusakan yang terjadi pada kawasankawasan ini dapat berpengaruh terhadap kondisi lingkugan di sekitarnya. Sebagai contoh apabila kawasan terumbu karang mengalami kerusakan, maka akan berpengaruh terhadap ekosistem kelautan di kawasan terumbu karang tersebut. Begitu juga apabila suatu kawasan hutan mengalami kerusakan, maka kepunahan spesies-spesies hewan tertentu yang tergantung terhadap keberadaan

hutan tersebut tidak dapat dielakkan. Mengingat pentingnya kawasankawasan ini untuk tetap lestari dan menjadi benteng bagi kelestarian lingkungan maka sudah seharusnya apabila dilakukan penataan di kawasankawasan tersebut. 2. Tujuan Tujuan dari program penataan kawasan-kawasan sensitif lingkungan ini: Inventarisasi kawasan-kawasan yang sensitif terhadap lingkungan; Penataan terhadap kawasankawasan yang sensitif terhadap lingkungan untuk menjamin kelestarian lingkungan. 3. Rincian tahapan kegiatan Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, diperlukan berbagai kegiatan yang berkesinambungan. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah:

Tabel 1. Rincian kegiatan Program insentif / disinsentif penataan ruang hijau perkotaan dalam menunjang pengurangan pemanasan global

Tabel 2.Tahapan kegiatan Penataan Kawasan-kawasan sensitif lingkungan

24

program PHLN bidang penataan r uang

program PHLN bidang penataan r uang

25

4. Indikator Kinerja Target yang akan dicapai dalam pelaksanaan program penataan ruang kawasan-kawasan sensitif lingkungan adalah: Kestabilan kualitas kawasan sensitif lingkungan Indikator kinerja yang akan digunakan untuk mengukur ketercapaian target adalah: - Jumlah kawasan sensitif lingkungan yang ditata - Terlaksananya penataan kawasan-kawasan sensitif lingkungan C. Program penataan Lahan Kritis 1. Latar belakang Lahan Kritis merupakan lahan yang keadaan fisiknya demikian rupa sehingga lahan tersebut tidak dapat berfungsi secara baik sesuai dengan peruntukkannya sebagai media produksi maupun sebagai media tata air. Lahan kritis dapat disebabkan oleh: Perambahan hutan Penebangan liar (illegal logging) Kebakaran hutan Pemanfaatan sumberdaya hutan yang tidak berazaskan kelestarian Penataan zonasi kawasan belum berjalan Pola pengelolaan lahan tidak konservatif Pengalihan status lahan (berbagai kepentingan) Dengan banyaknya kegiatan yang dapat menyebabkan lahan kritis yang terjadi di Indonesia, seperti perambahan hutan, penebangan liar dan kebakaran hutan, maka tidak berlebihan apabila disimpulkan bahwa terdapat banyak lahan kritis yang ada di Indonesia. Dampak dari adanya lahan kritis ini diantaranya adalah: Pengalihan status lahan (berbagai kepentingan) Daya resap tanah terhadap air menurun sehingga kandungan air tanah berkurang yang mengakibatkan kekeringan pada musim kemarau. Terjadinya arus permukaan tanah pada waktu musim hujan yang mengakibatkan bahaya banjir dan longsor.

Menurunnya kesuburan tanah, dan d ay a d u k u n g l a h a n s e r t a keanekaragaman hayati Melihat besarnya dampak lahan kritis terhadap kehidupan manusia, maka sudah seharusnya apabila dilakukan langkah-langkah penanganan terhadap lahan-lahan kritis yang ada di Indonesia. 2. Tujuan Tujuan dari program penataan lahan kritis adalah: Inventarisasi kawasan-kawasan lahan kritis di Indonesia; Penataan kawasan-kawasan lahan kritis untuk mengendalikan tingkat kerusakan lahan. 3. Rincian tahapan kegiatan Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, diperlukan berbagai kegiatan yang berkesinambungan. Kegiatan-kegiatan tersebut seperti yang tertuang padaTabel 3. 4. Indikator Kinerja Target yang akan dicapai dalam pelaksanaan program penataan ruang kawasan-kawasan lahan kritis adalah: Meningkatnya kualitas lingkungan kawasan lahan kritis Berkurangnya kawasan lahan kritis Indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur ketercapaian target adalah: Jumlah kawasan lahan kritis yang ditata Terlaksananya penataan kawasankawasan lahan kritis

Tabel 3.Tahapan Kegiatan Program penataan Lahan Kritis

D. Program Implementasi Tapak Ekologis dalam Penataan Ruang 1. Latar belakang Tapak Ekologis (ecological footpritnt) adalah suatu ukuran permintaan kebutuhan manusia terhadap ekosistem bumi. Tapak ekologis membandingkan permintaan manusia dengan kapasitas ekologi bumi untuk melakukan regenerasi. Ini menggambarkan jumlah area produktif baik tanah maupun lautan yang diperlukan untuk regenerasi sumber daya yang dikonsumsi manusia dan untuk menyerap kembali sampah dari konsumsi manusia tersebut. Dengan menggunakan ukuran ini, dimungkinkan untuk melakukan perkiraan seberapa banyak bumi yang diambil untuk mendukung kehidupan manusia jika semua orang hidup dengan gaya hidup tertentu. Indonesia adalah salah satu negara yang sudah melakukan perhitungan tapak ekologis ini.Walaupun dari perhitungan tapak ekologis ini Indonesia masih termasuk surplus, tetapi kondisi di lapangan menunjukkan adanya peningkatan kerusakan lingkungan sebagai akibat eksploitasi besar-besaran dari ekosistem Indonesia. Sehingga apabila tidak ada perubahan kebijakan dalam penanganan lingkungan,

maka pada masa mendatang nilai tapak ekologis Indonesia akan minus yang artinya bahwa ekosistem Indonesia pada kondisi tidak sehat, dimana lebih banyak eksploitasi daripada pelestarian. Untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dari ekosistem Indonesia, maka salah satu langkah yang penting untuk dilakukan adalah bagaimana memasukkan pertimbahan tapak ekologis ini ke dalam perencanaan spasial. Dengan demikian maka tata ruang dari suatu kawasan akan ditata dengan memperhatikan daya dukung lingkungan dalam menyediakan kebutuhan manusia secara berimbang. 2. Tujuan Tujuan dari program tapak ekologis adalah mengintegrasikan paradigma tapak ekologis ke dalam penataan ruang untuk mendukung perbaikan ekosistem Indonesia.

26

program PHLN bidang penataan r uang

program PHLN bidang penataan r uang

27

3. Rincian tahapan kegiatan Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, diperlukan berbagai kegiatan yang berkesinambungan.Kegiatankegiatan tersebut adalah: 4. Indikator Kinerja Target yang akan dicapai dalam pelaksanaan Program ImplementasiTapak Ekologis dalam Penataan Ruang: Terintegrasikannya tapak ekologis ke dalam penataan ruang Indonesia

Meningkatnya kualitas ekosistem Indonesia. Indikator kinerja yang akan digunakan untuk mengukur ketercapaian target adalah: Jumlah kawasan yang ditata dengan mengintegrasikan tapak ekologis Meningkatnya nilai tapak ekologis Indonesia.

Isu mengenai pentingnya peningkatan kualitas SDM penataan ruang dan kelembagaan yang menaunginya menjadi isu yang penting terutama di daerah. Banyak harapan dari daerah,dimana daerah berharap adanya kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas dari SDM penataan ruang serta kegiatan-kegiatan dalam rangka mematangkan kelembagaan penataan ruang di daerah. Peningkatan kualitas SDM dan kelembagaan di pemerintahan secara umum juga merupakan bagian dari prioritas nasional yaitu Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola. Oleh karenanya penguatan SDM dan kelembagaan penataan ruang penting untuk segera dilakukan. 2. Tujuan Tujuan dari kegiatan penguatan SDM dan kelembagaan penataan ruang adalah: Meningkatkan kuantitas maupun kualitas SDM bidang penataan ruang; Membangun dan memantapkan kelembagaan penataan ruang di daerah.

3. Rincian tahapan kegiatan Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, diperlukan berbagai kegiatan yang berkesinambungan. Kegiatan-kegiatan tersebut seperti yang tertuang dalam Tabel 5 di bawah ini: 4. Indikator Kinerja Target yang akan dicapai dalam pelaksanaan program penguatan SDM dan kelembagaan penataan ruang adalah: Peningkatan kuantitas dan kualitas SDM yang memahami penataan ruang Peningkatan kuantitas dan kualitas lembaga penataan ruang Indikator kinerja yang akan digunakan untuk mengukur ketercapaian target adalah: Jumlah peser ta program pengembangan SDM penataan ruang Jumlah lembaga penataan ruang yang terbentuk

Tabel 4.Tahapan Implementasi Tapak Ekologis dalam Penataan Ruang

KEGIATAN DENGAN TEMA PENGEMBANGAN SDM A. Penguatan SDM dan kelembagaan Penataan Ruang 1. Latar belakang Faktor sumber daya manusia di dalam berbagai bidang memiliki peranan dominan dalam menunjang keberhasilan bidang tersebut. Tidak terkecuali di b i d a n g p e n a t a a n r u a n g . Ke b e r h a s i l a n penyelenggaraan penataan ruang akan tergantung pada kualitas sumber daya manusia dari para penyelenggaranya.

Ke b e r h a s i l a n p e nye l e n g g a r a a n penataan ruang juga akan tergantung pada kelembagaan yang menyelenggarakan penataan ruang tersebut. Ini tidak lain karena kegiatan penyelenggaraan penataan ruang melibatkan berbagai pemangku kepentingan yang datang bukan saja dari bidang penataan ruang itu sendiri.

Tabel 5. Tahapan kegiatan Penguatan SDM dan kelembagaan Penataan Ruang

28

program PHLN bidang penataan r uang

program PHLN bidang penataan r uang

29

KEGIATAN DENGAN TEMA PENGEMBANGAN EKONOMI A. Program Penguatan KAPET 1. Latar belakang KAPET adalah salah satu bentuk upaya pemerintah dalam mengembangkan kawasan strategis nasional. Hasil yang diharapkan dari adanya KAPET ini adalah meningkatnya pembangunan ekonomi di kawasankawasan yang termasuk ke dalam KAPET. Sampai saat ini banyak keluhan mengenai tingkat keberhasilan dari adanya KAPET dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. KAPET yang dapat berjalan dengan baik dan mampu mendukung pertumbuhan ekonomi kawasan masih sedikit. Ada banyak penyebab dari kurang baiknya kinerja pengelolaan KAPET. Mulai dari permasalahan di tingkat organisasi, kurangnya SDM pengelola KAPET, dana pengelolaan,dan sebagainya. Untuk mencari solusi yang tepat untuk pengelolaan KAPET ini, dapat dilakukan dengan melakukan studi k a s u s p a d a K A P E T y a n g re l a t i f t e l a h memperlihatkan kinerja yang baik terutama dalam pembinaan organisasinya. KAPET Manado-Bitung merupakan salah satu KAPET yang dapat menunjukkan kinerja yang baik terutama dalam pembinaan terhadap UMKM yang ditanganinya. Beberapa kegiatan pembinaan UMKM yang telah dilaksanakan diantaranya adalah: Pelatihan penyusunan rencana bisnis dan akuntansi Fasilitasi untuk kegiatan promosi UMKM Kegiatan-kegiatan KAPET Manado-Bitung ini dilaksanakan dengan bantuan dana hibah dari lembaga donor,yaitu dari CIDA dan JETRO. Keberhasilan KAPET Manado-Bitung dalam menyelenggarakan pembinaan terhadap UMKM

yang dibinanya dengan memanfaatkan dana bantuan hibah dari donor, tentunya perlu untuk diapresiasi dan untuk kemudian dapat direplikasi dan dilaksanakan di KAPET-KAPET yang lain. 2. Tujuan Tujuan dari adanya program penguatan KAPET ini adalah: Meningkatkan kinerja pengelolaan KAPET melalui peningkatan kualitas organisasi maupun kualitas SDM pengelola KAPET; Pemberdayaan terhadap UMKM yang menjadi bagian dari pembinaan KAPET; 3. Rincian tahapan kegiatan Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, diperlukan berbagai kegiatan yang berkesinambungan. Kegiatan-kegiatan tersebut seperti yang tertuang pada Tabel 6. 4. Indikator Kinerja Target yang akan dicapai dalam pelaksanaan program penguatan KAPET adalah: Ketersediaan SDM pengelola KAPET yang profesional yang dapat memanaje KAPET sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Terjadinya peningkatan investasi di KAPET. Indikator kinerja yang akan digunakan untuk mengukur ketercapaian target adalah: Jumlah SDM KAPET yang terdidik. Jumlah investasi di KAPET

Tabel 6. Tahapan kegiatan Program Penguatan KAPET

B. Program Pengembangan Kawasan-kawasan Potensial Secara Ekonomi 1. Latar belakang Indonesia memiliki kawasan-kawasan yang memiliki potensi ekonomi yang tinggi. Kawasan-kawasan tersebut dapat berupa kawasan pertanian, perkebunan, pertambangan, perikanan, pariwisata, dan sebagainya. Masih banyak dari kawasan-kawasan ini yang belum dikembangkan. Pengembangan kawasan-kawasan ini tentunya akan banyak bermanfaat terutama dalam meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. 2. Tujuan Tujuan dari program pengembangan kawasankawasan potensial secara ekonomi adalah sebagai berikut: Inventarisasi kawasan-kawasan potensial secara ekonomi; Penyusunan masterplan pengem-bangan kawasan-kawasan potensial secara ekonomi; Penataan kawasan-kawasan potensial secara ekonomi untuk menyediakan arahan dalam pengembangan kawasan-kawasan potensial secara ekonomi.

3. Rincian tahapan kegiatan Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, diperlukan berbagai kegiatan yang berkesinambungan. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah seperti yang tertuang dalam Tabel 7. 4. Indikator Kinerja Target yang akan dicapai dalam pelaksanaan program pengembangan kawasan-kawasan potensial secara ekonomi adalah: Teridentifikasinya kawasan-kawasan yang potensial secara ekonomi; Berkembangnya perekonomian di kawasan-kawasan potensial secara ekonomi. Indikator kinerja yang akan digunakan untuk mengukur ketercapaian target adalah: Jumlah kawasan potensial secara ekonomi yang dikembangkan. Jumlah investasi di kawasankawasan potensial secara ekonomi;

30

program PHLN bidang penataan r uang

program PHLN bidang penataan r uang

31

Tabel 7. Tahapan kegiatan Program Pengembangan Kawasan-kawasan Potensial Secara Ekonomi

Penataan ruang pada kawasan-kawasan rawan bencana ini dapat dilakukan setelah sebelumnya dilakukan inventarisasi terhadap kawasan-kawasan yang potensial menjadi kawasan bencana. 2. Tujuan Tujuan dari diadakannya program penataan ruang kawasan-kawasan potensial bencana adalah: Inventarisasi kawasan-kawasan yang rawan bencana; Menata kawasan-kawasan yang rawan bencana sehingga dapat meminimalisir kerugian pada saat terjadinya bencana. 3. Rincian tahapan kegiatan Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, diperlukan berbagai kegiatan yang berkesinambungan.Kegiatankegiatan tersebut sebagai berikut:

4. Indikator Kinerja Target yang akan dicapai dalam pelaksanaan program penataan kawasan-kawasan rawan bencana adalah: Teridentifikasinya kawasan-kawasan rawan bencana; Terhindarnya pembangunan di kawasan-kawasan rawan bencana. Indikator kinerja yang akan digunakan untuk mengukur ketercapaian target adalah: Jumlah kawasan-kawasan rawan bencana yang ditata; Kesesuaian pembangunan dengan memperhatikan potensi bencana;

KEGIATAN DENGANTEMA KEBENCANAAN A. Penataan Kawasan-kawasan rawan bencana 1. Latar belakang Indonesia adalah negara dengan potensi bencana alam yang tinggi. Bencana alam utama yang mengancam Indonesia adalah gempa bumi, tsunami, gunung berapi, dan banjir. Sampai saatbb ini dampak dari bencana-bencana ini dirasakan sangat merugikan baik dari sisi materil maupun dari sisi non materil. Dalam beberapa kasus bencana, kerugian yang ditimbulkan sebenarnya dapat diminimalisir apabila ada antisipasi dari sisi perencanaan tata ruang kawasan. Sebagai contoh kerugian akibat gempa dapat diminimalisir apabila tidak dilakukan pembangunan fisik di daerah-daerah yang merupakan daerah jalur patahan gempa. Kemudian

kerugian akibat banjir juga dapat diminimalisir apabila daerah-daerah yang lebih rendah tidak dibangun, sehingga apabila terjadi curah hujan yang tinggi, air tidak menggenang di daerah tersebut. Dari kedua contoh di atas dapat kita simpulkan mengenai pentingnya perencanaan tata ruang kawasan dalam rangka mengantisipasi tingginya tingkat kerugian yang ditimbulkan bencana. Melihat masih banyaknya kejadian bencana alam di Indonesia pada saat ini, maka sudah saatnya dilakukan penataan ruang secara khusus pada kawasan-kawasan yang dikategorikan rawan bencana.

Tabel 8.Tahapan kegiatan Penataan Kawasan-kawasan rawan bencana

32

program PHLN bidang penataan r uang

program PHLN bidang penataan r uang

33

KEGIATAN DENGAN TEMA TEKNOLOGI INFORMASI


A. Pengembangan sistem informasi penataan ruang yang terintegrasi 1. Latar belakang Informasi adalah kebutuhan utama dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang didasarkan pada informasi yang baik akan menghasilkan keputusan yang baik. Di dalam penyelenggaraan penataan ruang, tidak jarang ditemui masalah ketersediaan informasi yang dibutuhkan. Sebagai akibatnya adalah peluang terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan yang baik. Masalah ketersediaan informasi penataan ruang dapat diatasi salah satunya dengan membangun sistem informasi penataan ruang yang terintegrasi. Sistem informasi penataan ruang yang terintegrasi, akan memungkinkan ketersediaan informasi yang mutakhir dan akurat yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang akurat pula.

2. Tujuan Tujuan dari Pengembangan sistem informasi penataan ruang yang terintegrasi adalah: Inventarisasi kebutuhan data dalam penataan ruang; Penyediaan informasi penataan ruang yang mutakhir dan akurat. 3. Rincian tahapan kegiatan Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, diperlukan berbagai kegiatan yang berkesinambungan. Kegiatan-kegiatan tersebut dijelaskan pada Tabel 9 sebagai berikut. 4. Indikator Kinerja Target yang akan dicapai dalam pelaksanaan program pengembangan sistem informasi penataan ruang terintegarasi adalah: Penyelenggaraan penataan ruang yang efektif dan efisien.

Indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur ketercapaian target adalah: Ketersediaan data mutakhir yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan penataan ruang Ketersediaan sistem dan prosedur yang dapat mendukung peng-ambilan keputusan dalam penataan ruang.

2. Tujuan Tu j u a n d a r i a d a ny a p ro g r a m sustainable urban development dalam rangka pengembangan kawasan metropolitan adalah menciptakan kota metropolitan yang dapat memberikan kesejahteraan kepada kehidupan warganya. 3. Rincian tahapan kegiatan Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, diperlukan berbagai kegiatan yang berkesinambungan. Kegiatan-kegiatan tersebut dijelaskan pada Tabel 10 dibawah ini. 4. Indikator Kinerja Target yang akan dicapai dalam pelaksanaan program Impementasi sustainable urban development dalam pengembangan kawasan metropolitan adalah: Terpahaminya konsep sustainable urban development baik oleh aparat pemerintah maupun oleh masyarakat.

KEGIATAN DENGAN TEMA SUSTAINABLE URBAN DEVELOPMENT


A. Impementasi sustainable urban development dalam pengembangan kawasan metropolitan 1. Latar belakang Pembangunan berkelanjutan ( sustainable development) adalah pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat masa kini tanpa mengabaikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka, sebagai suatu proses perubahan dimana pemanfaatan sumber daya, arah investasi, orientasi pembangunan dan perubahan kelembagaan selalu dalam keseimbangan dan secara sinergis saling memperkuat potensi masa kini maupun masa mendatang untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia.

Tabel 9.Tahapan kegiatan Pengembangan sistem informasi penataan ruang yang terintegrasi

Tabel 10.Tahapan Kegiatan Program Impementasi Sustainable Urban Development Dalam Pengembangan Kawasan Metropolitan

34

program PHLN bidang penataan r uang

program PHLN bidang penataan r uang

35

Terimplementasikannya konsep sustainable urban development dalam pengembangan perkotaan di Indonesia. Indikator kinerja yang akan digunakan untuk mengukur ketercapaian target adalah: Jumlah capacity building dan sosialisasi yang dilakukan dalam mendukung meningkatnya pemahaman mengenai sustainable urban debelopment. Jumlah kota yang mengimplementasikan konsep s u s t a i n a b l e u r b a n d ev e l o p m e n t d a l a m pengembangannya. B. Impementasi konsep symbio city dalam pengembangan kawasan perkotaan yang berkelanjutan 1. Latar belakang Symbio city adalah sebuah konsep pengembangan perkotaan yang berkelanjutan. Konsep ini dikembangkan dan telah diimplementasikan di Swedia. Seiring dengan keberhasilan implementasi symbio city di Swedia, Pemerintah Swedia menawarkan kerja sama untuk pengembangan dan implementasi symbio city di Indonesia.

Tawaran kerja sama ini tentunya adalah sesuatu yang positif dan sesuai dengan arah kebijakan Kementerian PU dalam pengembangan perkotaan, dimana pada saat ini Kementerian PU khususnya Ditjenl Penataan Ruang menjadikan sustainable urban development sebagai paradigma dalam pengembangan perkotaan. 2. Tujuan Tu j u a n d a r i a d a ny a p ro g r a m Impementasi konsep symbio city dalam pengembangan kawasan perkotaan yang berkelanjutan adalah menciptakan lingkungan perkotaan yang dapat memberikan kesejahteraan s e c a r a b e r ke l a n j u t a n ke p a d a kehidupan warganya. 3. Rincian tahapan kegiatan Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, diperlukan berbagai kegiatan yang ber-kesinambungan. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah:

4. Indikator Kinerja Target yang akan dicapai dalam pelaksanaan program Impementasi konsep symbio city dalam pengembangan kawasan perkotaan yang berkelanjutan adalah: Terpahaminya konsep symbio city baik oleh aparat pemerintah maupun oleh masyarakat. Terimplementasikannya konsep symbio city dalam pengembangan perkotaan yang berkelanjutan di Indonesia. Indikator kinerja yang akan digunakan untuk mengukur ketercapaian target adalah: Jumlah capacity building dan sosialisasi yang dilakukan dalam mendukung meningkatnya pemahaman mengenai konsep symbio city. Jumlah kota yang meng-implementasikan konsep sustainable urban development dalam pengembangannya.

Tabel 11.Tahapan kegiatan Impementasi konsep symbio city dalam pengembangan kawasan perkotaan yang berkelanjutan

36

program PHLN bidang penataan r uang

program PHLN bidang penataan r uang

37

5
Strategi
Pelaksanaan PHLN Bidang Penataan Ruang

STRATEGI SINERGI DENGAN SATMINKALSATMINKAL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PU

enyelenggaraan Penataan Ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan berdasarkan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional. Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang ini, maka dalam pelaksanaannya, Direktorat Jenderal Penataan Ruang perlu melakukan sinergi dalam melaksanakan kegiatan dengan satminkalsatminkal yang ada di lingkungan Ditjen Penataan Ruang. Sinergi pelaksanaan kegiatan adalah kerja sama pelaksanaan suatu program besar yang melibatkan

berbagai sektor di lingkungan Kementerian PU. Sinergi dilaksanakan untuk menjamin pelaksanaan suatu program dapat menghasilkan output pembangunan yang terintegrasi dan dapat menunjang pencapaian tujuan pembangunan nasional. Terkait dengan PHLN, Ditjen Penataan Ruang dapat melakukan sinergi dalam pelaksanaan suatu kegiatan besar yang dilakukan oleh satminkal di lingkungan Kementerian PU. Ditjen Penataan Ruang dapat mengambil bagian-bagian dari kegiatan tersebut yang merupakan lingkup kerja dari Ditjen Penataan Ruang.

strategi pelaksanaan PHLN bidang penataan r uang

39

STRATEGI PEMBIAYAAN
Untuk dapat merealisasikan program-program di atas, diperlukan strategi dalam mencari pembiayaan dari donor. Salah satu strategi yang perlu dilakukan adalah memetakan kegiatan PHLN yang diusulkan dan potensi donor yang akan membiayainya. Berikut adalah matriks antara kegiatan PHLN bidang penataan ruang dan donor potensial yang dapat memberikan pembiayaannya.
Tabel 12. Matriks Sumber Pembiayaan PHLN Potensial

40

strategi pelaksanaan PHLN bidang penataan r uang

strategi pelaksanaan PHLN bidang penataan r uang

41

STRATEGI PROMOSI
Dari uraian di atas, sinkronisasi dengan antara tema PHLN dan aktivitas pemberi donor perlu didukung dengan strategi yang cukup kuat antara lain: 1. Membuat kajian terhadap kesiapan infrastruktur legal (peraturan) sehingga dapat meningkatkan minat pihak donor potensial terkait dengan kepastian hukum. 2. Perlu dilakukan pertemuan intensif dengan pemberi donor melalui mekanisme round table discussion atara Ditjen Penataan Ruang dengan pihak donor sehingga terjadi komunikasi dua arah terhadap kebutuhan kedua belah pihak dan dapat mendorong efektivitas program yang sudah direncanakan oleh Ditjen Penataan Ruang. 3. Melakukan road show ke calon donor potensial dengan tema PHLN (terkait dengan 6 isu utama yakni; lingkungan, pengembangan SDM, Pengembangan Ekonomi, Kebencanaan, Sustanaible Urban Development,danTeknologi Informasi).

42

strategi pelaksanaan PHLN bidang penataan r uang

strategi pelaksanaan PHLN bidang penataan r uang

43

6
Penutup

umber pendanaan yang berasal dari pinjaman dan/atau hibah luar negeri (PHLN) merupakan salah satu alternatif pendanaan pembangunan nasional. Sampai saat ini, jumlah pinjaman luar negeri Indonesia terbilang tinggi dan tentunya menjadi beban tersendiri bagi keuangan negara. Menyikapi kondisi seperti ini, Pemerintah telah mensyaratkan bahwa penggunaan PHLN terutama untuk pinjaman digunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan yang termasuk ke dalam kegiatan-kegiatan prioritas nasional. Kegiatankegiatan prioritas nasional ini tercantum di dalam RPJMN Pemerintah yang disusun setiap lima tahun sekali. Selain itu terkait dengan PHLN ini, Pemerintah juga telah mengeluarkan kebijakankebijakan lain yang tujuannya adalah mengefektifkan pemanfaatan PHLN sehingga dapat

tercapai tujuan pembangunan yang diharapkan. Dalam rangka untuk memanfaatkan PHLN ini secara efektif dan berhasil g u n a s e s u a i d e n g a n ke b i j a k a n Pemerintah, Ditjen Penataan Ruang kemudian menyusun Masterplan Program PHLN Bidang Penataan Ruang yang merupakan dokumen yang berisi program-program dan kegiatankegiatan bidang penataan ruang yang direncanakan untuk dapat dibiayai dengan pinjaman / hibah dari luar negeri. Dalam penyusunan masterplan ini, tentunya mengacu pada kebijakankebijakan Pemerintah terutama dengan RPJMN.

p e n u t u p

45

Dalam rangka menyesuaikan dengan kebijakan Pemerintah untuk mengurangi jumlah pinjaman luar negeri, kegiatankegiatan yang disusun dalam masterplan program PHLN bidang penataan ruang juga merupakan kegiatan-kegiatan yang berpotensi untuk bisa mendapatkan hibah dari luar negeri. Sehingga diharapkan bahwa kegiatan-kegiatan Penataan Ruang di masa depan dapat didanai dari dana hibah luar negeri yang tentunya akan berdampak positif bagi pembangunan nasional. Pembiayaan memiliki peran penting untuk menggerakkan roda pembangunan. Karenanya, optimalisasi penggunaan pembiayaan perlu sejak dini diantisipasi dengan menyusun perencanaan yang jelas melalui masterplan sehingga sasaran yang diinginkan dapat dicapai. Di bidang penataan ruang,penyusunan masterplan PHLN ini tidak dapat dipisahkan dari apa yang ingin dicapai selama periode RPJM dengan sejumlah target yang dibentuk dalam enam tema yakni; lingkungan hidup, pengembangan sumber daya manusia, pengembangan ekonomi, kebencanaan, teknologi informasi, serta sustainable urban development. Tema tersebut tetap terkait dengan amanat RPJM, Renstra PU, hingga strategi-strategi bidang penataan ruang. Sehingga, program PHLN merupakan satu kesatuan dengan tugas pokok dan fungsi bidang penataaan ruang. Selain menitikberatkan pada kebutuhan internal bidang penataan ruang, masterplan ini juga mempertimbangkan karkateristik donor. Hal ini diperlukan untuk mensinergikan

kepentingan bidang penataan ruang dengan minat donor karena dari identifikasi yang dilakukan masing-masing donor juga memiliki fokus pembiayaan. Saat ini merupakan momentum yang tepat karena sejumlah negara dan institusi di dunia sangat fokus pada pembangunan berkelanjutan. Konsekuensinya, banyak negara dan institusi internasional berminat mengambil peran yang kemudian dimanifestasikan dengan pemberian hibah dan hutang luar negeri bagi negara berkembang. Peluang ini harus dimanfaatkan sehingga program yang disusun tidak semata-mata mengandalkan kebutuhan internal tetapi mengkombinasikan antara inward-looking dan outward-looking dengan meletakkan bidang penataan ruang dalam konstelasi isu nasional dan global. Karenanya, sejumlah strategi promosi mulai dari penyiapan infrastuktur legal formal dan pertemuan intensif dengan lembaga donor perlu dilakukan. Penyusunan masterplan tematik ini diharapkan tidak saja menarik minat donor tetapi akan mengarahkan penggunaan hibah luar negeri yang dikelola di bidang penataan ruang menjadi lebih efektif.

46

p e n u t u p

You might also like