You are on page 1of 2

Laju reaksi dapat didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi reaktan atau produk per satuan waktu.

LAju reaksi dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain : 1) Suhu, semakin tinggi suhu maka semakin tinggi energy kinetic partikel yang bertumbukan. Akibatnya, tumbukan semakin acak dan laju reaksi semakin meningkat; 2) Konsentrasi, semakin tinggi konsentrasi maka partikel yang bertumbukan semakin banyak dan mengakibatkan laju reaksi meningkat; 3) Luas permukaan, semakin luas bidang permukaan maka semakin luas bidang permukaan partikel yang bertumbukan dan mengakibatkan laju reaksi semakin meningkat; 4)Katalis, mempercepat laju reaksi dengan cara mencari jalan lain dalam reaksi yang energy aktivasinya lebih rendah. Dengan kata lain, katalis mempercepat laju reaksi dengan ikut bereaksi dengan reaksi tersebut namun tidak mempengaruhi hasil reaksi. Laju reaksi pada percobaan kali ini dipengaruhi oleh suhu. Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis ester dengan basa. Percobaan kali ini dilakukan reaksi saponifikasi metil asetat menggunakan basa yaitu NaOH. Reaksi saponifikasinya adalah : CH3COOCH3 + NaOH CH3COONa + CH3OH. Secara teori, reaksi saponifikasi pada proses saponifikasi metil asetat memiliki orde 2. Untuk membuktikannya dapat digunakan beberapa metode, di antaranya: 1)mwtode integral grafik, dengan cara mencari konsentrasi salah satu zat yang tersisa pada waktu masing2 t kemudian dibuat grafik; 2)metode integral non grafik, dengan cara menghitung nilai k satu per satu dengan persamaa integral orde 2 lalu mencocokan hasilnya. Jika diperoleh nilai k yang sama, maka reaksi tersebut berorde 2. Metode konduktans dapat digunakan untuk menentukan laju saponifikasi. Prinsip dari metode ini adalah mengukur penggantian konduktans pada saat reaksi berlangsung dengan waktu tertentu. Diasumsikan konduktans dari larutan pada waktu t adalah Gt, yaitu jumlah konduktivitas ioniknya. Gt berbanding lurus dengan konsentrasi dan konduktivitas molar dari larutan dan berbanding terbalik dengan konstanta sel (K). Perhitungan pertama untuk menentukan konduktivitas awal (Go) dari larutan. Kemudian nilai k dapat dicari dengan memplotkan hasil pengamatan Gt dari larutan dengan waktu t (menit) pada grafik. Untuk orde pertama, diplotkan ln gt-gc/g0-gc terhadap waktu, sedangkan untuk orde dua diplotkan go-gt/gt-gc terhadap waktu. Kemudian dengan regresi linear dapat ditentukan nilai k dari persamaan garis lurus. Nilai k pada saponifikasi tanpa pemanasan pada orde 1 adalah k1= 0,1245 menit -1, sedangkan pada orde 2 adalah k2= 1,0420.10-3 L mol-1 menit-1. Nilai k pada saponifikasi dengan pemanasan pada orde 1 adalah k1=0,0304 menit-1, sedangkan pada orde 2 adalah k2=0,0447 L mol-1 menit-1. Nilai k1 dan k2 pada kedua kondisi pemanasan tersebut berbeda dan satuannya pun berbeda. Jika dplotkan pada grafik, nilai linearitas r2 orde 1 pada kedua kondisi pemanasan jauh lebih baik dibandingkan dengan orde 2. Hal ini menunjukkan bahwa reaksi berlangsung pada orde satu karena grafiknya cenderung ke arah liner. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang mneyatakan bahwa saponifikasi metil asetat memiliki orde 2. Nilai Gt pada percobaan semakin menurun seiring pertambahan waktu (dala selang 5 menit). Hal ini sesuai dengan teori bahwa nilai konduktasi semakin menurun seiring bertambahnya waktu. Semakin bertambah waktu, semakin sedikit aktivitas ion-ion dalam larutan diuji. Pemanasan metil asestat tidak boleh di atas 80 derajat karena akan menyebabkan ester tersebut menguap dan mengurangi ketepatan dalam percobaan. Terdapat beberapa kesalahan yang menyebabkan tidak tepatnya hasil percobaan dengan literature. Beberapa kesalahan yang terjadi di antaranya: 1) alat penghitung konduktivitas yang cenderung tidak stabil dan tidak akurat sehingga menghasilkan data yang tidak tepat; 2) suhu yang

berubah-ubah ketika praktikan melakukan pemanasan dan ketika praktikan masuk dalam ruangan yang ber-AC; 3) kesalahan praktikan dalam menghitung per ubahan waktu yang menyebabkan kurang akuratnya data.

You might also like