You are on page 1of 4

Golongan Obat dan Sinonim 1. GOLONGAN TETRASIKLIN Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spektrum luas.

Penggunaannya semakin lama semakin berkurang karena masalah resistensi. Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi jenis yang sama seperti yang diobati penisilin dan juga untuk infeksi lainnya seperti kolera, demam berbintik Rocky Mountain, syanker, konjungtivitis mata, dan amubiasis intestinal. Dokter ahli kulit menggunakannya pula untuk mengobati beberapa jenis jerawat. Khasiatnya bersifat bakteriostatik, pada pemberian IV dapat dicapai kadar plasma yang bersifat bakterisid lemah. Mekanisme kerjanya mengganggu sintesis protein kuman. Spektrum kerjanya luas kecuali terhadap Psudomonas & Proteus. Penggunaannya yaitu infeksi saluran nafas, paru-paru, saluran kemih, kulit dan mata. Namun dibatasi karena resistensinya dan efek sampingnya selama kehamilan & pada anak kecil. Contoh obatnya tetrasiklin, doksisiklin, minosiklin. Doksisiklin Indikasi : Eksaserbasi bronkitis kronis, bruselosis, klamidia, mikroplasma dan riketsia, efusi pleura karena keganasan atau sirosis, aknevulgaris, sinusitis kronis, prostatitis kronis, penyakit radang pelvis (bersama metronidazol). Kontraindikasi : Tidak dianjurkan pada porfiria. Dosis : 200 mg pada hari pertama, kemudian 100 mg per hari. Pada infeksi berat 200 mg per hari. Sediaan beredar : Doxycline, Dotur, Doxin, Dumoxin, Interdoxin, Siclidon, Viadoxin, Vibramycin 2. GOLONGAN KLORAMFENIKOL Kloramfenikol merupakan antibiotik dengan spektrum luas, namun bersifat toksis. Bersifat bakteriostatik terhadap Enterobacter & S. aureus berdasarkan perintangan sintesis polipeptida kuman. Bersifat bakterisid terhadap S. pneumoniae, N. meningitidis & H. influenza. Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi yang berbahaya yang tidak efektif bila diobati dengan antibiotik yang kurang efektif. Penggunaannya secara oral, sejak tahun 1970-an dilarang di negara barat karena menyebabkan anemia aplastis. Sehingga hanya dianjurkan pada infeksi tifus (Salmonella typhi) dan meningitis (khusus akibat H. influenzae). Kloramfenikol bekerja dengan menghambat sintesis protein mikroorganisme. Kloramfenikol memiliki spektrum, dosis, kadar dalam darah yang sama dengan tetrasiklin. Kloramfenikol bersifat bakteriostatik dan bakteri dapat tumbuh kembali jika pengaruh obat dihilangkan. Contoh obatnya adalah kloramfenikol. Turunannya yaitu tiamfenikol. Kloramfenikol Indikasi : Pengobatan tifus dan paratifoid; infeksi berat karena Salmonella sp.; H. influenza (terutama meningitis); riketsia, limfogranuloma, psitakosis; gastroenteristis; bruselosis; disentri; staphylococcal abses otak; meningitis; lymphogranuloma-psittacosis Kontraindikasi : Hipersensitif, anemia, wanita hamil dan menyusui, pasien porfiria, bayi baru lahir, gangguan hati, sumsum tulang yang abnormal, sirkulasi sel darah yang abnormal. Dosis : Oral, injeksi intravena atau infus 50 mg/kg/hari dibagi dalam 4 dosis (pada infeksi berat seperti septicemia dan meningitis, dosis dapat digandakan segera dan diturunkan bila terdapat perbaikan klinis). Anak epilogitis hemofilus, mengitis purulenta, 50-100 mg/kg/hari dalam dosis terbagi. Bayi di bawah 2 minggu 25 mg/kg/hari (dibagi dalam 4 dosis). 2 minggu sampai 1 tahun 50 mg/kg/hari (dibagi 4 dosis). Sediaan beredar : Kloramfenikol, Chloramex, Colme, Fenicol, Hufamycetine, Ikamicetin, Lanacetine, Paraphenicol, Suprachlor, Zenichlor. Tiamfenikol

Tiamfenikol dipakai sebagai kloramfenikol karena dianggap lebih aman, namun tidak terdapat cukup bukti untuk ini. Efektifitas kloramfenikol untuk tiroid juga lebih pasti. Sediaan beredar : Tiamfenikol, Biothicol, Corsafen, Dexycol, Kalticol, Nilacol, Renamoca, Thiambiotic, Thiamycin, Thianicol, Venacol. 3. GOLONGAN KUINOLON Berkhasiat bakterisid pada fase pertumbuhan kuman, dengan menghambat enzim DNA gyrase bakteri sehingga menghambat sintesa DNA. Kuinolon merupakan kemoterapetika sintetis yang akhir-akhir ini mulai populer dengan spektrum antikuman yang luas terutama untuk kuman-kuman gram negatif dan gram positif, enterobakteriaceae dan pseudomonas. Terutama dipakai untuk infeksi-infeksi nosokomial. Termasuk di sini adalah asam nalidiksat, norfloksasin, dan ofloksasin,. Asam nalidiksat dan norfloksasin efektif untuk infeksi saluran kemih tanpa komplikasi. Ofloksasin digunakan untuk infeksi saluran kemih, saluran nafas bawah, gonore uretritis dan servisitis non gonokokus. Norfloksasin Indikasi : infeksi saluran kemih kronis dan berulang. Kontraindikasi : epilepsi, gangguan fungsi hati dan ginjal, wanita hamil dan menyusui. Dosis : terhadap ISK 2 dd 400 mg selama 7-10 hari. Sediaan beredar : Amanita, Lexinor, Nopratik, Norbactin, Nortasix, Pyrflox, Urobacid. Siprofloksasin Indikasi : infeksi kuman gram positif dan gram negatif. Profilaksis pada bedah saluran cerna bagian atas. Dosis : pada ISK oral 2 dd 125-250 mg (-HCl) dan sebagai infus IV 2 dd 100 mg (laktat), pada infeksi lain oral 2 dd 500 mg. Sediaan beredar : Ciprofloksasin, Ciproxin, Corsacin, Floxigra, Ipilox, Kifarox, Meflosin, Phaproxin, Quamiprox, Synaflox, Zeniflox, Zumaflox. GOLONGAN SULFONAMID DAN TRIMETOPRIM Merupakan antibiotika spektrum luas terhadap bakteri gram positrif dan negatif. Bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerjanya yakni mencegah sintesis asam folat dalam bakteri yang dibutuhkan oleh bakteri untuk membentuk DNA dan RNA bakteri. Sulfametoksazol dan trimetoprim digunakan dalam bentuk kombinasi (kotrimoksazol) karena sifat sinergistiknya. Trimetoprim dapat digunakan tersendiri untuk infeksi saluran kemih, prostat, dan saluran nafas, sigelosis, dan infeksi salmonella yang invasif. Trimetoprim Indikasi : Infeksi saluran kemih, bronkitis akut dan kronis. Kontraindikasi : gangguan fungsi ginjal berat, wanita hamil, neonatus, dan diskrasia darah. Dosis : Oral infeksi akut 200 mg tiap 12 jam. Anak 2-5 bulan 2 dd 25 mg. Anak 6 bulan 5 tahun 2 dd 50 mg. Anak 6-12 tahun 2 dd 100 mg. Infeksi kronik dan profilaksis 100 mg malam hari; anak 1-2mg/kg malam hari. Injeksi IV lambat atau infus 150-250 mg tiap 12 jam. Anak di bawah 12 tahun 6-9 mg/kg/hari dibagi 2 atau 3 dosis. Sediaan beredar : Tobyprim, Trisoprim. Kotrimoksasol Co-trimoksazol (disingkat SXT, TMP-SMX, or TMP-sulfa) adalah antibiotik kombinasi antara trimethoprim dan sulfametoksazol, dalam rasio perbandingan 1:5. Walaupun kedua komponen masing-masing hanya bersifat bakteriostatis, kombinasinya berkhasiat bakterisid terhadap bakteri yang sama, juga terhadap Salmonella, Proteus, dan H. influenzae. Indikasi : Infeksi saluran kemih, bronkitis akut dan kronis. Kontraindikasi : gagal ginjal dan gangguan fungsi hati yang berat, profiria.

4.

Dosis : 2x2 tab/hari untuk 5 hari, atau 2x4 tab/hari untuk 2 hari, atau 1x6 tab/hari untuk 3 hari, atau 2x3 tab/hari untuk 3 hari. Sediaan beredar : Cotrimoksazol, Bactoprim, Co-Trim, Decatrim, Hufacid, Meditrim Megatrim, Phatrim, Primazole, Primsulfon, Sanprima, Sulprim, Trimoxsul, Zecatrim, Zultrop. 5. GOLONGAN METRONIDAZOL Metronidazol efektif untuk bakteri anaerob dan protozoa yang sensitif karena beberapa organisme memiliki kemampuan untuk mengurangi bentuk aktif metronidazol di dalam selnya. Secara sistemik metronidazol digunakan untuk infeksi anaerobik, trikomonasis, amubiasis, lambiasis dan amubiasis hati. Mekanisme kerjanya yakni berinteraksi dengan DNA menyebabkan perubahan struktur helix DNA dan putusnya rantai sehingga sintesis protein dihambat dan kematian sel. Metronidazol Indikasi : infeksi protozoa, infeksi anaerob (termasuk gigi) Kontraindikasi : Dosis : Sediaan beredar : Metronidazol, Fladex, Gravazol, Metrolet, Metrofusin, Promuba, Tizmazol. GOLONGAN VANKOMISIN Vancomycin bekerja dengan membunuh atau menghentikan perkembangan bakteri. Vancomycin digunakan untuk mengobati infeksi pada beberapa bagian tubuh. Kadangkala digabung dengan antibiotika lain.Vancomycin juga digunakan untuk penderita dengan gangguan hati (misalnya demam rematik) atau prosthetic (artificial) hati yang alergi dengan penisilin.Dengan kondisi khusus, antibiotika ini juga dapat digunakan untuk mencegah endocarditis pada pasien yang telah melakukan operasi gigi atau operasi saluran nafas atas (hidung atau tenggorokan). Vancomycin diberikan dalam bentuk injeksi untuk infeksi serius kalau obat lain tidak berguna. Walaupun demikian, obat ini dapat menimbulkan beberapa efek samping yang serius, termasuk merusak pendengaran dan ginjal. Efek samping ini akan sering terjadi pada pasien yang berumur lanjut. Vankomisin Indikasi : colitis karena antibiotic (colitis pseudo membrakosa) Kontraindikasi : Dosis : Pada colitis pseudomembr. 4 dd 125-500 mg selama 7-10 hari. Pada enteritis 4 dd 500 mg selama 3-5 hari. Sediaan beredar : Ladervan GOLONGAN MAKROLID Golongan Makrolida menghambat sintesis protein kuman dengan jalan berikatan secara reversibel dengan Ribosom subunit 50S, dan bersifat bakteriostatik atau bakterisid tergantung dari jenis kuman dan kadar obat Makrolida. Sekarang ini antibiotika Makrolida yang beredar di pasaran obat Indonesia adalah Eritomisin, Spiramisin, Klaritromisin dan Azithromisin Eritromisin Indikasi : sebagai alternatif untuk pasien yang alergi penisilin untuk pengobatan enteritis kampilobakter, pneumonia, penyakit legionaire, sifilis, uretritis non gonokokus, prostatis kronik, akne vulgaris, dan profilaksis difetri dan pertusis. Kontraindikasi : penyakit hati (garam estolat)

6.

7.

Dosis : oral 2-4 dd 250-500 mg pada saat perut kosong, untuk anak-anak 20-40 mg/kg/hari selama maksimum 7 hari. Sediaan beredar : Erytromisin, Dexytrocin, Erysanbe, Erythrin, Ikatrocin, Pharotrocin, Primacine, Primathrocin. Azitromisin Indikasi : infeksi saluran napas, otitis media, infeksi klamidia daerah genital tanpa komplikasi. Kontraindikasi : gangguan fungsi hati Dosis : 1 dd 500 mg 1 jam a.c. atau 2 jam p.c. selama 3 hari. Sediaan beredar : Aztrin, Mezatrin, Zithromax, Zitrin.

You might also like