You are on page 1of 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan perumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk melihat, apakah terjadi peningkatan pemahaman tentang seks setelah diberikan pendidikan seks melalui model belajar modifikasi perilaku 2. Bagaimanakah proses pembelajaran pendidikan seks untuk anak tunagrahita ringan kelas 3 SDLB/C menggunakan model modifikasi perilaku. Asih Budi I Jakarta, dengan

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SDLB/C Asih Budi I Jl. Patra Kuningan XI Ujung, Menteng Dalam Tebet. Jakarta Selatan 12950. Telp. 021-8295169. Pembagian waktu di lapangan disesuaikan dengan jadwal pembelajaran anak kelas 3 SDLB/C Asih Budi I Jakarta, semester I dimulai dari 10 November sampai 25 November 2011.

C. METODE PENELITIAN Mix method research adalah metode penelitian yang diaplikasikan bila peneliti memiliki pertanyaan yang perlu diuji dari segi outcomes dan 27

28

prosesnya, serta menyangkut kombinasi antara metode kualitatif dan kuantitatif dalam satu penelitian.1 Karena berfokus pada outcomes dan proses, maka desain Mix method research (M2R) biasa digunakan dalam penelitian aplikasi program, namun saat ini M2R sudah banyak digunakan untuk ilmu sosial. Bryman dan Hanson, Creswell dan Clark mendefInisikan M2R sebagai desain penelitian yang beranjak dari asumsi filosofi metode inkuiri. Sebagai metodelogi M2R memberikan panduan saat mengumpulkan dan menganalisa data dan pencampuran antara pendekatan keduanya dilakukan pada saat proses penelitian.2 Model penelitian ini mengusung kelebihan masing-masing, dan saling melengkapi ketika proses penelitian berlangsung.
Tashakkori and Teddlie argue that the need for greater clarity is important because they see the emergence of mixed methods as a third paradigm (quantitative and qualitative being the first two), with a worldview of its own. They see this third paradigm as being distinct from the positivist3 perspective of quantitative research, on the one hand, and the constructivist4 perspective of qualitative research on the other.5

1 2

Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kualitatif (http://unikom.ac.id) Jhon W Creswell, Research Design Qualitative, Quantitative and Mix Method Approach (Nebraska: SAGE, 2007), p7. 3 positivist A theory of knowledge which argues for the use of the research methods of social science in the study of social phenomena. It sees social phenomena as having objective reality. 4 Constructivism A theory which holds that social phenomena and their meanings are constructed by the people involved in using them, rather than being external objects existing independently of them, in contrast to positivism. 5 Christine Spratt, Rob Walker and Bernadetta Robinson, Module A5: Mixed Research Methods ( Cambridge: Commonwealth of Learning, 2004), p.7.

29

Kebutuhan

untuk

kejelasan

lebih

penting,

munculnya

metode

campuran sebagai paradigma ketiga (kuantitatif dan kualitatif menjadi satu), dengan 'pandangan dunia' dari masing-masing kelebihan. Paradigma ketiga dari perspektif positivis penelitian kuantitatif, di sisi lain konstruktivis yang perspektif penelitian kualitatif. Jelaslah sangat tidak mudah untuk menggabungkan kedua model peneltian ini, namun peneliti berusaha untuk menggunakan mix method research ini agar hasil penelitian ini semakin tajam dan dalam.

D. RANCANGAN TINDAKAN Model yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah action research atau penelitian tindakan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan pelaku tindakan dalam

melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadapat tindakantindakan yang dilakukan serta memperbaiki kondisi di mana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan. Penelitian tindakan ini dilaksanakan berupa proses pengkajian berdaur (cyclical) yang terdiri dari empat fase atau tahap yaitu merencanakan, melaksanakan, mengamati dan merefleksi fase atau tahap-tahap kegiatan tersebut terus berulang dari suatu siklus kegiatan dalam penelitian dalam

30

penelitian tindakan keempat fase tersebut adalah perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection).6 Hal tersebut sejalan pula dengan prosedur kerja dari Kemmis dan McTaggart, penelitian dipandang sebagai suatu siklus spiral dan meliputi tahap-tahap: (a) merumuskan masalah dan perencanaan tindakan, (b) melaksanakan tindakan, (c) pengamatan dan, (d) perubahan atau revisi perencanaan untuk pengembangan selanjutnya.7 Bagi Kemmis dan McTaggart perumusan masalah dan perencanaan tindakan menjadi langkah pertama yang dilakukan peneliti secara bersamaan bagi mereka kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan mengingat setiap masalah yang muncul perlu dicarikan jalan keluarnya sebelum melaksanakan tindakan. Perumusan masalah dilakukan dengan mengadakan identifikasi masalah-masalah yang berkembang di lapangan. Selanjutnya dilakukan identifikasi alternatif tindakan yang diharapkan dapat menyelesaikan yang paling mungkin dilakukan untuk

masalah yang ada. Alternatif

diterapkan menjadi rencana tindakan. Demikian pula pelaksanaan tindakan dan pengamatan atau observasi. Obervasi dilaksanakan pada saat tindakan sedang berlangsung atau sebaliknya pada saat pelaksanaan tidakan kegiatan obsevasi juga

Craig A. Mertler. Action Research Teacher as Researcher in the Classroom. 2 ed. (California: SAGE Publications, Inc. 2009), p. 13. 7 Stephen Kemmis and Robin McTaggart, The Action Research Planner (Victoria: University, 1998), pp.11-14.

nd

31

dilaksanakan. Tindakan dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Pengamatan atau observasi dilakukan dengan menghimpun informasi mengenai subjek diberikan. Refleksi tindakan merupakan langkah selanjutnya setelah dan dampak tindakan yang

pelaksanaan tindakan dan observasi dengan refleksi ini dapat difahami kelebihan atau kekurangan yang terjadi dalam pelaksanaan dengan demikian apabila dampak tindakan dianggap belum sesuai dengan yang diinginkan dapat dilakukan revisi terhadap ide atau gagasan sebelumnya yang tertuang dalam perencanaan sehingga dapat dilakukan perencanaan kembali, demikan seterusnya.

E. DESAIN DAN PROSEDUR TINDAKAN 1. Desain Tindakan Model ini pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau untaianuntaian jadi satu dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Langkah-langkah dalam fokus penelitian tindakan Model Kemmis dan McTaggart yang telah dimodifikasi oleh Martini Jamaris dapat digambarkan sebagai berikut:

32

Assesmen awal Tes kemampuan membedakan anak laki-laki dan anak perempuan

Reflection (Reflekis) 1. Mengamati perubahan yang terjadi pada siswa setelah diberikan pendidikan seks 2. Mengadakan pertemuan untuk membahas hasil tindakan 3. Evaluasi hasil tindakan I
REFLECT

Plan (Perencanaan) 1. Analisis focus-fokus penerapan pendidikan seks 2. Membuat fokus hasil dengan menghubungkan Tema yang digunakan dengan pendidikan seks untuk anak SDLB kelas 3 3. Membuat RPP 4. Mempersiapkan dan membuat media yang akan digunakan dalam penerapan pendidikan seks

PLAN
OBSERVER

ACT

Oservation (Observasi) 1. Melakukan observasi terhadap penguasaan pendidikan seks dengan menggunakan format observasi 2. Megamati kegiatan pembelajaran pendidikan seks secara langsung antara peneliti dan objek 3. Mengevaluasi penguasaan konsep pendidikan seks

Act (Tindakan) 1. Penerapan pendidikan seks berdasarkan perencanaan Pembukaan Penyajian isi Penutup Media yang digunakan Modifikasi perilaku 2. Melakukan pengamatan isi tindakan 3. Mengumpulkan data pelengkap yang mendukung metode pendidikan seks secara terpadu 4. Modifikasi perilaku dengan memberikan latihan 5. Memberikan latihan Latihan dengan contoh Latihan dengan bimbingan Latihan sendiri

Merevisi dan memodifikasikan pembelajaran sesuai dengan hasil tindakan siklus I


Assesmen akhir Tes kemampuan untuk mengatakan TIDAK

Gambar 2: Mix Method Research Berbasis Action Research Model Kemmis Dan McTaggart Yang Dimodifkasi Oleh Martini Jamaris, 2006. Makalah Seminar Penelitian Ilmiah. Jakarta: PPS UNJ.

33

Pada penelitian tindakan ini peneliti mengacu pada prosedur penelitian Model Kemmis dan McTaggart, yang terdiri dari empat langkah yaitu: 1) Perencanaan Tindakan (Planning) a. Perencanaan umum Perencanaan umum berkaitan dengan keseluruhan siklus.

Perencanaan ini disusun berdasarkan hasil diskusi antara peneliti, guru dan kolaborator. Adapun perencanaan umum terdiri atas: 1. Bersama guru kelas, kolaborator menyusun program tindakan secara menyeluruh berupa siklus penelitian tindakan. 2. Peneliti merencanakan waktu pembelajaran, rencana pembelajaran, menyiapkan media pembelajaran berupa gambar, mainan dan film serta membuat instrumen data dan kemampuan mengevaluasi pendidikan hasil belajar seks, untuk

mengumpulkan

keseluruhan siklus. 3. Menentukan indikator keberhasilan yang digunakan untuk mengetahui peningkatan pemahaman seks pada anak tunagrahita ringan.

Keberhasilan ini dapat dilihat berdasarkan hasil penilaian yang mengalami peningkatan secara signifikan yang ditentukan

berdasarkan kesepakatan antara peneliti, guru dan kolaborator. b. Perencanaan Khusus Perencanaan siklus penelitian ini dirumuskan sesuai dengan siklus perencanaan khusus penelitian ini terdiri dari:

34

1. Membuat satuan perencanaan tindakan yang akan diberikan kepada anak. Pemberian tindakan ditekankan pada pemberian stimulasi indikator pendidikan seks. Satuan perencanaan tindakan disusun berdasarkan tujuan kegiatan, media dan alat pengumpul data yang terbagi menjadi 8 kali pertemuan. Satuan pembelajaran dibuat berdasarkan tema yang ada pada semester satu. Peneliti diijinkan oleh kepala sekolah SDLB/C Asih Budi I untuk memilih materi-materi

tertentu dari tema yang ada untuk disusun dalam satuan perencanaan tindakan yang dibuat oleh peneliti. 2. Bersama guru dan kolaborator menyiapkan format catatan lapangan untuk melihat hasil pada setiap tindakan. 3. Mempersiapkan media dan alat dokumentasi kegiatan yang akan digunakan seperti kamera. 2) Pelaksanaan (Action) Dalam tahapan ini peneliti dan guru kelas melaksanakan satuan perencanaan tindakan yang telah dibuat, yaitu penerapan indikator kemampuan memahami seksualitasnya yang dilakukan setiap proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar). Program tindakan siklus I terdiri dari 8 pertemuan dengan waktu 2 X 35 menit setiap pertemuan. Pada kegiatan pembuka guru dan anak-anak bercakap-cakap tentang kegiatan yang sesuai dengan tema minggu ini, dilanjutkan dengan bercakapcakap tentang peraturan yang harus dipatuhi di dalam kelas. Pada kegitan

35

pembukaan guru juga memberi tindakan pada indikator pemahaman anak terhadap pendidikan seks yang akan diberikan. Selanjutnya pada kegiatan inti guru menjelaskan ciri-ciri anak laki-laki dan anak perempuan, kemudian guru mengajukan pertanyaan siapa anak laki-laki di kelas ini? Siapa anak perempuan? Kemudian guru menyuruh anak laki-laki atau perempuan untuk maju dan kemudian anak yang lain memberitahukan ciri-ciri anak yang ada di depan kelas dan mereka akan menarik kesimpulan bersama-sama dibantu oleh ibu guru bahwa dengan ciri-ciri seperti tersebut anak yang disuruh maju oleh ibu guru adalah anak laki-laki atau perempuan. Setelah itu anak disuruh oleh guru menyebutkan nama temannya yang laki-laki dan perempuan, kemudian guru melakukan pengayaan tindakan pemahaman setiap anak. Pada kegiatan penutup guru dan anak melakukan recalling mengenai materi yang telah mereka pelajari hari ini. 3) Pengamatan (Observing) Pada tahap ini pendekatan pengamatan (observing) yang digunakan adalah observasi peer (pengamatan sejawat), yakni yang dilakukan oleh guru kelas terhadap pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk meringankan beban dalam masalah analisis dan meyakinkan guru, selain itu data yang terkumpul bersifat objektif dan tidak bias. Selama proses pembelajaran peneliti dan guru mengamati proses kegiatan belajar mengajar untuk melihat apakah tindakantindakan tersebut sesuai dengan yang direncanakan. Aspek yang diamati adalah 1) Kemampuan untuk membedakan laki-laki dan perempuan, 2)

36

Kemampuan untuk menjaga kebersihan diri dan berlaku sopan, 3) Kemampuan mengatakan TIDAK. Hasil pengamatan dicatat dalam bentuk Catatan Lapangan (CP) berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti dan guru kelas secara langsung. Selain itu peneliti dan guru kelas juga melakukan pengamatan kemajuan yang dicapai setiap anak yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung dengan memberikan angka 1 4 pada lembar instrumen kemampuan menjawab dan mengerjakan tugas yang diberikan dengan baik. Selain menggunkan Catatan Lapangan (CP) dan lembar instrumen kemampuan, peneliti juga menggunakan alat bantu dokumentasi berupa kemera yang akan menunjukkan bukti konkret selama kegiatan berlangsung. Hasil dari temuan ini akan didiskusikan oleh peneliti dengan kolaborator. 4) Merefleksi Hasil Pengamatan (Reflecting) Refleksi merupakan upaya evaluasi yang dilakukan bersama guru kelas dan kolaborator. Maksud pelaksanaan refleksi ini adalah untuk menganalisis ketercapaian proses pemberian tindakan maupun untuk menganalisis faktor penyebab tidak tercapainya tindakan. Peneliti, guru kelas dan kolaborator menganalisis tingkat ketercapaian dan faktor penghambat yang diperoleh dari catatan lapangan. Faktor-faktor ini dapat berupa aspek lain sehingga memunculkan permasalahan baru. Setelah dilakukan perencanaan, tindakan dan pengamatan peneliti bersama guru kelas dan kolaborator mengadakan refleksi dari tindakan-

37

tindakan yang dilakukan. Peneliti, guru kelas dan kolaborator menganalisis tingkat kepercayaan dari data yang diperoleh. Selain itu peneliti, guru kelas dan kolaborator mengajukan pertanyaan apakah anak tunagrahita sudah memahami seksualitasnya atau belum? indikator keberhasilan apabila terdapat peningkatan kemampuan memahami seksualitasnya secara

signifikan. Peneliti malakukan perbandingan antara pamahaman seks anak tunagrahita sebelum diberi tindakan dengan sesudah diberi tindakan pada siklus I. Refleksi tersebut dijadikan dasar untuk merevisi perencanaan yang telah dilakukan pada siklus I guna merencanakan tindakan lanjut pada siklus selanjutnya.

1. 2. Menentukan Tema Meskipun kurikulum SLB belum berdasarkan Tematik namun sudah berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi. Karena itu peneliti lebih mudah membedah kurikulum menjadi tematik, yaitu dengan membuat table semua mata pelajaran pada semester yang sama disejajarkan, kemudian menarik benang merah dari tiap mata pelajaran sehingga dapat menentukan tema yang tempat sesuai dengan pokok bahasan yang dipelajari minggu tersebut. Pada tiap pembelajaran guru harus ingat tentang tema pembelajaran pada minggu atau bulan tersebut. Yang akan dikaitkan pada tiap mata pelajaran yang akan diberikan. Satu tema dapat dapat dilakukan satu atau dua minggu

38

bahkan dapat satu bulan. Dikarenakan kemampuan anak tunagrahita yang terbatas maka tema dapat ditentukan untuk satu bulan. Setelah berdiskusi dengan kolaborator ditentukan tema pada minggu pertama adalah tubuhku, minggu kedua dan ketiga tubuhku, minggu keempat dan kelima temanku dan minggu keenam dan ketujuh temanku. Dibawah ini gambar dan webbing disesuaikan dengan tema dan materi pelajaran dan tabel konsep kurikulum SLB/C tunagrahita ringan kelas 3 semester 1. Table 1. Perencanaan Program Kegiatan Pendidikan Seks Terpadu
Mingg u 1 2 Tema Bahasa Indonesia Membaca gambar Idem Matematika IPS Kertaskes Penjaskes Bina diri/ self -help Gender identity Toiled trained

Tubuhku Tubuhku

Membilang secara urut Idem

Cerita pengalaman Pengenalan letak

Tubuhku

Idem

Menulis lambang bilangan Idem

Pengenalan letak

Tubuhku

Menebalkan kata

Temanku

Idem

Menentukan letak bilangan

Pengenalan benda-benda dalam kelas, co: lemari, kursi, papan tulis, dll. Kegunaan benda, co: kursi untuk duduk, lemari untuk menyimpan buku, dll

Mengenal symbol Mengelomp okkan simbol pada karya seni Mengelomp okkan symbol warna Memberi warna pda karya seni

Pola gerak Melambung kan dan mangkap bola Melempar dan menangkap bola Melempar dan menangkap bola sambil bergerak Memukul bola

Tata karma di sekolah Tata krama di tempat umum

Mozaik sederhana

Kesela matan diri

39

Temanku

Bermaian peran dengan tokoh Idem

Penjumlahan sederhana

Idem

Pengenala n konsep warna dasar Idem

Idem

Idem

Idem

Menahan dan menendang bola sambil bergerak Idem

Idem

Idem

Webbing 1, 2, 3, dan 4 Tema : Tubuhku, Temanku, dan Sekolahku

B. Indonesia 1.
Membaca bacaan sederhana

KMD
Membedakan gender/jenis kelamin

B. Indonesia 2.
Menebalkan kata

KMD
Tata krama/ sopan santun

Tubuhku Tubuhku Matematika Matematika


Membilang penjumlahan 1-10

Kertaskes
Bermain, memukul, menendang bola, pengenalan konsep warna

Kertaskes
Mewarnai gambar tubuh dan menyusun puzzle Menentukan lambang bilangan di antara 2 bilangan

40 B. Indonesia
Menyebutkan nama tokoh dalam cerita sederhana

KMD
Tata krama/sopan santun

B. Indonesia 4.
Menyebutkan nama tokoh dalam cerita sederhana

KMD
Menjaga keselamatan diri

3.

Temanku Matematika Kertaskes


Menentukan letak bilangan Mozaik sederhana

Temanku Kertaskes
Pengenalan konsep warna dasar

IPS
Kegunaan benda, co: lemari untuk menyimpan buku

2. Prosedur Tindakan Prosedur tindakan dengan menggunakan pendekatan behavioristik dilakukan dengan modifikasi perilaku. Dalam penelitian ini juga menggunakan prosedur penelitian tindakan yang menggabungkan metode kualitatif fdan metode kuantitatif. Sedangkan perencanaan penelitian tindakan dilaksanakan atas 1 siklus terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut: 2.1 Tahap 1: Perencanaan 1. Analisis fokus-fokus penerapan pendidikan seks Perencanaan siklus ini dirancang sebagai penerapan pembelajaran yang berhubungan dengan peningkatan hasil pembelajaran seks dalam pembelajaran terpadu. Program yang ada dalam bentuk perencanaan yakni strategi pembelajaran seks berdasarakan tema mingguan.

41

2. Membuat fokus hasil dengan menghubungkan tema yang digunakan dengan pendidikan seks untuk anak SDLB/C kelas 3 Pembelajaran seks secara terpadu yang dirancang untuk dibelajarkan pada siswa, materi pembelajaran ditetapkan berdasarakan tema pada minggu tersebut, dengan tujuan sasaran pencapaian meningkatkan hasil belajar siswa. Strategi yang ditetapkan dan digunakan sebagai landasan dalam pembelajaran seks dengan metode pembelajaran terapadu. 3. Membuat RPP Penyesuaian bentuk ragam kegiatan pendidikan ditetapkan,

dipertimbangankan berdasarkan kesepakatan peneliti dan guru kelas. Penetapan pendekatan pembelajaran yang dipilih diharapkan dapat

meningkatkan pemahaman seks anak tunagrahita ringan. 4. Mempersiapkan dan membuat media yang akan digunakan dalam penerapan pendidikan seks Media yang digunakan disesuaikan dengan tema pada minggu tersebut. Peneliti dan guru mempersiapkan alat peraga yang akan membantu siswa dalam memahami fokus pembelajaran berupa gambar-gambar dan video tetang hidup bersih hidup sehat. Dalam hal ini peneliti pembelajaran dapat diserap. Merencanakan strategi dan pemilihan media serta permainan sederhana yang dapat digunakan dalam membantu konsetrasinya.

Menyiapkan benda atau bentuk penghargaan yang dapat diberikan pada siswa yang behasil, untuk memberikan motivasi.

42

2.2 Tahap 2: Tindakan 1. Penerapan pendidikan seks berdasarkan perencanaan a. Pembukaan kerana tema minggu ini adalah diri sendiri maka guru mulai dengan bercerita bahwa Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan untuk saling menjaga dan saling membantu. Kemudian guru mengajak anak-anak untuk bermain Simon says (Simon berkata). Contoh, Simon berkata: anak perempuan berdiri. b. Penyajian isi guru menjelaskan bahwa anak laki-laki dan perempuan berbeda, dengan meminta anak laki-laki berdiri di depan kelas dan bersamasama menyebutkan ciri-ciri yang dimilikinya sebagai anak laki-laki, demikian sebaliknya apabila anak perempuan yang diminta ke depan kelas. Bersama siswa guru membuat daftar di papan tulis nama teman yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. c. Penutup mengulang kembali tentang ciri-ciri anak laki-laki dan anak perempuan. Bermain Simon says kembali yang benar akan mendapat hadiah berupa pensil, stiker, pin, tergantung hadiah yang tersedia. d. Media yang digunakan gambar anak laki-laki dan anak perempuan.

43

e. Modifikasi perilaku , siswa dapat melakukan apa yang diminta guru berdasarkan contoh, apakah siswa sudah terampil atau belum 2. Melakukan pengamatan isi tindakan Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran kemampuan membedakan jenis kelamin/gender melalui model belajar behavioristik dari pembukaan, kegiatan inti, penutup. Pengamatan terhadap perilaku siswa saat mengikuti

pembelajaran yang berupa keaktifan siswa dalam memahami informasi selama kependidikan. Asesmen langusung, observasi dan tes tindakan pada siswa tentang perilaku yang mampu mereka lakukan sesuai tema dan topik kependidikan. 3. Mengumpulkan data pelengkap yang mendukung metode pendidikan seks secara terpadu. Peneliti juga mencari bahan-bahan yang terkait dengan pendidikan seks, untuk menambah hasanah berfikir peneliti. 4. Pendekatan pendidikan behavioristik dilakukan dengan modifikasi perilaku yaitu dengan memberikan contoh. Memberikan contoh apa yang akan dikerjakan anak, misalnya sebelum anak melakukan kegiatan kemampuan menjaga alat genitalnya, guru memberi contoh bahwa sebelum buang air besar/kecil terlebih dahulu

44

disiram kemudian setelah buang air besar/kecil cebok bagi anak perempuan dilap dengan tisu, kemudian disiram lagi. Cuci tangan dengan sabun dan dilap dengan kain kering. Guru juga akan memberikan reward bagi yang bisa melakukan dengan benar untuk menambah semangat siswa. Indikasi anak bisa mengerjakan sendiri ini adalah urutan anak bisa terampil: Latihan dengan bimbingan guru latihan tanpa bimbingan guru Latihan sendiri

2.3 Tahap 3: Observasi 1. Melakukan observasi terhadap penguasaan pendidikan seks dengan menggunakan format observasi Observasi hasil tindakan dilaksanakan kurang lebih satu bulan setelah pelaksanaan melaksankan kembangkan. 2. Mengamati kegiatan pembelajaran pendidikan seks secara langsung antara peneliti dan objek tindakan teknik dengan memanfaatkan baru seperti catatan yang guru, telah tetap peneliti

kependidikan

45

Selama observasi peneliti dibantu oleh kolaborator yang mencatat apa yang dilihat, didengar dan diamati selama proses kependidikan berangsung. Dalam bentuk catatan lapangan berupa obervasi dan rating scale. 3. Mengevaluasi penguasaan konsep pendidikan seks Peneliti menggunakan alat bantu kamera untuk menambah validitas Kriteria penilaian pemahaman akan pemahaman pendidikan seks

menggunakan rating scale dengan ketentuan sangat kurang, kurang, baik, sangat baik. Instrumen Pedoman Observasi Pendidikan Seks Nama anak Hari/Tgl Guru/siklus Tema/Sub tema : : : :

1. Kemampuan untuk membedakan jenis kelamin/gender Yang meliputi ciri-ciri anak laki-laki dan anak perempuan
Sangat kurang 1 Kurang 2 Baik 3 Sangat baik 4

a. Belum dapat a. Belum dapat a. Dapat a. Dapat menyebutkan menyebutkan menyebutkan menyebutkan ciri-ciri anak ciri-ciri anak ciri-ciri anak ciri-ciri anak laki-laki dan laki-laki dan laki-laki dan laki-laki dan anak anak anak anak perempuan perempuan perempuan perempuan b. Belum dapat b. Dapat b. Dapat b. Dapat membedakan membedakan membedakan membedakan anak laki-laki anak laki-laki anak laki-laki anak laki-laki dan anak dan anak dan anak dan anak perempuan perempuan perempuan perempuan

46

c. Belum dapat c. Belum dapat c. Dapat c. Dapat menyebutkan menyebutkan menyebutkan menyebutkan teman yang teman yang teman yang teman yang berjenis kelamin berjenis berjenis kelamin berjenis kelamin laki-laki dan kelamin laki-laki laki-laki dan laki-laki dan perempuan dan perempuan perempuan perempuan d. Belum dapat d. Belum dapat d. Belum dapat d. Dapat menunjukkan menunjukkan menunjukkan menunjukkan teman laki-laki teman laki-laki teman laki-laki teman laki-laki dan perempuan dan perempuan dan perempuan dan perempuan

Nama anak Hari/Tgl Guru/siklus Tema/Sub tema

: : : :

2. Kemampuan untuk menjaga kebersihan alat genital dan berlaku sopan a. Kemampuan untuk menjaga kebersihan alat genital Yang meliputi toilet trained:
Sangat kurang 1 Kurang 2 Baik 3 Sangat baik 4

a. Belum Dapat a. Dapat a. Dapat a. Dapat membersihkan membersihkan membersihkan membersihkan diri sendiri diri sendiri diri sendiri diri sendiri setelah buang setelah buang setelah buang air setelah buang air besar dan air besar dan besar dan kecil air besar dan kecil kecil dengan dengan kecil tanpa bantuan orang bimbingan orang bantuan orang lain lain lain b. Belum dapat b. Dapat b. Dapat b. Dapat mengetahui mengetahui mengetahui mengetahui penyakit yang penyakit yang penyakit yang penyakit yang ditimbulkan ditimbulkan ditimbulkan ditimbulkan apabila tidak apabila tidak apabila tidak apabila tidak dibersihkan dibersihkan dibersihkan dibersihkan

47

c. Belum dapat c. Belum dapat c. Dapat menggunakan menggunakan menggunakan alat-alat alat-alat alat-alat kebersihan kebersihan kebersihan

c. Dapat menggunakan alat-alat kebersihan

Nama anak Hari/Tgl Guru/siklus Tema/Sub tema

: : : :

b. Kemampuan untuk berlaku sopan, meliputi tata krama:


Sangat kurang 1 d. Belum dapat duduk dengan sopan baik di rumah, di sekolah dan di tempat umum lainnya. e. Belum dapat memberi salam bila bertemu teman, guru, maupun orang yang dikenal Kurang 2 d. Belum dapat duduk dengan sopan baik di rumah, di sekolah dan di tempat umum lainnya. e. Belum dapat memberi salam bila bertemu teman, guru, maupun orang yang dikenal Baik 3 d. Belum dapat duduk dengan sopan baik di rumah, di sekolah dan di tempat umum lainnya. e. Belum dapat memberi salam bila bertemu teman, guru, maupun orang yang dikenal Sangat baik 4 d. Dapat duduk dengan sopan baik di rumah, di sekolah dan di tempat umum lainnya. e. Dapat memberi salam bila bertemu teman, guru, maupun orang yang dikenal

48

Nama anak Hari/Tgl Guru/siklus Tema/Sub tema

: : : :

3. Menjauhkan diri dari tindakan pelecehan seksual Aspek yang diteliti :


1. Kemampuan menjauhkan diri dari tindakan pelecehan seksual Sangat kurang 1 Kurang 2 Baik 3 Sangat baik 4

a. Tidak dapat a. Dapat mengatakan mengatakan TIDAK ketika TIDAK ketika ada ada yang yang menyentuh menyentuh tubuhnya. tubuhnya b. tidak dapat b. Tidak dapt mengatakan mengatakan TIDAK ketika TIDAK ketika ada ada yang yang membuka membuka bajunya bajunya

a. Dapat a. Dapat mengatakan mengtakan TIDAK ketika TIDAK ketika ada yang ada yang menyentuh menyentuh tubuhnya tubuhnya b. Dapat b. Dapat mengatakan mengatakan TIDAK ketika TIDAK ketika ada yang ada yang membuka membuka bajunya bajunya

c. Tidak dapat c. Tidak dapat c. Dapat d. Dapat mengatakan mengatakan mengatakan mengatakan TIDAK ketika TIDAK ketika ada TIDAK ketika TIDAK ketika ada orang yang orang yang ada orang yang ada orang yang memaksa memakasa memaksa memaksa melakukan melakukan melakukan melakukan sesuatu dan dia sesuatu dan dia sesuatu dan dia sesuatu dan tidak suka tidak suka tidak suka dia tidak suka d. Tidak dapat d. Dapat d. Dapat menceritakan menceritakan menceritakan kepada orang kepada orang tua kepada orang tua tua atau guru atau guru tentang atau guru tentang tentang kejadian yang kejadian yang kejadian yang telah mereka telah mereka telah mereka alami dan sianak alami dan sianak d. Dapat menceritakan kepada orang tua atau guru tentang kejadian yang telah mereka

49

alami dan merasa tidak suka merasa tidak alami dan sianak merasa dan tertekan suka dan sianak merasa tidak suka dan tertekan tidak suka dan tertekan tertekan e. Tidak dapat e. Tidak dapat e.Tidak dapat e. Dapat membedakan membedakan membedakan membedakan yang mana yang mana yang yang mana yang yang mana yang dapat dapat dilakukan dapat dilakukan yang dapat dilakukan ditempat tertutup ditempat tertutup dilakukan ditempat dan mana yang dan mana yang ditempat tertutup dan tidak. tidak. tertutup dan mana yang mana yang tidak. tidak.

2.4 Tahap 4: Refleksi Tahap terakhir dari siklus tersebut adalah refleksi. Tahap ini meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Mengamati perubahan yang terjadi pada siswa setelah diberikan pendidikan seks Peneliti mengumpulkan data hasil kependidikan dan mengkaji tentang kemampuan anak dalam pemahaman tentang seks pada tema yang diajarkan 2. Mengadakan pertemuan untuk membahas hasil tindakan Peneliti menganalisis, mensintesis, member makna dan menyimpulkan pada hasi perencanaan proses atau kendala dari tindakan. 3. Evaluasi hasil tindakan Peneliti mengadakan pertemuan dengan guru dan kepala sekolah sebagai kolaborator untuk membahasa hasil evaluasi. Selanjutnya

50

melanjutkan langkah-langkah perbaikan pelaksanaan tindakan sebagai hasil evaluasi.

3. Program Dan Pelaksanaan Pembelajaran a. Perencanaan Penelitian Tindakan Penelitian tindakan ini menggunakan satu siklus, dan mempunyai langkah-langkah observasi awal, perencanaan, tindakan, observasi serta refleksi. Adapun langkah-langkah pada siklus pertama merupakan landasan untuk menyusun perencanaan pada siklus kedua apabila siklus pertama kurang berhasil.

1. Program Perencanaan Tindakan pendidikan Seks 1.1 Program Membedakan jenis kelamin/gender
Pertemuan ke1 Pokok bahasan Kemampuan membedakan jenis kelamin a. menyebutkan ciri anak laki-laki dan anak perempuan b. membedakan anak laki-laki dan anak perempuan c. menyebutkan anak yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan d. menunjukkan teman yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan Program Tanggal pelaksanaan Kamis, 10 November 2011

51

1.2 Program Toilet Trained a. Kebersihan alat genital


Pertemuan ke2 Pokok bahasan Kebersihan alat genital: a. menyiram lantai dan jamban sebelum buang air besar/kecil b. buang air besar/kecil c. cebok, bagi perempuan melap vagina dengan tisu d. siram jambannya e. cuci tangan dengan sabun f. keringkan tangan dengan lap Penyakit yang ditimbukan apabila tidak dibersihkan a. alat genital akan terasa gatal b. timbul keputihan bagi perempuan c. terkena penyakit kelamin alat-alat kebersihan: a. sabun untuk membersihkan badan b. sampo untuk membersihkan rambut c. handuk untuk mengeringkan badan d.sikat gigi dan odol untuk membersihkan gigi Program Tanggal pelaksanaan Jumat, 11 November 2011

Sabtu, November 2011

12

Kamis, November 2011

17

b. Berlaku sopan
Pertemuan ke5 Pokok bahasan Duduk sopan dirumah, di sekolah, dan di tempat umum lainnya: a. duduk dengan sopan, kaki tidak naik keatas kursi b. rok dirapikan agar pakaian dalam tidak terlihat orang lain Program Tanggal pelaksanaan Kamis, 18 November 2011

52

tata krama: a. memberi salam pada guru saat bertemu b. ucapkan salam ketika bertemu teman c. ucapkan salam ketika bertemu dengan orang yang dikenal

1.3 Program Kemampuan menjauhkan diri dari tindakan pelecehan seksual


Pertemuan ke6 Pokok bahasan Dapat mengatakan Tidak: a. mengatakan tidak ketika ada yang menyentuh tubuhmu misalnya: tangan, payudara, bagian yang sensitive, bagian tubuhmu yang kamu tutupi b. mengatakan tidak ketika ada yang membuka bajumu, kalau dia masih melakukukannya teriak saja c. kalau tidak nyaman berteriak saja Program Tanggal pelaksanaan Jumat, 18 November 2011

menceritaka kejadian yang telah dialami a. ceritakan pada orang yang lebih dewasa, misalnya guru, orang tua yang kamu percaya tentang kejadian hari itu b. jangan menyalahkan dirimu atas kejadian hari itu c. ciuman, pelukan dapat kamu terima kalau kamu merasa nyaman. Kegiatan yang dapat dilakukan ditempat terbuka dan tertutup: a. mandi, pakai baju, buang air besar/kecil harus ditempat

Sabtu, November 2011

19

Kamis, November 2011

24

53

tertutup b. anak laki-laki dan perempuan harus menggenakan pakaian dalam, kolor dan kaos dalam.

b. Perencanaan Siklus 1 1. Program Dan Pelaksanaan Pendidikan Seks Untuk Anak Tunagrahita Ringan 1.1 Jaringan Laba-Laba 1 : Tema Tubuhku B. Indonesia Membaca bacaan sederhana KMD (Kemampuan Menolong Diri) Gender identity

Tubuhku Matematika Membilang penjumlahan 1-15

Kertaskes Mewarnai gambar tubuh dan menyusun puzzle

KD : Kemampuan untuk membedakan jenis kelamin/gender Indikator : a. Dapat menyebutkan ciri-ciri anak laki-laki dan anak perempuan b. Dapat membedakan anak laki-laki dan anak perempuan c. Dapat menyebutkan teman yang berjenis kelamin laki-laki perempuan d. Dapat menujukkan teman laki-laki dan perempuan

dan

54

Tujuan khusus / indikator hasil belajar: siswa dapat menyebutkan ciri-ciri dari masing-masing jenis kelamin, membedakan mana teman yang berjenis kelamin laki-laki dan mana perempuan. Kegiatan awal: kerana tema minggu ini adalah diri sendiri maka guru mulai dengan bercerita bahwa Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan untuk saling menjaga dan saling membantu. Kemudian guru mengajak anak-anak untuk bermain Simon says (Simon berkata). Contoh, Simon berkata: anak perempuan berdiri. Kegiatan inti: guru menjelaskan bahwa anak laki-laki dan perempuan berbeda, dengan meminta anak laki-laki berdiri di depan kelas dan bersamasama menyebutkan ciri-ciri yang dimilikinya sebagai anak laki-laki, demikian sebaliknya apabila anak perempuan yang diminta ke depan kelas. Bersama siswa guru membuat daftar di papan tulis nama teman yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Metode: ceramah, cerita, pemberian tugas Alat peraga: gambar anak laki-laki dan anak perempuan, gambar mainan anak laki-laki dan perempuan. Penutup: mengulang kembali tentang ciri-ciri anak laki-laki dan anak perempuan. Bermain Simon says kembali yang benar akan mendapat hadiah berupa pensil, stiker, pin, tergantung hadiah yang tersedia.

55

1.2 Jaring Laba-Laba 2: Tema Temanku

B. Indonesia Membaca gambar

KMD (Kemampuan Menolong Diri) Toilet trained

Tubuhku Matematika Menentukan bilangan diantara 2 bilangan

Kertaskes Bermaian, menendang bola, membuat kartu ucapan

KD : Kemampuan untuk menjaga kebersihan alat genital Indikator : a. Dapat membersihkan diri sendiri setelah buang air besar dan kecil b. Dapat mengetahui akibat yang ditimbulkan apabila tidak membersihkan alat genital setelah buang air besar/kecil c. Dapat menggunakan alat-alat kebersihan Tujuan khusus/indikator hasil belajar: Materi pembelajaran dalam rangka melatih anak tunagrahita agar semakin mantap dalam membersihkan diri setelah buang air besar maupun kecil, mula-mula guru menjelaskan bagimana caranya membersihkan diri setelah buang air besar maupun kecil, kemudian guru mengajak anak ke

56

kamar mandi untuk melihat bagaimana cara membersihkan diri setelah buang air besar dan kecil. Selanjutnya anak diminta untuk mencoba cara yang telah diperaktekkan guru dengan urutan sebagai berikut: siram jambannya dulu, baru buang air besar/kecil, bersihkan alat kelaminnya, vagina dilap dengan tisu (khusus anak perempuan), jamban disiram, cuci tangan pakai sabun, dilap dengan lap kering. Guru dan kolaborator menyaksikan apakah urutan sudah tepat atau belum, yang belum disuruh untuk mengulang yang sudah benar mendapat hadiah. Kegiatan inti: Guru membawa anak ke kamar mandi kemudian guru memperagakan cara membersihkan diri setelah buang air besar/kecil sambil anak-anak melihat prosesnya guru bertanya alat-alat apa yang digunakan oleh guru. - lantai dan jamban8 di siram - buang air besar/kecil - membersihkan dan mengeringkan alat genital, vagina (untuk anak perempuan) dilap dengan tisu, aturaan untuk melap dari arah anus ke vagina bagian depan - menyiram jamban - cuci tangan pakai sabun - lap tangan dengan lap kering

Tempat buang air

57

Guru menunjukkan alat-alat kebersihan yang telah mereka gunakan yaitu: tisu, sabun, dan lap kering. Setelah anak-anak selesai mendemonstarikan kegiatan toilet trained, guru mengajak anak-anak kembali ke kelas dan menjelaskan apa yang akan terjadi kalau tidak membersihkan alat genital setelah buang air besar/kecil: Alat genital kita akan gatal, timbul bercak-bercak merah, ada jamur yang akan membuat kita tidak nyaman, bagi anak perempuan akan timbul keputihan. Tambahan bagi anak perempuan yang telah mengalami siklus menstruasi akan diajarkan bagaimana caranya menjaga kebersihan alat genital saat mengalami menstruasi: - menggunakan pembalut ketika sedang menstruasi - mengganti pembalut setiap 4 jam sekali selama menstruasi - menggunakan air bersih ketika membersihkan vagina - membersihkan celana yang terkena noda darah sendiri - penyakit yang ditimbulkan apa bila tidak membersihkan vagina ketika sedang menstruasi: Gatal-gatal Bau tidak sedap Muncul jamur di vagina yang menyebabkan gatal dan rasa yang tidak nyaman.

58

Metode

: cerita, pemberian tugas, demonstrasi

Alat peraga : gambar-gambar sesuai dengan indikator Penutup : bernyanyi aku anak Indonesia sehat dan kuat

1.3 Jaring Laba-Laba: Tema Sekolah B. Indonesia KMD (Kemampuan Menolong Diri)

Menyebutkan nama tokoh dalam cerita sederhana Temanku

Tata krama/sopan santun

Kertaskes Matematika Menghitung 1-10 Mengelompokk an karya seni yang sederhana

KD : Kemampuan untuk berlaku sopan /tata krama Indikator : d. Dapat duduk dengan sopan baik di rumah, di sekolah dan di tempat umum lainnya. e. Dapat memberi salam kepada guru, orang tua, teman dan orang lain yang dikenal

59

Tujuan khusus / indikator hasil belajar: karena temanya adalah temanku maka anak akan diajak untuk memahami bagaimana caranya untuk duduk dengan sopan. Pertama-tama guru mengajak anak untuk duduk dengan baik di kursinya dan meminta anak

untuk bertahan duduk dengan manis selama 5 menit, yang berhasil akan mendapat hadiah. Kemudian guru memperagakan bagaimana cara duduk yang sopan yaitu kedua kaki rapat agar pakain dalam tidak kelihatan kegiatan inti: guru menyusun bangku dan meja sehingga berbentuk lingkaran agar abak-anak bisa saling bertatap muka dan saling mengkoreksi apabila ada teman yang duduknya tidak benar. Kegiatan inti: Guru memperagakan bagaimana caranya duduk dengan sopan misalnya: duduk dengan kaki yang rapat, agar celana dalam yang dikenakan tidak kelihatan. Bagi anak laki-laki duduk tidak boleh Metode : demonstrasi, pemberian tugas

Alat peraga : tubuh sendiri Penutup : bermain Simon Says diganti dengan anak asih budi, misalnya: Anak asih budi : berdiri Anak asih budi : anak perempuan duduk Anak asih budi : anak laki-laki berdiri, dst.

60

1.4 Jaring Laba-Laba: Tema Lingkunganku B. Indonesia Menyebutkan nama tokoh dalam cerita sederhana KMD (Kemampuan Menolong Diri) Menjaga keselamatan diri

Temanku Kertaskes Pengenalan warna konsep dasar IPS Kegunaan benda, co: lemari untuk menyimpan buku, kursi untuk duduk, dll.

KD : menjauhkan diri dari tindak pelecehan seksual Indikator : a. Dapat mengatakan TIDAK ketika ada yang menyentuh tubuhnya b. Dapat mengatakan TIDAK ketika ada yang membuka bajunya c. Dapat mengatakan TIDAK ketika ada orang yang memaksa melakukan sesuatu dan dia tidak suka d. Dapat menceritakan kepada orang tua atau guru tentang kejadian yang telah mereka alami dan sianak meresa tidak suka dan tertekan e. Dapat membedakan yang mana yang dapat dilakukan ditempat tertutup dan mana yang tidak. Tujuan khusus / indikator hasil belajar: Siswa dapat mengatakan tidak, ini adalah kemampuan anak tunagrahita untuk terhindar dari pelecehan seksual dan perkosaan.

61

Kegiatan awal: guru menceritakan kejadian yang ada disekitar mereka dengan alat bantu gambar agar mudah dimengerti. Kemudian anak ditanya apakah pernah melihat atau mengalami kejadian seperti pada cerita tersebut. Kegaiatan inti: goal dari penelitian ini adalah kemampuan untuk mengatakan Tidak, karena temanya adalah keselamatan diri maka guru akan

menjelaskan bahwa tubuh kita tidak ada yang boleh menyentuh tanpa seizin dari yang punya tubuh oleh sebab itu kita dapat berteriak atau langsung lari apa bila ada orang yang melakukan hal seperti gambar tadi, siapapun itu anak-anak harus berani mengatakan tidak dan menceritakan apa yang telah terjadi pada orang tua atau guru agar bisa diatasi sebelum terlambat. Ini adalah hal-ha yang perlu kita ketahui: Kamu adalah ciptaan Tuhan yang merupakan paduan antara penampilan fisik, hobi dan bakat. Saat butuh bantuan, kamu boleh memilih berbicara pada orang yang kamu percaya misalnya guru, paman atau bibi, tetangga, atau orang tua. Orang sering berkomunikasi lewat sentuhan Jika seseorang menyentuhmu (atau hanya mencoba menyentuhmu) dan membuat kamu merasa bingung, takut, sakit hati, marah, malu atau hanya geli biasa, percayalah pada perasaanmu. Ceritakan apa yang terjadi pada orang dewasa yang kamu percayai. Orang yang mencintaimu akan menyentuhmu dengan cara-cara yang membuatmu merasa nyaman, aman, dan dicintai. Orang yang mencintaimu akan memahamimu saat kamu bilang tidak

62

Bagian tubuh yang kita tutupi dengan pakaian dalam. Itu adalah bagian yang sangat pribadi. Kamu boleh meminta waktu pribadi untuk berganti baju atau mandi. Jika ada yang menolak memberimu waktu pribadi, ceritakan pada orang dewasa yang kamu percayai.

Sentuhan sayang membuat kita merasa aman, nyaman dan merasa dicintai.

Sentuhan bukan untuk menyakiti Jika seseorang pernah mencoba menyentuh bagian tubuhmu yang sangat pribadi, ceritakan pada orang dewasa yang kamu percayai.

Sentuhan sayang selalu melibatkan dua pihak Jika seseorang menyentuhmu sehingga membuatmu merasa sakit hati atau bingung, ceritakan pada orang dewasa yang kamu percayai. Meskipun kamu diminta untuk merahasiakannya.

Jangan menyalahkan dirimu karena perbuatan orang lain Ceritakan pada orang dewasa yang kamu percayai sehingga ada yang menolong.

Ingat bahwa kamu adalah harta karun milik Tuhan. Tuhan ingin kamu tumbuh gembira dan sehat.9

Metode

: bercerita, demonstrasi, menirukan, pemberian tugas

Alat peraga : sesuai indikator Penutup : bermain peran siapa yang paling sesuai atau paling baik memerankan akan diberikan reward.

Cynthia Geisen. Tubuhku, Milikku Pribadi Panduan Keluarga Tentang Kekerasan Seksual (Yogyakarta: Kanisius, 2006).

63

F. KRITERIA KEBERHASILAN TINDAKAN kriteria dari keberhasilan tindakan ini adalah apabila telah terjadi peningkatan pemahaman anak setelah dilakukan tindakan, dari 8 anak 6 diantaranya telah memahami dengan benar fokus yang dijelaskan dalam pendidikan seks.

G. SUMBER DATA Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas 3 SDLB/C Asih Budi I Jakarta. Adapun pemilihan kelas 3 dilakukan berdasarkan rentang usia anak usia dini. Jumlah siswa yang diteliti dalam penelitian ini berjumlah 8 siswa dengan perincian laki-laki 4 orang dan perempuan 4 orang. Penelitian tindakan dilakukan dua kali seminggu pukul 8.00 12.00 WIB. Jumlah siswa yang dijadikan sampel ditetapkan semua anak yang duduk dikelas 3 SDLB/C Asih Budi I, untuk diberikan tindakan dengan metode pendidikan seks terpadu. Table 2. Data Dan Sumber Data
No. Aspek data 1. Proses kependidikan Data yang diperlukan Kemampuan membedakan jenis kelamin/gender Kemampuan menjaga kebersihan alat genital dan berlaku sopan Kemampuan untuk Jenis data Kualitatif dan kuantitatif Alat pengumpul data Pengamatan guru dalam kegiatan kependidikan (pendahuluan, penyajian/kegiatan inti, penutup) Siswa saat mengikuti

64

2.

Hasil kependidikan

menjauhkan diri dari bahaya tindakan pelecehan seksual Kualitatif meningatkan kesadaran akan dan tubuhnya dan kuantitatif memahami apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan orang lain terhadap dirinya.

pelajaran Dokumentasi Assemen: observasi tes tindakan

H. TEKNIK PENGAMBILAN DATA Instrumen yang digunakan dalam menjaring data hasil belajar siswa adalah tes hasil belajar siswa serta observasi kegiatan pembelajaran. pengembangan instrumen ini menggunakan lembar obeservasi pengamatan langsung. Kedua instrument ini menggunakan rating scale. Pedoman obeservasi kegiatan pembelajaran dikembangkan berdasarkan kisi-kisi sebagai berikut:

1. Definisi Konseptual Berdasarkan sintesis teoritik yang telah dikemukakan maka dalam penelitian ini secara konseptual dapat dikemukakan bahwa yang

dimaksudkan dengan pendidikan seks adalah usaha kependidikan yang ditempuh oleh pendidik untuk mengembangkan pemahaman tentang seks anak yang meliputi: 1) kemampuan untuk membedakan jenis kelamin/gender, aspek yang akan diteliti : dapat membedakan anak laki-laki dan anak perempuan, dapat menyebutkan teman yang berjenis kelamin laki-laki dan

65

perempuan, dapat menunjukkan teman laki-laki dan perempuan. 2) a. kemampuan untuk menjaga kebersihan alat genital, aspek yang diteliti : dapat membersihkan diri sendiri setelah buang air besar dan kecil, mengetahui akibat yang timbul apabila tidak memebersihkan alat genital setelah buang air besar atau kecil, dapat menggunakan alat-alat kebersihan. bagi anak perempuan yang telah mengalami siklus menstruasi bagaimana caranya menjaga alat genitalnya b. berprilaku sopan, aspek yang diteliti: dapat duduk dengan sopan baik di rumah, di sekolah dan di tempat umum lainnya, dapat mengucapkan salam ketika bertemu teman, guru dan orang lain 3) menjauhkan diri dari tindakan pelecehan seksual, aspek yang diteliti : dapat mengtakan TIDAK ketika ada yang menyentuh tubuhnya, dapat mengatakan TIDAK ketika ada yang membuka bajunya, dapat mengatakan TIDAK ketika ada orang yang memakasa melakukan sesuatu dan dia tidak suka, dapat menceritakan kepada orang tua atau guru tentang kejadian yang telah mereka alami dan sianak meresa tidak suka dan tertekan, dapat membedakan yang mana yang dapat dilakukan ditempat tertutup dan mana yang tidak.

2. Definisi Operasional Berdasarkan definisi konseptual di atas, maka dalam hal ini secara operasional dapat dikemukakan bahwa skor yang diperoleh anak setelah dilakukan observasi yang meliputi:

66

1) kemampuan untuk membedakan jenis kelamin/gender, aspek yang akan diteliti : dapat membedakan anak laki-laki dan anak perempuan, dapat menyebutkan teman yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, dapat menunjukkan teman laki-laki dan perempuan. 2) kemampuan untuk menjaga kebersihan alat genital dan berlaku sopan a. kemampuan untuk menjaga kebersihan alat genital aspek yang diteliti : dapat membersihkan diri sendiri setelah buang air besar dan kecil, mengetahui akibat yang timbul apabila tidak memebersihkan alat genital setelah buang air besar atau kecil, dapat menggunakan alat-alat kebersihan. b. berprilaku sopan, aspek yang diteliti: dapat duduk dengan sopan baik di rumah, di sekolah dan di tempat umum lainnya, dapat mengucapkan salam ketika bertemu teman, guru dan orang lain yang dikenal. 3) menjauhkan diri dari tindakan pelecehan seksual, aspek yang diteliti : dapat mengtakan TIDAK ketika ada yang menyentuh tubuhnya, dapat mengatakan TIDAK ketika ada yang membuka bajunya, dapat mengatakan TIDAK ketika ada orang yang memakasa melakukan sesuatu dan dia tidak suka, dapat menceritakan kepada orang tua atau guru tentang kejadian yang telah mereka alami dan sianak meresa tidak suka dan tertekan, dapat membedakan yang mana yang dapat dilakukan ditempat tertutup dan mana yang tidak.

67

3. Kisi-kisi Instrumen Instrumen yang digunakan dalam menjaring data hasil belajar siswa adalah tes hasil belajar siswa serta observasi kegiatan pembelajaran. pengembangan instrumen ini menggunakan lembar obeservasi pengamatan langsung. Kedua instrumen ini menggunakan rating scale.10. Pedoman obeservasi kegiatan pembelajaran dikembangkan berdasarkan kisi-kisi sebagai berikut: Table 3. Kisi-kisi Instrumen Pendidikan Seks
Dimensi Indikator Butir 1, 2 3, 4 Jumlah 6

1. Kemampuan untuk membedakan anak laki-laki dan perempuan

a. Dapat menyebutkan ciri-ciri anak laki-laki dan anak perempuan b. Dapat membedakan teman yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan c. Dapat menyebutkan teman lakilaki dan teman perempuan d. Dapat menunjukkan teman lakilaki dan perempuan

5, 6 7 8,9 10, 11 12

2. a. Dapat membersihkan diri sendiri a.Kemampuan setelah buang air besar dan kecil untuk menjaga b. Dapat mengetahui penyakit yang kebersihan alat ditimbulkan apabila tidak genital sopan dibersihkan c. Dapat menggunakan alat-alat kebersihan

12,13

10

Rating scale merupakan salah satu tehnik dan prosedur yang dilakukan untuk mengukur perkembangan anak usia dini. Martini Jamaris, Perkembangan Dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Pedoman Bagi Orang Tua Dan Guru (Jakarta: Grasindo, 2006),p.177.

68

d. b.Kemampuan untuk berlaku sopan e.

3. Mejauhkan diri a. dari tindak pelecehan b. seksual c.

d.

e.

Jumlah

Dapat duduk dengan sopan baik di 14,15,16 rumah, di sekolah dan di tempat umum lainnya. 17,18 Dapat memberi salam bila bertemu teman, guru, maupun orang yang dikenal 19 Dapat mengatakan TIDAK ketika ada yang menyentuh tubuhnya 20 Dapat mengatakan TIDAK ketika ada yang membuka bajunya 21 Dapat mengatakan TIDAK ketika ada orang yang memaksa melakukan sesuatu dan dia tidak suka 22 Dapat menceritakan kepada orang tua atau guru tentang kejadian yang telah mereka alami dan sianak meresa tidak suka dan tertekan Dapat membedakan yang mana 23,24,25 yang dapat dilakukan ditempat tertutup dan mana yang tidak. 25

Instrumen

ini

dikembangkan

untuk

mengamati

kegiatan

yang

dilaksanakan guru selama pelaksanaan tindakan.

4. Jenis Instrumen Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tidakan yaitu observasi, skala sikap, catatan lapangan, hasil observasi:

69

1. Obeservasi Observasi, alat yang digunakan dalam mengobservasi yaitu pedoman observasi yang didesain berdasarkan fokus penelitian. Adapaun hasil observasi ini berbentuk catata lapangan yang mendeskripsikan proses kegiatan pembelajaran. Observasi ini berisikan rambu-rambu yang

difokuskan pada kebutuhan data penelitian tindakan. Dalam hal ini telah ditentukan indikatornya yang mewakili data. Tujuan pedoman ini untuk mendeskripsikan hal-hal yang terjadi dalam proses penelitian tindakan. 2. Catatan lapangan Berisikan deskripsi kejadian-kejadian selama proses kegiatan

pembelajaran yang dilakukan di kelas 3 SDLB/C Asih Budi I Jakarta Selatan, dan dikelompokkan menjadi tiga bagian: a. Kegiatan pembelajaran awal / pendahuluan b. Kegiatan inti c. Kegiatan pembelajaran penutup / akhir

I. KEABSAHAN DATA 1. Telaah Model Tindakan 1.1 Data Kualitatif Sumber data utama penelitian kualitatif ialah informasi, catatan, wawancara, observasi langsung, pengamatan dan artifak fisik. Sedangkan dalam menjawab permasalahan penelitian ini sumber data meliputi:

70

a. Kata-kata atau tindakan guru dan anak didik baik dalam bentuk pengamatan, transkrip video ataupun transkrip hasil wawancara b. Foto kegiatan, baik secara langsung adalah saat peneliti berperan serta dalam kegiatan, juga dengan mencetak foto tahun ajaran 2010 2011 yang masih berhubungan dengan fokus penelitian. c. Rekaman video kegiatan anak. Sumber data penelitian adalah anak SDLB.C Asih Budi Jakarta kelas 3.

1.2 Data SDR (The Developmental Research Squance) Menurut Johnson and Turner, Tests are commonly used in quantitative research to measure attitudes, personality, self-perceptions, and performance of research participant.11 Oleh sebab itu dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah hasil tes yang telah dikerjakan oleh anak tunagrahita ringan kelas 3 SDLB.C Asih Budi sesuai dengan instrumen yang telah dibuat.

1.3 Data Kuantitatif Analisis data pada penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan uji peringkat bertanda Wilcoxon atau dalam kasus berpasangan disebut juga

11

Guy C. Jeanty and James Hibel, Mixed Methods Research of Adult Family Care Home Residents and Informal Caregivers. The Qualitative Report Volume 16 Number 3 May 2011 635-656 http://www.nova.edu/ssss/QR/QR16-3/jeanty.pdf

71

uji Wilcoxon bagi pengamatan berpasangan,12 dengan rumus sebagai berikut:


Untuk menguji H 0 Lawan H 1 Hitung w

1 2

1 2

Keterangan:

1 2

= rata-rata skor pendidikan seks sebelum dilakukan tindakan = rata-rata skor pendidikan seks setelah dilakukan tindakan

Wilcoxon menggunakan uji two related sample yang artinya melakukan juga uji t.

2. Validitas Data Proses kalibrasi instrumen dilakukan oleh orang yang ahli dibidangnya pendidikan seks, pendidikan luar biasa maupun metedologi dalam hal ini dilakukan oleh Prof. Dr. Martini Jamaris, M. Sc. Ed, dan Dr. Asep Supena, M.Psi, pakar dalam bidang pendidikan anak berkebutuhan khusus dan ahli metodelogi untuk menentukan apakah instrumen yang telah dibuat valid atau tidak.

12

Ronald E. Walpole. Pengantar Statistik. Edisi ke-3 (Jakarta: Gramedia, 1995.), p.433.

72

3. Teknik analisi data Penelitian ini menggunakan analisis dengan dua pendekatan yaitu pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif sebagai berikut: 3.1 Analisis Data kuantitatif Peneltian ini menganalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Adapun analisis secara kuantitatif untuk melihat perbedan hasil belajar siswa antara tes pra penelitian dan pasca penelitian berdasarkan data yang diperoleh di lapangan untuk mengetahui rata-rata perbedaan nilai sebelum dan sesudah dilakukan intervensi tindakan berupa pendidikan seks secara terpadu. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode SPSS. Uji analisis menggunakan uji non parametrik model Wilcoxon yang tidak

mempermasalahkan apakah data besar atau data kecil. Uji ini akan menggabungkan metode kualitatif dan kuantitatif.

3.2 Analisis Data SDR (The Developmental Research Squance) Selain menggunakan pendekatan kuantitatif, peneliti juga

menganalisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Analisis data kualitatif bertujuan untuk melihat proses pembelajaran. Hasil analisis data kualitatif berupa deskripsi proses dan hasil pembelajaran yang telah tersusun secara sistimatis.

73

3.3 Triangulasi Triangulasi dalam penelitian ini merupakan acuan peneliti untuk memeriksa keabsahan data penelitian. Untuk itu triangulasi dilakukan melalui sumber, metode, penyidik dan teori.

28

You might also like