You are on page 1of 4

TUMPANGSARI BARIS GANDA UBIKAYU DAN KACANG TANAH MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING

Kesejahteraan petani di daerah lahan kering relatif masih rendah dibanding petani lahan irigasi. Pengembangan teknologi pertanian di lahan kering yang merupakan konsentrasi petani miskin juga lebih tertinggal dan kurang mendapat prioritas. Demikian juga dukungan kelembagaan dan ketersediaan sarana/prasarana, serta akses informasi untuk petani di lahan kering kurang berkembang. Kondisi ini semakin menempatkan mereka semakin terpuruk dalam perangkap kemiskinan. Ubi kayu merupakan tanaman andalan bagi kehidupan sebagian besar masyarakat di daerah lahan kering. Namun kondisi sosial ekonomi sering memaksa mereka melakukan usaha tani dengan teknologi sederhana, sehingga produktivitas yang dicapai juga sangat rendah yakni berkisar 10-15 t/ha. Penanaman ubi kayu umumnya dilakukan pada awal musim hujan (bulan Oktober-Desember) dan dipanen pada umur 8-12 bulan. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil sebelum ubikayu dapat dipanen, petani di Jawa Tengah dan Jawa Timur menyelipkan tananam palawija (jagung dan kacang-kacangan) di antara tanaman ubi kayu. Namun pengaturan tanaman selipan tersebut dilakukan secara asalan sehingga produktivitas yang dicapai tanaman ubikayu maupun tanaman sela tersebut tidak optimal. Pola Tumpangsari ubikayu dengan tanaman pangan lain Ubi kayu dapat ditanam secara monokultur dan tumpangsari. Pertanaman secara monokultur pada umumnya dikembangkan oleh industri berbasis bahan baku ubi kayu atau petani komersial di sekitar lokasi industri. Di lahan kering, ubi kayu diusahakan oleh petani kecil berlahan sempit dalam pola tumpangsari dengan tanaman pangan lainnya. Usahatani bersifat subsisten lebih untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Penanaman ubikayu dalam pola. tumpangsari dengan serealia khususnya jagung maupun padi gogo dan kacang-kacangan dinilai lebih ramah lingkungan. Di samping itu polatanam tumpangsari dapat meningkatkan efisiensi penggunaan lahan (Land Equivalent Ratio=LER), lebih efektif mengendalikan erosi, meningkatkan pendapatan petani dan terdistribusi dalam waktu yang lebih merata, serta dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah.

Teknologi tumpangsari baris ganda ubikayu dengan kacang tanah Sintesis teknologi tumpangsari baris ganda ubi kayu dengan tanaman kacang tanah secara ringkas adalah sebagai berikut: 1. Penyiapan lahan hingga siap tanam 2. Tanam kacang tanah 10-14 hari sebelum tanam ubi kayu dengan jarak tanam 40 cm x 10 cm dan 1 tanaman/rumpun. 3. Pemupukan tanaman kacang tanah dengan 50 kg Urea dan 250 kg pupuk Ponska yang diberikan bersamaan tanam. 4. Tanam ubi kayu dengan baris ganda jarak tanam 260 x (60x70) cm. Jarak tanam 60x70 cm adalah jarak antar baris ganda ubi kayu dan 260 cm adalah jarak di antara dua baris ganda ubi kayu. Pada lorong di antara barisan kembar ubi kayu terdapat 7 baris tanaman kacang tanah. Dengan jarak tanam tersebut diperoleh populasi ubikayu sekitar 90% populasi monokultur dan populasi kacang tanah 70-75% populasi monokultur. 5. Pemupukan ubi kayu dengan dosis pupuk 200 kg Urea dan 300 kg pupuk Ponska. Pupuk diberikan dua kali, masing-masing setengah dosis pada saat tanam dan sisanya diberikan bersamaan dengan panen kacang tanah. 6. Setelah kacang tanah dipanen, pada lorong bekas kacang tanah ditanami 5 baris tanaman kacang tanah, kedelai atau kacang hijau. Jarak tanam kedelai/kacang hijau adalah 40x15 cm atau 35x20cm ( populasi 70% dari populsi monokultur). Dosis pemupukan tanaman sela kedua (setelah tanaman sela pertama dipanen) disesuaikan dengan taraf keriapan dan kerimbunan tajuk ubi kayu, namun dosis 50 kg Urea dan 300 kg pupuk Ponska dapat digunakan sebagai pedoman. Usaha tani tumpangsari baris ganda ubikayu dengan kacang tanah Di kabupaten Banjarnegara, tumpangsari baris ganda ubi kayu dengan tanaman kacang tanah menunjukkan bahwa produksi ubi kayu pada tumpangsari tersebut 56 % lebih tinggi dibandingkan hasil ubi kayu yang ditanam secara monokultur oleh petani. Di samping itu petani masih mendapatkan hasil panen tanaman kacang tanah sebagai tanaman pada musim pertama maupun tanaman kacang-kacangan lain sebagai tanaman lorong pada akhir musim hujan. Di desa Sonoharjo kabupaten Wonogiri, tumpangsari baris ganda ubikayu-kacang tanah Idan II membutuhkan input (bibit dan pupuk) sebesar Rp 4.139.500, dan biaya tenaga kerja (Tanam, penyiangan, pemupukan dan panen) sebesar Rp.7.435.000 sehingga Total biaya produksi yang diperlukan sebesar Rp 11.574.500/ha. Total penerimaan yang diperoleh petani dari hasil ubikayu dan

kacang tanah I dan II sebesar Rp 54.651.200/ha, sehingga keuntungan dapat mencapai Rp 43.076.700/ha dengan B/C ratio 3,72. Di kabupaten Pacitan, teknologi yang sama memberikan hasil sebesar Rp. 33.391.000 dengan keuntungan Rp.22.936.500 dan B/C ratio 2,26. Tabel 1. Analisa usahatani ubikayu pola tumpangsari baris ganda di desa Sonoharjo, kabupaten Wonogiri dan desa Ploso, kabupaten Pacitan MT 2008.
Uraian Desa Ploso Kabupaten Pacitan Desa Sonoharjo Kabupaten Wonogiri

Biaya input (Bibit ubikayu, benih kacang tanah, jagung) Pupuk Urea, SP18, KCl, pupuk kandang) Total biaya input (rp/ha) Biaya tenaga kerja Olah tanah (borongan) Tanam (ubikayu, kc. Tanah I dan II) Penyiangan Panen (ubikayu, Kc. Tanah I dan II): Total biaya t.kerja (rp/ha) Total biaya produksi Penerimaan : (ubikayu, Kc. Tanah I dan II) Keuntungan (rp/ha) B/C ratio

2.000.000 2.139.500 4.139.500

2.000.000 2.139.500 4.139.500

800.000 2.225.000 1.000.000 2.100.000 6.125.000 10.264.500 27.236.000 16.971.500 1,65

800,000 2.710.000 1.250.000 2.675.000 7.435.000 11.574.500 32.463.200 20.888.700 1,8

Gambar 1. Pertanaman kacang tanah dan ubikayu muda pada pola tumpangsari baris ganda ubikayu dengan kacang tanah. Foto Atas (Kiri dan kanan): tanaman ubikayu muda dan Foto Bawah (kiri dan kanan): tanaman ubikayu tua.

You might also like