Professional Documents
Culture Documents
S
etiap kali kita merayakan Natal, perenungan kita selalu dibawa ke
peristiwa yang terjadi lebih dari dua ribu tahun yang lalu. Pentas-
pentas Natal menampilkan drama-drama yang dibungkus dengan
berbagai budaya dan tradisi kuno bangsa Ibrani. Para pengkhotbah atau
pembawa renungan di hari Natal biasanya menyajikan berbagai cerita ten-
tang tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa di sekitar kelahiran Yesus, yang
kadang tanpa disertai dengan makna atau pesan-pesan moral dan spiritual
yang relevan dengan kondisi dan kebutuhan manusia modern.
Tiga penulis Perjanjian baru menyajikan cerita kelahiran Yesus
secara bervariasi. Matius menceritakan bahwa seorang pria bernama Yusuf
bertunangan dengan seorang wanita yang bernama Maria. Sebelum mereka
menikah, Maria sudah mengandung dari
Roh Kudus dan kemudian melahirkan
seorang yang diberi nama Yesus. Sedang
kan Lukas menceritakan bahwa Malaikat
Gabriel mengunjungi seorang gadis di
Nazaret dan memberitahu bahwa sang
gadis akan mengandung dari Roh Kudus
dan melahirkan seorang putra yang
disebut Anak Allah.
1. Merendah
Yesus berada dalam posisi setara dengan Allah, Ia dalam rupa
Allah, dan Dia adalah Allah itu sendiri - at. 6. Di dalam posisi Allah, Yesus
memiliki semua sifat kemahaan: mahatinggi, mahakuasa, mahabesar,
mahakudus, maha-ada, mahamulia, dan seterusnya. Pada posisi yang
mahatinggi itu Yesus berhak dan layak
untuk menerima semua pengagungan dan
pemuliaan. Akan tetapi Dia yang adalah
Allah merendah dengan cara ‘turun takhta’
atau ‘tidak mempertahankan posisi-Nya.
Yesus relah melepaskan posisi-Nya dengan
semua predikat terhormat-Nya demi
mengangkat martabat manusia. Sifat-sifat
merendah Yesus:
a. Posisi sebagai Allah dengan semua sifat kemahaan-Nya tidak
membuat Yesus merasa superior, dan tidak membuat Yesus menuntut
penghargaan, penghormatan, pengagungan, pemujaan, pemuliaan,
atau menuntut prioritas.
b. Posisi Yesus yang setara dengan Allah justru dilihat dan dihayati
sebagai posisi seorang pelayan, dan bukan posisi sebagai tuan,
majikan, atau posisi raja yang selalu menuntut untuk dilayani dan
dihormati. Sebaliknya Yesus justru menyatakan bahwa Aku datang
bukan untuk dilayani tetapi melayani - Markus 10:45
c. Posisi Yesus sebagai Putra Tunggal Allah yang memiliki semua sifat
kemahaan, tidak membuat Yesus merasa enggan untuk menjadi
pelayan dan menempatkan diri sebagai hamba bagi manusia. Dan
setelah berada di dalam dunia, Yesus juga tidak merasa rendah ketika
Ia melakukan pekerjaan –pekerjaan seorang hamba.
Zakheus dan kawan pemungut cukai lainnya, tidur dalam satu rumah
dengan keluarga Zakheus – Luk. 19:5-10. Ia rela menjadi sesama bagi
keluarga Marta yang dirundung duka dan kesedihan yang mendalam
– Yoh. 11:33-35. Yesus menjadi sesama dengan mereka yang lemah
- Ibr. 4:15. Jelasnya, Yesus tidak sekedar bersimpati atau berempati,
tidak hanya sebatas merasa prihatin ketika melihat kesulitan dan
penderitaan seseorang, tetapi Ia masuk dan turut mengalami secara
langsung setiap situasi hidup yang mendera manusia.
3. Tulus
Allah Yang menjelma menjadi manusia Yesus Kristus adalah
pencipta, penguasa, dan pemilik yang berdaulat mutlak atas alam
semesta, dan kepada-Nya segala sesuatu menggantungkan kelangsungan
hidupnya, termasuk manusia. Yohanes mengungkapkan bahwa tidak ada
sesuatu pun dari yang ada sekarang ini yang
tidak diciptakan oleh-Nya, atau berada
diluar kekuasaan-Nya – Yoh. 1:1-3.
Akan tetapi ketika Allah ‘turun takhta’
– merendah dan menjadi sesama manusia
– Ia harus menundukkan diri - At. 8, Ia taat
sampai mati. Adalah ketulusan hati yang
mendasari sikap ketaatan Yesus. Dengan
pengertian lain, Yesus taat menjalani semua
proses hidup-Nya dengan tulus.
a. Yesus tulus dalam menundukkan diri pada kehendak Bapa-Nya.
Ketika Ia bergumul dengan cawan penderitaan di taman Getsemani,
Yesus berserah dengan tulus: bukan kehendak-Ku melainkan kehendak-
Mu yang jadi – Mat. 26:39-42.
b. Yesus tunduk dengan tulus pada hukum-hukum Musa, dan kepada
ayah dan ibu-Nya – Luk. 2:21-24, 51. Ia tunduk dengan tulus kepada
hukum-hukum sipil-Luk.20:25,
c. Klimaksnya, Yesus menerima dengan tulus semua keputusan
pengadilan agama Yahudi yang menjatuhkan hukuman mati tersalib
atas diri-Nya sendiri, walaupun Yesus tahu bahwa Ia tidak bersalah
– Luk. 23:24-25.
1. Spiritualitas Merendah
Secara alami perubahan status sosial dan ekonomi seseorang
akan mengubah kondisi spiritualitasnya atau mempengaruhi kondisi
psikologisnya. Di dalam kondisi yang serba kurang secara ekonomi atau
miskin, sikap merendah, mengalah, dan pasrah bukan hal yang sulit
untuk dilakukan seseorang. Akan tetapi ketika status sosial dan ekonomi
seseorang mulai naik, atau semakin meningkat, rasa prestisenya juga
3. Spritualitas Ketulusan
Materialisme telah menjadi spirit dunia sekarang ini. Akibatnya,
segala sesuatu dilihat dari segi untung dan rugi. Spirit materialisme telah
merusak ketulusan hati manusia sehingga kebanyakan orang hanya akan
melakukan sesuatu untuk mendapatkan imbalan.
III. KONKLUSI
Apakah yang membedakan Yesus dari tokoh-tokoh agama yang
lain? Nilai-nilai hidup-Nya: rendah hati, menjadi sesama, dan tulus hati.
Dan nilai-nilai itulah yang membuat nilai-nilai moral dan iman Kristiani
berbeda dari yang lain. Yesus tentu berharap dapat melihat semua pengikut-
Nya bersedia untuk mengikuti pola hidup dan pelayanan Yesus-Nya. Dan
dunia sedang menanti untuk melihat Yesus dapat menampakkan diri-Nya
kembali melalui umat Kristiani.
TEOLOGIA:
SOTERIOLOGI OLEH:
DR. S. TANDIASSA, M.A.
Bab IX
KONSEP ANUGERAH ALLAH
P
embicaraan mengenai karya penyelamatan Allah tidak dapat dipisah-
kan dari studi tentang anugerah Allah, karena keselamatan itu sendiri
mengalir dari hati yang yang melimpah dengan kasih karunia atau
anugerah yaitu dari hati Allah. Allah memberi keselamatan kepada manusia
sebagai sebuah anugerah, dan hukan sebagai suatu upah atas usaha dan
jerih payah manusia dalam mencari keselamatan. Atau dalam pengertian
lain, keselamatan bisa sampai kepada manusia bukan karena manusia
berhasil maraih hati Allah, dan bukan pula karena manusia telah melaku-
kan usaha dan kerja keras untuk menghasilkan keselamatan. Keselamatan
- dalam segala aspeknya - murni adalah anugerah, pemberian cuma-cuma,
pemberian tanpa usaha, atau pemberian yang tidak sepantasnya, bukan
imbalan atas jasa-jasa manusia.
1. Khen
Di dalam Perjanjian Lama terdapat banyak pernyataan tentang
anugerah atau kasih karunia. Kata khen – Ibr - diangkat dari akar khanan,
yang secara literal berarti: kebaikan, keindahan, kemurnian hati, atau
kemauan baik. Selain dari makna literal tersebut, anugerah atau kasih
karunia juga dapat dipahami dari sisi perbuatan-perbuatan Allah di
dalam hubungan-Nya dengan manusia. Pada umumnya kasih karunia
atau anugerah Allah dimanifestasikan melalui tindakan-tindakan yang
sifatnya menolong, memberkati, dan menyelamatkan.
2. Khesed
Kata ini mengandung makna: kesetiaan yang teguh, atau kesetiaan.
Khesed sering juga diterjemahkan sebagai: kemurahan, kebaikan hati, atau
kebajikan. Berbeda dari kata khen, kata khesed bisa digunakan dari Allah
kepada manusia, dan dari manusia kepada Allah. Jika dari Allah kepada
manusia, khesed berarti anugerah, sedang jika dari manusia kepada
Allah, atau antar manusia, khesed berarti kasih yang teguh. Khesed sering
dihubungkan dengan kata ‘covenant’ atau perjanjian, yang mengacu
kepada sikap kesetiaan di antara dua pihak untuk melaksanakan
perjanjian.
KONSEP KONTEMPORER
Teologia kontemporer mendefinisikan anugerah Allah sebagai
kesempurnaan Allah berkenaan dengan cara Allah menyatakan kebaikan
dan kasih-Nya, tanpa harus menuntut jasa-jasa manusia. Menurut para
teolog kontemporer, anugerah Allah dinyatakan melalui berbagai macam
karunia, kemampuan, dan pekerjaan manusia.
Studi teologis tentang sifat dan peran anugerah Allah semakin hari
semakin kritis dan teliti. Hasil dari studi tersebut adalah bahwa para teolog
kontemporer membedakan dua sifat atau dua jenis di dalam anugerah
Allah yaitu: anugerah yang bersifat communis dan anugerah yang bersifat
partikular, atau yang sering disebut dengan istilah: anugerah umum dan
anugerah khusus.
1. Gratia Communis
Istilah Communis mau menekankan kenyataan bahwa anugerah
Allah bersifat komunal atau umum. Gratia communis atau anugerah umu
adalah kualitas sifat-sifat yang secara universal dimiliki oleh semua
manusia, semua makhluk, dan termasuk semua orang yang hidup
di bawah Injil. Kaum Palagian menyatakan bahwa orang-orang kafir
mendapat anugerah karena mereka mampu memperlihatkan kebaikan-
kebaikan moral seperti: dapat berbelas kasihan, memerhatikan orang lain,
memiliki sifat-sifat sabar dan setia, dapat membedakan yang jahat dari
yang baik, atau memisahkan yang salah dari yang benar.
Teologia Roma Katolik mengartikan Gratia Communis sebagai
kebaikan-kebaikan moral berupa: rendah hati, taat, kelemah lembutan,
b. Mencegah Kejahatan
Terdapat kenyataan-kenyataan umum di dalam banyak aspek, yang
menunjukkan Allah mencegah atau paling tidak mengontrol pengaruh-
pengaruh dan perkembangan daya dosa yang dapat merusak di dalam
dunia. Allah menjaga dan memelihara proses perkembangan alami umat
manusia. Dengan cara demikian Allah memperkaya kehidupan umat
manusia secara alami. Anugerah umum mencegah kekuatan dan usaha-
usaha yang menghancurkan dari dosa di alam semesta, sehingg masih
memungkinkan adanya hidup yang teratur. Argumentasi mengenai
pencegahan kejahatan sebagai sifat Gratia Communis bertolak dari
pernyataan-pernyataan Alkitab yaitu:
1. Allah mencegah kejahatan melalui Roh Kudus:
Berfirmanlah TUHAN: “Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam
manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh
tahun saja – Kejadian 6:3. Kata berbantah mengandung arti menahan atau
mencegah. Si pendurhaka belum dapat dan tidak bebas menyatakan
diri karena masih ada sesuatu yang mencegahnya:
c. Pemeliharaan Allah
Gratia Communis adalah pemeliharaan Allah secara Umum. Di
dalam konteks pengertian ini berkat-berkat alami harus dipahami sebagai
manifestasi dari anugerah Allah kepada manusia secara menyeluruh.
Pemeliharaan secara umum dinyatakan Allah dalam bentuk hujan dan
matahari, makanan dan minuman, pakaian dan tempat tinggal. Berkat-
berkat ini diberikan kepada semua manusia tanpa terkecuali. Beberapa
ayat Alkitab yang sebagai dasar pemahaman ini:
1. Allah menyediakan semua kebutuhan material bagi semua ciptaan-
Nya melalui alam, tanpa membedakan orang benar dan orang yang
tidak benar:
Dalam zaman yang lampau Allah membiarkan semua bangsa menuruti
jalannya masing-masing, namun Ia bukan tidak menyatakan diri-Nya
dengan berbagai-bagai kebajikan, yaitu dengan menurunkan hujan
dari langit dan dengan memberikan musim-musim subur bagi kamu. Ia
memuaskan hatimu dengan makanan dan kegembiraan.” - Kisah Para
Rasul 14:16-17; Matius 5:45.
2. Allah bersikap baik bagi semua manusia atas dasar kenyataan bahwa
semua manusia – yang baik dan yang jahat - adalah ciptaan Allah:
Peringatan kepada besarnya kebajikan-Mu akan dimasyhurkan mereka,
dan tentang keadilan-Mu mereka akan bersorak-sorai. TUHAN itu pengasih
dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. TUHAN itu baik
kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-
Nya – Mazmur 145:7-9
2. Gratia Partikular
Sifat kedua di dalam anugerah disebut Gratia Partikular atau
anugerah khusus. Disebut partikular atau khusus karena jangkauan
anugerah ini bersifat khusus dan terbatas. Gratia particular diperuntukkan
hanya bagi orang-orang pilihan sehingga ruang lingkup operasional-nya
pun terbatas pada orang-orang yang sudah dipilih dan ditentukan. Gratia
partikular dapat dijelaskan sebagai pekerjaan Roh Kudus yang secara
efektif menggerakkan orang-orang yang telah dipilih dan ditentukan
untuk datatng bertobat dan percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat.
Teologia Katolik melihat Gratia particular sebagai anugerah penyu-
cian yang diberikan Allah kepada manusia, yang menghasilkan kebaikan-
kebaikan moral berupa iman, pengharapan, kesabaran, kebaikan, dan
kelembutan. Oleh Marten Luther kebaikan ini disebut sebagai kebaikan
spiritual yang lebih tinggi.
Makna gratia particular ini dapat ditemukan di berbagai tempat
di dalam Alkitab. Melalui doa Tuhan Yesus terungkap bahwa Ia berdoa
hanya untuk orang-orang tertentu: Aku berdoa untuk mereka. Bukan
untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan
kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu – Yohanes 17:9.
Rasul Paulus menjelaskan bahwa adalah anugerah khusus yang
berkarya melalui Roh Kudus di dalam diri seseorang, sehingga yang
bersangkutan mau dan dapat mengambil keputusan secara sukarela
untuk bertobat dan menerima Yesus. Artinya, panggilan Allah untuk
bertobat dan menerima anugerah keselamatan hanya ditujukan kepada
orang-orang tertentu, dan tidak kepada semua orang:
Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-
Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya,
supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.
Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-
Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya.
Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya
– Roma 8:29-30.
Rasul Petrus menggambarkan cara kerja gratia partikular dengan
mengatakan bahwa mereka yang menerima anugerah ini dipisahkan dari
manusia secara umum:
Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang
kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan
perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu
keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu
bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang
dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan
– 1 Petrus 2:9-10.
Pola kerja anugerah khusus adalah menarik atau mendorong. Hal
ini ditegaskan oleh Yesus dengan mengatakan bahwa tidak ada seorang
pun yang bisa membuat keputusan dari dirinya sendiri untuk bertobat
dan percaya, tanpa karya Allah melalui Roh Kudus-Nya dengan cara
menarik orang datang pada Yesus: Tidak ada seorangpun yang dapat datang
kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan
Kubangkitkan pada akhir zaman - Yohanes 6:44.
Ketika Allah hendak memanggil orang yang telah ditentukan dan
dipilih sebelumnya, Allah mengirim Roh Kudus-Nya untuk memproses
orang bersangkutan sampai ia membuat keputusan secara sukarela untuk
percaya dan menerima Yesus. Roh Kudus itulah yang menghantar setiap
orang tahap demi tahap sampai pada titik pertobatan dan iman kepada
Yesus.
Gratia partikular - juga disebut gratia eficasius – yang berarti anugerah
yang efektif. Disebut eficasius atau efektif, karena ketika Allah menerapkan
anugerah ini kepada seseorang, pasti efektif atau berhasil. Ada beberapa
prinsip operasional di dalam Gratia partikular:
a. Terbatas
Gratia partikular tidak ditujukan kepada semua orang, dalam arti
manusia secara universal, tetapi terbatas hanya untuk orang-orang yang
terpilih:
Sebab Ia berfirman kepada Musa: “Aku akan menaruh belas kasihan
kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah
hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.” Jadi hal itu tidak tergantung
pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati
Allah – Roma 9:15-16.
Sudah barang tentu bahwa yang dimaksud dengan ungkapan
‘kepada siapa Aku mau’ adalah mereka yang memang telah dipilih dan
ditetapkan oleh Allah sebelumnya untuk menerima anugerah-Nya.
c. Menarik
Anugerah khusus bekerja dengan cara yang kreatif di dalam diri
seseorang, yaitu memperbarui seluruh natur manusia, dan menjadikan
seseorang tertarik untuk menerima tawaran keselamatan di dalam Tuhan
Yesus. Anugerah khusus mempunyai daya pesona, daya tarik, dan daya
pikat yang demikian kuat sehingga membuat setiap orang yang tadinya
bersikap apriori, defensif, dan kontradiktif, menjadi tertarik, dan pada
gilirannya yang bersangkutan akan datang kepada Tuhan.
Pertumbuhan sensasional jumlah orang-orang yang percaya pada
masa gereja pertama merupakan fakta dari cara kerja anugerah partikular
yang bersifat menarik, atau memiliki daya tarik yang luar biasa:
Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari
dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara
bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati,
sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap
d. Mengubah
Gratia eficasius mengandung kuasa yang mampu mengubah
seseorang. Dari namanya – eficasius atau efektif – sudah dapat dipahami
bahwa anugerah ini mengandung daya yang membuat-nya efektif atau
berhasil. Pertama-tama gratia eficasius mengubah sikap hati seseorang
terhadap Allah, yaitu dari sikap apriori menjadi simpati, dari menolak
menjadi menerima, dan dari sikap melawan menjadi mengasihi. Rasul
Paulus menyaksikan bahwa kuasa anugerah eficasius telah mengubah
seluruh jalan dan pandangan hidupnya, dari seorang penganiaya menjadi
orang pelayan:
Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus,
Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan
pelayanan ini kepadaku- aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang
penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena
semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman. Malah
kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku
dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus – 2 Timotius 1:12-14.
Selanjutnya, gratia eficasius mengubah posisi orang-orang beriman
di dalam pemandangan Allah yaitu dari orang berdosa menjadi orang
benar, dari hamba dosa menjadi menjadi anak dan ahli waris Allah, seperti
yang diungkapkan oleh Paulus: Karena semua orang telah berbuat dosa dan
telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan
cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus – Roma 3:23-24.
Anugerah partikular berkarya secara berkesinambungan. Setelah
mengubah dan membawa orang-orang berdosa datang kepada Yesus,
selanjutnya dengan kuasa supranatural Roh Kudus, gratia eficasius
e. Individual
Anugerah partikular diaplikasikan kepada setiap orang secara
individual. Maksudnya, Allah memberikan gratia partikular – dalam hal
ini adalah keselamatan - kepada setiap orang di dalam posisinya sebagai
individu, terlepas dari kaitannya dengan keturunan, lingkungan atau pun
agama. Nuh bukanlah seorang yang tanpa salah dan dosa. Disebutkan
bahwa ketika itu, semua manusia sudah rusak, baik lahir mau pun batin.
Nuh lahir dari keluarga yang merupakan bagian dari masyarakat yang telah
rusak itu. Hal itu berarti bahwa Nuh bukanlah seseorang yang tanpa salah
dan dosa, atau tanpa kekurangan dan cacat di mata Tuhan. Akan tetapi
ketika Allah hendak membinasakan bumi dan manusia, Allah melihat
Nuh sebagai individu yang mandiri, lalu Allah memberi anugerah-Nya:
Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN – Kejadian 6:8. Artinya,
Allah tidak melihat apakah latar belakang dan lingkungan Nuh itu baik
atau tidak baik. Allah melihat dan member anugerah kepada Nuh tanpa
mengait-ngaitkannya dengan orang tua, atau lingkungan masyarakat.
Rasul Paulus menyaksikan bahwa ia dipilih dan diselamatkan
bukan sebagai anak dari sebuah keluarga – faktor keturunan, dan bukan
sebagai orang Yahudi – faktor lingkungan dan agama, tetapi sebagai ‘aku’
– secara individual:
Dan di dalam agama Yahudi aku jauh lebih maju dari banyak teman yang
sebaya dengan aku di antara bangsaku, sebagai orang yang sangat rajin
memelihara adat istiadat nenek moyangku. Tetapi waktu Ia, yang telah
memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karunia-
Nya – Galatia 1:14-15.
f. Kekal
Keputusan-keputusan Allah di dalam gratia partikular telah
dilakukan pada masa kekekalan lampau, sebelum dunia dijadikan, akan
tetapi aplikasinya kepada manusia baru dinyatakan pada masa sekarang
ini; Ef. 1:4-14; Kol 1:26. Sifat kekekalan di dalam keputusan Allah ini tentu
saja tidak hanya mengacu kepada kekekalan masa lampau, akan tetapi
juga mengacu kepada masa kekekalan yang akan datang. Artinya, apa
yang diputuskan Allah pada masa lampau terus berlaku untuk masa
yang akan datang dan bersifat kekal. Meskipun dalam perjalanan waktu,
ada kenyataan bahwa orang-orang yang diberi anugerah khusus sering
bermasalah – jatuh bangun di dalam iman – akan tetapi Allah tidak pernah
merevisi, atau meninjau kembali keputusan dan ketetapan anugerah-Nya,
sebab Allah tidak pernah menyesal akan kasih karunia-Nya; Roma 11: 29.
Konsep-konsep atau pun interpretasi-interpretasi mengenai
anugerah Allah masih bisa ditemukan lebih banyak lagi, dan akan terus
berkembang dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan ilmu
teologia. Akan tetapi yang perlu mendapat perhatian kita secara khusus
adalah; bahwa di sepanjang sejarah karya penyelamatan Allah, keselamatan
selalu bersumber dari sifat anugerah Allah, diberikan sebagai anugerah,
dan diterima berdasarkan iman. Ef. 2:8. Ini adalah doktrin keselamatan
yang paling prinsip dalam Alkitab.
Jika demikian halnya, maka doktrin atau teologia keselamatan yang
berusaha mengabaikan prinsip-prinsip anugerah Allah, dan menonjolkan
usaha-usaha dan jasa-jasa manusia, layak dikategorikan sebagai doktrin
yang tidak bersumber dari Alkitab, atau tegasnya, bukan teologia
Alkitab. Sebab baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, sama-sama
menegaskan bahwa keselamatan adalah kasih karunia, atau anugerah
Allah.
(Bersambung ke edisi mendatang)
Ini sebuah lagu sederhana yang diciptakan oleh paman dan ayah saya.
Waktu kecil saya menyanyikan lagu ini pas hari Natal di rumah salah satu
jemaat gereja saya. Saat saya menyanyikan lagu ini saya tidak mempedu-
likan makna dari lagu ini, secara, saya masih kelas 2 SD. Tapi sekarang
ketika saya mulai membuka catatan lagu ini, saya dapat memahami makna
lagu ini yang mengajak kita supaya kita tetap mengabadikan Natal di dalam
hati kita. Natal, di mana Yesus mau hadir ke dunia untuk menyelamatkan
kita. Dia adalah hadiah terindah bagi kita, bersyukurlah!! (Tatty, dari
Tatty’s clog)
Sejarah Natal
PENDAHULUAN
K
ata Christmas (Hari Natal) berasal dari kata Cristes maesse, frase
dalam bahasa Inggris yang berarti Mass of Christ (Misa Kristus).
Kadang-kadang kata Christmas disingkat menjadi Natal. Tradisi ini
diawali oleh Gereja Kristen terdahulu. Dalam bahasa Yunani, X adalah kata
pertama dalam nama Kristus (Yesus). Huruf ini sering digunakan sebagai
simbol suci. Tidak ada yang tahu tanggal berapa tepatnya hari lahir Kristus,
namun kebanyakan orang Kristen memperingati Hari Natal pada tanggal
25 Desember. Pada hari itu, banyak yang pergi ke gereja untuk mengikuti
perayaan keagamaan khusus. Selama masa Natal, mereka bertukar kado
dan menghiasi rumah mereka dengan daun holly, mistletoe, dan pohon
Natal.
PERAYAAN KEAGAMAAN
Bagi kebanyakan orang Kristen, masa Natal mulai pada hari Minggu
yang paling dekat dengan tanggal 30 November. Hari ini adalah hari raya
Santo Andreas, salah satu dari keduabelas rasul Kristus. Hari Minggu
tersebut disebut hari pertama masa Adven, yaitu masa 4 minggu saat umat
Kristiani mempersiapkan perayaan Natal. Kata adven berarti datang, dan
mengacu pada kedatangan Yesus pada hari Natal. Untuk merayakan masa
Adven, empat buah lilin, masing-masing melambangkan hari Minggu
dalam masa Adven, diletakkan dalam suatu lingkaran daun-daunan. Pada
hari Minggu pertama, keluarga menyalakan satu lilin dan bersatu dalam
doa. Mereka mengulangi kegiatan ini setiap hari Minggu dalam masa
Adven, dengan menambahkan satu lilin lagi setiap kalinya. Sebuah lilin
merah besar yang melambangkan Yesus, ditambahkan pada lingkaran
daun-daunan itu pada Hari Natal. Untuk
kebanyakan umat Kristiani, masa Adven
memuncak pada Misa tengah malam atau
peringatan keagamaan lain pada malam
sebelum Natal (Malam Natal), tanggal 24
Desember. Gereja-gereja dihiasi dengan
lilin, lampu, dan daun-daunan hijau dan
bunga pointsettia. Kebanyakan gereja
juga mengadakan perayaan pada hari
Natal. Masa Natal berakhir pada hari
Epifani, tanggal 6 Januari. Untuk gereja
Kristen Barat, Epifani adalah datangnya
para majus di hadirat bayi Yesus. Menurut
umat Kristen Timur, hari tersebut adalah
perayaan pembaptisan Kristus. Epifani
jatuh 12 hari setelah hari Natal.
memberikan hadiah pada satu sama lain sebagai bagian dari perayaan
akhir tahun. Pada tahun 1100, di banyak negara-negara Eropa, Santo
Nikolas menjadi lambang usaha saling memberi. Menurut legenda, Santo
Nikolas membawakan hadiah-hadiah untuk anak-anak pada malam
sebelum perayaannya, tanggal 6 Desember. Tokoh-tokoh yang bukan
keagamaan menggantikan Santo Nikolas di berbagai negara tak lama
setelah reformasi, dan tanggal 25 Desember menjadi hari untuk tukar-
menukar kado. Kini di Amerika Serikat, Santa Claus membawakan hadiah
untuk anak-anak.
4. Santa Claus
Tokoh ini berasal dari kisah lama tentang seorang Santo Kristiani
bernama Nikolas dan dari dewa Norwegia yang bernama Odin. Para
imigran membawa Bapa Natal atau Santo Nikolas ke Amerika Serikat.
Namanya lambat laun berubah menjadi Santa Claus, dari nama Belanda
untuk Bapa Natal abad ke-empat, Sinter Claas. Sekalipun asalnya dari
mitologi Norwegia sebelum
ajaran Kristen, Santa Claus
baru menjadi tokoh yang kita
kenal sekarang di Amerika
Serikat. Orang Amerika
memberikannya janggut ber-
warna putih, mendandanin-
ya dengan baju merah dan
menjadikannya seorang tua
yang riang dengan pipi yang
merah dan sinar di matanya.
Santa Claus adalah tokoh mi-
tos yang dikatakan tinggal di
Kutub Utara, di mana beliau
membuat mainan sepanjang
tahun.
5. Amal
Natal juga merupakan saat di mana orang Amerika menunjukkan
kemurahan hati kepada orang-orang yang kurang beruntung. Uang
dikirimkan ke rumah sakit dan panti asuhan atau dibuat dana khusus
untuk membantu fakir miskin.
D
alam tradisi Kristen, Orang Majus atau Orang Bijak adalah Raja-
raja dari Timur yang sering dianggap sebagai orang-orang yang
datang dari kerajaan Media, mungkin pendeta-pendeta Zoroastrian,
atau mungkin juga magi yang mengenal astrologi dari Persia kuno. Injil
Matius menyatakan bahwa mereka datang dari timur ke Yerusalem untuk
menyembah Kristus. Menurut Matius mereka berjalan dengan mengikuti
sebuah bintang yang datang dan dikenal sebagai Bintang Betlehem. Saat
mereka mendekati Yerusalem, Herodes mencoba menjebak mereka untuk
memberitakan keberadaan Yesus, supaya Yesus dapat dibunuh. Saat me
reka menemukan Yesus, para orang bijak ini memberikan hadiah-hadiah,
di antaranya adalah emas, kemenyan, dan mur.
Raja-raja dari timur ini kemudian diperingatkan dalam mimpi oleh
malaikat atas rencana jahat Herodes terhadap bayi Yesus dan akhirnya
mereka memutuskan untuk pulang melalui jalur yang berbeda. Hal ini
menyebabkan
Herodes bertin-
dak untuk mem-
bunuh semua
anak kecil di
Betlehem seba
gai usaha untuk
menggagalkan
nubuatan me
ngenai raja yang
baru lahir dan
menghilangkan