You are on page 1of 40

Redaksi

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


 Mimbar El-Asah

RENUNGAN NATAL - 2008:

KETIKA ALLAH TURUN TAKHTA

Oleh: Dr. S. Tandiassa, M.A

S
etiap kali kita merayakan Natal, perenungan kita selalu dibawa ke
peristiwa yang terjadi lebih dari dua ribu tahun yang lalu. Pentas-
pentas Natal menampilkan drama-drama yang dibungkus dengan
berbagai budaya dan tradisi kuno bangsa Ibrani. Para pengkhotbah atau
pembawa renungan di hari Natal biasanya menyajikan berbagai cerita ten-
tang tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa di sekitar kelahiran Yesus, yang
kadang tanpa disertai dengan makna atau pesan-pesan moral dan spiritual
yang relevan dengan kondisi dan kebutuhan manusia modern.
Tiga penulis Perjanjian baru menyajikan cerita kelahiran Yesus
secara bervariasi. Matius menceritakan bahwa seorang pria bernama Yusuf
bertunangan dengan seorang wanita yang bernama Maria. Sebelum mereka
menikah, Maria sudah mengandung dari
Roh Kudus dan kemudian melahirkan
seorang yang diberi nama Yesus. Sedang­
kan Lukas menceritakan bahwa Malaikat
Gabriel mengunjungi seorang gadis di
Nazaret dan memberitahu bahwa sang
gadis akan mengandung dari Roh Kudus
dan melahirkan seorang putra yang
disebut Anak Allah.

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


Mimbar El-Asah 

Berbeda dari Matius dan Lukas, Rasul Paulus tidak menyajikan


cerita tentang bagaimana Yesus lahir. Paulus langsung memaknai
peristiwa kedatangan Yesus ke dalam dunia sebagai tindakan Allah ‘turun
dari takhta-Nya’. Dan itu pun diungkapkan hanya di dalam tujuh ayat,
tepatnya di dalam Surat Filipi 2:5-11:
2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan
perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, 2:6 yang walaupun dalam
rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik
yang harus dipertahankan, 2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya
sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan
manusia. 2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan
diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. 2:9 Itulah
sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya
nama di atas segala nama, 2:10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut
segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah
bumi, 2:11 dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi
kemuliaan Allah, Bapa!
Di dalam dan melalui Yesus, Allah turun takhta. Atau dengan
pengertian lain, Yesus yang diceritakan oleh Matius dan Lukas, adalah
Allah yang turun dari takhta-Nya. Langkah-langkah Allah turun dari
takhta-Nya dimulai dengan mengosongkan diri dari sifat-sifat relatif-
Nya sebagai Allah, lalu turun menjadi manusia yang serba terbatas, turun
lagi menjadi hamba yang harus menundukkan diri, dan turun lebih ke
bawah lagi, yaitu ke dunia orang mati. Tetapi dari dari tempat yang paling
rendah itu, Yesus naik menjadi Yang Mahatinggi dan Mahakuasa, dan
yang kepada-Nya segala makhluk menundukkan diri.
Dari perspektif Rasul Paulus tentang kelahiran Yesus sebagai ‘Allah
turun takhta’ kita menemukan beberapa pesan dan makna yang sangat
penting untuk menjadi standar norma-norma moral Kristiani di dalam
hidup bermasyarakat.

I. NILAI-NILAI HIDUP YESUS


Sebelum menjelaskan tentang nilai-nilai hidup Yesus, perlu
dijelaskan terlebih dahulu arti atau apa yang dimaksud dengan nilai-
nilai. Secara sederhana yang dimaksud dengan nilai-nilai adalah konsep

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


 Mimbar El-Asah

tentang penghargaan tinggi terhadap beberapa pokok kepercayaan yang


dianggap baik, sakral, dan mulia sehingga dijadikan sebagai pedoman
bagi tingkah laku hidup. Misalnya soal kesabaran; kita mempercayai
bahwa sabar adalah bagian dari karakter Allah, maka kesabaran adalah
salah satu dari nilai-nilai iman Kristen.
Dari perspektifnya tentang peristiwa ‘Allah turun takhta’ Rasul
Paulus bermaksud mengungkapkan nilai-nilai hidup Yesus, yang
selanjutnya dijadikan sebagai nilai-nilai dalam perilaku hidup orang-
orang beriman kepada Yesus. Sebenarnya ayat-ayat tersebut sangat kaya
dengan nilai-nilai hidup Yesus, tetapi kita akan membatasi pembahasan
pada tiga hal saja.

1. Merendah
Yesus berada dalam posisi setara dengan Allah, Ia dalam rupa
Allah, dan Dia adalah Allah itu sendiri - at. 6. Di dalam posisi Allah, Yesus
memiliki semua sifat kemahaan: mahatinggi, mahakuasa, mahabesar,
mahakudus, maha-ada, mahamulia, dan seterusnya. Pada posisi yang
mahatinggi itu Yesus berhak dan layak
untuk menerima semua pengagungan dan
pemuliaan. Akan tetapi Dia yang adalah
Allah merendah dengan cara ‘turun takhta’
atau ‘tidak mempertahankan posisi-Nya.
Yesus relah melepaskan posisi-Nya dengan
semua predikat terhormat-Nya demi
mengangkat martabat manusia. Sifat-sifat
merendah Yesus:
a. Posisi sebagai Allah dengan semua sifat kemahaan-Nya tidak
membuat Yesus merasa superior, dan tidak membuat Yesus menuntut
penghargaan, penghormatan, pengagungan, pemujaan, pemuliaan,
atau menuntut prioritas.
b. Posisi Yesus yang setara dengan Allah justru dilihat dan dihayati
sebagai posisi seorang pelayan, dan bukan posisi sebagai tuan,
majikan, atau posisi raja yang selalu menuntut untuk dilayani dan
dihormati. Sebaliknya Yesus justru menyatakan bahwa Aku datang
bukan untuk dilayani tetapi melayani - Markus 10:45

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


Mimbar El-Asah 

c. Posisi Yesus sebagai Putra Tunggal Allah yang memiliki semua sifat
kemahaan, tidak membuat Yesus merasa enggan untuk menjadi
pelayan dan menempatkan diri sebagai hamba bagi manusia. Dan
setelah berada di dalam dunia, Yesus juga tidak merasa rendah ketika
Ia melakukan pekerjaan –pekerjaan seorang hamba.

2. Menjadi Sesama Manusia


Secara esensial Yesus memiliki natur dan sifat-si-
fat yang membuat-Nya berbeda secara eksklusif
dari semua manusia. Sebab di dalam diri Yesus
terdapat semua sifat kemahaan Allah. Akan tetapi
dengan spirit ‘turun takhta’ Yesus bisa membuat
diri-Nya menjadi sesama manusia dalam arti yang
sesungguh-sungguhnya – at. 7: Ia menjadi sama de­
ngan manusia.
a. Yesus menjadi sesama bagi semua orang dari berbagai tingkatan dan
kelas. Yesus menyatakan secara terbuka di depan masyarakat umum
bahwa semua orang adalah anggota keluarga-Nya: Jawab Yesus kepada
mereka: “Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?” Ia melihat kepada
orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata: “Ini ibu-Ku dan
saudara-saudara-Ku! - Mark. 3:33-34
b. Yesus menjadi sesama dengan orang-orang yang paling hina. Melalui
sebuah perumpamaan tentang penghakiman, Yesus mengidentifikasi
diri-Nya sebagai saudara bagi orang-orang yang paling hina – Mat.
25:35-19. Orang-orang yang hina adalah mereka yang lapar, yang
miskin, yang tidak punya tempat tinggal, yang tertindas, yang
terpenjara, yang sakit, yang diperlakukan sewenang-wenang, dan
yang termarginalkan. Secara spesifik Yesus menunjuk pada seseorang
yang sangat hina sebagai saudara-Nya: Dan Raja itu akan menjawab
mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu
lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu
telah melakukannya untuk Aku - Matius 25:40.
c. Yesus bahkan rela menjadi sesama dengan setiap orang di dalam situasi
hidupnya masing-masing. Ia rela menjadi sesama bagi Zakheus yang
dianggap sebagai sampah masyarakat. Yesus makan satu meja dengan

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


 Mimbar El-Asah

Zakheus dan kawan pemungut cukai lainnya, tidur dalam satu rumah
dengan keluarga Zakheus – Luk. 19:5-10. Ia rela menjadi sesama bagi
keluarga Marta yang dirundung duka dan kesedihan yang mendalam
– Yoh. 11:33-35. Yesus menjadi sesama dengan mereka yang lemah
- Ibr. 4:15. Jelasnya, Yesus tidak sekedar bersimpati atau berempati,
tidak hanya sebatas merasa prihatin ketika melihat kesulitan dan
penderitaan seseorang, tetapi Ia masuk dan turut mengalami secara
langsung setiap situasi hidup yang mendera manusia.

3. Tulus
Allah Yang menjelma menjadi manusia Yesus Kristus adalah
pencipta, penguasa, dan pemilik yang berdaulat mutlak atas alam
semesta, dan kepada-Nya segala sesuatu menggantungkan kelangsungan
hidupnya, termasuk manusia. Yohanes mengungkapkan bahwa tidak ada
sesuatu pun dari yang ada sekarang ini yang
tidak diciptakan oleh-Nya, atau berada
diluar kekuasaan-Nya – Yoh. 1:1-3.
Akan tetapi ketika Allah ‘turun takhta’
– merendah dan menjadi sesama manusia
– Ia harus menundukkan diri - At. 8, Ia taat
sampai mati. Adalah ketulusan hati yang
mendasari sikap ketaatan Yesus. Dengan
pengertian lain, Yesus taat menjalani semua
proses hidup-Nya dengan tulus.
a. Yesus tulus dalam menundukkan diri pada kehendak Bapa-Nya.
Ketika Ia bergumul dengan cawan penderitaan di taman Getsemani,
Yesus berserah dengan tulus: bukan kehendak-Ku melainkan kehendak-
Mu yang jadi – Mat. 26:39-42.
b. Yesus tunduk dengan tulus pada hukum-hukum Musa, dan kepada
ayah dan ibu-Nya – Luk. 2:21-24, 51. Ia tunduk dengan tulus kepada
hukum-hukum sipil-Luk.20:25,
c. Klimaksnya, Yesus menerima dengan tulus semua keputusan
pengadilan agama Yahudi yang menjatuhkan hukuman mati tersalib
atas diri-Nya sendiri, walaupun Yesus tahu bahwa Ia tidak bersalah
– Luk. 23:24-25.

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


Mimbar El-Asah 

Dengan spiritualitas ketulusan, Yesus menundukkan diri tidak


hanya untuk memenuhi norma-norma etika atau sopan santun, tidak
sekedar formalitas untuk memuaskan pihak-pihak tertentu, dan juga
tidak karena mengharapkan imbalan-imbalan berupa pemujaan atau
pengagungan. Yesus tulus dalam menundukkan diri karena memang
spiritualitas-Nya adalah tulus. Atau dengan kata lain roh ketulusan
menguasai seluruh jiwa Yesus.
Jika Yesus tidak tulus dalam menundukkan diri, maka Ia pasti bukan
Yesus yang datang dari Atas, Ia pasti bukan inkarnasi dari Firman, atau
bukan Yesus yang dikandung dari Roh Kudus. Tegasnya, keunggulan dan
sekaligus keunikan manusia Yesus justru terletak pada sikap-Nya yang
tulus dalam melaksanakan semua tugas dan pelayanan-Nya.

II. NILAI-NILAI MORAL KRISTIANI


Setelah sekian kali dan sekian lamanya Anda merayakan Natal,
apakah Anda sudah menangkap, menghayati, dan mengamalkan
secara tepat makna dan pesan-pesan yang sesungguhnya dari peristiwa
kelahiran Yesus Kristus? Ketika Anda mengadakan berbagai aktivitas di
sekitar perayaan Natal, apakah spiritualitas ‘Allah yang menjadi manusia’
menjiwai Anda? Apakah perayaan-perayaan Natal Anda dimotivasi oleh
spirit ‘Allah turun takhta?’
Melalui perenungannya tentang peristiwa kelahiran Yesus Kristus
sebagai ‘Allah turun takhta’ Rasul Paulus bermaksud menyampaikan
pesan-pesan moral, khususnya kepada semua pengikut Yesus yang disebut
umat Kristiani. Paling sedikit terdapat tiga pesan spiritualitas moral yang
diungkapkan Rasul Paulus melalui konsep ‘Allah turun takhta’.

1. Spiritualitas Merendah
Secara alami perubahan status sosial dan ekonomi seseorang
akan mengubah kondisi spiritualitasnya atau mempengaruhi kondisi
psikologisnya. Di dalam kondisi yang serba kurang secara ekonomi atau
miskin, sikap merendah, mengalah, dan pasrah bukan hal yang sulit
untuk dilakukan seseorang. Akan tetapi ketika status sosial dan ekonomi
seseorang mulai naik, atau semakin meningkat, rasa prestisenya juga

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


 Mimbar El-Asah

semakin tinggi, egonya semakin besar, dan ia pun mulai mengharapkan


bahkan menuntut untuk dihormati, dihargai, dan dituankan.
Merendah sebagai nilai-nilai moral Kristiani tidak membedakan
situasi atau kondisi. Artinya, seorang Kristen bersikap merendah tidak
hanya ketika yang bersangkutan masih berada di dalam situasi atau posisi
yang rendah, tetapi terlebih-lebih ketika ia sudah berada pada posisi yang
mapan. Moral Kristiani – dari Kristus – adalah: semakin naik, semakin
bersikap merendah, semakin tinggi, semakin berjiwa menunduk, semakin
naik ke posisi-posisi terhormat, semakin berjiwa pelayan dan hamba.
Yesus berpesan demikian: Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu,
hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka
di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya – Mark 10:43-44.
Ingat bahwa salah satu watak yang menutup pintu surga bagi
orang-orang yang merasa kaya adalah sikapnya yang tidak mau merendah.
Yesus menggunakan istilah: lebih mudah seekor unta masuk melalui lubang
jarum dari pada seorang yang merasa kaya masuk Surga - Mark. 10:25. Di
mata Yesus orang-orang yang merasa kaya kebanyakan berjiwa angkuh,
congkak, sombong, atau dengan istilah yang lebih popular – arogan!

2. Spiritualitas Menjadi Sesama


Reformasi politik dan ekonomi - demokrasi dan pasar bebas - serta
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, harus diresponi secara positif
bahwa hal-hal tersebut pada satu sisi memang dapat meningkatkan
kualitas hidup manusia. Akan tetapi kita juga perlu bersikap realistis
bahwa baik reformasi politik dan ekonomi, maupun kemajuan IPTEK telah
mencampakkan sebagian besar masyarakat ke dalam lubang kemelaratan
yang tak berujung.
Beberapa fakta dari asumsi tersebut di atas dapat disebutkan di
sini seperti: PHK yang terjadi secara massal mengorbankan nasib ribuan
buruh, penggusuran yang membabi buta terhadap para pedagang kaki
lima yang berusaha mencari sesuap nasi di pinggir-pinggir jalan, korban
massal dari perusahaan perusaan raksasa milik para cukong, sebutlah
misalnya Lapindo di Jatim yang telah menghancurkan ketentraman
ribuan keluarga, meluluhlantakkan harta warisan yang sudah dimiliki

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


Mimbar El-Asah 

oleh penduduk secara turun temurun, merampas pekerjaan ratusan


ribu buruh pabrik, dan klimaksnya mencampakkan ratusan ribu sesama
kita ke dalam kemelaratan yang tak berujung. Sebutlah juga salah satu
perusahaan raksasa dunia, Freeport di tanah Papua, di mana sebagian
besar dari masyarakat pemilik tanah Papua itu sendiri terus menerus
hidup bahkan beberapa tingkat di bawah garis kemiskinan; buta huruf,
pakaian dan tempat berteduh jauh dari layak, apalagi soal makanan,
sementara tanah warisan nenek moyang mereka mengalirkan emas, dolar,
rupiah, saham, dan telah memperkaya sejumlah besar manusia di dalam
dan luar negeri.
Pada tahun 1995, seorang tokoh agama asal Papua pernah
mengatakan dalam sebuah musyawarah pimpinan keagamaan: “Kalau
kami merdeka, dalam jangka dua tahun semua penduduk Papua sudah
memiliki handphone”. Namun realitasnya, mereka bukannya memiliki
HP tetapi justru kehilangan hak-hak yang paling azasi, kehilangan tanah,
kehilangan kesempatan, tidak punya tempat di instansi-instansi atau
kantor-kantor, dan mungkin semakin tergusur ke dalam hutan. Seorang
teman pendeta dari Papua pernah mangatakan: lebih makmur ketika
belum disebut Indonesia, karena sekolah gratis, pekerjaan tersedia, dan
fasilitas-fasilitas lainnya tersedia.
Kondisi Indonesia dan kondisi zaman ini – yang di dalamnya
terdapat jutaan orang terpuruk ke dalam penderitaan dan kemelaratan
- menuntut umat Kristiani untuk memiliki spiritualitas menjadi sesama
bagi mereka yang tak berdaya dalam kemelaratan, menjadi sesama
dengan mereka yang tertindas dan teraniaya, menjadi sesama dengan
yang lapar, tak berpakaian, dan kedinginan, menjadi sesama dengan
mereka yang tergusur dan dimarginalkan. Ada pesan indah dari Yesus:
kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Berdukacilah dengan orang
yang berdukacita, dan menangislah dengan mereka yang menangis.

3. Spritualitas Ketulusan
Materialisme telah menjadi spirit dunia sekarang ini. Akibatnya,
segala sesuatu dilihat dari segi untung dan rugi. Spirit materialisme telah
merusak ketulusan hati manusia sehingga kebanyakan orang hanya akan
melakukan sesuatu untuk mendapatkan imbalan.

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


10 Mimbar El-Asah

Spirit materialisme telah menciptakan sistem dan falsafah kerja


yang sangat materialistis. Ungkapan-ungkapan yang sungguh-sungguh
sangat materialistis sudah tidak tabu lagi, bahkan sudah menjadi prinsip-
prinsip hidup sebagian orang, misalnya: ada uang urusan lancar, kalau bisa
dipersulit kenapa dipermudah? Biaya resmi dan biaya tak resmi. Ungkapan-
ungkapan yang klasik: waktu adalah uang, uang adalah raja, uang bisa
mengatur segalanya, pun semakin menjadi kenyataan. Bahkan tidak jarang
ada yang menganggap rejeki jika ada anggota masyarakat tersangkut
masalah hukum.
Realitas materialisme di zaman ini menuntut umat Kristiani untuk
tetap menjunjung tinggi dan mengedepankan sikap tulus. Tulus dalam
hidup bermasyarakat, tulus dalam berpolitik, tulus dalam menjalankan
bisnis, berhati tulus dalam melaksanakan tugas-tugas yang berkenaan
dengan kepentingan sesama manusia, dan tulus dalam memenuhi
kewajiban-kewajiban terhadap negara.
Zaman materialisme ini pada satu sisi merupakan ujian terhadap
ketulusan hati umat Kristiani, tetapi pada sisi yang lain, merupakan suatu
tantangan dan dorongan untuk semakin menumbuhkan dan memperkuat
mentalitas Kristiani dengan cara melayani, memberi, mengabdi, menolong
sesama, bahkan berkorban tanpa mengharapkan imbalan apa-apa. Yesus
berpesan: hendaklah kamu tulus seperti merpati.

III. KONKLUSI
Apakah yang membedakan Yesus dari tokoh-tokoh agama yang
lain? Nilai-nilai hidup-Nya: rendah hati, menjadi sesama, dan tulus hati.
Dan nilai-nilai itulah yang membuat nilai-nilai moral dan iman Kristiani
berbeda dari yang lain. Yesus tentu berharap dapat melihat semua pengikut-
Nya bersedia untuk mengikuti pola hidup dan pelayanan Yesus-Nya. Dan
dunia sedang menanti untuk melihat Yesus dapat menampakkan diri-Nya
kembali melalui umat Kristiani.

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


Teologia 11

TEOLOGIA:

SOTERIOLOGI OLEH:
DR. S. TANDIASSA, M.A.

Bab IX
KONSEP ANUGERAH ALLAH

P
embicaraan mengenai karya penyelamatan Allah tidak dapat dipisah-
kan dari studi tentang anugerah Allah, karena keselamatan itu sendiri
mengalir dari hati yang yang melimpah dengan kasih karunia atau
anugerah yaitu dari hati Allah. Allah memberi keselamatan kepada manusia
sebagai sebuah anugerah, dan hukan sebagai suatu upah atas usaha dan
jerih payah manusia dalam mencari keselamatan. Atau dalam pengertian
lain, keselamatan bisa sampai kepada manusia bukan karena manusia
berhasil maraih hati Allah, dan bukan pula karena manusia telah melaku-
kan usaha dan kerja keras untuk menghasilkan keselamatan. Keselamatan
- dalam segala aspeknya - murni adalah anugerah, pemberian cuma-cuma,
pemberian tanpa usaha, atau pemberian yang tidak sepantasnya, bukan
imbalan atas jasa-jasa manusia.

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


12 Teologia

Rasul Paulus merasa sangat penting untuk menegaskan prinsip-


prinsip anugerah ini supaya jangan ada orang yang merasa bangga atas
karya-karya yang ia sudah lakukan di dalam Tuhan: Sebab karena kasih
karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian
Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri -
Efesus2:8-9.
Study teologis tentang konsep anugerah Allah sangat penting,
karena melalui studi tersebut kita dapat memahami betapa berharganya,
betapa mahalnya, dan betapa agungnya nilai keselamatan yang sudah
dianugerahkan Allah kepada kita melalui Yesus Kristus. Akan tetapi perlu
disadari terlebih dahulu bahwa sama seperti semua sifat-Nya yang tak
dapat diselami dan tak dapat dipahami secara keseluruhan, demikian
pula dengan sifat anugerah Allah. Penjelasan-penjelasan berikut ini
hanya merupakan sebagian kecil dari seluruh unsur, karakter, dimensi,
atau makna yang terkandung di dalam anugerah Allah, dan yang dapat
ditangkap oleh pengertian manusia, serta yang bisa diungkapkan dengan
atau melalui bahasa-bahasa manusia. Artinya, semua penjelasan di bawah
ini hanyalah penjelasan singkat, sederhana, terbatas, dan mungkin belum
mengungkapkan makna serta maksud yang sesungguhnya sebagaimana
yang dimaksudkan oleh Allah.

KONSEP PERJANJIAN LAMA


Di dalam Perjanjian Lama terdapat beberapa istilah atau kata yang
digunakan untuk mengungkapkan maksud anugerah Allah. Setiap kata
atau istilah memiliki beberapa makna secara spesifik:

1. Khen
Di dalam Perjanjian Lama terdapat banyak pernyataan tentang
anugerah atau kasih karunia. Kata khen – Ibr - diangkat dari akar khanan,
yang secara literal berarti: kebaikan, keindahan, kemurnian hati, atau
kemauan baik. Selain dari makna literal tersebut, anugerah atau kasih
karunia juga dapat dipahami dari sisi perbuatan-perbuatan Allah di
dalam hubungan-Nya dengan manusia. Pada umumnya kasih karunia
atau anugerah Allah dimanifestasikan melalui tindakan-tindakan yang
sifatnya menolong, memberkati, dan menyelamatkan.

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


Teologia 13

Sifat anugerah atau kasih karunia Allah dimanifestasikan melalui


tindakan penyelamatan keluarga Nuh dari bencana air bah: Nuh mendapat
kasih karunia - anugerah di mata Allah - Kejadian 6:8. Anugerah Allah
menyelamatkan Lot dari murka Allah atas Sodom:
Sungguhlah hambamu ini telah dikaruniai belas kasihan di hadapanmu,
dan tuanku telah berbuat kemurahan besar kepadaku dengan memelihara
hidupku, tetapi jika aku harus lari ke pegunungan, pastilah aku akan
tersusul oleh bencana itu, sehingga matilah aku – Kejadian 19:19.

Di dalam pengertian teknis, kata khen diartikan sebagai:


a. Suatu tindakan kebaikan hati dari Oknum yang superior - atau yang
lebih tinggi – kepada yang inferior – atau yang lebih rendah. Ada
yang mengartikannya sebagai: membungkuk dan merendahkan diri untuk
memberi perhatian atau memberi atau menyatakan kasih.
b. Anugerah adalah suatu pemberian cuma-cuma dari yang Superior
– Allah - kepada yang inferior –manusia - suatu pemberian yang
tidak diduga-duga dan juga tidak menuntut kelayakan penerima,
atau pemberian yang tidak pantas. Anugerah diberi secara cuma-
cuma karena yang inferior tidak memiliki kriteria pantas untuk
menerima dan tidak memiliki kemampuan dari dirinya sendiri untuk
mendapatkannya. Atau dengan pengertian yang lebih sederhana,
anugerah adalah pemberian tanpa syarat karena jika Allah menetapkan
sebuah syarat, maka tidak ada satu pun dari yang inferior – manusia
- yang memenuhi syarat, dan itu berarti tidak seorang pun yang bisa
mendapatkan anugerah Allah.
Pada umumnya kata khen hanya digunakan untuk mengacu
pada perbuatan Allah kepada manusia, karena hanya Allah yang bisa
menunujukkan sikap dan tindakan khen, dan tidak seorangpun yang
bisa melakukan khen kepada Allah. Dengan pengertian lain, hanya Allah
yang mampu memberi pemberian yang bersifat anugerah, yaitu memberi
dengan cara merendahkan diri, dan di dalam memberi itu Allah tidak
menuntut kelayakan penerima.

2. Khesed
Kata ini mengandung makna: kesetiaan yang teguh, atau kesetiaan.
Khesed sering juga diterjemahkan sebagai: kemurahan, kebaikan hati, atau

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


14 Teologia

kebajikan. Berbeda dari kata khen, kata khesed bisa digunakan dari Allah
kepada manusia, dan dari manusia kepada Allah. Jika dari Allah kepada
manusia, khesed berarti anugerah, sedang jika dari manusia kepada
Allah, atau antar manusia, khesed berarti kasih yang teguh. Khesed sering
dihubungkan dengan kata ‘covenant’ atau perjanjian, yang mengacu
kepada sikap kesetiaan di antara dua pihak untuk melaksanakan
perjanjian.

KONSEP PERJANJIAN BARU


Anugerah, di dalam Perjanjian Baru’ memakai kata kharis, dan
terdapat kira-kira 155 kali di dalam seluruh kitab Perjanjian Baru. Kata
ini merupakan terjemahan yang paling tepat dari istilah khen di Perjanjian
Lama. Secara literal kata kharis berarti: mendatangkan kepuasan dan menjamin
suka cita.
Sebagian besar penggunaan kata kharis menunjuk kepada pekerjaan
Allah, yang dikerjakan oleh Roh Kudus, dan tidak membutuhkan jasa
manusia. Dalam kaitannya dengan keselamatan, konsep anugerah Allah
di dalam Perjanjian Baru dapat dijelaskan demikian.
a. Kharis adalah penyataan kasih Allah tanpa disebabkan oleh kebaikan
manusia: Setelah Barnabas datang dan melihat kasih karunia Allah,
bersukacitalah ia. Ia menasihati mereka, supaya mereka semua tetap
setia kepada Tuhan – Kisah Para Rasul 11:23;
b. Kharis mengacu kepada perbuatan baik atau simpati: Dan Yesus
makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya,
dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia – Lukas 2:52 – Kisah Para
Rasul 7:10,46; 11:23.
c. Secara spesifik, kharis adalah pemberian cuma-cuma dari Allah, yaitu
pengorbanan Yesus, yang kemudian diterima dengan cuma-cuma
pula: Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena
Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa – Roma 5:8; 2
Korintus 8:9; Efesus 2:8.
Berangkat dari penjelasan-penjelasan tersebut di atas, kita dapat
membuat kesimpulan bahwa anugerah Allah adalah suatu tindakan
yang didorong oleh cinta kasih-Nya untuk menyelamatkan orang-orang

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


Teologia 15

berdosa. Yang Superior – Allah - membungkuk, merendahkan diri-Nya


kepada yang inferior – manusia – dengan cara turun ke dalam dunia
melalui Yesus Kristus. Selanjutnya, Allah menyatakan anugerah-Nya
dengan cara mengaruniakan keselamatan kepada manusia melalui suatu
pengorbanan yang mahal, yaitu kematian Yesus di kayu salib. Semua
perbuatan dan tindakan Allah tersebut bersifat anugerah, karena Ia
memberi dengan cuma-cuma, tanpa melihat kelayakan dan jasa manusia,
atau tanpa syarat.

KONSEP KONTEMPORER
Teologia kontemporer mendefinisikan anugerah Allah sebagai
kesempurnaan Allah berkenaan dengan cara Allah menyatakan kebaikan
dan kasih-Nya, tanpa harus menuntut jasa-jasa manusia. Menurut para
teolog kontemporer, anugerah Allah dinyatakan melalui berbagai macam
karunia, kemampuan, dan pekerjaan manusia.
Studi teologis tentang sifat dan peran anugerah Allah semakin hari
semakin kritis dan teliti. Hasil dari studi tersebut adalah bahwa para teolog
kontemporer membedakan dua sifat atau dua jenis di dalam anugerah
Allah yaitu: anugerah yang bersifat communis dan anugerah yang bersifat
partikular, atau yang sering disebut dengan istilah: anugerah umum dan
anugerah khusus.

1. Gratia Communis
Istilah Communis mau menekankan kenyataan bahwa anugerah
Allah bersifat komunal atau umum. Gratia communis atau anugerah umu
adalah kualitas sifat-sifat yang secara universal dimiliki oleh semua
manusia, semua makhluk, dan termasuk semua orang yang hidup
di bawah Injil. Kaum Palagian menyatakan bahwa orang-orang kafir
mendapat anugerah karena mereka mampu memperlihatkan kebaikan-
kebaikan moral seperti: dapat berbelas kasihan, memerhatikan orang lain,
memiliki sifat-sifat sabar dan setia, dapat membedakan yang jahat dari
yang baik, atau memisahkan yang salah dari yang benar.
Teologia Roma Katolik mengartikan Gratia Communis sebagai
kebaikan-kebaikan moral berupa: rendah hati, taat, kelemah lembutan,

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


16 Teologia

kebebasan, kesabaran, kerajinan dalam melakukan hal-hal yang baik.


Marten Luther membedakan dua ruang lingkup yaitu: ruang lingkup
duniawi yang lebih rendah dan ruang lingkup spiritual yang lebih tinggi.
Di dalam ruang lingkup yang lebih rendah, terdapat manusia yang telah
jatuh ke dalam dosa, akan tetapi di dalam naturnya, manusia masih
mampu berbuat banyak kebaikan yang pantas untuk dipuji di dalam
ruang lingkup duniawi. Artinya, mereka yang berada di dalam ruang
lingkup duniawi rendah, atau yang telah jatuh ke dalam dosa pun masih
mendapatkan anugerah Allah.
Johanes Calvin menjelaskan bahwa anugerah umum diberikan
kepada setiap orang secara komunal, tetapi anugerah umum tidak
mengandung kuasa untuk mengampuni atau menyucikan natur manusia.
Oleh karena tidak mengandung kuasa pengampunan maka anugerah
umum juga tidak menghasilkan atau membawa keselamatan. Menurut
Calvin, melalui anugerah umum Allah memberikan berbagai macam
kemampuan dan keahlian, serta bakat kepada manusia, memungkinkan
terjadinya kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni. Melalui sarana-sarana tersebut Allah mencurahkan berkat-berkat
yang tidak ternilai bagi kesejahteraan umat manusia.
Selanjutnya, Gratia Communis dimanifestasikan Allah dalam
bentuk berkat-berkat alamiah yang dicurahkan kepada manusia secara
umum pada masa hidup mereka di bumi ini, walaupun manusia itu hidup
di bawah hukuman maut atau dosa. Berkat-berkat alami ini merupakan
pernyataan dari kebaikan dan kasih karunia Allah kepada orang-orang
berdosa. Atas dasar itulah, Tuhan menunutu orang-orang percaya untuk
mengasihi orang-orang yang jahat sekalipun:
Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi
mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu
menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari
bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi
orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi
orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai
juga berbuat demikian – Matius 5: 44-46.

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


Teologia 17

Gratia Communis sering juga disebut sebagai anugerah biasa,


karena mencakup seluruh umat manusia dan tidak mengandung akibat
menyelamatkan dari dosa. Selanjutnya, para teolog kontemporer melihat
dan menjelaskan penerapan serta manifestasi yang bersifat umum dari
gratia communis demikian:
a. Memberi Kesadaran Umum akan Dosa
Di dalam dan melalui anugerah umum Roh Kudus bekerja dengan
kesadaran cara menumbuhkan kesadaran umum di dalam manusia untuk
membedakan apa yang baik dan yang jahat, kesadaran untuk mengenal
apa yang disebut dosa, kebenaran, dan penghakiman:
Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran
dan penghakiman; akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-
Ku; akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat
Aku lagi; akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum
– Yohanes 16:8-11

b. Mencegah Kejahatan
Terdapat kenyataan-kenyataan umum di dalam banyak aspek, yang
menunjukkan Allah mencegah atau paling tidak mengontrol pengaruh-
pengaruh dan perkembangan daya dosa yang dapat merusak di dalam
dunia. Allah menjaga dan memelihara proses perkembangan alami umat
manusia. Dengan cara demikian Allah memperkaya kehidupan umat
manusia secara alami. Anugerah umum mencegah kekuatan dan usaha-
usaha yang menghancurkan dari dosa di alam semesta, sehingg masih
memungkinkan adanya hidup yang teratur. Argumentasi mengenai
pencegahan kejahatan sebagai sifat Gratia Communis bertolak dari
pernyataan-pernyataan Alkitab yaitu:
1. Allah mencegah kejahatan melalui Roh Kudus:
Berfirmanlah TUHAN: “Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam
manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh
tahun saja – Kejadian 6:3. Kata berbantah mengandung arti menahan atau
mencegah. Si pendurhaka belum dapat dan tidak bebas menyatakan
diri karena masih ada sesuatu yang mencegahnya:

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


18 Iklan

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


Iklan 19

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


20 Iklan

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


Iklan 21

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


22 Iklan

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


Iklan 23

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


24 Teologia

Karena secara rahasia kedurhakaan telah mulai bekerja, tetapi sekarang


masih ada yang menahan. Kalau yang menahannya itu telah disingkirkan,
pada waktu itulah si pendurhaka baru akan menyatakan dirinya, tetapi
Tuhan Yesus akan membunuhnya dengan nafas mulut-Nya dan akan
memusnahkannya, kalau Ia datang kembali – 2 Tesalonika 2:2-8.
2. Allah mencegah secara langsung rancangan dan tindakan-tindakan
kejahatan manusia terhadap sesamanya:
Tetapi ayahmu telah berlaku curang kepadaku dan telah sepuluh kali
meng-ubah upahku, tetapi Allah tidak membiarkan dia berbuat jahat
kepadaku – Kejadian 31:7.
3. Allah mencegah dosa dan kejahatan melalui utusan-utusan-Nya,
yaitu para nabi yang menyampaikan peringatan-peringatan kepada
umat manusia:
Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatan-mu yang
jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat
baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak
anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda! Marilah, baiklah
kita berperkara! --firman TUHAN--Sekalipun dosamu merah seperti
kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah
seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba. Jika kamu
menurut dan mau mendengar, maka kamu akan memakan hasil baik dari
negeri itu. Tetapi jika kamu melawan dan memberontak, maka kamu akan
dimakan oleh pedang.” Sungguh, TUHAN yang mengucapkannya –
Yesaya 1:16-20
4. Allah mencegah kejahatan melalui isnstitusi pemerintahan
sekuler.
Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab
tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-
pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. Sebab itu barangsiapa
melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang
melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab
jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah,
hanya jika ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap
pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


Leadership 25

dari padanya. Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu.


Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma
pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah
untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat –
Roma 13:1-4
Semua perangkat yang ada di dalam lembaga pemerintahan antara
lain: undang-undang, peraturan-peraturan, dan lembaga-lembaga hukum,
merupakan sarana yang gunakan Allah untuk mencegah dan mengontrol
tindakan-tindakan kejahatan yang dapat menghancurkan orang lain:
Akhirnya, teologia kontemporer mngungkapkan bahwa pekerjaan
Roh Kudus secara umum adalah memberikan pengaruh dan kekuatan
moral baik melalui wahyu umum mau pun melalui wahyu khusus
sehingga manusia dapat melawan kejahatan, dapat mempertahankan
struktur kehidupan sosial sesuai dengan norma-norma moral, dan mampu
memperjuangkan atau mengusahakan kebenaran-kebenaran sipil demi
ketentraman umat manusia.

c. Pemeliharaan Allah
Gratia Communis adalah pemeliharaan Allah secara Umum. Di
dalam konteks pengertian ini berkat-berkat alami harus dipahami sebagai
manifestasi dari anugerah Allah kepada manusia secara menyeluruh.
Pemeliharaan secara umum dinyatakan Allah dalam bentuk hujan dan
matahari, makanan dan minuman, pakaian dan tempat tinggal. Berkat-
berkat ini diberikan kepada semua manusia tanpa terkecuali. Beberapa
ayat Alkitab yang sebagai dasar pemahaman ini:
1. Allah menyediakan semua kebutuhan material bagi semua ciptaan-
Nya melalui alam, tanpa membedakan orang benar dan orang yang
tidak benar:
Dalam zaman yang lampau Allah membiarkan semua bangsa menuruti
jalannya masing-masing, namun Ia bukan tidak menyatakan diri-Nya
dengan berbagai-bagai kebajikan, yaitu dengan menurunkan hujan
dari langit dan dengan memberikan musim-musim subur bagi kamu. Ia
memuaskan hatimu dengan makanan dan kegembiraan.” - Kisah Para
Rasul 14:16-17; Matius 5:45.

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


26 Leadership

2. Allah bersikap baik bagi semua manusia atas dasar kenyataan bahwa
semua manusia – yang baik dan yang jahat - adalah ciptaan Allah:
Peringatan kepada besarnya kebajikan-Mu akan dimasyhurkan mereka,
dan tentang keadilan-Mu mereka akan bersorak-sorai. TUHAN itu pengasih
dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. TUHAN itu baik
kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-
Nya – Mazmur 145:7-9

2. Gratia Partikular
Sifat kedua di dalam anugerah disebut Gratia Partikular atau
anugerah khusus. Disebut partikular atau khusus karena jangkauan
anugerah ini bersifat khusus dan terbatas. Gratia particular diperuntukkan
hanya bagi orang-orang pilihan sehingga ruang lingkup operasional-nya
pun terbatas pada orang-orang yang sudah dipilih dan ditentukan. Gratia
partikular dapat dijelaskan sebagai pekerjaan Roh Kudus yang secara
efektif menggerakkan orang-orang yang telah dipilih dan ditentukan
untuk datatng bertobat dan percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat.
Teologia Katolik melihat Gratia particular sebagai anugerah penyu-
cian yang diberikan Allah kepada manusia, yang menghasilkan kebaikan-
kebaikan moral berupa iman, pengharapan, kesabaran, kebaikan, dan
kelembutan. Oleh Marten Luther kebaikan ini disebut sebagai kebaikan
spiritual yang lebih tinggi.
Makna gratia particular ini dapat ditemukan di berbagai tempat
di dalam Alkitab. Melalui doa Tuhan Yesus terungkap bahwa Ia berdoa
hanya untuk orang-orang tertentu: Aku berdoa untuk mereka. Bukan
untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan
kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu – Yohanes 17:9.
Rasul Paulus menjelaskan bahwa adalah anugerah khusus yang
berkarya melalui Roh Kudus di dalam diri seseorang, sehingga yang
bersangkutan mau dan dapat mengambil keputusan secara sukarela
untuk bertobat dan menerima Yesus. Artinya, panggilan Allah untuk
bertobat dan menerima anugerah keselamatan hanya ditujukan kepada
orang-orang tertentu, dan tidak kepada semua orang:

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


Leadership 27

Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-
Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya,
supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.
Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-
Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya.
Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya
– Roma 8:29-30.
Rasul Petrus menggambarkan cara kerja gratia partikular dengan
mengatakan bahwa mereka yang menerima anugerah ini dipisahkan dari
manusia secara umum:
Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang
kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan
perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu
keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu
bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang
dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan
– 1 Petrus 2:9-10.
Pola kerja anugerah khusus adalah menarik atau mendorong. Hal
ini ditegaskan oleh Yesus dengan mengatakan bahwa tidak ada seorang
pun yang bisa membuat keputusan dari dirinya sendiri untuk bertobat
dan percaya, tanpa karya Allah melalui Roh Kudus-Nya dengan cara
menarik orang datang pada Yesus: Tidak ada seorangpun yang dapat datang
kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan
Kubangkitkan pada akhir zaman - Yohanes 6:44.
Ketika Allah hendak memanggil orang yang telah ditentukan dan
dipilih sebelumnya, Allah mengirim Roh Kudus-Nya untuk memproses
orang bersangkutan sampai ia membuat keputusan secara sukarela untuk
percaya dan menerima Yesus. Roh Kudus itulah yang menghantar setiap
orang tahap demi tahap sampai pada titik pertobatan dan iman kepada
Yesus.
Gratia partikular - juga disebut gratia eficasius – yang berarti anugerah
yang efektif. Disebut eficasius atau efektif, karena ketika Allah menerapkan
anugerah ini kepada seseorang, pasti efektif atau berhasil. Ada beberapa
prinsip operasional di dalam Gratia partikular:

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


28 Leadership

a. Terbatas
Gratia partikular tidak ditujukan kepada semua orang, dalam arti
manusia secara universal, tetapi terbatas hanya untuk orang-orang yang
terpilih:
Sebab Ia berfirman kepada Musa: “Aku akan menaruh belas kasihan
kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah
hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.” Jadi hal itu tidak tergantung
pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati
Allah – Roma 9:15-16.
Sudah barang tentu bahwa yang dimaksud dengan ungkapan
‘kepada siapa Aku mau’ adalah mereka yang memang telah dipilih dan
ditetapkan oleh Allah sebelumnya untuk menerima anugerah-Nya.

b. Tidak Dapat Ditolak


Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa istilah lain untuk gratia
partikular adalah gratia eficasius, yang artinya anugerah yang efektif.
Dengan makna efektif atau eficasius sudah jelas bahwa bila Allah menerap­
kan anugerah ini pasti efektif, atau tidak dapat ditolak oleh siapapun.
Orang-orang yang memang sudah ditetapkan dan dipilih sebelumnya, ti-
dak dapat menolak jika sudah tiba saatnya Allah mau memanggil mereka.
Kenyataan ini diungkapkan oleh Rasul Paulus bahwa ia dulu anti kepada
nama Yesus dan kepada jemaat Kristus, tetapi ketika Tuhan menjamahnya
dengan anugerah partikular, ia tidak dapat menolak:
Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus,
Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan
pelayanan ini kepadaku-- aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang
penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena
semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman. Malah
kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku
dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus – 1 Timotius 1:12-14.
Roh kudus akan berkarya sedemikian rupa di dalam hidup mereka
sehingga sikap menolak dan tidak percaya akan diubah menjadi menerima
dan percaya. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa anugerah partikular
melanggar kehendak bebas manusia, dan juga tidak berarti bahwa Allah

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


Leadership 29

membuat manusia tidak bebas untuk memilih sesuai dengan kehendak


hatinya, sehingga manusia dibuat seperti robot yang dikendalikan.
Anugerah partikular ini bergerak atau berkarya di dalam hati dan kehendak
seseorang, sehingga dari kehendaknya sendiri dan di dalam suasana bebas
orang yang bersangkutan, akan bertobat, percaya, dan menerima Yesus
sebagai Juru selamatnya, serta mau taat sepenuhnya kepada kehendak
Allah. Perotabatan masal pada hari pentakosta merupakan salah satu
contoh bagaimana anugerah yang efektif – tidak dapat ditolak – berkerja
sama di dalam hati manusia, sehingga mereka percaya dan menerima
Yesus secara sukarela, atau dari kehendak bebas mereka.
Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka
bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: “Apakah yang harus
kami perbuat, saudara-saudara?” Dan dengan banyak perkataan lain lagi
ia memberi suatu kesaksian yang sungguh-sungguh dan ia mengecam dan
menasihati mereka, katanya: “Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan
yang jahat ini.” Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri
dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa
– Kisah Para Rasul 2:37, 40-41.

c. Menarik
Anugerah khusus bekerja dengan cara yang kreatif di dalam diri
seseorang, yaitu memperbarui seluruh natur manusia, dan menjadikan
seseorang tertarik untuk menerima tawaran keselamatan di dalam Tuhan
Yesus. Anugerah khusus mempunyai daya pesona, daya tarik, dan daya
pikat yang demikian kuat sehingga membuat setiap orang yang tadinya
bersikap apriori, defensif, dan kontradiktif, menjadi tertarik, dan pada
gilirannya yang bersangkutan akan datang kepada Tuhan.
Pertumbuhan sensasional jumlah orang-orang yang percaya pada
masa gereja pertama merupakan fakta dari cara kerja anugerah partikular
yang bersifat menarik, atau memiliki daya tarik yang luar biasa:
Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari
dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara
bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati,
sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


30 Leadership

hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan


– Kisah 2:46-47.
Yesus menggunakan istilah ‘ditarik oleh Bapa-Ku. Tidak ada
seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh
Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.
Yoh. 6:44.

d. Mengubah
Gratia eficasius mengandung kuasa yang mampu mengubah
seseorang. Dari namanya – eficasius atau efektif – sudah dapat dipahami
bahwa anugerah ini mengandung daya yang membuat-nya efektif atau
berhasil. Pertama-tama gratia eficasius mengubah sikap hati seseorang
terhadap Allah, yaitu dari sikap apriori menjadi simpati, dari menolak
menjadi menerima, dan dari sikap melawan menjadi mengasihi. Rasul
Paulus menyaksikan bahwa kuasa anugerah eficasius telah mengubah
seluruh jalan dan pandangan hidupnya, dari seorang penganiaya menjadi
orang pelayan:
Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus,
Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan
pelayanan ini kepadaku- aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang
penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena
semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman. Malah
kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku
dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus – 2 Timotius 1:12-14.
Selanjutnya, gratia eficasius mengubah posisi orang-orang beriman
di dalam pemandangan Allah yaitu dari orang berdosa menjadi orang
benar, dari hamba dosa menjadi menjadi anak dan ahli waris Allah, seperti
yang diungkapkan oleh Paulus: Karena semua orang telah berbuat dosa dan
telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan
cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus – Roma 3:23-24.
Anugerah partikular berkarya secara berkesinambungan. Setelah
mengubah dan membawa orang-orang berdosa datang kepada Yesus,
selanjutnya dengan kuasa supranatural Roh Kudus, gratia eficasius

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


Leadership 31

melakukan proses santifikasi atau pengudusan di dalam hidup orang-


orang beriman:
Dari Petrus, rasul Yesus Kristus, kepada orang-orang pendatang, yang
tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia, yaitu orang-
orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang
dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima
percikan darah-Nya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin
melimpah atas kamu – 1 Petrus 1:1-2.

e. Individual
Anugerah partikular diaplikasikan kepada setiap orang secara
individual. Maksudnya, Allah memberikan gratia partikular – dalam hal
ini adalah keselamatan - kepada setiap orang di dalam posisinya sebagai
individu, terlepas dari kaitannya dengan keturunan, lingkungan atau pun
agama. Nuh bukanlah seorang yang tanpa salah dan dosa. Disebutkan
bahwa ketika itu, semua manusia sudah rusak, baik lahir mau pun batin.
Nuh lahir dari keluarga yang merupakan bagian dari masyarakat yang telah
rusak itu. Hal itu berarti bahwa Nuh bukanlah seseorang yang tanpa salah
dan dosa, atau tanpa kekurangan dan cacat di mata Tuhan. Akan tetapi
ketika Allah hendak membinasakan bumi dan manusia, Allah melihat
Nuh sebagai individu yang mandiri, lalu Allah memberi anugerah-Nya:
Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN – Kejadian 6:8. Artinya,
Allah tidak melihat apakah latar belakang dan lingkungan Nuh itu baik
atau tidak baik. Allah melihat dan member anugerah kepada Nuh tanpa
mengait-ngaitkannya dengan orang tua, atau lingkungan masyarakat.
Rasul Paulus menyaksikan bahwa ia dipilih dan diselamatkan
bukan sebagai anak dari sebuah keluarga – faktor keturunan, dan bukan
sebagai orang Yahudi – faktor lingkungan dan agama, tetapi sebagai ‘aku’
– secara individual:
Dan di dalam agama Yahudi aku jauh lebih maju dari banyak teman yang
sebaya dengan aku di antara bangsaku, sebagai orang yang sangat rajin
memelihara adat istiadat nenek moyangku. Tetapi waktu Ia, yang telah
memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karunia-
Nya – Galatia 1:14-15.

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


32 Leadership

Selanjutnya, Paulus memberi contoh bagaimana gratia particklar


diaplikan secara individual dengan menunjuk Yakub. Disebutkan bahwa
Yakub mendapat anugerah dari Allah bukan karena posisinya sebagai
anak Ishak dan Ribka, tetapi di dalam posisinya sebagai individu – yaitu
sebagai seorang anak:
Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang
baik atau yang jahat, --supaya rencana Allah tentang pemilihan-Nya
diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilan-
Nya-- dikatakan kepada Ribka: “Anak yang tua akan menjadi hamba anak
yang muda,” seperti ada tertulis: “Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci
Esau.” - Roma 9:11-13.
Dengan pengertian lain, anugerah partikular bekerja di dalam diri
seseorang secara pribadi dan tidak dengan cara mengalir melalui garis
keturunan, juga tidak mengalir melalui sarana agama.

f. Kekal
Keputusan-keputusan Allah di dalam gratia partikular telah
dilakukan pada masa kekekalan lampau, sebelum dunia dijadikan, akan
tetapi aplikasinya kepada manusia baru dinyatakan pada masa sekarang
ini; Ef. 1:4-14; Kol 1:26. Sifat kekekalan di dalam keputusan Allah ini tentu
saja tidak hanya mengacu kepada kekekalan masa lampau, akan tetapi
juga mengacu kepada masa kekekalan yang akan datang. Artinya, apa
yang diputuskan Allah pada masa lampau terus berlaku untuk masa
yang akan datang dan bersifat kekal. Meskipun dalam perjalanan waktu,
ada kenyataan bahwa orang-orang yang diberi anugerah khusus sering
bermasalah – jatuh bangun di dalam iman – akan tetapi Allah tidak pernah
merevisi, atau meninjau kembali keputusan dan ketetapan anugerah-Nya,
sebab Allah tidak pernah menyesal akan kasih karunia-Nya; Roma 11: 29.
Konsep-konsep atau pun interpretasi-interpretasi mengenai
anugerah Allah masih bisa ditemukan lebih banyak lagi, dan akan terus
berkembang dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan ilmu
teologia. Akan tetapi yang perlu mendapat perhatian kita secara khusus
adalah; bahwa di sepanjang sejarah karya penyelamatan Allah, keselamatan
selalu bersumber dari sifat anugerah Allah, diberikan sebagai anugerah,

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


Leadership 33

dan diterima berdasarkan iman. Ef. 2:8. Ini adalah doktrin keselamatan
yang paling prinsip dalam Alkitab.
Jika demikian halnya, maka doktrin atau teologia keselamatan yang
berusaha mengabaikan prinsip-prinsip anugerah Allah, dan menonjolkan
usaha-usaha dan jasa-jasa manusia, layak dikategorikan sebagai doktrin
yang tidak bersumber dari Alkitab, atau tegasnya, bukan teologia
Alkitab. Sebab baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, sama-sama
menegaskan bahwa keselamatan adalah kasih karunia, atau anugerah
Allah.
(Bersambung ke edisi mendatang)

Kala lonceng gereja berdentang...


Ku teringat Natal telah tiba...
Pohon Natal semakin cantik...
Kerlip lampu menambah semakin menarik...

Namun orang sering melupakan...


Makna Natal di dalam hatinya...
Pohon Natal semakin samar...
Natal dianggap hanya sebentar...

Natal dihatiku, akan tetap abadi...


Walau hari t’lah berlalu...
Natal tetap dihatiku...

Ini sebuah lagu sederhana yang diciptakan oleh paman dan ayah saya.
Waktu kecil saya menyanyikan lagu ini pas hari Natal di rumah salah satu
jemaat gereja saya. Saat saya menyanyikan lagu ini saya tidak mempedu-
likan makna dari lagu ini, secara, saya masih kelas 2 SD. Tapi sekarang
ketika saya mulai membuka catatan lagu ini, saya dapat memahami makna
lagu ini yang mengajak kita supaya kita tetap mengabadikan Natal di dalam
hati kita. Natal, di mana Yesus mau hadir ke dunia untuk menyelamatkan
kita. Dia adalah hadiah terindah bagi kita, bersyukurlah!! (Tatty, dari
Tatty’s clog)

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


34 Tips Bahan Khotbah untuk Gembala

Sejarah Natal
PENDAHULUAN

K
ata Christmas (Hari Natal) berasal dari kata Cristes maesse, frase
dalam bahasa Inggris yang berarti Mass of Christ (Misa Kristus).
Kadang-kadang kata Christmas disingkat menjadi Natal. Tradisi ini
diawali oleh Gereja Kristen terdahulu. Dalam bahasa Yunani, X adalah kata
pertama dalam nama Kristus (Yesus). Huruf ini sering digunakan sebagai
simbol suci. Tidak ada yang tahu tanggal berapa tepatnya hari lahir Kristus,
namun kebanyakan orang Kristen memperingati Hari Natal pada tanggal
25 Desember. Pada hari itu, banyak yang pergi ke gereja untuk mengikuti
perayaan keagamaan khusus. Selama masa Natal, mereka bertukar kado
dan menghiasi rumah mereka dengan daun holly, mistletoe, dan pohon
Natal.

SEJARAH DAN PERAYAAN NATAL DI MASA LALU


Kisah Natal berasal dari Injil
Lukas dan Matius dalam Perjanjian Baru.
Menurut Lukas, seorang malaikat datang
menampakkan diri kepada para gembala
di luar kota Betlehem dan mengabari
mereka tentang lahirnya Yesus. Matius
juga menceritakan bagaimana orang-orang
bijak, yang disebut para majus, mengikuti
bintang terang yang menunjukkan kepada
mereka di mana Yesus berada. Catatan
pertama peringatan hari Natal adalah
tahun 336 Sesudah Masehi pada kalender
Romawi Kuno, yaitu pada tanggal 25
Desember.

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


Tips Bahan Khotbah untuk Gembala 35

Perayaan ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh perayaan orang


kafir (bukan Kristen) pada saat itu. Karena selama 4 abad Sesudah Masehi
dunia masi dikuasai oleh Kekaisaran Romawi yang politeisme (percaya
kepada banyak dewa). Dak juga belum berkembang pesat bahkan mereka
selalu ditindas. Tetapi setelah Konstantin naik tahta dan kemudian
memeluk agama Kristen pada abad ke 4 M dan menempatkan agama
Kristen sejajar dengan agama mereka sebelumnya, kekristenan berkemang
pesat. Orang-orang yang sebelumnya memeluk agama Politeisme
biasanya merayakan hari kelahiran dewa-dewa mereka dengan meriah
dan penuh kegembiraan. Oleh karena itu mereka tidak ingin kehilangan
hari kegembiraan semacam ini, meskipun mereka sudah memeluk agama
Kristen mereka mengambil satu hari perayaan mereka, Sun Day (hari
kelahiran dewa Matahari) sebagai hari Son of God (Anak Allah – Yesus)
yang jatuh pada tgl 25 Desember sebagai hari Natal. Sebagai bagian dari
perayaan tersebut, masyarakat menyiapkan makanan khusus, menghiasi
rumah mereka dengan daun-daunan hijau, menyanyi bersama dan tukar-
menukar hadiah. Kebiasaan-kebiasaan itu lama-kelamaan menjadi bagian
dari perayaan Natal.
Di tahun 1100, Natal telah menjadi perayaan keagamaan terpenting
di Eropa, di banyak negara-negara di Eropa dengan Santo Nikolas sebagai
lambang usaha untuk saling memberi. Hari Natal semakin tenar hingga
masa Reformasi, suatu gerakan keagamaan di tahun 1500-an . Gerakan
ini melahirkan agama Protestan. Pada masa Reformasi, banyak orang
Kristen yang mulai menyebut Hari Natal sebagai hari raya kafir karena
mengikutsertakan kebiasaan tanpa dasar keagamaan yang sah. Pada
tahun 1600-an, karena adanya perasaan tidak enak itu, Natal dilarang di
Inggris dan banyak koloni Inggris di Amerika. Namun, masyarakat tetap
meneruskan kebiasaan tukar-menukar kado dan tak lama kemudian
kembali kepada kebiasaan semula. Pada tahun 1800-an, ada dua kebiasaan
baru yang dilakukan pada hari Natal, yaitu menghias pohon Natal dan
mengirimkan kartu kepada sanak saudara dan teman-teman. Di Amerika
Serikat, Santa Claus (Sinter Klaas) menggantikan Santo Nikolas sebagai
lambang usaha untuk saling memberi. Sejak tahun 1900-an, perayaan
Natal menjadi semakin penting untuk berbagai bisnis.

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


36 Tips Bahan Khotbah untuk Gembala

PERAYAAN KEAGAMAAN
Bagi kebanyakan orang Kristen, masa Natal mulai pada hari Minggu
yang paling dekat dengan tanggal 30 November. Hari ini adalah hari raya
Santo Andreas, salah satu dari keduabelas rasul Kristus. Hari Minggu
tersebut disebut hari pertama masa Adven, yaitu masa 4 minggu saat umat
Kristiani mempersiapkan perayaan Natal. Kata adven berarti datang, dan
mengacu pada kedatangan Yesus pada hari Natal. Untuk merayakan masa
Adven, empat buah lilin, masing-masing melambangkan hari Minggu
dalam masa Adven, diletakkan dalam suatu lingkaran daun-daunan. Pada
hari Minggu pertama, keluarga menyalakan satu lilin dan bersatu dalam
doa. Mereka mengulangi kegiatan ini setiap hari Minggu dalam masa
Adven, dengan menambahkan satu lilin lagi setiap kalinya. Sebuah lilin
merah besar yang melambangkan Yesus, ditambahkan pada lingkaran
daun-daunan itu pada Hari Natal. Untuk
kebanyakan umat Kristiani, masa Adven
memuncak pada Misa tengah malam atau
peringatan keagamaan lain pada malam
sebelum Natal (Malam Natal), tanggal 24
Desember. Gereja-gereja dihiasi dengan
lilin, lampu, dan daun-daunan hijau dan
bunga pointsettia. Kebanyakan gereja
juga mengadakan perayaan pada hari
Natal. Masa Natal berakhir pada hari
Epifani, tanggal 6 Januari. Untuk gereja
Kristen Barat, Epifani adalah datangnya
para majus di hadirat bayi Yesus. Menurut
umat Kristen Timur, hari tersebut adalah
perayaan pembaptisan Kristus. Epifani
jatuh 12 hari setelah hari Natal.

TRADISI PERAYAAN NATAL DI AMERIKA:


1. Tukar Menukar Kado
Kebiasaan untuk tukar menukar kado pada sanak-saudara dan
teman-teman pada hari khusus di musim dingin kemungkinan bermula di
Romawi Kuno dan Eropa Utara. Di daerah-daerah tersebut, orang-orang

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


Tips Bahan Khotbah untuk Gembala 37

memberikan hadiah pada satu sama lain sebagai bagian dari perayaan
akhir tahun. Pada tahun 1100, di banyak negara-negara Eropa, Santo
Nikolas menjadi lambang usaha saling memberi. Menurut legenda, Santo
Nikolas membawakan hadiah-hadiah untuk anak-anak pada malam
sebelum perayaannya, tanggal 6 Desember. Tokoh-tokoh yang bukan
keagamaan menggantikan Santo Nikolas di berbagai negara tak lama
setelah reformasi, dan tanggal 25 Desember menjadi hari untuk tukar-
menukar kado. Kini di Amerika Serikat, Santa Claus membawakan hadiah
untuk anak-anak.

2. MALAM NATAL 24 Desember, Hari libur keagamaan dan


sekuler
Karena pada dasarnya malam Natal adalah hari raya keagamaan,
hari tersebut tidak dianggap sebagai hari libur resmi. Gereja-gereja
mengadakan perayaan pada malam itu. Orang-orang memperhatikan gua
Natal (replika dari kandang domba tempat Yesus lahir, dengan patung-
patung Yesus, Maria, Yosef, gembala-gembala dan hewan-hewan) sambil
menyanyikan lagu-lagu Natal. Orang-orang dewasa minum eggnog,
semacam susu telur madu, yaitu campuran krim, susu, gula, telur kocok
dan brandy (semacam minuman beralkohol) atau rum. Menurut kisahnya,
pada malam Natal, Santa Claus menaiki kereta salju penuh hadiah, ditarik
oleh delapan ekor rusa kutub. Santa Claus lalu terbang menembus awan
untuk mengantarkan hadiah-hadiah itu kepada anak-anak di seluruh
dunia. Untuk mempersiapkan kunjungan Santa, anak-anak Amerika
mendengarkan orangtuanya membacakan The Night Before Christmas
(Malam Sebelum Natal) sebelum tidur pada Malam
Natal. Puisi tersebut dikarang oleh Clement Moore di
tahun 1832.
Dulu, anak-anak menggantungkan stoking
atau kaus kaki besar di atas perapian. Santa turun
dari cerobong asap dan meninggalkan permen dan
hadiah-hadiah dalam kaus kaki itu untuk anak-anak.
Kini, tradisi itu tetap diteruskan, namun kaus kakinya
digantikan oleh tas kain merah berbentuk kaus kaki.
Natal juga secara tradisi merupakan saat untuk

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


38 Tips Bahan Khotbah untuk Gembala

berhenti bertengkar. Hari Raya Natal (Pesta Natal) 25 Desember Hari


ini merupakan hari libur keagamaan maupun sekuler. Umat Kristiani
merayakan peringatan kelahiran Yesus dari Nazareth.

3. Makan Malam Natal


Seringkali dengan kalkun. Selain itu, banyak yang mengadakan
pesta perjamuan persis sebelum dan sesudah Natal.

4. Santa Claus
Tokoh ini berasal dari kisah lama tentang seorang Santo Kristiani
bernama Nikolas dan dari dewa Norwegia yang bernama Odin. Para
imigran membawa Bapa Natal atau Santo Nikolas ke Amerika Serikat.
Namanya lambat laun berubah menjadi Santa Claus, dari nama Belanda
untuk Bapa Natal abad ke-empat, Sinter Claas. Sekalipun asalnya dari
mitologi Norwegia sebelum
ajaran Kristen, Santa Claus
baru menjadi tokoh yang kita
kenal sekarang di Amerika
Serikat. Orang Amerika
mem­berikannya jang­gut ber-
warna putih, mendandanin-
ya dengan baju merah dan
menjadikannya seorang tua
yang riang dengan pipi yang
merah dan sinar di matanya.
Santa Claus adalah tokoh mi-
tos yang dikatakan tinggal di
Kutub Utara, di mana beliau
membuat mainan sepanjang
tahun.

5. Amal
Natal juga merupakan saat di mana orang Amerika menunjukkan
kemurahan hati kepada orang-orang yang kurang beruntung. Uang
dikirimkan ke rumah sakit dan panti asuhan atau dibuat dana khusus
untuk membantu fakir miskin.

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


Berita 39

Orang-orang Majus menurut


Cerita Tradisi

D
alam tradisi Kristen, Orang Majus atau Orang Bijak adalah Raja-
raja dari Timur yang sering dianggap sebagai orang-orang yang
datang dari kerajaan Media, mungkin pendeta-pendeta Zoroastrian,
atau mungkin juga magi yang mengenal astrologi dari Persia kuno. Injil
Matius menyatakan bahwa mereka datang dari timur ke Yerusalem untuk
menyembah Kristus. Menurut Matius mereka berjalan dengan mengikuti
sebuah bintang yang datang dan dikenal sebagai Bintang Betlehem. Saat
mereka mendekati Yerusalem, Herodes mencoba menjebak mereka untuk
memberitakan keberadaan Yesus, supaya Yesus dapat dibunuh. Saat me­
reka menemukan Yesus, para orang bijak ini memberikan hadiah-hadiah,
di antaranya adalah emas, kemenyan, dan mur.
Raja-raja dari timur ini kemudian diperingatkan dalam mimpi oleh
malaikat atas rencana jahat Herodes terhadap bayi Yesus dan akhirnya
mereka memutuskan untuk pulang melalui jalur yang berbeda. Hal ini
menyebabkan
Herodes bertin-
dak untuk mem-
bunuh semua
anak kecil di
Betlehem seba­
gai usaha untuk
menggagalkan
nubuatan me­
ngenai raja yang
baru lahir dan
meng­hilangkan

Suara EL-Asah Tahun II No. 10


40 Berita

saingan yang di­anggap­nya akan merebut tahtanya. Namun pada saat


pembantaian tersebut, orang tua Yesus telah diperingatkan oleh malaikat
untuk me­ngungsi ke Mesir hingga Herodes mati.
Di Injil Matius, satu-satunya Injil yang memuat kisah ini, tidak
disebutkan jumlah orang Majus yang menyembah bayi Yesus. Secara
umum, seperti yang diilustrasikan dalam berbagai cerita, film, dan
ilustrasi, jumlah orang Majus yang menyembah Yesus digambarkan tiga
orang, hal ini berdasarkan jumlah hadiah (emas, mur, dan kemenyan)
yang diberikan kepada orang tua Yesus. Tradisi lain mengatakan bahwa
jumlah orang Majus yang mula-mula berangkat ada empat orang, namun
salah satu orang Majus tersebut tidak sampai ke kandang domba tempat
Yesus dilahirkan. Selain itu juga tidak disebutkan jenis kelamin maupun
nama-nama mereka. Alkitab tidak menyebut lebih lanjut tentang orang
Majus ini.
Menurut tradisi, mereka dipercayai berasal dari Persia dan meru-
pakan penganut kepercayaan Zoroaster. Tradisi Suriah menyebut nama-
nama mereka Larvandad, Hormisdas, dan Gusnasaf, sementara tradisi Ar-
menia hanya menyebutkan
dua nama, yaitu Kagba dan
Badadilma. Dalam tradisi
Eropa, mereka sering dise-
but para “Tiga Raja”, yang
bernama Baltasar, Melkior,
dan Kaspar. Lalu mer-
eka digambarkan sebagai
orang Asia, Afrika, dan
Eropa. Origenes, seorang
bapak gereja yang mening-
gal pada sekitar tahun 254
M. adalah orang pertama
yang menggunakan nama-
nama ini. Pada abad ke-6
kisah tentang Tiga Orang
Majus ini muncul sebagai
cerita yang populer.

Suara EL-Asah Tahun II No. 10

You might also like