You are on page 1of 8

J. Sains & Teknologi, Desember 2006, Vol. 6 No.

3: 135–142 ISSN 1411-4674

PENGARUH LAMA KEJUTAN PANAS


TERHADAP KEBERHASILAN TRIPLOIDISASI IKAN LELE
(Clarias batrachus)

Komsanah Sukarti*, Iqbal Djawad**, dan Yushinta Fujaya**


* Fak. Perikanan, Universitas Mulawarman
** Fak. Ilmu Kelautan dan Perinakan, Universitas Hasanuddin

ABSTRACT
The aim of the study was to find out the effect of heat shock time (0 minute, 0,5 minute, 1 minute,
and 1,5 minutes) on the triploidization success of catfish (Clarias batrachus) at the temperature 36º
C and was done 4,5 minutes after fertilization. The observed parameters were percentage of triploid,
larvae survival, and growth of the catfish. The identification of ploidical rate was done by counting
the maximum number of nuclei per cell. The catfish can become triploid at the temperature of 36º C
starting at 4,5 minutes after fertilization with the length of shock 0,5, 1, and 1,5 minutes. The
indentification of triploid can be done by counting the number of nucleoli per cell. The maximum
result is 6 nucleoli per cell with the percentage of triploid 73 – 93 %. The calculation of the number
of the catfish nucleoli without a shock is 100 % diploid with the maximum 4 nucleoli per cell. The
highest triploidization success is at the length of heat shock 1,5 minutes. The catfish triploid with
the length of shock 1,5 minutes indicates the lowest larvae survival, whereas the development of
weight and length after 60 days is high.

Key words: Heat shock time, triploidization, catfish

PENDAHULUAN pertumbuhan tubuh serta kualitas


daging ikan menjadi meningkat.
Penyediaan benih ikan lele
Beaumont, (1994) menambahkan,
berkualitas dapat didukung dengan
bahwa sterilitas dapat dimanfaatkan
teknik triploidisasi, yakni individu
untuk meningkatkan produksi karena
yang mempunyai tiga set kromosom.
energi metabolisme yang biasanya
Thorgaard, (1983) menjelaskan,
digunakan untuk perkembangan
bahwa ikan triploid bersifat steril
gonad dimanfaatkan untuk per-
karena jumlah set kromosomnya
tumbuhan.
ganjil dan akan menyebabkan
Perlakuan kejutan panas dapat
gangguan pada meiosis selama
digunakan untuk memproduksi ikan
gametogenesis. Triploidisasi ikan
triploid, perlakuan ini banyak
berpotensi dalam mengontrol over-
dilakukan karena selain tidak mahal
populasi, meningkatkan laju per-
juga berhasil diadaptasikan untuk
tumbuhan juvenil, untuk mem-
skala besar. Kejutan panas digunakan
pertahankan sintasan, dan untuk
untuk menghambat pelepasan polar
pertumbuhan pada ikan dewasa.
body II sehingga individu tersebut
Menurut Zohar (1989) dan Chao,
memiliki 3 set kromosom, 2 dari telur
dkk., (1993) bahwa gonad ikan
dan 1 dari sperma (Thorgaard, 1983).
triploid tidak berkembang sehingga
Proses pelepasan polar body II pada
dapat mengatasi persoalan terlalu
kejutan panas merupakan masa yang
cepatnya kematangan kelamin dan

135
Heat shock time, triploidization, catfish ISSN 1411-4674

kritis, sintasan larvanya rendah ml dan induk jantan 0,2 ml, suntikan
(Rustidja, 1989). ini gunanya untuk mempercepat
Menurut Thorgaard (1983), kematangan gonad.
teknik triploidisasi jarang mencapai Untuk mendapatkan telur
keberhasilan 100 %, keberhasilan dilakukan stripping terhadap induk
triploidisasi sangat ditentukan oleh betina 13 jam setelah penyuntikan.
ketepatan waktu awal, lama, dan suhu Sperma ikan lele diperoleh dengan
kejutan yang sebaiknya diteliti pada melakukan pembedahan untuk
setiap ikan. Menurut Johnstone, mengambil testesnya 13 jam setelah
(1985), semakin lama kejutan panas penyuntikan. Testes dipotong-potong
yang diberikan, derajat tetas telur dan digerus sehingga sperma keluar
semakin rendah tetapi rata-rata jumlah dari kantong sperma. Sperma
ikan triploid semakin tinggi. ditambah larutan fisiologis (campuran
Alimuddin, (1994) melaporkan 7,98 gr NaCl + 0,02 gr NaHCO3
keberhasilan triploid dengan kejutan dalam 1 liter air), larutan ini gunanya
panas 36 °C yang dilakukan selama untuk mengencerkan sperma..
1,5 menit dan dimulai 4,5 menit Pembuahan buatan dilakukan
setelah pembuahan pada ikan lele dengan cara mencampur telur dengan
(Clarias batrachus), menghasilkan sperma, dan menambahkan larutan
individu triploid 92 %. Derajat pembuahan (campuran 4 gr NaCl + 3
penetasan 66,80 % dan sintasan larva gr urea dalam 1 liter air), larutan ini
umur 7 hari sebesar 41,56 %. gunanya agar tidak terjadi perlekatan
Tujuan penelitian ini adalah sesama telur. Selanjutnya telur yang
untuk mengetahui pengaruh lama sudah terbuahi segera disebarkan ke
kejutan panas terhadap keberhasilan atas lempengan kaca dengan bulu
triploidisasi ikan lele. Parameter yang ayam. Perlakuan kejutan suhu
diamati meliputi persentase individu dilakukan dengan perendaman dalam
triploid, sintasan larva dan waterbath. Kejutan panas diberikan
pertumbuhan larva. Hasil penelitian pada saat 4,5 menit setelah
ini diharapkan dapat memberikan pembuahan dengan suhu 36 °C dan
informasi tentang lama kejutan panas lama kejutan sesuai perlakuan yakni
yang tepat pada triploidisasi dan dapat 0; 0,5; 1; dan 1,5 menit.
digunakan untuk meningkatkan benih Penetasan dan pemeliharaan
ikan lele yang berkualitas. larva dilakukan dalam akuarium 30 x
25 x 25 cm. Kepadatan larva di
METODE PENELITIAN akuarium pemeliharaan 10 ekor/liter.
Hewan uji yang digunakan Setelah kantung kuning telur habis
adalah induk ikan lele matang gonad, terserap, pada umur 4 hari larva diberi
panjang induk betina 31,1 ± 4,45 cm makan Moina sp. yang telah disaring
dan jantan 28,7 ± 2,39 cm, berat dengan frekuensi tiga kali sehari
induk betina 254,0 ± 63,11gr dan sampai larva berumur 12 hari.
jantan 232,2 ± 48,24 gr. Pemijahan Kepadatan larva di akuarium
buatan pada ikan lele dilakukan untuk pemeliharaan 10 ekor/liter. Pada saat
memperoleh waktu yang lebih awal larva berumur 13 hari diberi pakan
pada perlakuan kejutan panas. Induk buatan Pokphand HI-Pro-Vite 781.
betina disuntik larutan Ovaprim 0,3 dengan dosis 8 %/ berat tubuh pada
sore hari dan diberi cacing tubifex

136
Komsanah Sukarti et al. ISSN 1411-4674

100 % / berat tubuh pada pagi hari Pertumbuhan berat dan panjang ikan
sampai larva berumur 60 hari. Untuk dihitung dari pertambahan berat dan
menghitung penambahan jumlah panjang pada akhir pemeliharaan
pakan yang diberikan, dilakukan dikurangi berat dan panjang pada
penimbangan berat total setiap awal pemeliharaan.
seminggu sekali. Penentuan tingkat ploidi
Rancangan percobaan yang dilakukan pada saat larva berumur 7 –
digunakan dalam penelitian ini adalah 14 hari dengan metode penghitungan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) jumlah maksimal nukleolus per sel.
dengan 3 kelompok (3 ulangan) dan 4 Jaringan yang digunakan adalah
perlakuan. Kelompok perlakuan sepotong sirip ekor yang diambil dari
merupakan pasangan-pasangan induk ikan hidup. Pengamatan di bawah
untuk pemijahan. Adapun perlaku- mikroskop dilakukan pada pem-
annya adalah : (A) tanpa kejutan besaran 400 kali – 1000 kali. Peng-
panas (B) kejutan panas selama 0,5 hitungan nukleoli setiap ekor
menit, (C) kejutan panas selama 1 dilakukan sebanyak kurang lebih 200
menit (D) kejutan panas selama 1,5 sel.
menit. Untuk pemeliharaan larva lele
digunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 3 ulangan dan 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
perlakuan. Adapun perlakuannya Nilai persentase individu
adalah : (A) tanpa kejutan panas (B) triploid tertinggi diperoleh pada
kejutan panas selama 0,5 menit, (C) perlakuan lama waktu kejutan panas
kejutan panas selama 1 menit (D) 1,5 menit yaitu 93 %, lama kejutan 1
kejutan panas selama 1,5 menit. menit sebesar 87 % dan 0,5 menit
Peubah yang diukur meliputi sebesar 73 %. Pada perlakuan tanpa
persentase individu triploid dihitung kejutan 100 % diploid. Hasil yang
dari persentase jumlah ikan triploid diperoleh menunjukkan bahwa
dari jumlah ikan yang diamati. perlakuan kejutan panas yang
Derajat sintasan larva dihitung dari diberikan pada telur mampu
jumlah larva yang hidup dari jumlah mencegah terjadinya pelepasan polar
total telur yang menetas dihitung body II dan tidak mengakibatkan
setelah larva berumur 7 dan 12 hari kematian total pada zigot.
sampai 60 hari (Alimuddin, 1994).

Tabel 1. Persentase individu triploidi ikan lele tanpa kejutan (P0), lama kejutan
0,5 menit (P1), 1 menit (P2), dan 1,5 menit (P3).

Jumlah ikan Jumlah ikan (ekor) Individu


Perlakuan
dianalisa (ekor) triploid (%)
2N 3N
P0 15 15 0 0
P1 15 4 11 73
P2 15 2 13 87
P3 15 1 14 93

137
Heat shock time, triploidization, catfish ISSN 1411-4674

Individu triploid ikan lele lokal besar dari ukuran nukleolus pada sel-
dapat dihasilkan dengan suhu kejutan sel dengan jumlah maksimal nukleoli
36 °C, lama kejutan 0,5 – 1,5 menit lebih banyak. Dengan pewarnaan
dan waktu awal kejutan 4,5 menit perak nitrat, sel berwarna kuning-
setelah pembuahan. Pada penelitian kecoklatan dan nukleolus nampak
ini diperoleh tingkat keberhasilan berwarna coklat-kehitaman. Menurut
triploidisasi yang semakin menurun Carman (1992), pewarna perak hanya
dengan semakin singkatnya lama mampu mewarnai nukleolus pada
kejutan. Menurut Johnstone (1985), NOR yang aktif, tidak semua NOR
setelah batas tertentu, hasil triploid aktif pada saat pembuatan preparat
menurun, karena polar body II telah dilakukan.
lepas sehingga tidak dapat menyatu Terdapat hubungan antara
kembali ke dalam pronukleus embrio. jumlah maksimal nukleolus per sel
Bagian tubuh ikan yang dengan tingkat ploidi, pengujian
digunakan untuk pemeriksaan triploid tingkat ploidi pada ikan lele lokal
adalah sirip ekor, dengan tujuan agar dengan penghitungan maksimal
ikan hasil uji atau yang diambil nukleolus bisa dikatakan cukup
bagian tubuhnya tidak mengalami akurat, terdapat perbedaan jelas antara
kematian. Jaringan yang dibutuhkan individu diploid dengan triploid.
dalam pembuatan preparat amat Terjadinya peningkatan jumlah
sedikit sehingga sampel dapat maksimal nukleolus sebagai indikasi
diperoleh tanpa membunuh ikan. peningkatan jumlah kromosom pada
Pemeriksaan triploid dengan ikan triploid.
perhitungan jumlah nukleolus pada Perkembangan larva diamati
setiap sel dapat dilakukan karena dari tahap prelarva sampai postlarva.
disamping murah biayanya juga Pada tahap prelarva kuning telur
peralatan yang digunakan relatif masih ada, tubuhnya transparan Sirip
sederhana dan perhitungan nukleolus ekor sudah ada tetapi belum sempurna
dapat diterapkan pada setiap spesies bentuknya dan kebanyakan prelarva
ikan. Menurut Carman (1992), yang baru keluar dari cangkang telur
distribusi jumlah nukleolus satu dan belum terlihat bintik matanya. Mulut
dua nukleoli pada sirip ekor juga lebih dan rahang belum berkembang dan
merata. ususnya masih merupakan tabung
Dari pengamatan preparat yang lurus.
nukleolus diperoleh 100 % ikan tanpa Pada hari kedua setelah
kejutan memiliki maksimal 4 penetasan sungut sudah kelihatan,
nukleolus per sel, individu triploid kepala berbercak hitam, ada bintik
memiliki maksimal 6 nukleolus per mata, mulut terlihat terbuka, detak
sel. Adanya variasi jumlah nukleolus jantung lebih nyata. Makanannya
kemungkinan karena kemampuan didapatkan dari sisa kuning telur yang
pewarnaan perak nitrat yang belum habis diserap. Sebagian larva
digunakan. Ukuran nukleolus yang ikan ada yang mulai berenang ke
diamati juga bervariasi, ada yang permukaan air lalu turun kembali,
besar dan kecil. Sel-sel dengan seperti sedang mengambil udara di
jumlah maksimal nukleoli lebih permukaan air.
sedikit ukuran nukleolusnya lebih

138
Komsanah Sukarti et al. ISSN 1411-4674

Tabel 2. Rata-rata nilai derajat sintasan larva umur 7 hari, 12 hari, dan 60 hari
larva ikan lele tanpa kejutan dan perlakuan kejutan.

Perlakuan Umur 7 hari Umur 12 hari Umur 60 hari


P0 (tanpa kejutan) 91,2 ± 7,28 a 77,9 ± 10,70 a 51,7 ± 4,51a
P1(lama kejutan 0,5 menit) 80,8 ± 10,44 a 67,8 ± 9,47 a 45,7 ± 4,04 a
P2 (lama kejutan 1 menit) 87,1 ± 7,57 a 66,2 ± 5,54 a 40,7 ± 3,51ab
P3 (lama kejutan 1,5 menit) 86,5 ± 7,46 a 67,1 ± 14,53 a 33,7 ± 6,11 b

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata, sedangkan huruf yang tidak sama menunjukka
berbeda nyata berdasarkan hasil uji BNT 5 %.

Tahap postlarva ikan adalah tinggi dan kondisi kesehatannya


masa larva mulai dari hilangnya lemah, dengan diberi pakan alami dan
kantung kuning telur sampai buatan.
terbentuknya organ-organ baru atau Kejutan panas berpengaruh
selesainya taraf penyempurnaan terhadap sintasan larva pada tingginya
organ-organ yang telah ada, sehingga mortalitas Walaupun beresiko tinggi
pada masa akhir dari postlarva terhadap kelangsungan hidup larva
tersebut secara morfologis bentuk dengan pemberian kejutan panas,
ikan lele hampir seperti induknya. tetapi peluang untuk mendapatkan
Bentuk yang jelas setelah terjadi keturunan triploid sangat besar.
pembesaran antara sirip punggung, Hasil penelitian derajat sintasan
ekor dan anus setelah larva umur 3 larva menunjukkan nilai yang cukup
minggu. tinggi pada hari ke 7 antara 80,80 –
Masa kritis pemeliharaan larva 91,15 % jika dibandingkan penelitian
ketika perubahan dari masa kuning Alimuddin (1994) yakni 30,60 –
telur setelah habis ke masa mulai 35,62 %. Sedangkan penelitian
mencari makan. Larva lemah yang Rustidja (1989) hanya mencapai 5,87
tidak mampu mendapatkan makanan – 18,15 % pada hari ke 3, dalam hal
akan mati, larva yang ini Rustidja menggunakan kejutan
perkembangannya abnormal setelah dingin. Untuk menghasilkan individu
kuning telur habis juga segera mati. triploid pada ikan lele, perlakuan
Hasil penetasan dari pemijahan kejutan panas lebih efektif dan relatif
buatan yang dicapai ini kondisi murah serta mortalitas yang dialami
larvanya lebih lemah. Selain itu lebih rendah jika dibandingkan
perlakuan kejutan juga mempengaruhi kejutan dingin.
sintasan larva yang ada. Menurut Pada awal kehidupannya
Liao (1993), pemijahan alami hasil setelah telur menetas secara alami
pembuahannya rata-rata tinggi, larva ikan lele sudah dibekali
sintasan larva rata-rata rendah, dan cadangan makanan berupa kuning
kondisi kesehatan larva lebih kuat telur yang relatif besar. Kuning telur
dengan pemberian pakan alami saja. berada dari bagian kepala sampai
Untuk pemijahan buatan hasil rata- perut. Gerak larva sudah terlihat aktif
rata pembuahan rendah, sintasan sejak menetas, walaupun ada juga

139
Heat shock time, triploidization, catfish ISSN 1411-4674

yang terlihat masih lemah. dari 3 hari, setelah itu larva sudah
Berdasarkan pengamatan kantung aktif mengambil makanan dari
kuning telur tersebut hanya cukup lingkungan.
untuk persediaan selama tidak lebih

Tabel 3. Pertumbuhan berat dan panjang larva ikan lele pada hari ke-60 tanpa
kejutan dan perlakuan kejutan.

Perlakuan Berat (mg) Panjang (mm)


P0 (tanpa kejutan) 597,9 ± 120,87 a 26,1 ± 3,11 a
P1 (lama kejutan 0,5 menit) 767,1 ± 104,99 a 31,0 ± 0,78 b
P2 (lama kejutan 1 menit) 647,2 ± 60,19 a 29,5 ± 1,78 ab
P3 (lama kejutan 1,5 menit) 1472,8 ± 250,30 b 38,6 ± 3,22 c

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata, sedangkan huruf yang tidak sama menunjukkan
berbeda nyata berdasarkan hasil uji BNT 5 %.

Larva yang baru menetas mg, umur 15 hari mencapai 14 mm


panjang rata-rata 3,5 mm, umur 3 hari dengan berat rata-rata 46,7 mg.
mencapai 5 mm, umur 5 hari Sampai umur 2 minggu, sirip
panjangnya 7 mm, larva ikan sudah punggung dan dubur masih menyatu
tidak bergerombol lagi melainkan dengan sirip ekor, setelah umur 3
aktif berenang dan warna tubuh minggu, sirip punggung dan dubur
nampak sudah hitam serta mata tidak bersambung lagi dengan sirip
nampak jelas. Umur larva 7 hari ekor.
panjang 11,4 mm dan beratnya 20,2

1,600
1,400
Berat larva (mg)

1,200
1,000
800
600
400
200
0
15 30 45 60
Pengamatan hari ke-
Tanpa kejutan Kejutan 0,5 menit Kejutan 1 menit Kejutan 1,5 menit

Gambar 1. Grafik rata-rata pertambahan berat larva ikan lele

140
Komsanah Sukarti et al. ISSN 1411-4674

60

50
Panjang larva (mm)

40

30

20

10

0
15 30 45 60
Waktu pengam atan (hari ke-)
Tanpa kejutan Kejutan 0,5 m enit kejutan 1 m enit Kejutan 1,5 m enit

Gambar 2. Grafik rata-rata pertambahan panjang larva ikan lele

Flajshans, dkk. (1993) pertumbuhan ikan triploid steril


menemukan bahwa ikan tinca betina dibuktikan setelah ikan diploid
triploid tumbuh nyata lebih cepat dari normal berkembang gonadnya dan
pada betina diploid dan jantan diploid mendekati musim pemijahan.
serta lebih cepat dari triploid jantan. Pengamatan yang dilakukan terhadap
Rustidja (1989), ikan lele betina pertumbuhan ikan lidah dan Channel
triploid lebih kecil ovarinya, Catfish triploid dalam 1 tahun
berlemak, dan Gonado Somatik menunjukkan jika pada ikan diploid
Indeksnya rendah. Ratio belum berkembang gonadnya, maka
lemak/protein lebih tinggi pada ikan ikan triploid lebih cepat tumbuhnya.
triploid, sedangkan pada diploid
lemaknya rendah tetapi proteinnya KESIMPULAN
tinggi. Pada umur 109 hari gonad ikan 1. Ikan lele dapat menjadi triploid
lele secara normal mulai berkembang, dengan perlakuan kejutan panas
sedang ikan lele dewasa dicapai pada
yang dilakukan pada suhu 36 °C,
umur 178 hari.
dimulai 4,5 menit setelah
Dengan masa pemeliharaan
pembuahan dengan lama waktu
yang singkat, tahap perkembangan
kejutan 0,5, 1, dan 1,5 menit.
gonad ikan lele masih belum bisa
2. Identifikasi triploid dapat
diketahui. Berdasarkan hasil
dilakukan dengan penghitungan
penelitian diketahui bahwa ikan lele
jumlah nukleolus. Hasilnya
triploid pertumbuhannya lebih tinggi
maksimal 6 nukleolus per sel
dari ikan lele diploid sampai umur 60
dengan persentase individu
hari. Perbedaan antara jantan dan
triploid 73 – 93 %. Penghitungan
betina ikan lele juga belum jelas
jumlah nukleolus ikan lele tanpa
sehingga tidak diketahui juga
kejutan hasilnya 100 % diploid
perbedaan pertumbuhannya. Menurut
maksimal 4 nukleolus per sel.
Zohar, (1989) sebaiknya kecepatan

141
Heat shock time, triploidization, catfish ISSN 1411-4674

3. Keberhasilan triploidisasi pada L.) : Induced Triploidy and


perlakuan lama waktu kejutan Tetraploidy and First Perfor-
panas 1,5 menit menunjukkan mance Data. Aquaculture, 113
hasil persentase individu triploid : 301 – 312.
dan pertumbuhan berat maupun Johnstone, R.. (1985). Induction of
panjang yang tertinggi. Triploidy in Atlantic Salmon
by Heat Shock. Aquaculture,
DAFTAR PUSTAKA 49 : 133 – 139.
Liao, I.C. (1993). Finfish Hatcheries
Alimuddin. (1994). Pengaruh Waktu in Taiwan : Recent Advances
Awal Kejutan Panas Terhadap TML Conference Proceedings
Keberhasilan Triploidisasi 3 : 1 – 25.
Ikan Lele Lokal (Clarias
Rustidja. (1989). Artificial Induced
batrachus L.). Program Studi
Breeding and Triploidy in the
Budidaya Perairan. Fakultas
Asian Catfish (Clarias
Perikanan. Institut Pertanian
batrachus Linn.). Fakultas
Bogor. Bogor. 44 h
Pascasarjana. Institut Per-
Beaumont, A.R. (1994). Genetics and tanian Bogor. Bogor. 80 h.
Evolution of Aquatic
Thorgaard, G.H. (1983). Chromo-
Organisms. Chapman & Hall.
some Set Manipulation and
London. p. 467 – 485
Sex Control in Fish. In “Fish
Carman, O. (1992). Chromosome Physiology” (Editor :
Set Manipulation in Some W.S.Hoar, D. J. Randall, and
Warm-Water Fish. Doctoral E.M.Donaldson). Volume
Thesis. Tokyo University of IXB. Academic Press, Inc.
Fisheries. Tokyo. 131 p. London. p. 405 – 434.
Chao, N.H., H.W. Hsu, H. Y. Hsu, W. Zohar, Y. (1989). Fish Reproduction
H. Liang, and I. C. Liao. : Its Physiology and Artificial
(1993). Studies on Methods Manipulation. In “Fish Culture
of Triploidy Percentage in Warm Water Systems :
Analysis. TML. Conference Problems and Trends” (Editor
Proceedings 3 : 203 – 210. : M. Shilo and S. Sarig).
Flajshans, M., O. Linhart, and P. CRC Press, Inc. Boca Raton.
Kvasnicka. (1993). Genetic Florida. p. 65 – 120.
Studies of Tench (Tinca tinca

142

You might also like