You are on page 1of 6

1.

Pengukuran Panjang Badan Cara Penggunaan : a. Letakkan pengukur panjang badan pada meja atau tempat yang rata. Bila tidak ada meja, alat dapat diletakkan di atas tempat yang datar (misalnya, lantai). b. Letakkan alat ukur dengan posisi panel kepala di sebelah kiri dan panel penggeser di sebelah kanan pengukur. Panel kepala adalah bagian yang tidak bisa digeser. c. Tarik geser bagian panel yang dapat digeser sampai diperkirakan cukup panjang untuk menaruh bayi/anak. d. Baringkan bayi/ anak dengan posisi terlentang, diantara kedua siku, dan kepala bayi/anak menempel pada bagian panel yang tidak dapat digeser. e. Rapatkan kedua kaki dan tekan lutut bayi/ anak sampai lurus dan menempel pada meja/tempat menaruh alat ukur. Tekan telapak kaki bayi/anak sampai membentuk siku, kemudian geser bagian panel yang dapat digeser sampai persis menempel pada telapak kaki bayi/ anak. f. Bacalah panjang badan bayi/anak pada skala kearah angka yang lebih besar. Misalkan: 67,5 cm. g. Setelah pengukuran selesai, kemudian bayi/anak diangkat (Badan Litbang Kesehatan, DepKes RI RI, 2007).

2.

Pengukuran Tinggi Badan Cara Penggunaan : 1. Pengukuran Tinggi Badan Dengan Height Board

a. Letakkan alat height board pada suatu bidang datar dan keras, pastikan alat tidak bergerak. b. Pastikan anak yang akan diukur tidak menggunakan sepatu dan rambut tergerai (tidak diikat) karena akan mempengaruhi hasil pengukuran. Ajak anak menuju ke height board. Petugas 1 : berlutut di sebelah kanan anak. c. Asisten (yg akan mengukur) berlutut pada sisi kiri anak.

d. Pastikan kaki anak datar, berada di tengah, dan menempel atau sejajar dengan bagian belakang height board. Tangan kiri asisten berada pada lutut anak dan dorong melawan papan. e. Anak melihat lurus di depan ibu yang berada di depannya. Tempatkan tangan kiri petugas pada dagu anak. Dengan tangan kiri petugas, turunkan headpiece hingga ke kepala anak. f. Cek kembali posisi anak. Jika sudah dipastikan benar, asisten untuk membacakan dan perhatikan pengukuran yang terdekat 0,1 cm. Jika sudah selesai, singkirkan headpiece dari kepala anak dan tangan asisten (Cogill, 2003). *Titik Kritis : Pengukuran tinggi badan harus dilakukan dalam posisi berdiri karena terdapat perbedaan sebesar 0,7 cm antara pengukuran dalam posisi berdiri dan berbaring (Tim Pelaksana Skills Lab, 2012). Anak 2-3 tahun yang tidak dapat/tidak akan berdiri dan atau kurang dari 30 inci (76,2 cm) dan atau 20 pon (10 kg) harus diukur pada posisi berbaring terlentang dan plot pada memasuki 36 carta perkembangan bulan (Ini tidak menjadi soal kalau anak-anak ini ditimbang dengan skala bayi atau dewasa) (Division of WIC and Community Nutrition Services, 2006).

2. Pemasangan Alat Microtoise a. Gantungkan bandul benang untuk membantu memasang microtoise di dinding agak tegak lurus. b. Letakkan alat pengukur di lantai yang DATAR tidak jauh dari bandul tersebut dan menempel pada dinding. Dinding jangan ada lekukan atau tonjolan (rata). c. Tarik papan penggeser tegak lurus ke atas, sejajar dengan benang berbandul yang tergantung dan tarik sampai angka pada jendela baca menunjukkan angka 0 (NOL). Kemudian dipaku atau direkat dengan lakban pada bagian atas microtoise. d. Untuk menghindari terjadi perubahan posisi pita, beri lagi perekat pada posisi sekitar 10 cm dari bagian atas microtoise.

e. Keterbatasan microtoise adalah memerlukan tempat dengan permukaan lantai dan dinding yang rata, serta tegak lurus tanpa tonjolan atau lengkungan di dinding. f. Bila tidak ditemukan dinding yang rata dan tegak lurus setinggi 2 meter,

cari tiang rumah atau papan yang dapat digunakan untuk menempelkan microtoise (Badan Litbang Kesehatan, DepKes RI RI, 2007).

Dengan Microtoise

a. Minta responden melepaskan alas kaki (sandal/sepatu) dan topi (penutup kepala). b. Pastikan alat geser berada di posisi atas. c. Responden diminta berdiri tegak, persis di bawah alat geser. d. Posisi kepala dan bahu bagian belakang lengan, pantat, dan tumit menempel pada dinding tempat microtoise dipasang. e. Pandangan lurus ke depan & tangan dalam posisi tergantung bebas. f. Gerakkan alat geser sampai menyentuh bagian atas kepala responden. Pastikan alat geser berada tepat di tengah kepala responden. Dalam keadaan ini bagian belakang alat geser harus tetap menempel pada dinding. g. Baca angka tinggi badan pada jendela baca kea rah angka yang lebih besar (ke bawah). Pembacaan dilakukan tepat di depan angka (skala) pada garis merah, sejajar dengan mata petugas. h. Apabila pengukur lebih rendah dari yang diukur, pengukur harus berdiri di atas bangku agar hasil pembacaannya benar. Catat (Badan Litbang Kesehatan, DepKes RI, 2007). *Titik Kritis : Bagian tubuh yang harus kontak atau menempel dengan alat pengukuran tinggi badan adalah : kepala, bahu, pantat, betis, dan tumit.

E.

Pengukuran Estimasi Tinggi Badan (dalam keadaan khusus) 1. Pendekatan Tinggi Lutut (Knee Height) Cara Penggunaan : Posisi Tidur

a. Subjek terlentang pada tempat tidur (usahakan posisi tempat tidur/kasur rata atau horizontal) b. Tempatkan alat penyangga diantara lipatan paha dan betis kaki kiri membentuk sudut siku-siku 90o c. Beri bantuan dengan bantal pada bagian pantat subjek jika alat penyangga terlalu tinggi d. Telapak kaki pasien membentuk sudut siku-siku 90o e. Pasang alat pengukur tepat pada telapak kaki bagian tumit dan lutut f. Bacan angka (panjang lutut) pada alat secara seksama g. Catat angka hasil pengukuran *Titik Kritis : Bila subjek pendek maka pada posisi pantat diberi bantalan sehingga menyesuaikan dengan alat dan alas tidur harus datar (Anonim, 2008). Posisi Duduk

a. Subjek yang diukur duduk pada kursi b. Posisi duduk sempurna (badan tegak, tangan bebas ke bawah, dan wajah menghadap ke depan) c. Lutut kaki yang diukur membentuk sudut siku-siku 90o d. Tempatkan alat pengukur tinggi lutut pada kaki sebelah kiri e. Lakukan pengukuran, baca angka (panjang lutut) pada alat secara seksama f. Catat angka hasil pengukuran *Titik kritis : Posisi subjek harus tegak. Pada saat melakukan pengukuran, pijakan kaki disesuaikan dengan kaki subjek setelah diberi alat bantu. Pada saat menekuk kaki subjek membentuk sudut siku-siku 90o (Anonim, 2008).

2. Pendekatan Panjang Rentang Tangan Kanan dan Tangan Kiri (Arm Span) Cara Penggunaan : a. Subjek berdiri tegak lurus membelakangi dinding b. Untuk menjaga agar posisi subjek simetris, tempatkan alat bantu berupa pita yang menempel di dinding setinggi bahu subjek c. Rentangkan kedua tangan subjek d. Tempatkan pengukuran panjang depa hingga tepat dari ujung jari tengah kedua tangan e. Ukur panjang depa subjek (Anonim, 2008)

3. Pendekatan Setengah Panjang Rentang Tangan (Half Arm Spam) Cara Penggunaan : a. Tempatkan dan tanda tepi dari krah baju (pada tulang sterna) dengan pena. b. Minta subjek ke tempat lengan nondominant pada satu posisi horizontal. c. Cek bahwa lengan subjek sudah horizontal dan sejalan dengan bahu. d. Gunakan pita pengukur atau meteran, ukur jarak dari penanda pada garis menengah pada sterna bentuk ke ujung dari jari tengah. e. Cek bahwa lengan dalam posisi datar dan pergelangan tangan lurus. f. Catat hasil pengukuran (Anonim, 2009).

4.

Pendekatan Demi Span Cara Penggunaan a. Mencari dan menandai titik tengah pada posisi sternum dengan pena b. Minta subjek untuk menempatkan lengan kanan dalam posisi horizontal c. Periksa apakah lengansubjek adalah horizontal dan searah dengan bahu d. Menggunakan pita pengukur, mengukur jarak dari tanda di garis tengah pada posisi sternum ke antara jari tengah dan jari manis e. Periksa apakah lengan datar dan pergelangan tangan lurus f. Baca skala dalam cm (Anonim, 2008).

6. Pendekatan Tinggi Duduk (Sitting Height) Cara Penggunaan : a. Subjek duduk tegak menghadap ke depan, bahu dan lengan bagian atas santai, dan lengan bawah dan kedua tangan dijulurkan ke depan secara horizontal dengan telapak tangan saling berhadapan. Kedua paha sejajar, dan lutut ditekuk 90 dengan kaki segaris dengan paha. b. Ukur jarak vertikal antara permukaan tempat duduk dan bagian atas kepala dengan sebuah anthropometer. Bahu dan bagian atas ekstremitas harus rileks. Ukur pada titik maksimum saat respirasi tenang. *Titik Kritis : Pengukuran harus dilakukan setidaknya dua kali. Jika ada variasi yang besar antara dua pengukuran, cek kembali posisi tubuh dan ulangi pengukuran (Fatmah, 2006).

You might also like