You are on page 1of 4

LI.1 MM Hemostasis LO.1.1 Definisi LO.1.2 Mekanisme LO.1.3 Faktor LO.1.

4 Kelainan

LO.1.5 Pemeriksaan Penyaring Hitung darah dan pemeriksaan sediaan hapus darah Trombositopenia merupakan penyebab lazim dari perdarahan abnormal, sehingga pasien-pasien dengan kecurigaan kelaianan darah awalnya harus diperiksa hitung darahnya, termasuk hitung trombosit dan pemeriksaan sediaan hapus darah. Selain untuk memastikan adanya trombositopenia, tindakan ini mungkin dapat menemukan penyebabnya misalnya leukemia akut. Uji Skrining pembekuan darah Uji skrining memungkinkan penilaian terhadap sistem ekstrinsik dan intrinsik pembekuan darah dan juga perubahan sentral fibrinogen menjadi fibrin. Masa protrombin (protrhombin time, PT) mengukur faktor-faktor VII, X, V, protrombin, dan fibrinogen. Tromboplastin jaringan (ekstrak otak) dan kalsium ditambahkan pada plasma sitrat. Waktu normal untuk terjadinya pembekuan adalah 10-14 detik. Masa Tromboplastin Parsial Teraktivasi (the activated partial thromboplastin, APTT) mengukur faktor VIII, IX, XI dan XII selain faktor X, V, protrombin dan fibrinogen. Tiga zat fosfolipid, suatu aktivator permukaan (misal kaolin), dan kalsium ditambahkan pada plasma sitrat. Waktu normal untuk pembekuan adalah sekitar 30-40 detik Masa pembekuan yang memanjang pada PT dan APTT terjadi karena defisiensi faktor akan terkoreksi dengan pwnambahan plasma normal ke dalam plasma yang diuji. Jika koreksi tidak ada atau tidak lengkap dengan plasma normal, maka dicurigai terdapat inhibitor koagulasi. Masa (pembekuan) thrombin (TT) sensitif terhadap defisiensi fibrinogen atau inhibisi thrombin. Trombin sapi yang diencerkan ditambahkan pada plasma tersitrasi pada konsentrasi yang memberikan waktu pembekuan 14-16 detik pada pasien normal. Masa Perdarahan Masa perdarahan adalah pemeriksaan yang berguna untuk fungsi tromborit yang abnormal, termasuk diagnosis defisiensi VWF. Masa perdarahan juga memanjang pada trombositopenia, tetapi normal pada perdarahan abnormal yang disebabkan oleh sebab vaskular. Pemeriksaan ini meliputi pemasangan dan pemompaan manset tekanan darah pada lengan atas, setelah itu dibuat insisi kecil pada permukaan fleksor kulit lengan bawah. Perdarahan normalnya berhenti dalam 38 menit.

Uji terhadap fibrinolisis

Meningkatnya kadar activator plasminogen yang bersirkulasi dapat dideteksi dengan adanya pemendekan masa lisis bekuan euglobuoin. Tersedia sejumlah metode imunologik untuk mendeteksi produk pemecahan fibrinogen atau fibrin dalam serum. Pada pasien yang mengalami pwningkatan fibrimolisis, dapat dideteksi kadar plasminogen dalam darah yang rendah.

LI.2 MM Hemofilia LO.2.1 Definisi

Hemofilia adalah gangguan produksi faktor pembekuan yang diturunkan, berasal dari bahasa Yunani, yaitu haima yang artinya darah dan philein yang artinya mencintai atau suka. Walaupun sebenarnya maknanya tidak sesuai, namun kata hemofilia tetap dipakai. Kelainan perdarahan yang diturunkan pertama kali didokumentasikan di abad kedua oleh Kerajaan Babilonia. Namun baru pada abad ke 18 dilaporkan adanya kemungkinan basis genetik untuk kelainan perdarahan ini dan mulai tahun 1950an transfusi fresh frozen plasma (FFP) digunakan. Pada tahun 1980an teknik rekombinan DNA untuk menproduksi faktor VIII (F VIII) dan faktor IX (F IX) 1 mulai diterapkan. Hemofilia merupakan penyakit genetik yang diturunkan secara x-linked resesif berdasarkan hukum Mendel dari orang tua kepada anak-anaknya. Hemofilia A mencakup 80-85% dari keseluruhan penderita hemofilia. Secara klinis hemofilia dapat dibagi menjadi hemofilia ringan, hemofilia sedang dan hemofilia berat berdasarkan derajat kekurangan faktor pembekuan
LO.2.2 Etiologi

Penyakit ini terjadi akibat kelainan sintesis salah satu faktor pembekuan, dimana pada hemofilia A terjadi kekurangan F VIII (Antihemophilic factor), sedangkan pada hemofilia B terjadi kekurangan F IX (Christmas factor). Defisit F VIII dan F IX ini disebabkan oleh mutasi pada gen F8 dan F9. Gen F8 terletak di bagian 2,14 lengan panjang kromosom X di regio Xq28, sedangkan gen F9 terletak di regio Xq27. Terdapat lebih dari 2500 jenis mutasi yang dapat terjadi, namun inversi 22 dari gen F8 merupakan mutasi yang paling banyak ditemukan yaitu sekitar 50% penderita hemofilia A yang berat. Mutasi gen F8 dan F9 ini diturunkan secara x-linked resesif sehingga anak laki-laki atau kaum pria dari pihak ibu yang menderita kelainan ini. Pada sepertiga kasus mutasi spontan dapat terjadi sehingga tidak dijumpai adanya riwayat keluarga penderita hemofilia pada kasus demikian
LO.2.3 Klasifikasi LO.2.4 Patogenesis & Patofisiologi Patofisiologi

Proses hemostasis tergantung pada faktor koagulasi, trombosit dan pembuluh darah. Mekanisme hemostasis terdiri dari respons pembuluh darah, adesi trombosit, agregasi trombosit, pembentukan

bekuan darah, stabilisasi bekuan darah, pembatasan bekuan darah pada tempat cedera oleh regulasi antikoagulan, dan pemulihan aliran darah melalui proses fibrinolisis dan penyembuhan pembuluh darah. Cedera pada pembuluh darah akan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah dan terpaparnya darah terhadap matriks subendotelial. Faktor von Willebrand (vWF) akan teraktifasi dan diikuti adesi trombosit. Setelah proses ini, adenosine diphosphatase, tromboxane A2 dan protein lain trombosit dilepaskan granul yang berada di dalam trombosit dan menyebabkan agregasi trombosit dan perekrutan trombosit lebih lanjut. Cedera pada pembuluh darah juga melepaskan tissue factor dan mengubah permukaan pembuluh darah, sehingga memulai kaskade pembekuan darah dan menghasilkan fibrin. Selanjutnya bekuan fibrin dan trombosit ini akan distabilkan oleh faktor XIII. Pada penderita hemofilia dimana terjadi defisit F VIII atau F IX maka pembentukan bekuan darah terlambat dan tidak stabil. Oleh karena itu penderita hemofilia tidak berdarah lebih cepat, hanya perdarahan sulit berhenti. Pada perdarahan dalam ruang tertutup seperti dalam sendi, proses perdarahan terhenti akibat efek tamponade. Namun pada luka yang terbuka dimana efek tamponade tidak ada, perdarahan masif dapat terjadi. Bekuan darah yang terbentuk tidak kuat dan perdarahan ulang dapat terjadi akibat proses fibrinolisis alami atau trauma ringan.
Perbedaan proses pembekuan darah yang terjadi antara orang normal (Gambar 1) dengan penderita hemofilia (Gambar 2). a. b. c. d. Ketika mengalami perdarahan berarti terjadi luka pada pembuluh darah (yaitu saluran tempat darah mengalir keseluruh tubuh), lalu darah keluar dari pembuluh. Pembuluh darah mengerut/ mengecil. Keping darah (trombosit) akan menutup luka pada pembuluh. Faktor-faktor pembeku da-rah bekerja membuat anyaman (benang - benang fibrin) yang akan menutup luka sehingga darah berhenti mengalir keluar pembuluh. Ketika mengalami perdarahan berarti terjadi luka pada pembuluh darah (yaitu saluran tempat darah mengalir keseluruh tubuh), lalu darah keluar dari pembuluh. Pembuluh darah mengerut/ mengecil. Keping darah (trombosit) akan menutup luka pada pembuluh. Kekurangan jumlah factor pembeku darah tertentu, mengakibatkan anyaman penutup luka tidak terbentuk sempurna, sehingga darah tidak berhenti mengalir keluar pembuluh.

a. b. c. d.

http://www.hemofilia.or.id/hemofilia.php LO.2.5 Manifestasi Klinik LO.2.6 Pemeriksaan fisik & pemeriksaan penunjang LO.2.7 Diagnosis & Diagnosis Banding LO.2.8 Penatalaksanaan Langkah pertama jika terjadi perdarahan akut ialah melakukan tindakan immobilisasi, kompres es. Penekanan atau pembebatan dan meninggikan daerah perdarahan. Tindakan ini harus segera dilakukan terutama apabila jauh dari pusat pengobatan. Selanjutnya dalam waktu 2 jam setelah perdarahan, penderita hemophilia sudah harus mendapatkan faktor pembekuan yang diperlukan. Hemofilia A: transfusi kriopresipitat atau konsentrat faktor VIII dengan dosis 0,5 x BB (kg) x kadar yang diinginkan (%). Satu kantong kriopresipitat mengandung sekitar 80 U faktor VIII. Dapat juga dipakai dosis rumatan empiris, yaitu untuk faktor VIII 20-25 U/kg setiap 12 jam. Hemofilia B: diberikan faktor IX 40-50 U/kg setiap 24 jam. Keduanya diawali dengan dosis muatan (loading dose) dua kali dosis rumatan. Selain untuk pengobatan, faktor VIII dan IX juga diberikan untuk persiapan tindakan operatif seperti sirkumsisi, cabut gigi, dll. Selain faktor pembekuan dapat diberikan juga obat antifibrinolitik seperti asam epsilon amoni-kaproat atau asam traneksamat. Pemakaian obat analgetik yang mengganggu hemostasis seperti aspirin tdak dibenarkan.

LO.2.9 Komplikasi LO.2.10 Prognosis LO.2.11 Pencegahan

You might also like