You are on page 1of 3

A. Pembahasan 1. Pengkajian Proses pengkajian pada an.

I (7,5 tahun) dengan diagnosa DHF dilakukan pada hari Rabu, 6 Maret 2013 bertempat diruang Otje kamar III A bed a Rumah Sakit Rajawali Bandung. Proses pengkajian ini tidak terlalu banyak mendapatkan masalah. Hal ini, dikarenakan keluarga sangat kooperatif pada mahasiswa, mereka memberikan waktu kepada mahasiswa untuk melakukan pemeriksaan fisik kepada anak mereka. Selain itu, keluarga juga sangat terbuka dalam hal memberikan informasi kesehatan klien sebelum masuk rumah sakit dan kegiatan sehari-hari klien. Pada saat pengkajian di dapatkan bahwa anak merasa demam sejak tujuh hari, yang disertai dengan nyeri ulu hati, mual, pusing kepala dan badan lemas. Selan itu, anak juga menolak untuk makan dan sudah dua hari tidak BAB. Hasil pengkajian yang di dapat ternyata sejalan dengan tinjauan teori pada penyakit DHF, didapatkan adanya persamaan manifestasi klinik dalam hal klien merasa demam selama 5-7 hati, Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi, Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan uluhati, kulit lembab dan dingin. Dalam hal pengkajian, selain data yang diperoleh langsung dari klien, data dalam pengkajian juga di bantu dengan melihat hasil kesehatan klien di buku status. Data yang dapat dilihat seperti hasil pemeriksaan laboratorium. Disamping itu, kelancaran proses pengkajian ini karena adanya kerjasama yang baik dari persawat senior ruangan yang banyak sekali memberikan masukan mengenai keadaan klien. 2. Diagnosa Keperawatan a. Hipertemia b/d proses penyakit Sesuai dengan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 6 Maret 2013 pada an. I, didapatkan bahwa anak dalam kondisi lemah, tidak nafsu makan, mukosa mulut dan bibir tampak kering, klien juga panas naik turun dimana panas juga dapat terjadi penguapan jadi klien bisa beresiko kurang cairan tubuh. Oleh karena itu dalam intervensi diagnose ini, sangat ditekankan pada upaya mencegah kehilangan panas tubuh anak misalnya dengan melakukan kompres air hangat, menghindari

penggunaan pakaian yang tebal dan tidak menyerap keringat serta memberikan obat antibiotik dan antipiretik. b. Defisit volume cairan b/d intake yang kurang dan diaporesis. Diagnosa ini diangkat karena anak tersebut mengalami gangguan

keseimbangan cairan disebabkan oleh kurangnya input yang masuk (anak tidak suka minum dan perut terasa kenyang) sehingga didapatkan bahwa anak dalam kondisi lemah, mukosa mulut dan bibir tampak kering, anak tampak kurus dan ditambah anak banyak mengeluarkan urine. Oleh karena itu dalam intervensi diagnose ini, sangat ditekankan pada upaya pemenuhan cairan anak misalnya dengan memberikan cairan lewat IV agar cairan bisa terpenuhi dengan baik. c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis. Sesuai dengan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 6 Maret 2013 pada an. I, didapatkan bahwa anak dalam kondisi lemah, tidak nafsu makan, mukosa mulut dan bibir tampak kering. Setiap kali anak di beri makan anak hanya mau makan sedikit, ditambah lagi dengan adanya keluhan klien tentang nyeri ulu hati, sehingga bisa menjadikan hal itu juga sebagai alasan anak untuk malas makan. Jika kondisi anak yang seperti ini berlangsung lama maka anak akan berada pada kondisi dimana nutrisinya kurang dari kebutuhan tubuh. Sesuai dengan teori yang ada, nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Seseorang yang tidak mau atau kurang makan akan menyebabkan dia kekurangan nutrisi yang di bawa ke sel tubuh. Pada masalah kesehatan an. I ekstremitasnya dingin, disertai dengan konjungtiva yang pucat. Anak susah makan akan menyebabkan sel darah merah anak menjadi berkurang pula sehingga nutrisi untuk tubuh yang di bawa oleh darah akan menjadi berkurang. Oleh karena itu, pada intervensi diagnosa ini, sangat ditekankan pada upaya pemenuhan nutrisi anak misalnya dengan memberikan makanan yang lunak agar lebih mudah di cerna dan dapat membantu kondisi tubuh anak menjadi lebih baik.

You might also like