You are on page 1of 35

AUDIT OPERASIONAL, AUDIT PEMERINTAH, DAN BAPEPAM

OLEH: KELOMPOK 8 PAHLEVY DWI RIZALY MEDINA NOOR PRATIWI FAHMI ALFIAN HASANUDDIN SAFIRAH WARDINA .I. A31111 104 A31111 251 A31111 252 A31111 254

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN


1

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Audit Operasional dan Audit Pemerintah yang merupakan pengembangan dari mata kuliah Pengauditan 2. Semoga tugas ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan dasar mengetahui apa saja tahap-tahap dalam audit operasional serta jenis-jenis audit pemerintah. Tugas ini kami sadari bahwa sangat sederhana dan masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki masih minim. Oleh karena itu, kami harapk.an kepada para pembaca makalah ini memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan tugas ini. Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyelesaian tugas ini. Semoga Allah Swt. meridhoi segala usaha kita. Aamiin.

Makassar, 23 November 2013

KELOMPOK 8

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN BAB III PENUTUP DAFTAR PUSTAKA 5 4 2 3

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG


Auditing operasional di masa lalu telah digunakan untuk mengidentifikasi berbagai aktivitas yang mencakup evaluasi atas kinerja manajemen, sistem perencanaan dan pengendalian mutu yang dikembangkan manajemen, serta aktivitas dan departemen operasi tertentu. Adapun auditing pemerintahan (governmental auditing) mencakup semua audit yang dilakukan oleh badan audit pemerintah serta semua audit atas organisasi pemerintahan. B. RUMUSAN MASALAH Definisi dan Tahap-tahap dalam Audit Operasional Keterlibatan dan Standar Akuntan Publik Independen Jenis-jenis Audit Pemerintah Standar Auditing Pemerintah yang Berlaku Umum (GAGAS) Pelaporan Mengenai Ketaatan pada Hukum dan Peraturan, serta Mengenai Pengendalian Internal Tujuan dan Tanggung Jawab Single Audit Act

C. TUJUAN Dengan ini diharapkan kita bersama-sama dapat mengetahui apa saja tahapan dalam audit operasional serta berbagai jenis dalam audit pemerintah. Tentu diharapkan pula dapat mengetahui perbedaan antara GAAS dan standar auditing pemerintah yang berlaku umum (GAGAS). Serta dapat menjelaskan tujuan dan aplikabilitas Single Audit Act.

BAB II PEMBAHASAN
A. Audit Operasional Definisi Audit Operasional Auditing operasional di masa lalu telah digunakan untuk mengidentifikasi berbagai aktivitas yang mencakup evaluasi atas kinerja manajemen, sistem perencanaan dan pengendalian mutu yang dikembangkan manajemen, serta aktivitas dan departemen operasi tertentu. Seperti yang disiratkan dalam namanya, jenis auditing ini berkaitan dengan operasi nonkeuangan suatu entitas. Audit operasional atas unit-unit

nonpemerintahan biasanya dilakukan oleh auditor internal. Akan tetapi, dalam beberapa kasus, auditor eksternal juga mungkin ditugasi untuk melakukan audit ini. Sebuah terbitan IIA mendefinisikan auditing operasional sebagai berikut: Auditing operasional adalah suatu proses sistematis yang mengevaluasi efektivitas efisiensi, dan kehematan operasi organisasi yang berada dalam pengendalian manajemen serta melaporkan kepada orang-orang yang tepat hasil-hasil evaluasi tersebut beserta rekomendasi perbaikan. Bagian-bagian penting dari definisi ini adalah sebagai berikut: Proses yang sistematis. Seperti dalam audit laporan keuangan, audit operasional menyangkut serangkaian langkah atau prosedur yang logis, terstruktur, dan terorganisasi. Aspek ini meliputi perencana yang baik, serta perolehan dan evaluasi secara objektif bukti yang berkaitan dengan aktivitas yang sedang diaudit. Mengevaluasi operasi organisasi. Evaluasi atas operasi ini harus didasarkan pada beberapa kriteria yang ditetapkan dan disepakati. Dalam auditing operasional, kriteria seringkali dinyatakan dalam bentuk standar kinerja yang ditetapkan oleh manajemen. Namun, dalam beberapa kasus, standar itu mungkin ditetapkan oleh suatu badan pemerintahan atau oleh industri. Kriteria ini kerap kali didefinisikan secara kurang jelas bila dibandingkan dengan kriteria yang digunakan dalam audit atas laporan

keuangan. Auditing operasional mengukur derajat kesesuaian antara kinerja aktual dan kriterianya. Efektivitas, efisiensi, dan kehematan operasi. Tujuan utama dan auditing operasional adalah membantu manajemen organisasi yang diaudit untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan kehematan opera Jadi, auditing operasional terfokus pada masa depan. Hal ini sang berlawanan dengan audit atas laporan keuangan, yang mempunyai fokus historis. Melaporkan kepada orang-orang yang tepat. Penerima laporan audit operasional yang tepat adalah manajemen atau individu atau badan yang meminta audit. Kecuali jika audit diminta oleh pihak ketiga pembagian laporan itu tetap berada dalam lingkungan entitas. Dalam sebagian besar kasus, dewan komisaris atau komite audit adalah pihak yang menerima salinan laporan audit operasional. Rekomendasi perbaikan. Tidak seperti audit laporan keuangan, audit operasional tidak berakhir dengan menyajikan laporan mengenai temuan. Audit operasional juga mencakup pembuatan rekomendasi perbaikan. Pengembangan rekomendasi,

sebenarnya, merupakan salah satu aspek yang paling menantang dalam jenis auditing ini. Tahap-tahap Audit Operasional Ada lebih banyak tahap dalam audit operasional daripada dalam audit laporan keuangan. Persamaan dan perbedaan tahap-tahap di antara kedua jenis audit ini diperlihatkan dalam Gambar 23-3. Setiap tahap dalam audit operasional akan dijelaskan pada bagian berikut ini. Memilih Auditee Seperti pada banyak aktivitas lainnya dalam suatu entitas, auditing operasional biasanya terkena kendala anggaran atau kehematan. Oleh karena itu, sumber daya untuk auditing operasional harus digunakan dengan sebaik-baiknya. Pemilihan auditee dimulai dengan studi (atau survei) pendahuluan terhadap calon-calon auditee dalam entitas untuk mengidentifikasi aktivitas yang mempunyai potensi audit tertinggi dilihat dari segi perbaikan efektivitas, efisiensi, dan kehematan operasi. Pada

intinya, studi pendahuluan merupakan proses penyaringan yang akan menghasilkan peningkat dan calon auditee.

AUDIT LAPORAN KEUANGAN


Melaporkan temuan kepada pemegang saham

Menerima Klien

Merencanakan Audit

Meksanakan Audit

AUDIT OPERASIONAL
Melaporkan temuan kepada Manajemen

Memilih Auditee

Merencanakan Audit

Melaksanakan Audit

Melakukan Tindak Lanjut

Titik awal dari studi pendahuluan ini adalah memperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai struktur organisasional entitas serta karakteristik operasinya. Selain itu, auditor juga harus memahami industri tempat entitas beroperasi serta sifat dan luas peraturan pemerintah yang berlaku. Selanjutnya perhatian difokuskan pada aktivitas, unit, atau fungsi yang akan diaudit. Pemahaman tentang calon auditee diperoleh dengan: Mereview data arsip latar belakang setiap auditee Meninjau fasilitas auditee untuk memastikan bagaimana auditee mencapai tujuannya Mempelajari dokumentasi yang relevan tentang operasi auditee seperti buku petunjuk kebijakan dan prosedur, bagan arus, standar kinerja dan pengendalian mutu, serta deskripsi tugas Mewawancarai manajer aktivitas tersebut mengenai bidang-bidang permasalahan tertentu (seringkali disebut entry interview) Menerapkan prosedur analitis untuk mengidentifikasi tren atau hubungan yang tidak biasa

Melakukan pemeriksaan (atau pengujian) audit mini untuk menegaskan atau menjernihkan pemahaman auditor tentang masalah yang potensial

Pemahaman auditor mengenai setiap auditee harus didokumentasikan melalui kuesioner yang sudah diisi dengan lengkap, bagan arus, dan catatan naratif. Berdasarkan pemahaman ini, auditor menyiapkan suatu laporan atau memorandum studi pendahuluan, yang mengikhtisarkan semua temuan dan mencantumkan rekomendasi mengenai auditee yang harus diaudit. Laporan ini hanya digunakan oleh departemen auditing internal dan tidak di tujukan untuk manajemen. Merencanakan Audit Perencanaan audit yang cermat sangat penting baik bagi efektivitas maupun efisiensi audit operasioni1. Perencanaan terutama penting dalam jenis audit ini karena sangat beragamnya audit operasional. Landasan utama dan perencanaan audit adalah pengembangan program audit, yang harus dibuat sesuai dengan keadaan auditee yang ditemui pada tahap studi pendahuluan audit. Seperti dalam audit laporan keuangan, program audit berisi seperangkat prosedur yang dirancang untuk memperoleh bukti yang berkaitan dengan satu atau lebih tujuan. Bukti yang diperiksa biasanya didasarkan pada sampel data. Jadi, dalam perencanaan audit harus dipertimbangkan penggunaan teknik-teknik sampling statistik. Di samping itu, auditor juga harus mengetahui apakah teknik-teknik berbantuan komputer (computer-assisted

techniques) akan efisien dari segi biaya. Perencanaan audit juga mencakup pemilihan tim audit dan penjadwalan pekerjaan. Tim audit ini harus terdiri dari auditor yang memiliki keahlian teknis yang diperlukan untuk memenuhi tujuan audit. Pekerjaan harus dijadwalkan melalui konsultasi dengan auditee agar ada kerja sama maksimum dari personil auditee selama audit. Melaksanakan Audit Selama melaksanakan audit, auditor secara ekstensif harus mencari fakta-fakta yang berhubungan dengan masalah yang teridentifikasi dalam auditee selama studi pendahuluan. Pelaksanaan audit adalah tahap yang paling memakan waktu dalam
8

audit operasional. Tahap ini seringkali disebut sebagai melakukan audit yang mendalam (in-depth audit). Dalam suatu audit operasional, auditor sangat mengandalkan pada pengajuan pertanyaan dan pengamatan. Pendekatan yang biasa dilakukan adalah

mengembangkan kuesioner untuk auditee dan menggunakannya sebagai dasar untuk mewawancarai personil auditee. Dan pengajuan pertanyaan, auditor berharap akan memperoleh pendapat, komentar, dan usulan tentang pemecahan masalah. Wawancara yang efektif sangat penting dalam audit operasional. Melalui pengamatan terhadap personil auditee, auditor akan dapat mendeteksi inefisiensi dan kondisikondisi lainnya yang ikut menyebabkan masalah ini. Auditor juga harus menggunakan analisis dalam audit operasional. Untuk tujuan ini, analisis itu harus melibatkan studi dan pengukuran kinerja aktual dalam hubungannya dengan kriteria tertentu. Kriteria ini dapat dikembangkan secara internal oleh entitas seperti sasaran produktivitas dan anggaran yang ditetapkan. Atau, kriteria ini dapat berasal dari luar entitas berupa standar industri atau diturunkan oleh auditor dan audit-audit sebelumnya atas aktivitas yang serupa. Analisis ini dapat memberikan dasar untuk menentukan sejauh mana auditee memenuhi tujuan yang ditetapkan. Pekerjaan yang dilakukan, temuan, dan rekomendasi harus didokumentasikan dalam kertas kerja. Seperti dalam audit laporan keuangan, kertas kerja merupakan pendukung utama laporan auditor. Auditor penanggung jawab (in-charyc) biasanya bertanggung jawab untuk mereview kertas kerja baik selama maupun pada saat selesainya pemeriksaan. Review selama audit berguna dalam memantau kemajuan, sedangkan review pada akhir audit memastikan kualitas pekerjaan secara keseluruhan. Melaporkan Temuan Auditing operasional serupa dengan jenis-jenis auditing lainnya karena produk akhir dari audit ini adalah laporan audit. Akan tetapi, ada banyak situasi unik yang berkaitan dengan pelaporan dalam audit operasional. Misalnya, berlawanan dengan bahasa standar yang terdapat pada laporan auditor dalam audit atas laporan keuangan, bahasa laporan dalam audit operasional bervariasi untuk setiap auditee. Laporan itu harus memuat:
9

Suatu pernyataan tentang tujuan dan ruang lingkup audit Uraian umum mengenai pekerjaan yang dilakukan dalam audit Ikhtisar temuan-temuan Rekomendasi perbaikan Komentar auditee

Konsep laporan ini biasanya dibuat oleh auditor penanggung jawab. Konsep tersebut kemudian dibahas dengan manajer unit yang diaudit. Pembahasan ini memenuhi beberapa tujuan yang penting: (1) memberi auditor peluang untuk menguji akurasi temuan serta ketepatan rekomendasi, dan (2) memungkinkan auditor mendapatkan komentar auditee untuk dimasukkan dalam laporan. Konsep awal ini selanjutnya direvisi sesuai keperluan, sehingga konsep final dapat disiapkan. Dalam beberapa kasus, rekomendasi yang diberikan mungkin hanya menyarankan perlunya studi lebih lanjut atas masalah yang dihadapi. Pencantuman komentar auditee adalah bersifat opsional. Biasanya, komentar itu hanya disertakan apabila auditee tidak menyetujui temuan dan rekomendasi. Temuan auditor pada dasarnya menghasilkan kritik yang konstruktif. Pada saat menulis laporan, auditor harus sensitif terhadap reaksi penerima. Jika bahasanya tidak terlalu menyerang, maka tanggapan penerima laporan kemungkinan besar akan lebih positif. Biasanya, salinan laporan auditing operasional dikirimkan kepada manajemen senior dan kepada komite audit. Jika laporannya panjang serta terinci, maka laporan itu bisa dimulai dengan suatu ikhtisar lengkap (executive summary) mengenai temuan dan rekomendasi. Melakukan Tindak Lanjut Tahap terakhir atau tahap tindak lanjut (follow-up phase) dalam audit operasional adalah tahap bagi auditor untuk menindaklanjuti tanggapan auditee terhadap laporan audit. Idealnya, kebijakan entitas sebaiknya mengharuskan manajer unit yang diaudit untuk melaporkan secara tertulis selama periode waktu yang ditetapkan. Akan tetapi, tindak lanjut ini juga harus mencakup penentuan kelayakan tindakan yang diambil oleh auditee dalam mengimplementasikan rekomendasi. Standar Praktik 440 IIA menyatakan bahwa auditor internal harus menindaklanjuti untuk memastikan bahwa
10

tindakan yang tepat telah diambil berdasarkan temuan yang dilaporkan. Kegagalan auditor untuk menerima tanggapan yang tepat harus dikomunikasikan kepada manajemen senior.

Keterlibatan dan Standar Akuntan Publik Independen Berdasarkan keahlian dan pengalamannya, akuntan publik independen memenuhi syarat untuk melakukan audit operasional. Pada tahun 1982, AICPA menunjuk Komite Spesifik untuk Auditing Operasional dan Manajemen guna mempelajari keterlibatan akuntan independen dalam auditing operasional. Komite juga melakukan pengamatan berikut ini : Akuntan independen akan semakin banyak diperlukan untuk memberikan jasa ini baik pada sektor swasta maupun klien pemerintahan. Jenis jasa ini memberikan evaluasi dan nasihat yang independen kepada dewan komisaris, manajemen senior, serta pejabat tertentu yang telah memenuhi standar tanggung jawab dan kepengurusan yang tinggi. Pengalaman yang diperoleh dibidang akuntansi publik dalam aspek diagnosa dan penemuan fakta dari jasa auditing keuangan serta konsultasi manajemen memberikan latar belakang yang sangat baik untuk melakukan audit operasional.

B. Audit Pemerintah Auditing pemerintahan (governmental auditing) mencakup semua audit yang dilakukan oleh badan audit pemerintah serta semua audit atas organisasi pemerintahan. Badan audit pemerintah meliputi U.S. General Accounting Office, Defense Contract Audit Agency, serta badan-badan audit negara bagian. Audit atas organisasi pemerintahan mencakup audit atas unit pemerintah negara bagian dan lokal yang dilakukan oleh para auditor pemerintah federal serta akuntan publik independen. Dalam beberapa kasus, audit-audit ini mungkin mencakup atas program, aktivitas, fungsi, dan dana spesifik. Audit atas organisasi pemerintahan sebagian besar didasarkan pada konsep bahwa para pejabat dan pegawai yang mengelola dana publik harus

mempertanggungjawabkannya kepada publik.

11

Jenis-jenis Audit Pemerintah Dua jenis audit pemerintah diidentifikasi dalam Government Auditing Standards: Audit keuangan (financial audits) mencakup audit atas laporan keuangan dan audit terkait yang bersifat keuangan. o Audit atas laporan keuangan memberikan keyakinan yang kayak tentang apakah laporan keuangan entitas yang telah diaudit secara wajar menyajikan posisi keuangan, hasil operasi, dan arus kas sesuai dengan GAAP, atau salah satu dan beberapa dasar akuntansi lain yang dibahas dalam standar auditing yang diterbitkan oleh AICPA. o Audit terkait yang bersifat keuangan mencakup penentuan apakah (1) informasi keuangan telah disajikan sesuai dengan kriteria yang berlaku atau ditetapkan, (2) entitas sudah mematuhi persyaratan ketaatan keuangan tertentu, atau (3) pengendalian internal entitas atas pelaporan keuangan dan / atau penjagaan aktiva telah dirancang serta diimplementasikan sebagaimana mestinya untuk mencapai tujuan pengendalian. Contoh yang spesifik meliputi segmen laporan keuangan, pengendalian internal atas ketaatan pada hukum dan peraturan, seperti yang mengatur tender, akuntansi, dan pelaporan yang berhubungan dengan hibah serta kontrak, dan juga pengendalian internal atas pelaporan keuangan serta penjagaan aktiva, kebutuhan anggaran, dan varians antara kinerja keuangan aktual dengan yang diestimasi. - Audit kinerja (performance audits) meliputi audit atas kehematan dan efisiensi serta program. o Audit kehematan dan efisiensi mencakup penentuan (1) apakah entitas telah memperoleh, melindungi, dan menggunakan sumber dayanya (seperti personil, properti, dan ruang) secara ekonomis dan efisien, (2) penyebab inefisiensi atau praktik yang tidak ekonomis, serta (3) apakah entitas sudah mematuhi hukum dan peraturan yang berkaitan dengan masalah kehematan dan efisiensi. o Audit program mencakup penentuan (I) sejauh mana hasil atau manfaat yang diinginkan yang di tetapkan oleh badan legislator atau badan berwenang lainnya sudah tercapai, (2) efektivitas organisasi, program, aktivitas, atau fungsi, dan (3) apakah entitas sudah mematuhi hukum serta peraturan signifikan yang berlaku untuk program tersebut.
12

Definisi formal audit kinerja diberikan dalam Government Auditing Standards sebagai berikut:

Audit Kinerja adalah pemeriksaan bukti yang objektif dan sistematis dengan tujuan memberikan penilaian yang independen atas kinerja suatu organisasi, program, aktivitas, pemerintah dalam rangka memberikan informasi untuk meningkatkan akuntabilitas publik dan memudahkan pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab mengawasi atau mengawali tindakan korektif.

Penugasan audit pemerintah dapat mencakup tujuan audit keuangan atau kinerja, atau keduanya- Auditor yang melakukan penugasan itu, apakah dipekerjakan oleh badan auditing pemerintah atau kantor akuntan publik, harus berhati-hati untuk mengikuti semua standar auditing AICPA.

Standar Auditing Pemerintah yang Berlaku Umum (GAGAS) U.S. General Accounting Office (GAO) menetapkan standar audit untuk audit atas organisasi, program, aktivitas, dan fungsi pemerintah serta atas dana pemerintah yang diterima oleh organisasi nonpemerintah. Standar-standar tersebut berhubungan dengan kualifikasi profesional auditor, kualitas kerja audit, serta karakteristik laporan audit yang profesional dan bermakna. Standar audit GAO itu harus diikuti oleh auditor dan organisasi audit bila disyaratkan oleh hukum, peraturan, perjanjian atau kontrak, atau kebijakan. Organisasi audit terdiri dari badan audit pemerintah dan entitas nonpemerintah seperti kantor akuntan publik serta perusahaan konsultasi. Standar audit GAO dikenal sebagai standar auditing pemerintah yang berlaku umum (generally accepted government auditing standards = GAGAS). Standar GAO ini biasanya disebut sebagai Yellow Book standard sesuai warna pamflet standar itu yang diterbitkan. GAGAS mencakup standar audit yang berlaku umum yang ditetapkan AICPA untuk pekerjaan lapangan dan pelaporan. Setiap kali dikeluarkan, standar auditing dan atestasi AICFA baru yang relevan akan diadopsi serta dimasukkan ke dalam GAGAS, kecuali GAO mengecualikannya melalui pengumuman resmi. Auditor independen yang menjadi anggota
13

AICPA harus mengikuti GAGAS dalam melakukan audit pemerintah atau akan melanggar Kode Perilaku Profesional AICPA. Standar Pekerjaan Lapangan 1. Perencanaan Pekerjaan harus direncanakan secara memadai 2. Pengawasan: Staf harus diawasi Standar Pelaporan 1. Bentuk: Auditor harus menyiapkan laporan audit tertulis yang mengomunikasikan hasil-hasil setiap audit. sebagaimana 2. Ketepatwaktuan: Auditor harus mengeluarkan laporan dengan tepat agar informasi tersebut tersedia pada saat diperlukan oleh manajemen, pejabat legislatif, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

mestinya. 3. Ketaatan pada hukum dan peraturan: Apabila persyaratan hukum, ketaatan peraturan, lain dan bersifat

signifikan bagi tujuan audit, maka

auditor harus merancang audit untuk 3. Isi laporan: memberikan keyakinan yang layak Auditor harus melaporkan tujuan audit serta ruang lingkup dan metodologi audit.

tentang ketaatan pada aturan-aturan itu. Dalam semua audit kinerja, auditor harus

waspada terhadap situasi atau transaksi 4. Penyajian laporan: yang mungkin mengindikasikan adanya tindakan ilegal atau penyalahgunaan. 4. Pengendalian manajemen: Auditor harus memperoleh pemahaman Laporan harus lengkap, akurat,

objektif, meyakinkan, serta jelas dan seringkas yang dimungkinkan pokok masalahnya.

mengenai pengendalian manajemen yang 5. Pembagian laporan: relevan dengan audit. Jika pengendalian Laporan audit tertulis harus diserahkan manajemen tujuan bersifat maka cukup signifikan auditor bukti bagi oleh organisasi audit kepada pejabat yang harus tepat dalam auditee dan kepada pejabat untuk yang tepat dalam organisasi yang

audit,

mendapatkan mendukung

pertimbangan

mereka meminta atau mengatur dilakukannya audit, termasuk organisasi pendanaan eksternal, kecuali jika pembatasan hukum

mengenai pengendalian itu. 5. Bukti: Bukti yang cukup, kompeten,

dan melarang hal itu. Salinan laporan juga


14

relevan harus diperoleh untuk menjadi harus dikirim kepada pejabat lain yang dasar yang layak bagi temuan dan memiliki kewenangan pengawasan yang kesimpulan auditor. Catatan pekerjaan sah atau yang mungkin bertanggung auditor harus disimpan dalam bentuk jawab untuk bertindak berdasarkan

kertas kerja. Kertas kerja ini harus berisi temuan serta rekomendasi audit dan informasi yang mencukupi seorang untuk kepada pihak-pihak lain yang diberi auditor wewenang untuk menerima laporan

memungkinkan

berpengalaman yang tidak mempunyai tersebut. Kecuali bila dibatasi oleh hubungan sebelumnya dengan audit hukum atau peraturan, salinan harus tersebut mengetahui dengan pasti dari tersedia untuk inspeksi publik. kertas kerja itu bukti yang mendukung kesimpulan dan pertimbangan auditor yang signifikan.

GAGAS diklasifikasikan menjadi lima kategori berikut ini: standar umum, standar pekerjaan lapangan untuk audit keuangan, standar pelaporan untuk audit keuangan, standar pekerjaan lapangan untuk audit kinerja, serta standar pelaporan untuk audit kinerja. Standar audit kinerja dalam kedua kategori terakhir disajikan pada Gambar 23-5 hanya sebagai informasi dan tidak dibahas lebih jauh di sini. Standar dalam ketiga kategori yang pertama akan diidentifikasi dan dibahas pada bagian berikut ini. Kutipan yang mengikuti setiap standar mengacu pada nomor paragraf dalam Government Auditing Standards. Standar Umum Kategori umum dari GAGAS terutama berkaitan dengan kualifikasi auditor dan organisasi audit. Standar ini berlaku untuk kedua jenis audit pemerintah. Ada empat standar dalam kategori ini: Kualifikasi. Staf yang ditunjuk untuk melakukan audit harus secara kolektif memiliki keahlian profesional yang memadai atas tugas-tugas yang harus dilakukan. (Par. 3.3) Independensi. Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan audit, organisasi audit dan auditor perorangan, apakah pemerintah atau swasta, harus bebas dari masalah pribadi serta eksternal yang dapat merusak independensi, harus secara organisasional
15

independen, dan harus mempertahankan sikap serta penampilan yang independen. (Par. 3.11) Kemahiran Profesional. Kemahiran dan keseksamaan dalam menggunakan keahlian profesional harus diterapkan dalam melakukan audit dan dalam menyiapkan laporan terkait. (Par. 3.26) Pengendalian Mutu. Setiap organisasi audit yang melakukan audit sesuai dengan standar ini harus menjalankan sistem pengendalian mutu internal yang baik dan menjalani review pengendalian mutu eksternal. (Par. 3.31)

Ketiga standar umum yang pertama ini serupa dengan kategori umum GAAS yang dikeluarkan AICPA. Namun, standar kualifikasi mencantumkan persyaratan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk setiap auditor yang mempunyai peran signifikan dalam audit pemerintah, termasuk minimum 24 jam selama setiap periode dua tahun dengan topiktopik yang langsung berkaitan dengan lingkungan pemerintah atau auditing pemerintah. Standar umum GAGAS yang keempat tidak memiliki padanan dalam GAAS, tetapi Anda tentu ingat bahwa AICPA telah menetapkan standar pengendalian mutu tersendiri dan mengharuskan para anggotanya dalam praktik publik untuk berasosiasi dengan kantor-kantor yang ikut serta dalam review kualitas, yang memenuhi syarat atau yang mempraktikkan program pemantauan. Standar Pekerjaan Lapangan untuk Audit Keuangan Standar pekerjaan lapangan GAGAS memasukkan ketiga standar pekerjaan lapangan AICPA tanpa modifikasi. Melalui referensi, juga di masukkan semua SAS terkait yang dikeluarkan oleh AICPA yang dapat dianggap scbagai interpretasi standar pekerjaan lapangan. Untuk melengkapi standar-standar ini, GAGAS memasukkan lima standar pekerjaan lapangan tambahan sebagai berikut: Komunikasi auditor. Auditor harus mengkomunikasikan informasi kepada auditee, orang-orang yang mengontrak atau meminta jasa audit, dan komite audit mengenai sifat serta luas rencana pengujian dan pelaporan ketaatan pada hukum dan peraturan serta pengendalian internal atas pelaporan keuangan. (Par. 4.6).

16

Tindak lanjut audit. Auditor harus menindaklanjuti temuan dan rekomendasi material yang sudah diketahui dari audit sebelumnya. (Par. 4.7). Ketidaktaatan yang bukan tindakan ilegal. Auditor harus merancang audit untuk memberikan keyakinan yang layak bahwa salah saji yang material yang ditimbulkan oleh ketidaktaatan pada ketentuan kontrak atau perjanjian hibah, yang mempunyai dampak langsung dan material terhadap penentuan jumlah dalam laporan keuangan akan terdeteksi. Jika ada informasi tertentu yang menarik perhatian auditor, yang memberikan bukti mengenai adanya kemungkinan ketidaktaatan yang akan mempunyai dampak material tidak langsung terhadap laporan keuangan, maka auditor harus menerapkan prosedur audit yang secara khusus diarahkan untuk memastikan apakah ketidaktaatan itu sudah terjadi. (Par. 4.13). Pendokumentasian penilaian risiko pengendalian untuk asersi-asersi yang secara signifikan tergantung pada sistem informasi yang terkomputerisasi. Dalam

merencanakan audit, auditor harus mendokumentasikan dalam kertas kerja: (1) dasar untuk menilai risiko pengendalian pada tingkat maksimum atas asersi-asersi yang berhubungan dengan saldo akun, kelas transaksi, dan komponen pengungkapan yang material dalam laporan keuangan jika asersi tersebut secara signifikan tergantung pada sistem informasi yang terkomputerisasi, dan (2) pertimbangan bahwa prosedur audit yang direncanakan telah dirancang untuk mencapai tujuan audit serta untuk memperkecil risiko audit hingga ke tingkat yang dapat diterima. (Par. 4.21). Kertas kerja. Kertas kerja harus berisi informasi yang mencukupi agar memungkinkan seorang auditor berpengalaman yang tidak mempunyai hubungan sebelumnya dengan auditor untuk mengetahui secara pasti dari kertas kerja itu bukti yang mendukung kesimpulan dan pertimbangan auditor yang signifikan. (Par. 4.35).

Standar GAGAS tambahan yang pertama memperluas dengan siapa auditor harus berkomunikasi pada saat membentuk pemahaman mengenai audit. GAGAS

mensyaratkan bahwa orang-orang yang mengontrak atau meminta jasa audit dilibatkan dalam mengembangkan pemahaman, dan informasi spesifik harus dikomunikasikan menyangkut sifat serta luas pengujian dan pelaporan mengenai ketaatan pada hukum dan

17

peraturan, serta pengendalian internal atas pelaporan keuangan untuk memperkecil risiko bahwa kebutuhan atau ekspektasi pih0k-pih1k yang terlihat mungkin di salah tafsirkan. Standar tambahan yang kedua menyatakan kesimpulan GAO bahwa sebagian besar manfaat dan pekerjaan audit bukan merupakan temuan yang dilaporkan atau rekomendasi yang diberikan, tetapi merupakan resolusi efektif yang menjadi tanggung jawab manajemen auditee. Standar tambahan ini menetapkan bagian dan proses untuk melacak status temuan dan resolusi sebelumnya serta ditujukan untuk membantu auditor dalam memastikan bahwa manfaat pekerjaan mereka telah direalisasikan. Standar tambahan yang ketiga mengakui bahwa organisasi pemerintahan seringkali terkena aturan serta peraturan yang lebih spesifik daripada entitas di sektor swasta, dan ketidaktaatan atas aturan serta peraturan bisa berdampak material terhadap laporan keuangan. Standar ini mengikuti bentuk persyaratan GAAS mengenai tanggung jawab auditor untuk mendeteksi penyimpangan serta tindakan ilegal, dan menurut GAGAS, auditor mempunyai tanggung jawab yang sama untuk mendeteksi salah saji material yang berasal dan jenis-jenis ketidaktaatan lain serta dari tindakan ilegal (melawan hukum). Standar tambahan yang keempat tidak menambah tanggung jawab auditor untuk menguji pengendalian. Akan tetapi, jika asersi-asersi yang material tergantung pada sistem informasi yang terkomputerisasi, dan auditor memutuskan untuk menilai risiko pengendalian pada tingkat maksimum, maka auditor harus memenuhi persyaratan dokumentasi tertentu. Auditor harus mendokumentasikan dasar untuk menilai risiko pengendalian pada tingkat maksimum dengan menyebutkan: (1) ketidakefektifan rancangan dan/atau operasi pengendalian, atau (2) alasan mengapa pengujian pengendalian itu tidak akan efisien. Auditor juga harus mendokumentasikan pertimbangan bahwa prosedur audit yang direncanakan telah dirancang untuk mencapai tujuan audit spesifik dan memperkecil risiko audit ke tingkat yang dapat diterima. Standar tambahan yang terakhir mengenai kertas kerja mengkodifikasi persyaratan bahwa, walaupun tidak secara eksplisit dinyatakan dalam GAAS, hal itu tentunya harus diterapkan pada semua jenis audit laporan keuangan. Keberadaan standar pengendalian mutu, dan peer review, akan merealisasikan hal ini dalam semua audit. GAGAS tidak menetapkan standar pengendalian internal tambahan untuk audit atas laporan keuangan. Namun, Yellow Book mencantumkan pedoman tentang penerapan
18

standar pekerjaan lapangan GAAS yang kedua pada saat mempertimbangkan lingkungan pengendalian, pengendalian atas penjagaan, pengendalian atas ketaatan pada hukum dan peraturan, serta penilaian risiko pengendalian dalam audit pemerintah. Yellow Book juga memberikan pedoman tambahan mengenai penetapan materialitas. Secara khusus, buku ini menyatakan bahwa dalam audit atas entitas pemerintah atau entitas yang menerima bantuan pemerintah, adalah tepat untuk menetapkan tingkat materialitas yang lebih rendah daripada dalam audit atas entitas lain karena adanya akuntabilitas publik auditee, berbagai persyaratan hukum dan peraturan, serta visibilitas dan sensitivitas program, aktivitas, serta fungsi pemerintah. Semua standar AICPA (SASs dan SSAEs) yang berlaku untuk audit terkait yang bersifat keuangan juga dimasukkan melalui referensi ke dalam GAGAS. Standar Pelaporan untuk Audit Keuangan Untuk melengkapi keempat standar pelaporan yang berlaku umum yang dikeluarkan AICPA serta SAS terkait, yang semuanya dimasukkan ke dalam GAGAS melalui referensi, Yellow Book mencantumkan lima standar pelaporan tambahan berikut ini: Ketaatan pada GAGAS. Laporan audit harus menyatakan bahwa audit telah dilakukan sesuai dengan standar auditing pemerintah yang berlaku umum. (Par. 5.11). Ketaatan pada Hukum dan Peraturan serta Pengendalian Internal. Laporan mengenai laporan keuangan harus (1) menguraikan ruang lingkup pengujian auditor atas ketaatan pada hukum dan peraturan serta pengendalian internal dan menyajikan hasil-hasil pengujian itu atau mengacu ke laporan terpisah yang memuat informasi tersebut. Dalam menyajikan hasil-hasil pengujian itu, auditor harus melaporkan penyimpangan, tindakan ilegal, dan ketidaktaatan material lainnya, serta kondisi yang dapat dilaporkan dalam pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Dalam situasi tertentu, auditor harus melaporkan kecurangan dan tindakan ilegal langsung kepada pihak eksternal entitas yang diaudit. (Par. 5.15). Informasi Istimewa dan Rahasia. Jika informasi tertentu dilarang untuk diungkapkan kepada umum, maka laporan auditor harus menyatakan sifat informasi yang tidak dicantumkan itu serta persyaratan yang mengharuskan dilakukannya tindakan itu. (Par. 5.29).
19

Pembagian Laporan. Laporan audit tertulis harus diserahkan oleh organisasi audit kepada pejabat yang tepat dari auditee dan kepada pejabat yang tepat dari organisasi yang mengharuskan atau mengatur dilakukannya audit, termasuk organisasi pendanaan eksternal, kecuali jika batasan yang sah melarang hal itu. Salinan itu, laporan juga harus diserahkan kepada pejabat lain yang mempunyai kewenangan pengawasan legal atau yang mungkin bertanggung jawab untuk mengambil tindakan berdasarkan temuan dan rekomendasi audit, serta kepada pihak-pihak lain yang diberi kewenangan untuk menerima laporan tersebut. Kecuali dibatasi oleh hukum dan peraturan, salinan itu juga harus tersedia untuk inspeksi publik. (Par 5.32).

Standar pelaporan tambahan yang pertama mensyaratkan agar laporan audit mengenai laporan keuangan harus secara eksplisit menyatakan bahwa audit telah dilaksanakan sesuai dengan GAGAS ketika laporan itu diserahkan untuk mematuhi persyaratan hukum, peraturan, atau kontraktual dalam audit GAGAS. Standar ini tidak melarang diterbitkannya laporan yang tidak mengacu pada GAGAS jika auditee memerlukan laporan audit untuk tujuan selama mematuhi persyaratan yang menghendaki audit GAGAS. Standar tambahan yang kedua menyangkut perbedaan yang paling ekstensif antara pelaporan mengenai audit laporan keuangan menurut GAAS dan GAGAS. Perbedaan ini akan dijelaskan dalam dua bagian berikut ini. Standar pelaporan tambahan yang ketiga mengakui bahwa informasi tertentu mungkin tidak bisa diungkapkan kepada umum menurut hukum atau peraturan federal, negara bagian, atau lokal. Persyaratan pembagian laporan yang dirinci dalam standar tambahan keempat mengharuskan organisasi yang menugasi dan auditor untuk memiliki pemahaman yang jelas mengenai pejabat atau organisasi mana yang akan menerima laporan, dan siapa yang akan membagikan. Dalam pelaporan mengenai audit terkait yang bersifat keuangan, auditor harus mengikuti semua bagian yang berlaku dan standar-standar pelaporan GAAS dan GAGAS untuk audit keuangan, serta bagian yang berlaku dan SASs dan SSAEs dan AICPA.

20

Pelaporan Mengenai Ketaatan Pada Hukum dan Peraturan Standar pelaporan tambahan yang kedua mensyaratkan bahwa laporan auditor mengenai laporan keuangan, atau laporan terpisah yang diacu dalam laporan auditor itu, harus mencakup informasi yang sama mengenai penyimpangan dan tindakan ilegal yang dilaporkan kepada komite audit menurut standar AICPA. Contoh ketidaktaatan lain yang material terhadap laporan keuangan seperti pelanggaran atas ketentuan kontrak atau perjanjian hibah juga harus dilaporkan. Contoh yang terakhir ini meliputi kegagalan penerima hibah untuk menyumbangkan sumber dayanya sendiri guna memenuhi persyaratan penandingan (matching requirement), pelanggaran atas pembatasan tujuan penggunaan dana, dan alokasi biaya tidak langsung yang tidak semestinya. Jika ditemukan ketidaktaatan, maka cara pelaporannya harus memberi pembaca suatu dasar untuk menilai kelaziman dan konsekuensi dan kondisi tersebut dengan mengacu pada variabel-variabel seperti jumlah kasus yang diperiksa, frekuensi ketidaktaatan, nilai dolar, dan sebagainya. Standar ini juga mengharuskan auditor untuk melaporkan penyimpangan atau tindakan ilegal secara langsung kepada pihak-pihak eksternal dalam dua kondisi jika auditee tidak melakukannya sesegera mungkin setelah auditor mengkomunikasikan hal itu kepada badan pengatur auditee: (1) jika auditee diwajibkan oleh hukum atau peraturan untuk melaporkan peristiwa semacam itu kepada pihak eksternal dan (2) jika auditee yang menerima bantuan dari badan pemerintah tidak melaporkan kepada badan itu penyimpangan atau tindakan ilegal yang terkandung dalam bantuan itu. Bila hukum, peraturan, atau kebijakan mengharuskan auditor untuk melaporkan indikasi dan jenis-jenis penyimpangan atau tindakan ilegal tertentu kepada otoritas penegakan hukum atau penyelidikan, maka mereka harus berkonsultasi dengan otoritas tersebut dan/atau konsultan hukum untuk menentukan apakah pelaporan yang lebih luas akan membahayakan tindakan investigatif atau hukum yang sudah berjalan. Dalam kasus seperti itu, auditor mungkin membatasi pelaporannya pada informasi yang sudah menjadi bagian dan catatan publik. Pedoman yang ekstensif mengenai auditing ketaatan, atestasi ketaatan, dan pelaporannya diberikan dalam AU 801, Pertimbangan Auditing Ketaatan dalam Audit atas Entitas Pemerintahan dan Penerima Bantuan Keuangan Pemerintahan (SAS No. 74 dan 75), dan AT 500, Atestasi Ketaatan (SSAE No. 3, 4, dan 9 serta SAS No. 74). Berdasarkan AT

21

500.54, laporan akuntan mengenai pemeriksaan atestasi ketaatan, yang biasanya dialamatkan kepada entitas tersebut, harus mencakup hal-hal berikut ini: Identifikasi dari asersi manajemen tentang ketaatan entitas pada persyaratan yang ditetapkan, termasuk periode yang dicakup oleh asersi manajemen. Apabila asersi manajemen tidak menyertai laporan para praktisi tersebut, maka paragraf pertama laporan juga harus memuat pernyataan tentang asersi manajemen. Suatu pernyataan bahwa ketaatan pada persyaratan yang disebutkan dalam asersi manajemen merupakan tanggung jawab manajemen entitas tersebut. Suatu pernyataan bahwa tanggung jawab para praktisi adalah menyatakan pendapat mengenai ketaatan entitas pada persyaratan itu atau mengenai asersi manajemen yang menyangkut ketaatan semacam itu berdasarkan pemeriksaannya. Suatu pernyataan bahwa pemeriksaan telah dilakukan sesuai dengan standar atestasi yang ditetapkan oleh American Institute of Certified Public Accountants dan, karenanya, mencakup pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti tentang ketaatan ertitas pada persyaratan dan pelaksanaan prosedur lain yang dianggap perlu oleh praktisi sesuai situasinya. Suatu pernyataan bahwa para praktisi berkeyakinan bahwa pemeriksaan itu memberikan dasar yang layak bagi pendapatnya. Suatu pernyataan bahwa pemeriksaan itu tidak memberikan kepastian hukum mengenai ketaatan entitas. Pendapat praktisi mengenai apakah entitas menaati, dalam semua hal yang material, persyaratan yang ditetapkan (atau apakah asersi manajemen mengenai ketaatan pada persyaratan yang ditetapkan dinyatakan secara wajar dalam semua hal yang material) berdasarkan kriteria yang sudah berlaku atau disepakati bersama. Jika asersi telah disiapkan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh badan pengatur atau yang sudah disepakati oleh pembuat asersi dan pihak-pihak yang ditetapkan, maka laporan praktisi harus memuat: o Suatu pernyataan mengenai pembatasan penggunaan laporan karena laporan itu hanya ditujukan untuk pihak-pihak yang ditetapkan.

22

o Suatu pernyataan, apabila ada kriteria yang sudah berlaku, bahwa asersi tidak dimaksudkan sebagai sesuatu yang akan disajikan seandainya asersi itu disajikan berdasarkan [sebutkan kriteria yang sudah berlaku itu]. Tanda tangan asli atau cap tanda tangan kantor praktisi. Tanggal laporan pemeriksaan.

Pelaporan Mengenai Pengendalian Internal Seperti ditunjukkan dalam standar pelaporan tambahan yang kedua, GAGAS mengharuskan auditor untuk melaporkan kekurangan-kekurangan dalam pengendalian internal yang mereka anggap sebagai kondisi yang dapat dilaporkan. Contoh kondisi yang dapat dilaporkan mencakup: Tidak adanya pemisahan tugas yang baik yang konsisten dengar tujuan Bukti gagalnya menjaga aktiva dan kehilangan, kerusakan, atar penyalahgunaan. Tidak cukupnya tingkat kesadaran pengendalian dalam organisasi. Kegagalan untuk menindak lanjuti dan mengoreksi kekurangan yang sebelumnya teridentifikasi dalam pengendalian internal.

Selain itu, GAGAS juga mengharuskan bahwa kondisi yang dapat dilaporkan yang merupakan kelemahan material diidentifikasi sebagaimana adanya, yaitu suatu persyaratan yang bersifat opsional menurut GAAS. Jika ada kekurangan yang tidak memenuhi syarat sebagai kondisi yang dapat dilaporkan, maka kekurangan itu harus dikomunikasikan kepada auditee, sebaiknya secara tertulis seperti dalam surat manajemen. Bila ini terjadi, maka harus ada referensi terhadap komunikasi itu dalam laporan auditor mengenai pengendalian. Laporan mengenai pengendalian tidak menyatakan setiap bentuk keyakinan atas efektivitas pengendalian internal. Pedoman tambahan untuk pelaporan pengendalian internal dan entitas pemerintahan, termasuk usulan isi dan format laporan terpisah yang cocok dengan situasi, dapat ditemukan dalam AT 400.

C. Single Audit Act Single Audit Act, yang disahkan oleh Congress pada tahun 1984 dan amandemenkan pada tahun 1996, menetapkan konsep pemerintah untuk keseluruhan organisasi (audit
23

tunggal atau Single Audit) yang mencakup baik audit keuangan maupun ketaatan. Undang-undang ini mengurangi perlunya badan-badan federal untuk melakukan, dan bagi penerima bantuan keuangan dan ketaatan yang terpisah.

Tujuan Undang-Undang Bagian 1(a) Undang-Undang ini menyatakan bahwa tujuan Undang-Undang adalah untuk: Memperbaiki pengelolaan keuangan pemerintah negara bagian dan lokal serta organisasi nirlaba berkenaan dengan program bantuan keuangan federal. Menetapkan persyaratan yang seragam untuk audit atas bantuan keuangan federal yang diberikan kepada pemerintah negara bagian dan lokal. Mendorong penggunaan sumber daya audit secara efisien dan efektif. Memastikan bahwa departemen dan badan federal, hingga ke tingkat maksimum yang memungkinkan, mengandalkan dan memanfaatkan pekerjaan audit yang dilakukan mengikuti persyaratan Single Audit Act.

Setelah diimplementasikan, Undang-Undang ini juga telah menjadi instrumen untuk memastikan bahwa penerima bantuan keuangan federal mematuhi beberapa kebijakan nasional yang signifikan yang berkaitan dengan masalah-masalah seperti upah, kondisi kerja, serta hak sipil.

Aplikabilitas dan Administrasi Menurut Undang-Undang ini, pemerintah negara bagian dan lokal serta organisasi nirlaba yang menerima $300000 atau lebih bantuan keuangan federal dalam suatu tahun fiskal, baik secara langsung dan sebuah badan federal maupun secara tidak langsung melalui entitas pemerintah negara bagian atau lokal lain, diwajibkan untuk menjalani audit tunggal tahunan yang mengikuti Undang-Undang mi. Federal Office of Management and Budget (OMB) telah diberi wewenang untuk menyesuaikan jumlah threshold tersebut setiap dua tahun. Undang-Undang ini menambah persyaratan yang termuat dalam standar Yellow Book, dengan penekanan khusus diberikan pada program bantuan keuangan federal utama yang didefinisikan dalam Undang-Undang ini.
24

Bantuan

keuangan

federal

(federal

financial

assistance)

secara

umum

didefinisikan dalam Undang-Undang sebagai bantuan yang diberikan oleh badan pemerintah federal berupa hibah, kontrak, pinjaman, garansi pinjaman, properti, perjanjian kerja sama, subsidi bunga, asuransi, atau apropriasi langsung, tetapi bukan bantuan uang tunai federal yang bersifat langsung kepada perorangan. Auditor harus menggunakan pendekatan berdasarkan risiko untuk menentukan program Federal mana yang merupakan program utama (major program). Pendekatan berdasarkan risiko ini harus mempertimbangkan: (1) pengalaman audit sekarang dan sebelumnya, (2) pengawasan oleh badan Federal dan pass-through entity, serta (3) risiko inheren dari program Federal tersebut OMB Circular A-1.33, Audits of States, Local Governments, and Non-Profit Organizations, memberikan pedoman khusus tambahan tentang pengimplementasian ketiga kriteria ini. Program-program yang tidak memenuhi syarat sebagai program utama disebut sebagai program nonutama (Nonmajor program). Direktur Office of Management and Budget (OMB) telah menetapkan kebijakan, prosedur, dan pedoman untuk mengimplementasikan Undang-Undang ini dalam OMB Circular A-128Audits of State and Local Governments. Direktur itu juga menunjuk cognizant agency untuk memantau ketaatan pada Undang-Undang ini. Suatu cognizant agency adalah badan federal yang bertanggung jawab untuk mengimplementasikan persyaratan audit tunggal pada pemerintah negara bagian atau lokal tertentu. Cognizant agency mewakili kepentingan kolektif dari semua badan pemerintah federal atas hasilhasil audit. Tanggung jawab badan ini termasuk memberikan nasihat teknis serta sebagai penghubung dengan pemerintah negara bagian dan lokal serta auditor independen. Jadi, unit-unit pemerintahan dapat bekerja secara langsung dengan satu badan dan bukan dengan beberapa badan.

Ruang Lingkup Audit menurut Single Audit Act Ruang lingkup audit yang dilaksanakan seperti dijelaskan dalam Undang-Undang dan OMB Circular A-133, Audits of States, Local Governments, and Non-Profit Organization memiliki lima komponen utama.
25

Umum Secara umum audit harus dilakukan sesuai dengan GAGAS. Auditor harus memasukkan keseluruhan operasi auditee; atau bila auditee menghendaki, harus mencakup serangkaian audit yang meliputi departemen, badan, dan unit-unit organisasional lain yang menggunakan atau mengurusi pemberian federal selama tahun berjalan. Setiap audit yang terpisah harus mencakup laporan keuangan dan skedul pengeluaran dari pemberian federal untuk setiap departemen, badan, atau unit pemerintahan lainnya.

Laporan Keuangan Auditor harus menentukan apakah laporan keuangan auditee telah disajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Auditor juga harus menentukan apakah skedul pengeluaran pemberian federal telah disajikan secara wajar dalam semua hal yang material bila dihubungkan dengan laporan keuangan auditee secara keseluruhan.

Pengendalian Internal Selain persyaratan GAGAS, auditor juga harus melakukan prosedur untuk memperoleh pemahaman yang memadai mengenai pengendalian internal atas program-program federal, dalam merencanakan audit untuk mendukung penilaian tingkat risiko pengendalian yang rendah atas program-program utama. Secara umum, auditor juga harus merencanakan pengujian sistem pengendalian internal atas program utama untuk mendukung penilaian tingkat risiko pengendalian yang rendah atas asersi-asersi yang relevan dengan persyaratan ketaatan pada setiap program utama.

Ketaatan Di samping persyaratan GAGAS, auditor juga harus menentukan apakah auditee sudah mematuhi hukum, peraturan, dan ketentuan kontrak atau perjanjian hibah yang mungkin mempunyai dampak langsung serta material terhadap setiap program utamanya. OMB mengeluarkan suatu Compliance Supplement yang menguraikan persyaratan ketaatan prinsip yang berlaku untuk sebagian besar program federal. Pengujian ketaatan harus mencakup pengujian transaksi dan prosedur auditing lain yang diperlukan untuk memberi auditor cukup bukti guna mendukung pendapat mengenai ketaatan. Auditor harus menetapkan ruang lingkup audit untuk memenuhi persyaratan khusus seperti berikut ini:

26

o Jenis jasa yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan, yang menetapkan jenisjenis barang atau jasa yang bisa dibeli entitas dengan bantuan federal. o Eligibilitas, yang menetapkan karakteristik orang atau kelompok kepada siapa entitas dapat memberikan bantuan keuangan. o Penandingan, yang menentukan jumlah yang harus diserahkan entitas dari sumber daya mereka sendiri ke dalam proyek yang mendapat bantuan keuangan. o Pelaporan, yang menentukan laporan lain yang harus diserahkan entitas. o Pengujian dan ketentuan khusus, yang mungkin mencakup persyaratan seperti mengadakan dengar pendapat mengenai usulan penggunaan dana dan tengat waktu untuk pengeluaran dana. Tindak Lanjut Audit Auditor harus menindaklanjuti temuan-temuan audit terdahulu, dengan melakukan prosedur untuk menilai kewajaran skedul ikhtisar dari temuan audit terdahulu yang disiapkan oleh auditee. Auditor harus melaporkan sebagai temuan audit tahun berjalan, jika auditor menyimpulkan bahwa skedul ikhtisar temuan audit terdahulu itu secara material salah menyajikan status dari temuan audit terdahulu. Auditor juga harus melakukan prosedur tindak lanjut audit, tanpa memperhatikan apakah salah satu temuan audit terdahulu berhubungan dengan program utama dalam tahun berjalan.

Persyaratan Pelaporan Laporan auditor bisa ditulis dalam format laporan gabungan atau laporan terpisah. Selain pedoman yang diberikan dalam OMB Circular A-133, auditor juga harus memperhatikan hal-hal berikut ini: AU 801, Pertimbangan Auditing Ketaatan dalam, Audit atas Entitas Pemerintahan dan Penerima Bantuan Keuangan Pemerintah (SAS No. 74 dan 75). AT 100, Standar Atestasi (SSAE No. 1, 4, 5, 7, dan 9). AT 400, Atestasi Ketaatan (SSAE No. 3, 4, dan 9 serta SAS No. 74).

27

Isi laporan auditor akan dibahas di bawah ini. o Pendapat mengenai Laporan Keuangan Pertama, auditor harus mengeluarkan pendapat (atau menolak memberikan pendapat) mengenai apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Sebagai bagian dan persyaratan ini, auditor harus mengeluarkan pendapat (atau menolak memberikan pendapat) mengenai apakah Skedul Pengeluaran Pemberian Federal telah disajikan secara wajar dalam semua hal yang material bila dihubungkan dengan laporan keuangan secara keseluruhan. o Laporan mengenai Pengendalian Internal Kedua, auditor harus mengeluarkan laporan mengenai pengendalian internal yang berhubungan dengan laporan keuangan dan program utama. Laporan ini harus menguraikan ruang lingkup pengujian pengendalian internal serta hasil pengujian itu, dan sesuai keadaannya, mengacu pada Skedul Temuan dan Biaya yang Diragukan yang terpisah. o Laporan mengenai Ketaatan Ketiga, auditor harus mengeluarkan laporan mengenai ketaatan pada hukum, peraturan, dan ketentuan kontrak atau perjanjian hibah: di mana ketidaktaatan mungkin akan berdampak material terhadap laporan keuangan. Laporan ini juga harus memuat suatu pendapat (atau penolakan memberikan pendapat) mengenai apakah auditee telah menaati hukum, peraturan, dan ketentuan kontrak atau perjanjian hibah yang mungkin mempunyai dampak langsung serta material terhadap setiap program utama. Sesuai dengan keadaannya, laporan harus mengacu pada Skedul Temuan dan Biaya yang Diragukan yang terpisah (akan dibahas dalam paragraf berikut ini). o Skedul Temuan dan Biaya yang Diragukan Terakhir auditor harus menyertakan suatu ikhtisar hasil audit dalam bentuk Skedul Temuan dan Biaya yang Diragukan. Biaya yang diragukan (questioned cost) meliputi setiap biaya yang dibebankan pada suatu program yang tidak diperbolehkan, tidak didokumentasikan, tidak disetujui, atau tidak wajar. Skedul Temuan dan Biaya yang Diragukan meliputi komponen utama berikut ini:

28

1. Ikhtisar hasil auditor yang harus mencakup: o Jenis laporan yang dikeluarkan auditor mengenai laporan keuangan auditee (misalnya, pendapat wajar tanpa pengecualian, pendapat wajar dengan pengecualian, atau penolakan memberikan pendapat). o Sesuai keadaannya, suatu pernyataan bahwa kondisi yang dapat dilaporkan dalam pengendalian internal telah terungkap oleh audit atas laporan keuangan dan apakah setiap kondisi tersebut merupakan kelemahan yang material. o Suatu pernyataan mengenai apakah audit telah mengungkapkan setiap ketidaktaatan yang material bagi laporan keuangan auditee. o Sesuai keadaannya, suatu pernyataan bahwa kondisi yang dapat dilaporkan dalam pengendalian internal atas program utama telah terungkap oleh audit dan apakah setiap kondisi merupakan kelemahan yang material. o Jenis laporan yang dikeluarkan auditor mengenai ketaatan untuk program utama (misalnya, pendapat wajar tanpa pengecualian, pendapat wajar dengan pengecualian, atau penolakan memberikan pendapat). o Suatu pernyataan mengenai apakah audit mengungkapkan setiap temuan audit termasuk (1) kondisi yang dapat dilaporkan dalam pengendalian internal atas program utama, (2) Ketidaktaan yang material pada ketentuan hukum, peraturan, kontrak, janjian hibah yang berkaitan dengan program utama,(3) Biaya yang diragukan yang sudah diketahui lebih besar dari $10.000 untuk satu jenis persyaratan ketaatan pada program utama, atau yang tidak diaudit sebagai program utama, (4) situasi menjelaskan mengapa laporan auditor mengenai ketataan program utama bukan berisi pendapat wajar tanpa pengecualian, dan (5) kecurangan yang sudah diketahui mempengaruhi pemberian federal. o Identifikasi program-program utama. o Threshold jumlah dolar yang digunakan untuk memberdakan antara program Jenis A dan Jenis B dalam pendekatan berdasarkan risiko untuk menentukan ruang lingkup audit. o Suatu pernyataan mengenai apakah auditee memenuhi sebagai auditee berisiko rendah.

29

2. Temuan-temuan yang berkaitan dengan laporan Keuangan, diwajibkan untuk dilaporkan sesuai dengan GAGAS. 3. Temuan dan biaya yang diragukan untuk pemberian federal. 4. Suatu laporan, sebagai temuan audit tahun berjalan, jika menyimpulkan bahwa skedul temuan audit terdahulu .secara material salah menyajikan status setiap temuan audit terdahulu.

D. BAPEPAM

BADAN PENGAWAS PASAR MODAL Pasal 3 (1) Pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari kegiatan Pasar Modal dilakukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal yang selanjutnya disebut Bapepam. (2) Bapepam berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.

Pasal 4 Pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dilaksanakan oleh Bapepam dengan tujuan mewujudkan terciptanya kegiatan Pasar Modal yang teratur, wajar, dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat. Pasal 5 Dalam melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4, Bapepam berwenang untuk: a. memberi: 1) izin usaha kepada Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksa Dana, Perusahaan Efek, Penasihat Investasi, dan Biro Administrasi Efek; 2) izin orang perseorangan bagi Wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek, dan Wakil Manajer Investasi; dan 3) persetujuan bagi Bank Kustodian;

30

b. c.

mewajibkan pendaftaran Profesi Penunjang Pasar Modal dan Wali Amanat; menetapkan persyaratan dan tata cara pencalonan dan memberhentikan untuk sementara waktu komisaris dan atau direktur serta menunjuk manajemen sementara Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian sampai dengan dipilihnya komisaris dan atau direktur yang baru;

d.

menetapkan persyaratan dan tata cara Pernyataan Pendaftaran serta menyatakan, menunda, atau membatalkan efektifnya Pernyataan Pendaftaran;

e.

mengadakan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap Pihak dalam hal terjadi peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran terhadap Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya;

f.

mewajibkan setiap Pihak untuk: 1) menghentikan atau memperbaiki iklan atau promosi yang berhubungan dengan kegiatan di Pasar Modal; atau 2) mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi akibat yang timbul dari iklan atau promosi dimaksud;

g.

melakukan pemeriksaan terhadap: 1) setiap Emiten atau Perusahaan Publik yang telah atau diwajibkan menyampaikan Pernyataan Pendaftaran kepada Bapepam; atau 2) Pihak yang dipersyaratkan memiliki izin usaha, izin orang perseorangan, persetujuan, atau pendaftaran profesi berdasarkan Undang-undang ini;

h.

menunjuk Pihak lain untuk melakukan pemeriksaan tertentu dalam rangka pelaksanaan wewenang Bapepam sebagaimana dimaksud dalam huruf g;

i. j.

mengumumkan hasil pemeriksaan; membekukan atau membatalkan pencatatan suatu Efek pada Bursa Efek atau menghentikan Transaksi Bursa atas Efek tertentu untuk jangka waktu tertentu guna melindungi kepentingan pemodal;

k.

menghentikan kegiatan perdagangan Bursa Efek untuk jangka waktu tertentu dalam hal

31

keadaan darurat; l. memeriksa keberatan yang diajukan oleh Pihak yang dikenakan sanksi oleh Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, atau Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian serta memberikan keputusan membatalkan atau menguatkan pengenaan sanksi dimaksud; m. menetapkan biaya perizinan, persetujuan, pendaftaran, pemeriksaan, dan penelitian serta biaya lain dalam rangka kegiatan Pasar Modal; n. melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian masyarakat sebagai akibat pelanggaran atas ketentuan di bidang Pasar Modal; o. memberikan penjelasan lebih lanjut yang bersifat teknis atas Undang-undang ini atau peraturan pelaksanaannya; p. menetapkan instrumen lain sebagai Efek selain yang telah ditentukan dalam Pasal 1 angka 5; dan q. melakukan hal-hal lain yang diberikan berdasarkan Undang-undang ini.

Fungsi BAPEPAM Berdasarkan Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari Pasar Modal dilakukan oleh Bapepam yang bertujuan untuk mewujudkan kegiatan pasar modal yang teratur, wajar dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat. Dalam melaksanakan fungsi tersebut, Bapepam mempunyai kewenangan untuk memberikan izin, persetujuan, dan pendaftaran kepada para pelaku Pasar Modal, memproses pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum, menerbitkan peraturan pelaksanaan dari perundang-undangan di bidang Pasar Modal, dan melakukan penegakan hukum atas setiap pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal.

32

Wewenang Pada pasal 5 UU Pasar Modal, Bapepam berwenang untuk: a. memberi : 1) izin usaha kepada Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksa Dana, Perusahaan Efek, Penasihat Investasi, dan Biro Administrasi Efek 2) izin orang perseorangan bagi Wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek, dan Wakil Manajer Investasi 3) persetujuan bagi Bank Kustodian; b. c. mewajibkan pendaftaran Profesi Penunjang Pasar Modal dan Wali Amanat; menetapkan persyaratan dan tata cara pencalonan dan memberhentikan untuk sementara waktu komisaris dan atau direktur serta menunjuk manajemen sementara Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian sampai dengan dipilihnya komisaris dan atau direktur yang baru; d. menetapkan persyaratan dan tata cara Pernyataan Pendaftaran serta menyatakan, menunda atau membatalkan efektifnya Pernyataan Pendaftaran; e. mengadakan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap Pihak dalam hal terjadi peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran terhadap Undang-undang dan atau peraturan pelaksanaanya; f. mewajibkan setiap Pihak untuk : 1) menghentikan atau memperbaiki iklan atau promosi yang berhubungan dengan kegiatan di Pasar Modal; atau 2) mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi akibat yang timbul dari iklan atau promosi dimaksud; g. melakukan pemeriksaan terhadap : 1) setiap Emiten atau Perusahaan Publik yang telah atau diwajibkan menyampaikan Pernyataan Pendaftaran kepada Bapepam; atau 2) Pihak yang dipersyaratkan memiliki izin usaha, izin orang perseorangan, persetujuan, atau pendaftaran profesi berdasarkan Undang-undang; h. menunjuk Pihak lain untuk melakukan pemeriksaan tertentu dalam rangka pelaksanaan wewenang Bapepam sebagaimana dimaksud dalam huruf g;
33

i. j.

mengumumkan hasil pemeriksaan; membekukan atau membatalkan pencatatan suatu Efek pada Bursa Efek atau menghentikan transaksi Bursa atas Efek tertentu untuk jangka waktu tertentu guna melindungi kepentingan pemodal;

k. menghentikan kegiatan perdagangan Bursa Efek untuk jangka waktu tertentu dalam hal keadaan darurat; l. memeriksa keberatan yang diajukan oleh Pihak yang dikenakan sanksi oleh Bursa Efek, Lembaga Kliring dsan Penjaminan, atau Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian serta memberikan keputusan membatalakan atau menguatkan pengenaan sanksi dimaksud; m. menetapkan biaya perizinan, persetujuan, pendaftaran, pemeriksaan, dan penelitian serta biaya lain dalam rangka kegiatan Pasar Modal n. melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian masyarakat sebagai akibat pelanggaran atas ketentuan di bidang Pasar Modal o. memberikan penjelasan lebih lanjut yang bersifat teknis atas UUPM atau peraturan pelaksanaannya; p. menetapkan instrumen lain sebagai Efek selain yang telah ditentukan dalam Pasal 1 angka 5 UU PM;dan q. melakukan hal-hal lain yang diberikan berdasarkan Undang-undang Pasar Modal.

Fungsi Dijelaskan dalam pasal 3 Kepmenkeu RI No : 503/KMK.01/1997 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Pasar Modal, fungsi Bapepam adalah: a. b. c. penyusunan peraturan di bidang Pasar Modal; penyusunan peraturan di bidang Pasar Modal; pembinaan dan pengawasan terhadap Pihak yang memperoleh izin usaha, persetujuan, pendaftaran dari Bapepam dan Pihak lain yang bergerak di Pasar Modal; d. penetapan prinsip-prinsip keterbukaan perusahaan bagi Emiten dan Perusahaan Publik;

34

e.

penyelesaian keberatan yang diajukan oleh Pihak yang dikenakan sanksi oleh Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, dan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian;

f. g.

penetapan ketentuan akuntansi di bidang Pasar Modal; pengamanan teknis pelaksanaan tugas pokok Bapepam sesuaidengan

kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

35

You might also like