You are on page 1of 23

LAPORAN KASUS

KONJUNGTIVITIS OD

Oleh: Fajar Maulidan Alamin, S.Ked NIM : 70 2009 017

Pembimbing: dr. H. Ibrahim, Sp.M

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA FK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG/ RS. MUHAMMADIYAH PALEMBANG 2013 BAB I LAPORAN KASUS

ANAMNESIS Autoanamnesis dan Alloanamnesis Nama Lengkap Tempat dan Tanggal Lahir Umur Pekerjaan Alamat Jenis Kelamin Pendidikan : : : : : : :

Nama : Tn. R. Umur : 48 tahun

Ruang : Kelas : -

Tn.R Semarang, 13 April 1991 21 tahun Mahasiswa Jl. Palembang Darusalam no.6. Palembang Laki - Laki S1

Dokter yang Merawat : Dokter Muda : Fajar Maulidan Alamin, S.Ked

Tanggal Pemeriksaan : 12 April 2013 Keluhan Utama : Mata kanan merah dan berair sejak 3 hari yang lalu Keluhan Tambahan : Mata kanan terasa menganjal, sering mengeluarkan air mata, banyak sekret pada pagi hari, merasa gatal pada mata dan perih. 1. Riwayat Penyakit Sekarang Hasil autoanamnesis, pasien mengeluh mata kanan merah dan berair sejak 3 hari yang lalu, awalnya pasien menggosokkan mata berulang kali kemudian mata menjadi semakin merah dan berair, mata merah juga disertai rasa gatal dan perih. Ketika bangun tidur mata kanan Os lengket dan bertahi mata berwarna kuning, dan berkurang pada siang harinya. Mata kanan Os terkadang seperti ada rasa yang menganjal Keluhan yang dirasakan pasien ini menggangu aktifitas hariannya dan memutuskan untuk berobat ke poli mata Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. 2. Riwayat Penyakit Dahulu Hasil autoanamnesis, Pasien belum pernah menderita penyakit ini sebelumnya. riwayat alergi makanan dan obat tidak ada, riwayat mata kemasukan serangga

tidak ada, riwayat trauma pada mata tidak ada. Ketajaman pengelihatan tidak terganggu

3. Riwayat Penyakit Keluarga Hasil autoanamnesis diketahui informasi mengenai riwayat penyakit keluarga, tidak ada yang mengalami keluhan yang sama pada mata di keluarga pasien. PEMERIKSAAN FISIK Nama : Tn.R Umur : 21 tahun Ruang : Kelas : -

Status Generalis Keadaan Umum : Baik Kesadaran : Compos mentis Tanda Vital : - Tekanan Darah : 120/80 mmHg - Nadi : 84x/menit - Laju Napas : 19 x/menit - Suhu : 37 C Status Oftalmologis OD OS

No. 1. 2. 3.

Pemeriksaan Visus Tekanan Intra Okuler Kedudukan Bola Mata Posisi Eksoftalmus Enoftalmus Pergerakan Bola Mata Atas

OD 20/20 Tidak diperiksa Ortoforia (-) (-) (+) Baik

OS 20/20 Tidak diperiksa Ortoforia (-) (-) (+) Baik

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Bawah Temporal Temporal atas Temporal bawah Nasal Nasal atas Nasal bawah Nistagmus Palpebrae Hematom Edema Hiperemis Benjolan Ulkus Fistel Hordeolum Kalazion Ptosis Ektropion Entropion Sekret Trikiasis Madarosis Punctum Lakrimalis Edema Hiperemis Benjolan Fistel Konjungtiva Tarsal Superior Edema Hiperemis Sekret Epikantus Konjungtiva Tarsalis Inferior Kemosis Hiperemis Anemis Folikel Papil Lithiasis Simblefaron Konjungtiva Bulbi Kemosis Pterigium

(+) Baik (+) Baik (+) Baik (+) Baik (+) Baik (+) Baik (+) Baik (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (+) (+) (-) (-) (+) (-) (-) (-) (+) (-) (-) (-)

(+) Baik (+) Baik (+) Baik (+) Baik (+) Baik (+) Baik (+) Baik (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

10.

Pinguekula Flikten Simblefaron Injeksi konjungtiva Injeksi siliar Injeksi episklera Perdarahan subkonjungtiva Kornea Kejernihan Edema Ulkus Erosi Infiltrat Flikten Keratik presipitat Macula Nebula Leukoma Leukoma adherens Stafiloma Neovaskularisasi Imbibisi Pigmen iris Bekas jahitan Tes sensibilitas

(-) (-) (-) (+) (-) (-) (-) Jernih (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) Tidak dilakukan

(-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) Jernih (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) Tidak dilakukan

11.

12.

13.

14.

Limbus kornea Arkus senilis Bekas jahitan Sklera Sklera biru Episkleritis Skleritis Kamera Okuli Anterior Kedalaman Kejernihan Flare Sel Hipopion Hifema Iris Warna Gambaran radier

(-) (-) (-) (-) (-) sedang Jernih (-) (-) (-) (-) Coklat Jelas/tidak jelas

(-) (-) (-) (-) (-) sedang Jernih (-) (-) (-) (-) Coklat Jelas/tidak jelas

15.

16.

Eksudat Atrofi Sinekia posterior Sinekia anterior Iris bombe Iris tremulans Pupil Bentuk Besar Regularitas Isokoria Letak Refleks cahaya langsung Seklusio pupil Oklusi pupil Leukokoria Lensa Kejernihan Shadow test Refleks kaca Luksasi Subluksasi Pseudofakia Afakia

(-) (-) (-) (-) (-) (-) Bulat 3 mm Reguler (+) Sentral (+) (-) (-) (-) Jernih Normal (-) (-) (-) (-) (-)

(-) (-) (-) (-) (-) (-) Bulat 3 mm Reguler (+) Sentral (+) (-) (-) (-) Jernih Normal (-) (-) (-) (-) (-)

17.

Funduskopi Refleks fundus Papil - warna papil - bentuk - batas Retina - warna - perdarahan - eksudat Makula lutea

Tidak dinilai Tidak dinilai

Tidak dinilai Tidak dinilai

Tidak dinilai

Tidak dinilai

Tidak dinilai

Tidak dinilai

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Nama : Tn.R. Umur : 21 tahun

Ruang : Kelas : -

Anjuran Pemeriksaan: 1. Darah rutin (Leukosit dan Hitung Jenis) 2. Pemeriksaan sekret konjungtiva ( Pewarnaan Giemsa)

RINGKASAN ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN JASMANI

Nama : Tn. R. Umur : 21 tahun

Ruang : Kelas : -

Mata kanan merah dan berair sejak 3 hari yang lalu. Awalnya pasien menggosokkan mata berulang kali kemudian mata menjadi semakin merah dan berair. Mata merah juga disertai dengan rasa gatal, dan terkadang terasa seperti ada yang menganjal pada mata. Mata kanan langket dan bertahi mata berwarna kuning ketika bangun tidur. Pasien belum pernah menderita penyakit ini sebelumnya. riwayat alergi makanan dan obat tidak ada, riwayat mata kemasukan serangga tidak ada, riwayat trauma pada mata tidak ada. Ketajaman pengelihatan tidak terganggu Pada pemeriksaan konjungtiva tarsalis superior OD hiperemis dan ada sekret, konjungtiva tarsalis inferior terdapat lithiasis dan hiperemis, konjungtiva bulbi terdapat injeksi konjungtiva.

Daftar Masalah: 1. Mata merah dan berair 2. Mata terasa gatal 3. Mata ada yang mengganjal 4. Keluar sekret pada pagi hari 5. Konjungtiva tarsalis superior: OD = Hiperemis (+), Sekret (+) 6. Konjungtiva Tarsalis Inferior OD = Lithiasis (+), Hiperemis (+) 7. Konjungtiva bulbi : OD : Injeksi Konjungtiva (+) Kemungkinan Penyebab Masalah : 1. OD Konjungtivitis Bakterial Akut DD/ Konjungtivitis viral akut OD,

RENCANA PENGELOLAAN

Nama : Tn. R. Umur : 21 tahun

Ruang : Kelas : -

1. Medikamentosa a. Pemberian antibiotik spektrum luas, (Kloramfenikol 4-6 tetes x/hari) b. Pemberian antimikroba (Tetrasiklin). c. Cendo Xitrol 4-6 kali x/ hari 2. Edukasi a. Sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci tanganya besih-bersih b. Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang sakit. c. Jangan menggunakan sapu tangan, handuk atau lap bersama-sama penghuni rumah lainnya d. Hindari mengosok-gosok kelopak mata dan daerah disekitar mata yang sakit jika terasa gatal. e. Menggunakan kaca mata untuk melindungi mata dari debu dan angin yang dapat memperparah gejala.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Anatomi Konjungtiva Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea 1.

Gambar 2.1. Anatomi Konjungtiva Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu 1: a. Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari tarsus. b. Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di bawahnya. c. Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihat konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.

Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar dengan jaringan di bawahnya sehingga bola mata mudah bergerak 1. Aliran darah konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan bersama dengan banyak vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya membentuk jaringjaring vaskuler konjungtiva yang banyak sekali. Pembuluh limfe konjungtiva tersusun dalam lapisan superfisial dan lapisan profundus dan bersambung dengan pembuluh limfe palpebra hingga membentuk pleksus limfatikus yang banyak. Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan pertama (oftalmik) nervus trigeminus. Saraf ini hanya relatif sedikit mempunyai serat nyeri 2. Pada konjungtiva terdapat beberapa jenis kelenjar yang dibagi menjadi dua grup besar yaitu 2,4 1. Penghasil musin a. Sel goblet; terletak dibawah epitel dan paling banyak ditemukan pada daerah inferonasal. b. Crypts of Henle; terletak sepanjang sepertiga atas dari konjungtiva tarsalis superior dan sepanjang sepertiga bawah dari konjungtiva tarsalis inferior. c. Kelenjar Manz; mengelilingi daerah limbus.

Kelenjar asesoris lakrimalis. Kelenjar asesoris ini termasuk kelenjar Krause dan kelenjar Wolfring. Kedua kelenjar ini terletak dalam dibawah substansi propria.

Pada sakus konjungtiva tidak pernah bebas dari mikroorganisme namun karena suhunya yang cukup rendah, evaporasi dari cairan lakrimal dan suplai darah yang rendah menyebabkan bakteri kurang mampu berkembang biak. Selain itu, air mata bukan merupakan medium yang baik. 1

10

2.2. Konjungtivitis 2.2.1. Definisi Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang ditandai oleh dilatasi vaskular, infiltrasi selular dan eksudasi, atau Radang pada selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata.1, 2 Konjungtivitis di bedakan menjadi akut dan kronis yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahanbahan kimia.2

Gambar 2.2. Konjungtiva normal dan Konjungtiva inflamasi

2.2.2. Etiologi peradangan pada konjungtiva Konjungtiva bisa mengalami peradangan akibat: o Infeksi olah virus atau bakteri o Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang o Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet dari las listrik atau sinar matahari. 2 2.2.3. Klasifikasi Konjungtivitis berdasarkan kausanya, terdiri dari:3 1. Konjungtivitis bakterial

11

2. Konjungtivitis virus 3. Konjungtivitis alergi 4. Konjungtivitis klamidia

2.2.4. Gejala Klinik a. Subjekstif Seperti ada benda asing, berpasir, pedih, panas,, gatal, kadang kabur, lengket waktu pagi.

b. Objektif 1. Injeksi Konjungtiva Pelebaran pembuluh a. konjungtiva posterior, yang memberi gambaran berkelok-kelok, merah dari bagian perifer konjungtiva bulbi menuju kornea dan ikut bergerak apabila konjungtiva bulbi digerakkan.

2. Folikel Kelainan berupa tonjolan pada jaringan konjungtiva, besarnya kirakira 1mm. tonjolan ini mirip vesikel. Gambaran permukaan folikel landai, licin abu-abu kemerehan karena adanya pembuluh darah dari pinggir folikel yang naik kearah puncak folikel.

3. Papil raksasa (Coble-stone) Cobble-stone berbentuk polygonal tersusun berdekatan dengan permukaan datar. Pada coble-stone pembuluh darah berasal dari bawah sentral.

4. Flikten Tonjolan berupa sebukan sel-sel radang kronik di bawah epitel konjungtiva atau kornea, berupa suatu mikro-abses, dimana

permukaan epitel mengalami nekrosis.

12

5. Membran Massa putih padat yang menutupi sebagian kecil, sebagian besar, atau seluruh konjungtiva. Paling sering menutupi konjungtiva tarsal. Massa puth ini dapat berupa endapan secret, sehingga mudah diangkat, dan disebut pseudomembran. Selain massa putih yang menutupi

konjungtiva dapat berupa koagulasi dan nekrosis konjungtiva, sehingga sukar diangkat, disebut membran.3

Gejala lainnya adalah: - mata berair - mata terasa nyeri - mata terasa gatal - peka terhadap cahaya - terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari.4

2.2.5. Jenis

konjungtivitis

dapat

ditinjau

dari

gambaran

klinis

dan

pengobatannya 1. konjungtivitis kataral. 2. Konjungtivitis purulen, mukopurulen. 3. Konjungtivitis membran. 4. Konjungtivitis follicular 5. Konjungtivitis vernal. 6. Konjungtivitis flikten.5

Secara klinis keenam jenis konjungtivitis diatas mudah dibedakan. 1. Konjungtivitis Kataral Infeksi konjungtiva. Hipermi konjungtiva tarsal. Tampa : folikel, cabble-stone, fliktens.

13

Sekret : Serus, mucus atau mukopurulen. Dapat menyertai blefaritis atau obstruksi ductus nasolakrimal. Gejala-gejala umum konjungtivitis ini dapat disertai maserasi lateral maupun medial. Disebut juga conjungtivitis angular. Dapat menyertai kelainan pada kornea biasanya berupa keratitis pungtata superficial. Dapat bersifat akut atau kronik tergantung penyebab. Ada secret : dibuat sedian langsung untuk mengetahui penyebab biasanya staphilokok aureus, pneumokok, diplobasil morax axenfeld dan basil kochweeks.

Dapat disebabkan virus misal morbili, bahan kimia basa menyebabkan kerusakan dan radang akut pada mata berupa kerato konjungtivitis. Bahan kimia lain : Herpes zoster oftalmik.5

Pengobatan tergantung penyebab Penyebab bakteri diberi antibiotic seperti tetrasiklin, kloromisitin, sulfasetamid. Pada radang akut dan banyak sekret dapat diberi tetes. Penyebab virus : sulfacetamid atau obat anti virus seperti I.D.U untuk infeksi herpes simplek. Bila banyak secret bersihkan dulu sebelum diberi obat.4

2. Konjungtivitis purulent, mukopurulen Konjungtiva tarsal hipermi. Sekret mukopurulent terdapat pada konjungtiva kataral yang disebabkan bakteri seperti stafilokak, pneumokok & basil kochweeks. Sekret purulen seperti nanah, kadang-kadang disertai adanya

pseudomembran sebagai masa putih dikonjungtiva tarsal.

14

Ditemukan pada orang dewasa, anak-anak dan bayi. Pada orang dewasa disebabkan infeksi gonokok. Sekret muko purulen sering dianggap sebagai secret purulen. Pada bayi umum dibawah 2 minggu, apabila dijumpai konjungtivitis purulen, perlu dipikirkan dua kemungkinan penyebab yaitu infeksi golongan neisseria ( gonokok atau meningokok ) dan golongan klamidia ( klamida okulogenital )

Untuk memastikan penyebab konjungtivitis purulent pada bayi usia kurang 2 minggu, dilakukan pemeriksaan sediaan hapus. Konjungtivitis karena klamidia okulagenital mempunyai prognosis lebih baik, karena tidak menimbulkan penyakit. Konjungtivitis gonore, dapat menimbulkan komplikasi ulcus kornea, berlanjut dengan perforasi kornea, yang dapat berakibat hilangnya fungsi mata, karena terjadi infeksi intra ocular.

Karena konjungtivitis purulen dapat menyebab kebutaan, maka perawatan dan pengobatan perlu dilakukan secara intensif. Infeksi terjadi pada saat proses kelahiran yaitu berasal dari uretritis gonore ibunya. Masa inkubasinya satu sampai tiga hari biasanya mengenai kedua mata.5

Pengobatan Untuk profilaksis dibeberapa tempat masih dipakai penetesan nitrras argenti 1 % pada setiap bayi baru lahir, dikenal sebagai metoda crede. Saat ini tidak dipakai lagi tapi salep mata antibiotic golongan penicillin. Pengobatan konjungtivitis purulen harus intensif di ruang isolasi. Mata selalu dibersihkan dari secret sebelum pengobatan. Setiap atau jam diberi salep mata penisillin. Radang sudah lebih tenang, diberikan salep matanya setiap jam.

15

Infeksi penisilin sesuai umur, pada bayi dosis adalah 50.000 I.U / kg berat badan. Bila tidak ada komplikasi kornea biasanya sembuh setelah lima hari. Kalau dalam satu atau dua hari tidak tampak perbaikan maka perlu dipikirkan adanya resistensi kumanterhadap penisilin. Sebagai ganti dapat diberikan tetrasiklin, garamisin atau kemisitin zalf mata. 5

3. Konjungtivitis Membran Penyakit ini ditandai adanya membrane / selaput berupa massa putih pada konjungtiva tarsal dan kadang-kadang juga menutupi konjungtiva bulbi. Masa putih ini dua jenis yaitu membrane dan pseudo membran. Konjungtivitis membrane dapat disebabkan oleh infeksi streptokok hemolitik dan infeksi difteria. Pada sindroma stevens Johnson, dapat disertai juga dengan konjungtivitis membran. Konjungtivitis pseudomembran disebabkan infeksi yang hiperakut, seperti infeksi pneumokok. Pada penderita konjungtivitis membrane perlu diperiksa membrannya untuk mencari penyebab infeksi. Apabila diduga suatu konjungtivitis difteria, maka perlu diperiksa suhu badan yang biasanya meninggi, dan diperiksa juga tenggorokannya. Apabila positif difteria harus diperiksa jantung penderita, karena toksin difteri dapat menimbulkan gangguan pada jantung. Sindroma stevens johnson adalah kelainan kulit yang berupa eritema multiform eksudatif hemoragik, mengenai kulit dan mucosa mulut serta genital, disebabkan idiosinkrasi obat. Selain itu kuku tangan dan kuku kaki melepas. Ini merupakan tanda khas penyakit ini. Pada mata berupa konjungtivitis kataral, pada kasus yang berat menimbulkan komplikasi berat, berupa konjungtivitis membran dengan perlengketan konjungtiva tarsal dengan bola mata. Apabila timbul

16

sikatrik berat, sering saluran kelenjar air mata tertutup dan seluruh sel goblet rusak, berakibat mata seterusnya akan kering, sehingga mudah meradang, integritas cornea terganggu dan hal ini menimbulkan gangguan penglihatan. Kornea mengalami ulserasi dan neovaskularisasi dan akhirnya sejumlah penderita stevens johnson mengalami kebutaan.5

Pengobatan konjungtivitis membran tergantung penyebabnya. Penyebabnya infeksi streptokok B. hemolitik diberikan antibiotic sensitive. Pada infeksi dipteria diberi salep mata penisilin setiap jam dan infeksi penisilin sesuai umur. Pada orang dewasa diberi infeksi penisilin 1,2 juta unit selama 2 hari, anak-anak 50.000 unit / KGBB. Untuk mencegah gangguan jantung oleh toxin difteria perlu diberikan antitoxin difteria 20.000 unit, 2 hari biasanya dalam 5 hari penyakit menyembuh dengan baik. Pada sindroma stevens Johnson, diperhatikan kemungkinan mata kering, berikan air mata buatan setiap jam sedang antibiotic diberikan sesuai kebutuhan.5

4. Konjungtivitis Folikular Konjungtivitis folikular adalah peradangan konjungtiva yang disertai pembentukan follikel. Folikel dianggap merupakan suatu reaksi adenoid pada konjungtiva akibat berbagai rangsangan seperti bakteri, virus dan bahan-bahan kimia. Kelainan ini biasanya disertai sekresi mata yang bertambah. Dikenal bentuk-bentuk 5 konjungtivitisfolikular sebagai berikut : Konjungtivitis folikular akut. Konjungtivitis folikular kronik.

17

Konjungtivitis alergi. Folikulosis.5

5. Konjungtivitis Vernal Penyakit ini ditemukan terbanyak pada usia 5 25 tahun. Apabila gambaran konjungtivitis vernal didapatkan pada usia diatas 25 tahun, maka perlu dipikirkan kemungkinan suatu konjungtivitis atopik. Gejala subyektif yang menonjol adalah rasa sangat gatal pada mata, terutama bila berada di lapangan terbuka yang panas terik. Pada pemeriksaan didapatkan konjungtivitis dengan tanda khas adanya cabble stone di konjungtiva tersalis superior, yang biasanya terdapat pada kedua mata, tetapi bisa pada satu mata. Cabble stone pada beberapa kasus ditemukan juga pada konjungtiva tarsal inferior. Sekret mata pada dasarnya mukoid dan menjadi mukopurulen apabila terdapat infeksi sekunder. Pada sediaan kerokan konjungtiva dengan pewarnaan Giemsa didapatkan banyak sel eosinofil. Waktu melakukan kerokan, diusahakan tidak berdarah agar tidak menganggu interprestasi sitologi. Penyulit pada kornea dapat terjadi berupa keratitis epitel dan ulkus kornea. Bentuk ulkus kornea biasanya lonjong dengan pinggir yang rata dan tegas, terdapat dibagian sentral atau para sentral kornea. Konjungtivitis vernal lebih sering kambuh pada musim panas dibandingkan musim hujan.

Gambaran yang mirip dengan konjungtivitis vernal dapat dijumpai pada pemakaian lensa kontak lembut.5

Pengobatan kortikosteroid tetes atau salep mata. Apabila terdapat ulkus kornea, maka pemberian steroid / kortikosteroid local merupakan kontra indikasi. Ulkus

18

diobati dengan pemberian antibiotic dan untuk menekan peradangan sebaiknya diberikan obat-obatan antiradang non steroid.5 6. Konjungtivitis Flikten Di Indonesia penyakit ini masih sering ditemukan dan biasanya dihubungkan dengan penyakit tuberculosis paru. Penderitanya kebanyakan anak-anak ; dapat juga orang dewasa tetapi lebih jarang. Meskipun banyak dhubungkan dengan penyakit tuberculosis paru, seringkali TBC paru tidak ditemukan pada penderita dengan konjungtivitis flikten ; dan apabila diperiksa mata penderita-penderita TBC paru, sedikit sekali yang menderita konjungtivitis flikten. Penyakit lain yang dihubungkan dengan konjungtivitis flikten adalah helmintiasis. Di Indonesia, anak-anak pada umumnya menderita helmintiasis, sedangkan tidak semua anak menderita konjungtivitis flikten. Dengan demikian hubungan TBC paru dan helmintiasis dengan konjungtivitis flikten menjadi tidak jelas. Gejala pada mata ialah adanya flikten yang umumnya dijumpai di limbus. Selain di limbus, flikten dapat dijumpai di konjungtiva bulbi, konjungtiva tarsal, dan kornea. Penyakit ini dapat mengenai dua mata, tetapi dapat pula mengenai satu mata ; sifatnya sering kambuh. Apabila flikten timbul pada kornea dan sering kambuh, maka dapat berakibat gangguan penglihatan. Apabila peradangannya berat, maka dapat terjadi lakrimasi yang terus-menerus sampai berakibat eksema kulit. Keluha lain adalah silau dan rasa seperti berpasir. Infeksi sekunder oleh bakteri, dapat menyertai konjungtivitis flikten, beberapa jenis bakteri

19

yang dapat merupakan penyebab konjungtivitis flikten, antara lain basil Koch Weeks dan Stafilokok. Apabila didapatkan secret, maka perlu dilakukan pemeriksaan dengan pewarnaan Gram, untuk mengidentifikasi mikroorganisme penyebabnya.5

Pengobatan : Usahakan mencari penyebab primernya dan apabila ada dugaan kuat tentang penyebab primernya, maka penyebab ini diobati. Karena dasar dari timbulnya konjungtivitis flikten adalah hipersensivitas lambat, maka pada mata diberikan obat tetes mata atau salep mata kortikosteroid local. Kombinasi kortikosteroid dengan antibiotic lebih dianjurkan mengingat banyak kemungkinan terdapat infeksi bakteri sekunder. Pada pemberian kortikosteroid local dalam jangka waktu lama perlu diwaspadai adanya penyuli-penyulit. Di samping itu kontra-indikasi pemakaian kortikosteroid local juga perlu diperhatikan. Berhubung konjungtivitis flikten umumnya terdapat pada anak-anak yang kurang baik keadaan umumnya, maka perbaikan keadaan umum perlu dilakukan. Dengan pengobatan yang baik, umumnya konjungtivitis sembuh dalam satu minggu dan tidak meninggalkan bekas tetapi flikten di limbus dan di kornea akan meninggalkan bekas.5

20

BAB III ANALISA KASUS

Seorang laki-laki berusia 21 tahun mengeluh mata kanan merah dan berair sejak 3 hari yang lalu. Mata gatal, ada yang menganjal, lengket, banyak sekret pada pagi hari dan tanpa disertai gangguan pada visus. Dari keluhan utama dan riwayat perjalanan penyakit ini dapat dipikirkan beberapa diagnosis untuk keluhan seperti yang dirasakan pasien ini. Pasien datang dengan keluhan mata merah harus perlu di identifikasi apakah merahnya disebabkan oleh perdarahan subkonjungtiva atau pelebaran pembuluh darah. Pada kasus gambaran perdarahan subkonjungtiva atau Conjungtiva bleeding tidak didapatkan, tetapi terdapat pelebaran pembuluh darah. Gejala pelebaran pembuluh darah terjadi pada peradangan konjungtiva, peradanangan kornea dan peradangan sclera. Selain radang mata luar, injeksi siliar dapat timbul karena radang uvea anterior, endopthalmitis dan glaucoma akut. Apabila dijumpai injeksi konjungtiva dan hiperemi konjungtiva tarsal, maka kita menghadapi penderita dengan radang, konjungtiva atau lebih sering disebut dengan konjungtivitis. Apabila hanya injeksi konjungtiva dan tidak ada hiperemi konjungtiva tarsal, maka kita tidak berhadapan dengan konjungtivitis melainkan suatu iritasi konjungtiva bulbi, antara lain oleh sebab kelelahan mata, iritasi angin atau asap, kurang tidur, dll. Diagnosis yang tepat dapat ditegakkan dengan menyingkirkan diagnosis banding berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Hasil pemeriksaan tajam pengelihatan menunjukan visus OD = 20/20 dan OS 20/20 dan tidak ada kelainan pada hasil pemeriksaan tajam pengelihatan. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik menggunakan penlight dan slit lamp ditemukan konjungtiva tarsalis superior OD terdapat Hiperemis (+) dan ada sekret (+), Pemeriksaan konjungtiva tarsalis OD didapatkan Lithiasis (+) dan Hiperemis (+) dan pada konjungtiva bulbi OD terdapat injeksi konjungtiva. Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, pasien ini didiagnosis OD Konjungtivitis bakterial akut. Dalam menangani penderita

21

dengan konjungtivitis maka prosedut penatalaksanaanya

adalah sebagai berikut

setelah dilakukan pemeriksaan secara umum, kemudain dilakukan pemeriksaan penyebab peradangan atau indikasi, misal dengan melakukan pemeriksaan darah dan pemeriksaan sekret untuk mencari sumber infeksi lain, Penatalaksanaan awal yang dilakukan dengan pemberian medikamentosa untuk mengurangi keluhan pada pasien. Prinsip terapi dengan obat topical spectrum luas. Pada 24 jam pertama obat diteteskan tiap 2 jam kemudian pada hari berikutnya diberikan 4 kali sehari selama 1 minggu, dapat diberikan kloramfenikol. Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bacterial tergantung temuan agen mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat mulai dengan terapi topical antimikroba, dapat diberikan tetrasiklin. Pemberian Cendo Xitrol 4 gtt I OD berfungsi untuk meredakan peradangan pada mata Edukasi kepada pasien tentang penyakitnya dan cara-cara penularan dan edukasi kepada pasien mengenai kebersihan diri dan lingkungan dengan cara pendekatan komunikasi dokter dan pasien yang islami.

22

DAFTAR PUSTAKA

1.

American Academy of Opthalmology. External Disease and cornea. Section 11. San Fransisco: MD Association, 2005-2006 Ilyas, H. Sidarta Prof. dr. SpM. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI; 2011 PERDAMI. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter umum dan Mahsiswa Kedokteran. Jakarta. 2002 James Brus, dkk. Lecture Note Oftalmologi. Erlangga. Jakarta. 2005 Hasmeinah b. Pengantar Kuliah. Penyakit dengan gejala utama mata merah dengan visus normal. Palembang. 2011

2. 3. 4. 5.

You might also like