You are on page 1of 6

KINETIKA HALOGENASI ASETON DENGAN KATALISATOR ASAM

I.

Tujuan Percobaan Menentukan hukum laju reaksi iodinasi aseton dalam suasana asam

II. Teori Dasar Kinetika kimia merupakan ilmu yang mempelajatri tentang laju reaksis dalam suatu reaksi kimia. sedangkan laju reaksi merupakan pengurangan konsentrasi suatu reaktan dan penambahan konsentrasi produk atau dengan ata lain bisa juga disebut perbedaan potensial dari reaktan menjadi produk. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi diantaranya adalah konsentrasi, katalis, suhu ,luas permukaan, tekanan dan energi aktivasi. Semakin besar konsentrasi dari sampel yang digunakan maka laju reaksi semakin besar.begitu juga dengan katalis, katalis digunakan untuk mempercepat laju reaksi.jika suhu dinaikkan maka laju reaksi akan semakin cepat. semakin luas suatu permukaan maka semakin cepat laju reaksinya sedangkan untuk tekanan bila suatu reaksi melibatkan gas maka akan mempengaruhi laju reaksi, bila suatu reaksi melibatkan solid atau liquid maka tidak akan mempengaruhi laju reaksinya. Energi aktivasi yang besar maka akan mempengaruhi laju reaksinya,sehingga laju reaksi akan semakin besar pula.maka energi aktivasi dapat diartikan sebagai energi minimum yang dibutuh kan suatu molekul untuk dapat bereaksi. Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube.

III. Data Pengamatan Run ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 V aseton (ml) 5 5 5 5 5 5 5 5 2 V HCl (ml) 5 5 5 5 2 4 6 8 5 V I2 (ml) 2 4 6 8 5 5 5 5 5 V KI (ml) 8 6 4 2 8 6 4 2 8 A (Absorbansi) saat t 60 s 0.02780 0.07366 0.12148 0.14630 0.11014 0.09259 0.08725 0.08513 0.10458 90 s 0.01773 0.06449 0.11126 0.14026 0.10679 0.08725 0.07883 0.07263 0.10237 120 s 0.00524 0.05453 0.10237 0.13312 0.10347 0.07988 0.06854 0.05750 0.10018 150 s 0.00349 0.04479 0.09366 0.12610 0.10018 0.07058 0.05948 0.04191 0.09583 180 s 0.00261 0.03339 0.08513 0.11805 0.09583 0.06349 0.04964 0.02503 0.09366

10 11 12

4 6 8

5 5 5

5 5 5

6 4 2

0.09691 0.09474 0.08302

0.09151 0.08619 0.07572

0.08725 0.07676 0.43652

0.08092 0.06651 0.04964

0.07469 0.05651 0.03433

IV. Pengolahan Data Dari kurva pada berbagai run (terlampir), dibuat tabel sebagai berikut : Run ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Persamaan garis kurva y = -0.0002x + 0.0372 y = -0.0003x + 0.0943 y = -0.0003x + 0.1389 y= -0.0002x + 0.1610 y = -0.0001x + 0.1174 y= -0.0002x + 0.1087 y = -0.0003x + 0.1066 y = -0.0005x + 0.1168 y = -9.10-5 x + 0.1107 y = -0.0002x + 0.1083 y = -0.0003x + 0.1146 y = -0.0004x + 0.1104 r (r = m) -0.0002 -0.0003 -0.0003 -0.0002 -0.0001 -0.0002 -0.0003 -0.0005 -9.10-5 -0.0002 -0.0003 -0.0004

Untuk mendapatkan orde reaksi dilakukan perbandingan dua laju reaksi sebagai berikut :

(Run 1) (Run 2)

( ) => y = 0.6

(Run 5)

( ) => z = 1

(Run 9) (Run 10)

( ) => x = 1 Dari perhitungan diatas didapat orde reaksi :

Orde reaksi total = 1+1+1=3

V. Pembahasan Pada percobaan ini, penentuan laju reaksi dilakukan melalui pengukuran absorbansi larutan hasil campuran aseton, larutan iodida, dan HCl. HCl berfungsi sebagai katalisator asam yang akan mempercepat reaksi iodinasi aseton. Pada saat, iodida ditambahkan ke dalam larutan, larutan iodida dengan aseton berubah menjadi warna kuning tua. Warna kuning ini berasal dari larutan iodida. Semakin banyak I2 yang ditambahkan, semakin tinggi absorbansi larutan yang terukur. Akan tetapi, semakin banyak HCl sebagai katalisator asam, semakin rendah absorbansi yang terukur. Hal ini dikarenakan jika katalis semakin banyak, maka reaksi akan semakin cepat berlangsung. Akibatnya I2 akan bereaksi sangat cepat dengan aseton sehingga absorbansi yang terukur makin rendah. Lama kelamaan, larutan akan berubah menjadi bening kembali karena I2 sudah habis bereaksi.

Dari hasil percobaan didapatkan orde reaksi terhadap I2 adalah 0,6 atau dapat dianggap satu. Sedangkan, pada literatur, I2 mempunyai orde nol. Hal ini kemungkinan terjadi karena absorbansi yang didapatkan tidak tepat absobansi dari I2. Ketika dimasukka I2, larutan harus dimasukkan dengan cepat ke dalam spektrofotometri UV-Vis sebelum I2 habis bereaksi dan menguap di udara bebas. Selain itu, alat spektrofotometer yang digunakan adalah alat spektrofotometri lama. Pengukuran dengan alat lama ini belum dilakukan secara otomatis sehingga memungkinkan adanya kesalahan dalam pengaturan panjang gelombang maupun absorbansi larutan. Cara memegang kuvet yang salah juga akan menyebabkan kesalahan pada hasil absorbansi yang terukur. Kesalahan juga dapat terjadi ketika larutan aseton dan HCl dicampurkan. Volume yang tidak tepat akan menghasilkan pengukuran yang berbeda sehingga menyebabkan orde reaksi yang berbeda. Menurut literatur, orde reaksi terhadap I2 adalah nol, orde reaksi terhadap H+ adalah satu dan orde reaksi terhadap aseton adalah satu. Artinya, laju reaksi iodinasi aseton hanya dipengaruhi oleh konsentrasi aseton dan HCl. Laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya katalis, konsentrasi, energi aktivasi, dan tekanan. Katalis dalam percobaan ini adalah H+ hasil ionisasi dari HCl. Semakin banyak H+, maka reaksi akan semakin cepat. I2 pada percobaan ini berperan sebagai reaktan yang akan bereaksi dengan aseton. Proses ini disebut reaksi iodinasi aseton. Tanpa katalisator asam, reaksi ini akan berlangsung sangat lambat. H+ sebagai katalis tidak akan bereaksi dengan I2 maupun HCl, tapi akan kembali dihasilkan sebagai H+ pada produk. Dari duabelas kurva pada Run yang berbeda, dapat dilihat bahwa absorbansi larutan menurun seiring berjalannya waktu. Hal ini dikarenakan makin banyak I2 yang bereaksi, maka intensitas warna pada I2 akan menurun atau warna kuning akan semakin pudar. Laju reaksi yang semakin cepat akan menyebabkan absorbansi berubah dengan cepat. Ketika reaksi sudah selesai, absorbansi larutan akan menunjukkan angka nol karena larutan blanko pada spektrofotometer ini adalah larutan hasil campuran aseton dan HCl.

VI. Kesimpulan Dari percobaan, didapatkan persamaan laju reaksi iodinasi aseton sebagai berikut :

VII. Pustaka Daniels, et.,al.,Eksperimental Physical Chemistry,ed.,7,1970,hal. 144-149

VIII. Lampiran Dari data, didapatkan 12 kurva pada masing masing run sebagai berikut :

Run ke-1
0.03000 0.02000 0.01000 0.00000 -0.01000 0 50 100 t 150 200 A y = -0.0002x + 0.0372 R = 0.8578 0.08000 0.06000 0.04000 0.02000 0.00000 0

Run ke-2

y = -0.0003x + 0.0943 R = 0.9985

50

100

150

200

Run ke-3
0.15000 0.10000 0.05000 0.00000 0 50 100 150 200 0.20000 0.15000 y = -0.0003x + 0.1389 R = 0.9987 0.10000 0.05000 0.00000 0

Run ke-4

y = -0.0002x + 0.161 R = 0.9977

50

100

150

200

Run ke-5
0.11500 0.11000 0.10500 0.10000 0.09500 0 50 100 150 200 y = -0.0001x + 0.1174 R = 0.9966 0.10000 0.08000 0.06000 0.04000 0.02000 0.00000 0

Run ke-6

y = -0.0002x + 0.1087 R = 0.9927

50

100

150

200

Run ke-7
0.10000 0.08000 0.06000 0.04000 0.02000 0.00000 0 50 100 150 200 y = -0.0003x + 0.1066 R = 0.9992 0.10000 0.08000 0.06000 0.04000 0.02000 0.00000 0

Run ke-8
y = -0.0005x + 0.1168 R = 0.9972

50

100

150

200

Run ke-9
0.11000 0.10500 0.10000 0.09500 0.09000 0 50 100 150 200 y = -9E-05x + 0.1107 R = 0.983 0.12000 0.10000 0.08000 0.06000 0.04000 0.02000 0.00000 0

Run ke-10

y = -0.0002x + 0.1083 R = 0.995

50

100

150

200

Run ke-11
0.12000 0.10000 0.08000 0.06000 0.04000 0.02000 0.00000 0 50 100 150 200 y = -0.0003x + 0.1146 R = 0.9988 0.10000 0.08000 0.06000 0.04000 0.02000 0.00000 0

Run ke-12

y = -0.0004x + 0.1104 R = 0.9871

50

100

150

200

You might also like