You are on page 1of 14

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 1. No. 2 Mei 2011: 11-23_____________________ ISSN 208 -!

8 1

EKSPLORASI TEKNOLOGI TEPAT GUNA DALAM PENANGKAPAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer) DI KABUPATEN MIMIKA (EXPLORATION OF THE APPROPRIATE FISHING TECHNOLOGY FOR BARRAMUNDI (Lates Calcarifer) FISHERIES IN MIMIKA REGENCY)
Dom Sim!olo"#$%$ Ari P r!a&a"to%$ ' lia E( Astari"i%$ )a" *esle& Sima" "+,alitDepartemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor

ABSTRA.T
Utili ati!" le#el !f $arra%&"'i i" Mi%i(a Re)e"c* +aters te"' t! i"crease e#er* *ears, $eca&se t-e (i"' !f fis- -a' t-e -i)- ec!"!%ical #al&e. T-is c!"'iti!" &s&all* c!&l' $e tri))er t! &se t-e e"#ir!"%e"tal &"frie"'l* fis-i") tec-"!l!)* f!r i"creasi") t-e catc-es. De#el!/%e"t !f t-e a//r!/riate fis-i") tec-"!l!)* i" Mi%i(a +aters %&st c!"si'er t-e %a0i%&% s&stai"a$le *iel' 1MSY2 !f $arra%&"'i res!&rces, s!cial, a"' ec!"!%ic as/ects !f fis-er%a". T-e !$3ecti#es !f t-is researc- +ere t! e0/l!re t-e MSY !f $arra%&"'i res!&rces, t! 'eter%i"e t-e 'e#el!/%e"t !//!rt&"it* !f $arra%&"'i fis-eries, t! e0/l!re t-e a//r!/riate fis-i") tec-"!l!)* !f $arra%&"'i, a"' t! 'eter%i"e t-e 'e#el!/%e"t strate)* !f $arra%&"'i fis-i") tec-"!l!)* i" Mi%i(a Re)e"c* +aters. T-e researc- %et-!' &se' +as s&r#e* t-r!&)- e0/eri%e"tal fis-i") acti#iti*. Data +ere a"al* e' +it- $i!ec!"!%ic %!'el, %&lticriteria a"al*sis, a"' a"alitical -ierarc-* /r!cess a//r!ac-es. T-e esti%ate' MSY !f $arra%&"'i i" Mi%i(a +aters +as 4,564 t!"s7*ear, a"' fis-i") eff!rt +as 89:,;<< tri/s7*ear. De#el!/%e"t !//!rt&"it* at MSY c!"'iti!" +as =,4:9 t!"s7*ear +-ile at MEY %a"a)e%e"t +as =,>>5 t!"s7*ear. T-e a//r!/riate fis-i") tec-"!l!)* f!r Barra%&"'i fis-eries i" Mi%i(a Re)e"c* +as )ill"et a"' -a"'l"e, $&t )ill"et +as %!re a'#e"ta)e t-a" -a"'li"e. T-e )ill"et $ec!%es %ai" /ri!rit* f!r 'e#el!/i") +it- a strate)* !f fis-er%a" e%/!+er%e"t, a"' c!!/erati#e a%!") sta(e-!l'ers f!r i%/r!#i") catc- a"' fis-er%e" i"c!%e.
Ke&/or)s0 Barram ")i$ fis1i"+ tec1"olo+&$ a22ro2riate$ Mimi,a Re+e"c&

ABSTRAK
Tingkat pemanfaatan ikan kakap putih di peraian Kabupaten imika !enderung meningkat setiap tahun, karena "enis ikan ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi# Kondisi ini biasanya men"adi pemi!u untuk menggunakan teknologi penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan dalam meningkatkan hasil tangkapan# Pengembangan teknologi penangkapan ikan tepat guna di perairan imika harus mempertimbangkan potensi lestari ikan kakap putih, aspek sosial dan ekonomi nelayan# Tu"uan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi potensi lestari SDI kakap putih, menentukan peluang pengembangan perikanan kakap putih, mengeksplorasi teknologi penangkapan ikan kakap putih yang tepat guna, dan menentukan strategi pengembangan dalam usaha penangkapan kakap putih di perairan Kabupaten imika# etode penelitian yang digunakan adalah sur$ei melalui kegiatan e0/eri%e"tal fis-i")# Data dianalisis dengan pendekatan model bio%ekonomi, %&lticriteria a"al*sis dan a"alit*cal -ierarc-* /r!cess# Dugaan potensi lestari ikan kakap putih di perairan imika adalah &#'(& ton)tahun, dan upaya penangkapan optimum *+,#-.. trip)tahun# Peluang pengembangan pada kondisi pengelolaan S/ adalah 0,&,+ ton)tahun, sedangkan pada kondisi pengelolaan 1/ 0#22' ton)tahun# Teknologi tepat guna dalam penangkapan kakap putih di perairan imika adalah "aring insang dan pan!ing ulur, tetapi "aring insang lebih menguntungkan dibandingkan pan!ing ulur# 3aring insang men"adi prioritas pertama untuk dikembangkan dengan melakukan strategi pembinaan nelayan, dan ker"asama antar pelaku untuk meningkatkan hasil tangkapan dan kese"ahteraan nelayan#
Kata , "ci0 Ka,a2 2 ti1$ te,"olo+i 2e"a"+,a2a"$ te2at + "a$ Ka! 2ate" Mimi,a

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kakap putih (Lates calcarifer) merupakan salah satu komoditas unggulan sebagai penyumbang pendapatan asli daerah (PAD) yang diharapkan oleh Pemerintah Kabupaten
1 2

Mimika dari bidang perikanan tangkap. Usaha penangkapan di perairan Mimika berusaha meningkatkan jumlah upaya penangkapan kakap putih karena harga ikannya yang cukup tinggi (Dinas Perikanan dan Kelautan Kab Mimika, !!"). #enomena tersebut dapat mengancam kelestarian sumberdaya ikan apabila upaya penangkapan tidak

Corresponding author Sta+ ,e'arte%en Pe%an+aatan Su%(erda-a Perikanan" .PIK - IP# 3 /lu%ni Progra% Studi Teknologi Kelautan Pa0*a0ar&ana IP#

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan" IP# _______________________________ $-%ail: &t'ki'()g%ail.*o%

dikontrol sesuai dengan jumlah potensi lestari. #au$i dan Anna ( !! ), menyatakan bah%a keberlanjutan meru& pakan kata kunci dalam pembangunan perikanan yang diharapkan dapat memperbaiki kondisi sumberdaya dan kesejahteraan masyarakat perikanan itu sendiri. 'umberdaya ikan ('D() dikategori& kan sebagai sumberdaya yang dapat pulih, namun demikian tingkat peman)aatan 'D( yang berlebihan dapat menimbulkan permasalahan yang kompleks (Malanesia et al., !!*). Penentuan alokasi optimum upaya penangkapan dalam peman)aatan 'D( kakap putih di perairan Mimika membutuhkan data dan in)ormasi yang akurat tentang potensi lestari, sehingga kelestarian 'D( dan keberlanjutan usaha perikanan tetap terjamin. Peman)aatan sumberdaya ikan diharapkan dapat meningkatkan pen& dapatan nelayan, namun demikian bah%a penggunaan teknologi penang& kapan harus sesuai (tepat guna) agar tidak mengancam kelestarian 'D( itu sendiri. +umlah alokasi unit penangkapan harus diatur agar tidak terjadi kelebihan tangkap, bahkan kon)lik sosial di antara nelayan ('imbolon, !!,). Peluang untuk menambah unit penangkapan dan penggunaan teknologi yang tidak ramah lingkungan dalam usaha penangkapan ikan kakap putih di perairan Mimika cukup besar karena harga ikan tersebut relati) tinggi. Peman)aatan potensi perikanan kakap putih di perairan Kabupaten Mimika belum dapat dilakukan secara optimal karena keterbatasan in)ormasi dasar, terkait dengan jumlah potensi 'D(, dan keragaan teknologi penangkapan. -erdasarkan studi pendahuluan, kendala lain yang ditemukan di lokasi penelitian adalah sarana dan prasarana usaha perikanan tangkap yang terbatas, armada penangkapan yang masih tergolong skala kecil, rantai pemasaran belum tertata baik, keterbatasan modal usaha, dan adopsi teknologi yang rendah. Untuk itu perlu dilakukan kajian yang sistematis untuk menentukan pola pengembangan perikanan kakap putih yang berkelanjutan, dengan mempertimbang& kan aspek biologis, teknis, sosial,

ekonomi dan lingkungan, agar tidak menimbulkan dampak negati) di masa mendatang. 1.2. Tujuan Penelitian .ujuan penelitian ini adalah untuk (/) mengeksplorasi potensi lestari 'D( kakap putih, ( ) menentukan peluang pengembangan perikanan kakap putih, (0) mengeksplorasi teknologi penang& kapan ikan kakap putih yang tepat guna, dan (1) menentukan strategi pengem& bangan dalam usaha penangkapan kakap putih di perairan Kabupaten Mimika. II. METODOLOGI 2.1. Waktu dan L ka!i Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret&Mei !!" di perairan Kabupaten Mimika, Pro2insi Papua. 2.2. Met de Pengu"#ulan Data Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode sur2ei. Data yang dikumpulkan meliputi produksi dan upaya penangkapan, jumlah dan ukuran (size) ikan kakap putih yang tertangkap, biaya operasi penangkapan, dan harga ikan kakap putih. Data produksi dan upaya penangkapan selama tujuh tahun diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Mimika. 'ampel kapal yang diamati ditentukan secara sengaja (purposive sampling), dengan pertimbangan bah%a kapal tersebut menangkap kakap putih dan layak operasi, serta ada i$in3kesediaan pemilik kapal. Dengan pertimbangan tersebut, maka ditetapkan sampel kapal jaring insang dan pancing ulur masing&masing /! unit. Data primer yang dikumpulkan dari sampel kapal meliputi jumlah dan ukuran panjang kakap putih yang tertangkap, jumlah anak buah kapal (A-K). Pada setiap trip operasi kapal sampel, ditimbang jumlah tangkapan total dan tangkapan kakap putih, lalu diambil sampel ikan kakap putih untuk diukur panjangnya. 'ampel ikan diambil secara acak yang jumlahnya berkisar 4&/! ekor per trip tergantung 2ariabilitas ukuran ikan. Data biaya operasional, dan harga ikan kakap putih diperoleh dari hasil %a%ancara dan pengisian kuesioner oleh ! responden, masing&masing /! orang

12

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 1. No. 2. Mei 2011: 11-23

ISSN 208 -!8 1 anak buah kapal (A-K) untuk me%akili unit penangkapan jaring insang, 4 orang A-K untuk me%akili unit penangkapan pancing ulur, dan 4 orang untuk me%akili pedagang pengumpul ikan. 5esponden ditentukan secara sengaja (purposive sampling), dengan pertimbang& an bah%a responden bersedia dan memahami isi pertanyaan. 2.$. Anali!i! Data %1& Pendugaan # ten!i le!tari dengan " del 'i (ek n "i Pendekatan bio&ekonomi merupa& kan salah satu alternati) pengelolaan yang dapat diterapkan dalam rangka meningkatkan pengusahaan sumberdaya secara berkelanjutan. Potensi lestari ikan kakap putih di perairan Kabupaten Mimika dianalisis dengan model 'chae)er dan model #o6. 'ebelum dilakukan analisis regresi untuk mengetahui hubungan antara 7PU8 dengan upaya penangkapan (effort), terlebih dahulu dilakukan standarisasi terhadap effort, karena jaring insang dan pancing ulur yang menangkap kakap putih di lokasi penelitian memiliki kemampuan tangkap (catchability) yang berbeda. .eknik standarisasi mengikuti prosedur yang dianjurkan 'parre 9 :enema (/;;;). /. Penentuan model yang menunjukkan hubungan antara 7PU8 dengan effort adalah < Pengelolaan sumberdaya ikan kakap putih dengan tingkat upaya maksimum lestari dengan memaksimumkan keuntungan secara ekonomi, dianalisis dengan pendekatan model biologi dari 'chae)er (/;4*), dan model ekonomi dari ?ordon (/;41), dengan rumus berikut <

= a'$ ('$ 2 *$
.ingkat keuntungan maksimum atau ma6imum economic sustainable yield (M8=) dicapai pada saat d@3d8 > !, sehingga <

M$5 = d / d$ = a' 2('$ *


.ingkat upaya pada open access (8AA), terjadi pada saat keseimbangan bio& ekonomi > !, yang secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut <

= T6 T3 = 0
a'$ ('$ 2 *$ = 0 a' ('$ * = 0

$7/ =(a' *)

('

3P4$ = 2 / $ = a ($
. Pendugaan hasil tangkapan maksimum lestari (hM'=) dan upaya optimum (8M'=) pada model 'chae)er adalah sebagai berikut <

Keterangan < > keuntungan dari upaya peman)aatan sumberdaya 7 > biaya operasional penangkapan ikan per satuan upaya 8 > upaya penangkapan (trip per tahun) p > harga hasil tangkapan a dan b > koe)isien upaya penangkapan .5 > total re2enue (penerimaan total) .7 > total cost (penerimaan total) %2& Penentuan tekn l gi #enangka#an ikan kaka# #uti) *ang te#at guna Penentuan teknologi penangkapan tepat guna dimaksudkan untuk mendapatkan jenis alat tangkap yang mempunyai keragaan terbaik ditinjau dari aspek biologi, teknik, sosial dan ekonomi. Kriteria penilaian yang dibangun dalam penelitian ini adalah < (/) secara biologi tidak mengganggu3merusak kelestarian sumberdaya ikan, ( ) secara teknis e)isien digunakan, (0) secara sosial dapat diterima masyarakat, (1) secara ekonomi menguntungkan. Penilaian terhadap kriteria yang bernilai kualitati) dilakukan secara subyekti) dengan memberikan skor, sedangkan pada kriteria yang bernilai kuantitati) tidak dilakukan skroring melainkan berdasarkan nilai

2MS5 = a 2 / 4(

$MS5 = a / 2(
0. Pendugaan hasil tangkapan maksimum lestari (hM'=) dan upaya optimum (8M'=) pada model #o6 adalah sebagai berikut <

2MS5 = (1 / () exp( a1) $MS5 = 1 / (


Keterangan < 7PU8 > rata&rata hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan (kg3trip) h > jumlah hasil tangkapan (kg) 8 > upaya penangkapan (trip) yang sudah distandarisasi a dan b > parameter regresi

$k0'lora0i Teknologi Te'at 1una .... (SIMBOLON, PURBAYANTO, ASTARINI, dan SIMANUNGKALIT)

13

obyekti) yang diperoleh di lapangan, dan urutan prioritas berdasarkan nilai tertinggi (Baluan 9 Curani, /;,,). Penilaian kriteria aspek biologi dan teknis dilakukan secara obyekti) berdasarkan data lapangan. Aspek biologi yang dinilai berhubungan dengan e)ekti)itas dan selekti)itas alat tangkap, yaitu ukuran panjang (size) ikan yang tertangkap (cm3ekor), dan jumlah hasil tangkapan (kg). Aspek teknis yang dinilai berhubungan dengan e)isiensi pengoperasian alat tangkap, yaitu produksi per trip (kg3trip), dan produksi per tenaga kerja (kg3trip3tenaga kerja). Aspek sosial yang dinilai berhubungan dengan respon penerimaan masyarakat terhadap alat tangkap, dan penyerapan tenaga kerja (orang3trip). 5espon penerimaan nelayan terhadap alat tangkap die2aluasi secara subyekti) dengan memberikan skor / bila alat tangkap kurang disukai, skor 0 bila alat tangkap disukai, dan skor 4 bila alat tangkap sangat disukai nelayan. Aspek ekonomi dinilai secara obyekti) melalui hasil perhitungan kelayakan usaha jaring insang dan pancing ulur. Kriteria yang dinilai adalah net present value (CP:), benefit cost ratio (Cet -37), internal rate of return ((55), dan pendapatan nelayan. Perhitungan kelayakan usaha (CP:, -37, dan (55) mengikuti prosedur yang disampaikan Busnan (/;;1). Kriteria CP: digunakan untuk menilai man)aat in2estasi dengan rumus<
n

Net # / 3 =

# 3 (1 + i ) [#t 3t > 0]
t t t

# 3 (1 i ) [#t 3t < 0]
t t t t =1

t =1 n

Keterangan < - > keuntungan 7 > biaya i > discount rate t > periode +ika Cet -37D/, in2estasi layak (menguntungkan)F jika Cet -37>/, usaha tidak memberikan keuntungan tetapi juga tidak rugiF dan jika Cet -37E/, in2estasi tidak layak (rugi). Kriteria (55, dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas in2estasi bersih dalam suatu proyek. 'etiap benefit bersih yang di%ujudkan secara otomatis ditanam kembali dalam tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan yang diberi bunga selama sisa umur proyek. 5umus untuk menghitung (55 adalah <

I66 = i1 +

NPV + (i2 i1 ) NPV + NPV

NPV =
t =1

#t 31 (1 + i )t

Keterangan < -t > benefit pada tahun t 7t > cost pada tahun t n > umur ekonomis dari pada proyek i > discount rate (suku bunga) t > periode. Apabila CP: D ! berarti in2estasi dinyatakan menguntungkan, dan apabila CP: E ! berarti in2estasi dinyatakan tidak menguntungkan (tidak layak). Apabila CP: > !, in2estasi hanya mengembalikan man)aat pada posisi sama dengan tingkat social opportunity cost of capital. Kriteria net -37, merupakan perbandingan antara nilai total dari man)aat bersih dengan present value total, dan dinyatakan dengan rumus <

Keterangan< i/ > discount rate CP: positi) i > discount rate CP: negati) -ila (55 D dari tingkat bunga berlaku, berarti proyek dinyatakan layak. -ila (55 sama dengan tingkat bunga yang berlaku, maka CP: dari proyek tersebut sama dengan nol. +ika (55 E dari tingkat bunga yang berlaku, berarti proyek tidak layak. Untuk menilai semua aspek biologi, teknis, sosial, dan ekonomi dilakukan standardisasi sehingga semua nilai mempunyai standar yang sama. 'tandardisasi menggunakan metode )ungsi nilai, dengan rumus (Mangkusubroto 9 .risnadi, /;,*) <

9 ( 8)
9 ( /) =

8 80 81 80
i =n

9 (8 )
i i i =1

Keterangan < :(G) > )ungsi nilai dari 2ariabel G G/ > nilai tertinggi pada kriteria G G! > nilai terendah pada kriteria G :(A) > )ungsi nilai dari alternati) A :i (Gi) > )ungsi nilai dari alternati) pada kriteria i, i > /, , 0,Hn.

14

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 1. No. 2. Mei 2011: 11-23

ISSN 208 -!8 1 %$& +trategi ke'ijakan #enge"'angan #erikanan kaka# #uti) Analisis strategi kebijakan pengembangan perikanan kakap putih dilakukan dengan menggunakan pendekatan analitycal hierarchy process (ABP) ('aaty, /;;/). Penyusunan hirarki dia%ali dengan menentukan tujuan umum yang berada pada le2el /, pihak& pihak yang berkepentingan di le2el , )aktor&)aktor pengembangan di le2el 0, tujuan yang ingin dicapai di le2el 1, dan alternati) strategi kebijakan pengembangan di le2el terakhir. 'elanjutnya alternati) strategi pengembangan dirancang interaksinya satu sama lain dengan bentuk struktur hirarki dengan memperhatikan pelaku utama, kriteria pengembangan, dan tujuan pengembangan. III. HA+IL DAN PEMBAHA+AN $.1. Ha!il Penelitian $.1.1. M del Bi (Ek n "i Perikanan ,aka# Puti) di ,a'u#aten Mi"ika Model 'chae)er lebih tepat diaplikasikan dalam pendugaan potensi ikan kakap putih di perairan Kabupaten Mimika dibandingkan dengan model )o6, karena nilai koe)isien determinasi (5 ) model schae)er lebih besar. Basil tangkapan maksimum lestari (hM'=) untuk kakap putih adalah ,.01, ton3tahun, dan effort optimum pada tingkat potensi maksimum lestari (8M'=) trip3tahun (?ambar /). -erdasarkan model bio&ekonomi (?ambar ), peningkatan upaya penangkapan diikuti produksi dan penerimaan yang meningkat hingga pada kondisi M'= dengan penerimaan usaha tertinggi pada kondisi M8=. Peningkatan upaya penangkapan juga diiringi dengan peningkatan biaya penangkapan. 5ente ekonomi terbesar diperoleh pada kondisi pengelolaan M8= yaitu 5p 4",;/ milyar3tahun. 5ente ekonomi pada kondisi M8= ini tercapai pada saat ,.!;1 ton3tahun produksi (hM8=) sehingga menghasilkan total penerimaan (.5M8=) 5p ,!,;1 milyar3tahun dikurangi total biaya (.7M8=) 5p 1,!0 milyar3tahun. Perbandingan produksi, e))ort, penerimaan, biaya, dan rente ekonomi pada berbagai kondisi pengelolaan, yaitu pada kondisi aktual, maximum sustainable yield (M'=), maximum economic yield (M8=) dan open access (AA) disajikan pada .abel /. Produksi dan upaya penangkapan kakap putih di Kabupaten Mimika de%asa ini masih jauh di ba%ah batasan keseimbangan bio&ekonomi. Kondisi tersebut merupakan indikasi bah%a peluang pengembangan produksi dan upaya penangkapan kakap putih masih besar hingga pada kondisi pengelolaan M'= dan M8=. Pada kondisi pengelolaan di tingkat M'=, produksi dan effort masih dapat ditingkatkan masing&masing ;*!./

8 7 6
Produksi (ton3thn) 5

4 3 2 1

Upaya penangkapan (ribu trip3thn)

?ambar /. Bubungan antara produksi dengan upaya penangkapan, dugaan potensi lestari dan upaya penangkapan optimum dalam perikanan kakap putih di perairan Mimika
$k0'lora0i Teknologi Te'at 1una .... (SIMBOLON, PURBAYANTO, ASTARINI, dan SIMANUNGKALIT)

1!

sebesar ,/,41I dan ,;,0/I dari kondisi aktual. Pada pengelolaan di tingkat M8=, peningkatan produksi dan effort perikanan kakap putih masing&masing sebesar ,!,;"I dan ,*,!"I dari kondisi actual (.abel ). $.1.2. Ek!#l ra!i tekn l gi #enang( ka#an ikan te#at guna Prioritas teknologi tepat guna dalam penangkapan kakap putih die2aluasi dengan menggunakan kriteria aspek biologi, teknis, sosial dan ekonomi.

-erdasarkan penilaian kriteria aspek biologi yang meliputi ukuran ikan kakap (G/), dan persentase jumlah tangkapan ikan target (G ), maka pengembangan pancing ulur lebih diprioritaskan dibandingkan dengan jaring insang (.abel 0). Akan tetapi berdasarkan penilaian aspek teknis dengan kriteria produksi per trip (G/), dan produksi per trip per tenaga kerja (G ), maka jaring insang lebih diprioritaskan pengembang& annya dibandingkan dengan pancing ulur (.abel 1).

?ambar . Model bio&ekonomi untuk pengelolaan perikanan kakap putih di perairan Mimika .abel /. 'tatus pengelolaan sumberdaya ikan kakap putih di perairan Mimika, tahun !!4 Kondisi pengelolaan Aktual M8= M'= AA Produksi (.on) /.41/ ,.!;1 ,.01, 1.,!" .otal Penerimaan (5p.milyar) /4,1/ ,!,;1 ,0,1, 1,,!" .otal -iaya (5p.milyar) 0,// 1,!0 ;,/! 1,,!" 5ente 8konomi (5p.milyar) / ,0! 4",;/ 41,0, !

Effort (.rip) /!0.""; ,!/.!/0 ;*!./ /."! .! 4

.abel . Peluang pengembangan perikanan kakap putih pada kondisi pengelolaan M'=, dan M8= di Kabupaten Mimika Kondisi pengelolaan Aktual M'= M8= Effort (trip3tahun) /!0.""; ;*!.// ,!/.!/0 Produksi (ton3tahun) /.41/ ,.01, ,.!;1 Peluang pengembangan(I) 8))ort Produksi ,;,0/ ,*,!" ,/,41 ,!,;"

1"

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 1. No. 2. Mei 2011: 11-23

ISSN 208 -!8 1 .abel 0. Penilaian aspek biologi untuk menentukan teknologi penangkapan kakap putih yang tepat guna di perairan Mimika +enis teknologi +aring insang Pancing ulur G/ 1,4 " Kriteria UP/ G (( 1! ( *! Basil 'tandarisasi .erhadap Kriteria :/(G/) : (G ) .otal UP ! ! ! (( / / (

UP (( (

Keterangan < UP > urutan prioritas

.abel 1. Penilaian aspek teknis untuk menentukan teknologi penangkapan kakap putih yang tepat guna di perairan Mimika +enis teknologi +aring insang Pancing ulur G/ "! 1! Kriteria UP/ G ( ! (( /0 Basil 'tandarisasi .erhadap Kriteria :/(G/) : (G ) .otal UP / / ( ! ! ! ((

UP ( ((

Keterangan < UP > urutan prioritas

Basil penilaian aspek sosial dengan menggunakan kriteria penyerapan jumlah tenaga kerja tiap unit penangkapan (G/), dan tingkat penerimaan masyarakat nelayan terhadap jenis teknologi yang digunakan (G ), menunjukkan bah%a masyarakat nelayan lebih menginginkan (menyukai) untuk memiliki alat tangkap jaring insang dibandingkan pancing ulur (.abel 4). Kriteria yang digunakan dalam penilaian aspek ekonomi adalah kelayakan )inancial (CP:, -37, (55), dan pendapatan nelayan. -erdasarkan analisis kelayakan )inansial, jaring insang dan pancing ulur layak dikembangkan dalam usaha penangkapan kakap putih di perairan Mimika (.abel "). -erdasarkan nilai -37, setiap biaya 5p /,!! yang dikeluarkan pada jaring insang akan diperoleh keuntungan 5p /,;0, sedangkan pada pancing ulur hanya 5p /,*;. Artinya bah%a jaring insang lebih menguntungkan dibandingkan pancing ulur dalam usaha penangkapan kakap putih. (ndikasi besarnya keuntungan tersebut juga diperkuat oleh nilai CP:

dari jaring insang yang lebih besar daripada pancing ulur. Cilai (55 untuk usaha jaring insang sebesar 10,;;I dan untuk pancing ulur sebesar 1!,;,I. Bal ini berarti bah%a nilai (55 dari kedua jenis alat tangkap yang dikaji berada di atas discount rate /,I. Basil penilaian aspek ekonomi dengan kriteria CP: (G/), Cet -37 (G ), (55 (G0), dan pendapatan nelayan (G1) menunjukkan bah%a jaring insang lebih diprioritaskan pengembangannya dibandingkan dengan pancing ulur (.abel *). -erdasarkan hasil analisis terhadap aspek teknis, sosial dan ekonomi, jaring insang memiliki keragaan yang lebih baik dibandingkan pancing ulur. Camun dari aspek biologi, ternyata pancing ulur memiliki keragaan yang lebih baik dibandingkan jaring insang. 'etelah dilakukan penggabungan keempat aspek biologis, teknis, sosial dan ekonomi (.abel ,), dapat disimpulkan bah%a teknologi penangkapan tepat guna yang lebih diprioritaskan pengembangannya dalam penangkapan kakap putih di perairan Mimika adalah aring insang.

$k0'lora0i Teknologi Te'at 1una .... (SIMBOLON, PURBAYANTO, ASTARINI, dan SIMANUNGKALIT)

1#

.abel 4. Penilaian aspek sosial untuk menentukan teknologi penangkapan kakap putih yang tepat guna di perairan Mimika +enis teknologi +aring insang Pancing ulur G/ 0 0 Kriteria UP/ G ( 4 ( 0 Basil 'tandarisasi .erhadap Kriteria :/(G/) : (G ) .otal UP / / ( / ! / ((

UP ( ((

Keterangan < UP > urutan prioritas

.abel ". Cilai CP:, -37, dan (55 jaring insang dan pancing ulur dalam peman)aatan ikan kakap putih di perairan Mimika Kriteria in2estasi CP: (5p / juta) Cet -37 (55 (I) Usaha penangkapan ikan kakap putih +aring insang Pancing ulur ", " /",,, /,;0 /,*; 10,;; 1!,;,

.abel *. Penilaian aspek ekonomi untuk menentukan teknologi penangkapan kakap putih yang tepat guna di perairan Mimika +enis teknologi +aring insang Pancing ulur Kriteria Basil 'tandarisasi .erhadap Kriteria G/ UP/ G UP G0 UP0 G1 UP1 :/(G/) : (G ) :0(G0) :1(G1) .otal UP " ( /,; ( 11 ( 44 ( / / / / 1 ( /* (( /,, (( 1/ (( 0; (( ! ! ! ! ! ((

Keterangan < UP > urutan prioritas

.abel ,. Penilaian aspek biologi, teknis, sosial, dan ekonomi untuk menentukan teknologi penangkapan kakap putih yang tepat guna di perairan Mimika +enis teknologi +aring insang Pancing ulur Aspek Basil 'tandarisasi .erhadap Aspek -iologi .eknis 'osial 8konom :/(G/) : (G ) :0(G0) :1(G1) .otal UP (G/) (G ) (G0) i (G1) ! 1 ! / / / 0 ( ! / ! / ! ! ! / ((

Keterangan < UP > urutan prioritas

$.2. Pe"'a)a!an Potensi lestari ikan kakap putih di perairan Kabupaten Mimika diperkirakan ,.01, ton3tahun. Basil tangkapan kakap putih di perairan Mimika tersebar di tiga habitat, yaitu di sekitar perairan pantai, muara sungai hingga ke hulu sungai. Kondisi perairan Mimika cocok dengan habitat yang dikehendaki ikan kakap putih, karena banyaknya sungai yang bermuara, dan didukung juga oleh kondisi mangro2e yang masih baik. Menurut 'imbolon ( !!,), kondisi perairan yang sesuai dengan habitat yang dikehendaki oleh ikan akan

berpengaruh terhadap siklus hidup dan recruitment ikan, dan akibatnya akan berdampak positi) terhadap besarnya potensi ikan. Menurut A$is (/;,;) diacu dalam Muksin ( !!"), tingkat peman)aatan sumberdaya ikan dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu < (/) under exploited dengan tingkat peman)aatan J "4I, ( ) #ti"al dengan tingkat peman)aatan D "4I dan E /!!I, (0) overfishing dengan tingkat peman)aatan K /!!I. -erdasarkan pengelompokan tersebut, maka tingkat peman)aatan kakap putih di perairan Kabupaten

1$

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 1. No. 2. Mei 2011: 11-23

ISSN 208 -!8 1 Mimika pada tahun !!4 termasuk dalam kategori under exploited, yaitu sekitar /;I. Dengan demikian, upaya penangkapan masih dapat ditambah hingga mencapai batasan keseimbangan secara bio&ekonomi dalam rangka meningkatkan hasil tangkapan. .ingkat peman)aatan yang masih dalam kategori under exploited, membuka peluang bagi nelayan untuk lebih mengintensi)kan kegiatan penangkapan kakap putih di perairan Kabupaten Mimika. Dari pengamatan di lapangan, kendala utama yang menyebabkan rendahnya tingkat peman)aatan kakap putih karena jarring insang dan pancing ulur masih menggunakan perahu tanpa motor, dan rantai pemasaran belum tertata dengan baik. Peman)aatan sumberdaya kakap putih diharapkan dapat memberikan man)aat yang lebih luas, baik untuk peningkatan kesejahteraan nelayan, sumber penerimaan daerah, dan peningkatan konsumsi ikan. Aleh karena itu potensi sumberdaya kakap putih di Kabupaten Mimika sudah seharusnya diman)aatkan sebesar&besarnya dengan tetap menjaga kelestarian sumberdaya. Malanesia et al. ( !!*), menyatakan bah%a kelestarian sumberdaya ikan dapat terjaga bilamana regulasi dalam pengelolaannya dapat dijalankan dengan baik oleh para pelaku perikanan, termasuk kebijakan yang tepat untuk menentukan jenis teknologi tepat guna, serta jumlah alokasi optimum unit penangkapan ikan. Peman)aatan kakap putih pada tahun !!4 baru mencapai /.41/ ton dengan rata&rata /.0!0 ton3tahun selama periode /;;;& !!4. Bal tersebut menunjukkan bah%a tingkat peman)aatan masih jauh dari yang diharapkan bila dibandingkan pada tingkat M8= (,.!;1 ton3tahun) dan M'= (,.01, ton3tahun). Barahap et al. ( !!") menyatakan bah%a potensi sumberdaya ikan yang belum terman)aatkan hingga pada kondisi maximum economic yield (M8=) sebenarnya merupakan suatu kerugian karena belum dapat mengoptimalkan rente ekonomi secara optimal. 5ente ekonomi secara perlahan semakin berkurang dengan meningkat& nya total biaya (.7) akibat dari penambahan effort, sementara total penerimaan (.5) semakin berkurang akibat terjadinya penurunan produksi. Penambahan effort hingga pada kondisi M'= menghasilkan penurunan rente ekonomi menjadi sebesar 5p 41,0, milyar3tahun. Penambahan effort yang tidak terkendali hingga mencapai kondisi keseimbangan open access (8AA), menyebabkan total penerimaan (.5) sama dengan total biaya (.7), sehingga tidak ada lagi rente ekonomi yang diterima (nol). ?ordon, (/;41) menyebutkan bah%a tingkat effort pada kondisi open access (8AA) disebut sebagai bioeconomic equilibrium of open access fishery. Pada kondisi pengelolaan open access nelayan cenderung menambah upaya penangkapannya secara besar& besaran dengan harapan akan mendapatkan hasil tangkapan yang lebih besar, dan kondisi ini dapat berdampak negati) terhadap kelestarian 'D(. Peningkatan produksi kakap putih di perairan Mimika seyogianya tidak semata&mata hanya untuk mencari keuntungan secara ekonomi saja, tetapi juga harus memperhatikan daya dukung dari sumberdaya ikan. Bal ini berarti bah%a peman)aatan kakap putih di perairan Mimika disarankan dilakukan hanya sampai pada titik M8= karena pada kondisi ini akan diperoleh keuntungan ekonomi bagi para pelaku perikanan, tanpa mengganggu kelestarian sumberdaya kakap putih itu sendiri (keuntungan biologi). Menurut 'imbolon 9 Mustaruddin ( !!"), usaha perikanan tangkap seyogianya tidak hanya berorientasi terhadap permintaan pasar semata tetapi juga harus mempertimbangkan daya dukung sumberdaya ikan agar tetap dijaga kelestariannya, sehingga dapat menjamin keberlanjutan usaha. -erdasarkan penilaian aspek biologis, pengembangan pancing ulur lebih diprioritaskan dibandingkan dengan jaring insang, karena kakap putih yang tertangkap dengan pancing ulur memiliki ukuran lebih besar (rata& rata " kg3ekor) dibandingkan dengan jaring insang (rata&rata 1,4 kg3ekor). Disamping itu, pancing ulur lebih selekti) dalam menghasilkan kakap putih (target species) dibandingkan jaring insang karena persentase tangkapan target species pada pancing ulur sebesar *!I, sedangkan pada jaring insang hanya 1!I. Camun demikian, jaring insang

$k0'lora0i Teknologi Te'at 1una .... (SIMBOLON, PURBAYANTO, ASTARINI, dan SIMANUNGKALIT)

1%

lebih produkti) daripada pancing ulur. Bal ini sesuai dengan pendapat Monintja (/;,*), bah%a pancing umumnya memiliki tingkat selekti2itas yang tinggi, namun kemampuan tangkapnya (catchability) relati) rendah dibandingkan dengan jaring insang. -erdasarkan e2aluasi aspek sosial, nelayan Mimika lebih menyukai jaring insang dibandingkan dengan pancing ulur, %alaupun kedua alat tangkap ini memiliki daya serap tenaga kerja yang sama. Basil %a%ancara dengan masyarakat menunjukkan bah%a status sosial nelayan akan lebih baik jika mereka dapat memiliki unit penangkapan jaring insang. 'trategi pengembangan perikanan kakap putih di Kabupaten Mimika

ditentukan berdasarkan harapan para stakeholder (aktor), dengan mempertim& bangkan )aktor&)aktor berpengaruh (kriteria) dan tujuan pengembangan. Aktor, )aktor, dan tujuan tersebut disusun dalam bentuk hirarki melalui analisis ABP. Penggunaan ABP didasari atas pertimbangan bah%a ABP merupakan metode yang sederhana dan )leksibel yang menampung kreati2itas dan rancangannya terhadap suatu masalah ('aaty, /;;/). 5asio kepentingan yang menunjukkan prioritas masing&masing komponen yang terdapat pada aktor, )aktor (kriteria), tujuan, dan alternati) strategi pengembangan dapat dilihat pada ?ambar 0.

9OKUS

Pen&e'(an&an pe)*+anan +a+ap p,-*. /an& (e)+e0an1,-an

Ne0a/an AKTOR (0,4$4)

Pen&,2a.a pe)*+anan (0,1!!)

Peda&an& *+an (0,134)

3*na2 pe)*+anan (0,22$)

S3I 9AKTOR (0,0"$)

SARPRA (0,140)

S3M (0,0"$)

PASAR (0,1$")

T4KNO PRO3UK (0,0"!) (0,22%)

UKUR LBAGA (0,0"#) (0,0!!)

UPI (0,122)

TU6UAN

UPB4R (0,1!2)

TATING (0,123)

UNTUNG (0,12%)

S6TRA (0,1$!)

S3I (0,0!")

MUTU PAS7A (0,0#0) (0,123)

K4R6A (0811%)

PA3 (0,03#)

STRAT4GI Pe'(*naan ne0a/an P4NG4M: dan +e)1a2a'a an-a) BANGAN pe0a+, (0,2!2)

T*n&+a-+an p)5d,+2* +a+ap p,-*. (0,1$3)

Pen&e'(an&an Pen&e'(an&an p5-en2* pa2a) 2a)ana p)a2a)ana (0,1#3) (0,1"#)

Pen&e'(an&an a0a- -an&+ap (0,22!)

?ambar 0. Birarki pengembangan perikanan kakap putih di Kabupaten Mimika Aktor yang berperan dalam pengembangan perikanan kakap putih di Kabupaten Mimika adalah nelayan, pengusaha perikanan, pedagang ikan, dan Dinas Perikanan. Celayan mendapat prioritas tertinggi dengan rasio kepentingan !,1,1, sedangkan prioritas terakhir adalah pedagang ikan. Celayan memiliki rasio kepentingan paling besar karena nelayan dianggap sebagai ujung tombak paling berperan memberikan kontribusi dalam peman)aatan dan penyediaan pasokan kakap putih di Kabupaten Mimika. 'imbolon 9 Mustaruddin ( !!") juga melaporkan bah%a nelayan merupakan pelaku utama yang paling diprioritaskan dalam pengembangan perikanan cakalang di perairan 'orong. Pedagang pengumpul ikan belum mendapat prioritas penting dalam pengembangan perikanan kakap putih di Kabupaten Mimika. Bal ini mungkin disebabkan karena pedagang ikan selama ini belum mendistribusikan produksi kakap putih ke luar daerah

20

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 1. No. 2. Mei 2011: 11-23

ISSN 208 -!8 1 Mimika, akan tetapi lebih mengutamakan distribusinya untuk konsumsi lokal dalam produk ikan segar. #aktor&)aktor yang berpengaruh dalam pengembangan perikanan kakap putih di Kabupaten Mimika adalah potensi sumberdaya ikan ('D(), sarana dan prasarana ('A5P5A), potensi sumberdaya manusia ('DM), peluang pasar (PA'A5), adopsi teknologi (.8KCA), ukuran ikan tangkapan (UKU5), produksi hasil tangkapan (P5ADUK), kelembagaan (L-A?A), dan unit penangkapan ikan (UP(). #aktor pengembangan perikanan kakap putih yang utama adalah produksi hasil tangkapan dengan rasio kepentingan !, ;, dan terakhir adalah unit penangkapan dengan rasio kepentingan !,/ . Stakeholders perikanan kakap putih di Kabupaten Mimika lebih mementingkan produksi hasil tangkapan yang tinggi karena mereka menganggap bah%a produksi kakap putih merupakan )aktor yang paling menentukan dalam keberlanjutan usaha, dan akan meningkatkan pendapatan keluarga nelayan. Malanesia et al. ( !!,) melaporkan bah%a )aktor pembatas yang paling menentukan keberhasilan pengembangan perikanan pelagis di Lampung 'elatan adalah ketersediaan 'DM yang terampil. Perbedaan ini mungkin saja disebabkan karena kondisi dan karakteristik perikanan pelagis dan perikanan kakap putih yang berbeda. #aktor keterampilan nelayan ('DM) dalam kegiatan penangkapan kakap putih di perairan Mimika belum mendapat prioritas penting karena para stakeholders menganggap potensi ikan masih banyak dan belum ditemukan kesulitan untuk menangkap ikan %alaupun hanya menggunakan teknologi sederhana. Akibatnya, )aktor potensi 'D(, ukuran ikan, dan adopsi teknologi belum mendapat prioritas penting. .ujuan yang diharapkan dalam perikanan kakap putih adalah usaha penangkapan berkelanjutan (UP-85), hasil tangkapan tinggi (.A.(C?), keuntungan usaha maksimal (UC.UC?), kesejahteraan nelayan meningkat ('+.5A), potensi 'D( lestari ('D(), mutu ikan baik (MU.U), pemasaran dan harga terjamin (PA'BA), lapangan kerja meningkat (K85+A), pendapatan asli daerah meningkat (PAD). .ujuan pengembangan perikanan kakap putih yang menjadi prioritas utama adalah kesejahteraan nelayan dengan rasio kepentingan !,/,4, dan prioritas terakhir adalah pemasaran dan harga terjamin dengan rasio kepentingan /, 0. .ingginya nilai rasio kepentingan terhadap kesejahteraan nelayan merupakan indikasi bah%a para stakeholders memberikan tanggapan positi) akan pentingnya peranan nelayan sebagai ujung tombak dalam peman)aatan dan penyediaan pasokan kakap putih di Kabupaten Mimika. Bal ini sesuai dengan pendapat 'imbolon ( !!,), yang menyatakan bah%a upaya untuk menuju perikanan berkelanjutan adalah usaha penangkapan menguntungkan agar kesejahteraan nelayan terpenuhi, pengoperasian teknologi penangkapan tepat guna, alokasi unit penangkapan dan sumberdaya ikan yang optimum. Upaya untuk menjaga potensi 'D( agar tetap lestari belum menjadi prioritas tujuan karena para stakeholders beranggapan bah%a potensi ikan kakap putih di peraran Mimika masih cukup tinggi, bahkan tingkat peman)aatannya masih rendah. Upaya untuk menghasilkan ikan yang bermutu tinggi juga dianggap belum perlu diprioritaskan karena kakap putih yang tertangkap masih terbatas pemasarannya untuk konsumsi lokal dalam bentuk produk ikan segar. 'trategi pengembangan perikanan kakap putih di Kabupaten Mimika adalah pembinaan nelayan dan kerjasama antar pelaku sebagai prioritas pertama, dan prioritas selanjutnya secara berurutan adalah pengembangan alat tangkap, peningkatan produksi, pengembangan sarana dan prasarana, dan pengembangan potensi pasar. .erpilihnya pembinaan nelayan dan kerjasama antar pelaku perikanan sebagai prioritas pertama dalam strategi pengembangan perikanan kakap putih di Kabupaten Mimika karena strategi tersebut mengakomodir dengan lebih baik para pelaku perikanan, )aktor& )aktor pembatas dalam pengembangan, dan tujuan pengembangan yang ditetapkan.

$k0'lora0i Teknologi Te'at 1una .... (SIMBOLON, PURBAYANTO, ASTARINI, dan SIMANUNGKALIT)

21

I-.

,E+IMPULAN DAN +A.AN

/.1. ,e!i"#ulan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah < /. Potensi lestari ikan kakap putih di perairan Kabupaten Mimika diperkirakan ,.01, ton3tahun, dan tingkat keuntungan maksimum tercapai pada saat produksi sebesar ,.!;1 ton3tahun. . Untuk mencapai keuntungan maksimum dengan tetap menjamin kelestarian sumberdaya ikan, upaya penangkapan masih dapat ditingkatkan hingga ,*I dari kondisi aktual atau ";*.011 trip3tahun. 0. .eknologi tepat guna yang lebih diprioritaskan pengembangannya dalam penangkapan kakap putih di perairan Mimika adalah jaring insang dibandingkan dengan pancing ulur. 1. 'trategi pengembangan dalam usaha penangkapan kakap putih di perairan Kabupaten Mimika lebih diprioritaskan pada aspek pembinaan nelayan, dan kerjasama antar pelaku perikanan untuk meningkatkan produksi dan kesejahteraan nelayan. /.2. +aran 'aran yang dapat diberikan untuk menindaklanjuti penelitian ini adalah < /. Pemerintah daerah perlu menyusun dan melaksanakan program&program yang berorientasi pada aspek pembinaan nelayan dan kerjasama antar pelaku perikanan. . Diperlukan upaya sosialisasi yang lebih intensi) terutama kepada pemerintah darah dan usaha penangkapan kakap putih, terkait dengan jumlah upaya penangkapan dan hasil tangkapan kakap putih yang diperbolehkan. 0. Untuk memacu peningkatan produksi tangkapan, diperlukan kajian tentang adopsi teknologi alat tangkap baru yang lebih produkti) untuk mendukung alat tangkap yang sudah ada. U0APAN TE.IMA ,A+IH Penulis mengucapkan terima kasih kepada para A-K unit penangkapan jaring insang dan pancing ulur, serta pedagang pengumpul ikan yang bersedia sebagai responden dalam penelitian ini. Penulis juga menyampaikan terimakasih

kepada re2ie%er yang telah memberikan masukan perbaikan, sehingga dapat menambah bobot tulisan ini ke arah yang lebih baik. DA1TA. PU+TA,A Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Mimika. !!". 'tatistik Perikanan. Mimika. / hal. #au$i A., dan '. Anna, !! . 82aluasi status keberlanjutan pembangunan perikanan. Aplikasi Pendekatan 5ap)ish. urnal urusan Sosial Ekonomi !erikanan "!#$ #!%. -ogor. Bal 10&44. ?ordon, B.'. /;41. .he economic theory o) a common property resources < &he fishery. ournal of !olitical Economy. " < / 1&/1 . Busnan '. /;;1. 'tudi kelayakan proyek. 8disi Ketiga. UPP AMP =KPC. =ogyakarta. 0*; hal. Baluan, + dan .. M. Curani. /;,,. Penerapan Metode 'koring dalam Pemilihan .ehnologi Penangkapan (kan yang 'esuai untuk Dikembangkan di 'uatu Milayah Perairan. %ulletin urusan !emanfaatan Sumberdaya !erikanan, "akultas !erikanan. (P-ogor. :ol. (( Co. /. Bal 4&/*. Malanesia, M., +. Baluan, B. Bardjomidjojo, dan D. 'imbolon. !!*. Analisis Unit Penangkapan (kan Pilihan di Kabupaten Lampung 'elatan. %uletin !S!. (P-ogor. :ol. G:( Co. 0. Bal. 1,0& 4!/. Malanesia, M., +. Baluan, B. Bardjomidjojo, dan D. 'imbolon. !!,. 'ensiti2itas Apsi Pengembangan Unit Penangkapan (kan .erpilih di Kabupaten Lampung 'elatan. %uletin !S!. (P-ogor. :ol. G:(( Co. /. Bal. ,,&//!. Mangkusubroto, K. 9 7.L. .risnadi. /;,*. Analisa keputusan. Pendekatan system dalam manajemen usaha dan proyek. ?aneca 86act. -andung. */ hal.

22

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 1. No. 2. Mei 2011: 11-23

ISSN 208 -!8 1 Monintja, D.5. /;,*. -eberapa teknologi pilihan untuk peman)aatan sumberdaya hayati laut di (ndonesia. %uletin urusan !emanfaatan Sumberdaya !erikanan. #akultas Perikanan (P-. :ol, no /. Bal /1& 4. 'aaty, ..L. /;;/. Decision making )or leader < .he analytical hierarchy process )or decision comple6 %ord. 8disi bahasa (ndonesia (terjemahan Liana 'etiono). P.. Pustaka -inaman Pressindo. +akaera. *! hal. 'chae)er, M.-. /;4*. 'ome aspect o) the dynamics o) population important to the management o) commercial marine )isheries. %uletin of the #nter'(merica &ropical &una )ommission. / < * &4". 'imbolon, D., dan Mustaruddin. !!". Prioritas Kebijakan Pengembangan 'istem Perikanan 7akalang di Perairan 'orong. %uletin !S!. (P-ogor. :ol. G: Co. . Bal. *0&,4. 'imbolon D. !!,. Alokasi Unit Penangkapan 7akalang, Menuju Usaha Perikanan -erkelanjutan di Perairan 'orong. urnal *angrove + !esisir !S!$ ,niv. %ung -atta !adang. :ol. :((( Co. /. Bal. /0& /.

$k0'lora0i Teknologi Te'at 1una .... (SIMBOLON, PURBAYANTO, ASTARINI, dan SIMANUNGKALIT)

23

24

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 1. No. 2. Mei 2011: 11-23

You might also like