You are on page 1of 7

Promotif, Vol.3 No.

1 Okt 2013 Hal 43-49

Artikel VI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PENDAPATAN DENGAN KEJADIAN KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AMPANA BARAT
1)

Hartati Gani Musdalipah Bagian Promosi Kesehatan FKM Unismuh Palu 2) Bagian Gizi FM Unismuh Palu ABSTRAK

1)

2)

Penyakit Kusta adalah penyakit menular yang sifatnya kronis pada manusia. Penyakit ini biasanya menyerang saraf dan kulit sehingga dapat menimbulkan cacat jasmani dan dapat mengganggu kehidupan sosial penderita serta keluarganya. Kabupaten Tojo Una Una adalah salah satu Kabupaten di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah. Penanggulangan penyakit kusta masih menjadi masalah di daerah ini. Prevalensi Kusta di daerah tersebut masih tinggi yakni tahun 2009 adalah 2,02/10.000 penduduk, tahun 2010 adalah 2,87/10.000 penduduk dan tahun 2011 adalah 2,35/10.000 penduduk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan pendapatan dengan kejadian kusta. Jenis penelitian ini adalah case control. Lokasi penelitian di Puskesmas Ampana Barat Kecamatan Ampana Kota Kabupaten Tojo Una una dengan jumlah sampel 31 responden yang juga merupakan total populasi. Analisis Penelitian ini menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kejadian kusta di wilayah kerja Puskesmas Ampana Barat dengan nilai p = 0,000 dan ada hubungan yang bermakna antara pendapatan dengan kejadian kusta di wilayah kerja Puskesmas Ampana Barat dengan nilai p = 0,000. Penelitian ini menyarankan agar instansi kesehatan terus melakukan penyuluhan kesehatan kepada masayarakat yang tinggal di daerah endemik kusta, memberikan pelatihan kepada petugas kesehatan sehingga semakin terampil dalam menangani kasus kusta di lapangan. Daftar Pustaka Kata Kunci : 26 (2002-2012) : Kejadian Kusta, Pengetahuan, Pendapatan petugas kesehatan. Hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan/pengertian, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat yang ditimbulkannya. Kuman kusta biasanya menyerang saraf tepi kulit dan jaringan tubuh lainnya. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang sifatnya kronis dan dapat menimbulkan masalah yang komplek. Penyebab penyakit kusta ialah suatu kuman yang disebut Mycobaterium leprae. Sumber penularan penyakit ini adalah penderita kusta multi basilet (MB) atau kusta basah (Anonim, 2007).

PENDAHULUAN Penyakit kusta adalah salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan nasional. Penyakit kusta pada umumnya sering dijumpai di negaranegara yang sedang berkembang sebagai akibat keterbatasan kemampuan negara dalam pemberian pelayanan kesehatan yang baik dan memadai kepada masyarakat. Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat, keluarga termasuk sebagian 43

Promotif, Vol.3 No.1 Okt 2013 Hal 43-49

Artikel VI

World Health Assembly telah mengeluarkan resolusi sejak tahun 1991 yaitu mencapai eliminasi kusta Tahun 2000. Prevalensi kusta di Indonesia sejak tahun 2000 secara Nasional telah mencapai eliminasi kusta, yang berarti prevalensi kusta mencapai < 1 per 10.000 penduduk yaitu 0,84 per 10.000 penduduk. (Kalla, 2004) . Di Indonesia penderita kusta terdapat hampir diseluruh daerah dengan penyebaran yang tidak merata. Suatu kenyataan, di Indonesia bagian Timur terdapat angka kesakitan kusta yang lebih tinggi. Penderita kusta 90% tinggal diantara keluarga mereka dan hanya beberapa persen saja yang tinggal dirumah sakit kusta, koloni penampungan atau perkampungan kusta. Situasi penyakit kusta di Indonesia Pada tahun 2009, tercatat 17.260 kasus baru kusta di Indonesia (rate: 7,49/100.000) dan jumlah kasus terdaftar sebanyak 21.026 orang dengan angka prevalensi: 0,91 per 10.000 penduduk. Sedangkan tahun 2010, jumlah kasus baru tercatat 10.706 (Angka Penemuan kasus baru/CDR: 4.6/100.000) dan jumlah kasus terdaftar sebanyak 20.329 orang dengan prevalensi: 0.86 per 10.000 penduduk. Provinsi Sulawesi Tengah telah melakukan program penanggulangan penyakit kusta dari tahun 1979 dengan intensifikasi program tahun 1981 dimana pada saat itu angka kesakitan (prevalensi) dengan random survey didapati 97/10.000 hingga 28/10.000 penduduk. Provinsi Sulawesi Tengah telah mengalami banyak kemajuan yaitu sejak tahun 2001 telah berkisar 1-2 / 10.000 penduduk. Pada akhir tahun 2006 prevalensi menjadi 1,59/10.000 penduduk dengan CDR 16,63/100.000 penduduk. Namun selama tiga tahun terakhir mengalami penurunan yakni pada akhir tahun 2007 prevalensi turun1,45/10.000 penduduk dengan jumlah kasus baru 383 kasusyang terdiri dari PB 110 orang dan MB 237 orang 44

seiring dengan penurunan CDR menjadi 15,83/100.000 penduduk. Pada tahun 2009 terjadi peningkatan kasus menjadi 347 kasus. Sedangkan pada akhir tahun 2010 prevalensi 1,43/10.000 dengan jumlah kasus baru 356 kasus yang terdiri dari PB 93 orang dan MB 263 kasus (Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, 2010). Kabupaten Tojo Una Una adalah salah satu Kabupaten di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah. Penanggulangan penyakit kusta masih menjadi masalah di daerah ini. Prevalensi Kusta di daerah tersebut masih tinggi yakni tahun 2009 adalah 2,02/10.000 penduduk, tahun 2010 adalah 2,87/10.000 penduduk dan tahun 2011 adalah 2,35/10.000 penduduk (Rahman, 2010). Rendahnya pengetahuan dan pendapatan masyarakat tentang penyakit kusta, membuat penyakit ini masih tetap ada dan prevalensinya terus meningkat khususnya di Puskesmas Ampana Barat Kabupaten Tojo Una Una. Penyakit Kusta dapat disembuhkan, namun sampai saat ini penyakit ini masih menjadi persoalan serius, karena disamping masa inkubasinya tidak diketahui secara pasti, penyerangannya juga tergantung dari faktor imunologi (daya tahan) tubuh seseorang, dan penderita kebanyakan masih sulit diterima masyarakat meskipun penderita tersebut sudah dinyatakan sembuh oleh dokter maupun tenaga kesehatan lain yang menangani kasus kusta. Penyakit kusta bukan hanya menimbulkan masalah secara medis tetapi juga dapat menimbulkan masalah yang kompleks, baik dari segi ekonomi, sosial, serta kesehatan masayarakat ( Anonim, 2012). Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan pendapatan dan pengetahuan dengan kejadian kusta di wilayah kerja puskesmas Ampana Barat Kabupaten Tojo Una Una. BAHAN DAN METODE Lokasi Penelitian

Promotif, Vol.3 No.1 Okt 2013 Hal 43-49

Artikel VI

Lokasi Penelitian ini dilaksanakandi tercatat pada Puskesmas Ampana Wilayah Kerja Puskesmas Ampana Barat Barat sebesar 31 orang. 2. Sampel Kecamatan Ampana Kota Kabupaten Tojo Una Una dan waktu penelitian pada Sampel dalam penelitian ini adalah bulan Desember 2012 sampai dengan total populasi yaitu 31 orang dengan control 31 orang bulan Maret 2013 di wilayah kerja. Penelitian menggunakan pendekatan Analisis Data Case Control, dengan mengetahui Dalam penelitian ini akan dilakukan hubungan Pengentahuan dan analisis bivariat dengan menggunakan uji statistik Chi Square (X) dengan tingkat Pendapatan dengan kejadian kusta di wilayah kerja Puskesmas Ampana Barat. kepercayaan 95 % dan diolah Populasi dan Sampel menggunakan program komputerisasi. 1. Populasi Uji ini digunakan untuk melihat hubungan Populasi dalam penelitian ini adalah antara variabel dependen dan variabel seluruh penderita kusta yang independen. HASIL 1. Hubungan Pengetahuan masyarakat dengan kejadian kusta Tabel 1 Hubungan Pengetahuan dengan kejadian kusta di wilayah kerja Puskesmas Ampana Barat Kabupaten Tojo Una Una Kejadian Kusta Pengetahuan Menderita Tidak Menderita n % 13 31 18 90 31 50 Total n 42 20 62 % 100 100 100 p Value OR

n % Rendah 29 69 Tinggi 2 10 Total 31 50 Sumber : Data Primer 2012 Dari tabel 1 tersebut dapat dilihat dengan jelas bahwa pengetahuan yang rendah , dari 42 responden yang menderita kusta yaitu 29 (69%) sedangkan yang tidak menderita kusta yaitu 31 (31%). Kemudian responden yang pengetahuannya tinggi yang menderita kusta yaitu 2 (10%), responden menderita kusta 18 (90%) responden tidak menderita kusta.

0,000

20,077 (4,05199,507)

Hasil uji Chi Square didapatkan nilai p = 0,000 (p value 0,05), ini berart i bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kejadian kusta. Nilai OR = 20,077 (Cl = 4,051-99,507) menunjukkan responden dengan pengetahuan rendah memiliki kecenderungan mengalami sakit kusta 20,077 kali lebih besar dari responden dengan pengetahuan tinggi.

45

Promotif, Vol.3 No.1 Okt 2013 Hal 43-49

Artikel VI

2. Hubungan Pendapatan masyarakat dengan kejadian kusta Tabel 2 Hubungan pendapatan dengan kejadian kusta di wilayah kerja Puskesmas Ampana Barat Kabupaten Tojo Una Una Kejadian Kusta Pendapatan Menderita Tidak Menderita n % 13 31,7 18 85,7 31 50 TOTAL n 41 21 62 % 100 100 100 p Value OR

n % Rendah 28 68,3 Tinggi 3 14,3 Total 31 50 Sumber : Data Primer

0,000

12,923 (3,22551,781)

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 41 responden yang memiliki pendapatan rendah yang menderita kusta yaitu 28 (68,3%), dan 13 (31,7%) yang tidak menderita. Namun responden yang pendapatan tinggi dan menderita kusta yaitu 3 (14,7) dan yang tidak menderita yaitu 18 (85,7%). Pengujian hasil penelitian untuk pendapatan menggunakan uji Chi Square sehingga didapatkan nilai p = 0,000 (p Value 0,05), maka secara statistik ada hubungan yang bermakna antara pendapatan dengan kejadian kusta. Nilai OR = 12,923(Cl = 3,22551,781) menunjukkan responden dengan pendapatan rendah memiliki kecenderungan mengalami sakit kusta 12,923 kali lebih besar dari responden dengan pendapatan tinggi PEMBAHASAN 1. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Kusta Hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kejadian kusta di wilayah kerja Puskesmas Ampana Barat dapat dilihat dari tabel 5.6, terbukti hasil perhitungan statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai probabilitas (p value) sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. 46

Kelompok responden kontrol atau yang tidak sakit kusta, pada umumnya memiliki pengetahuan baik tentang kusta, responden tahu bahwa penyakit kusta disebabkan oleh kuman kusta, dapat disembuhkan dengan obat medis yang telah disediakan, rersponden tahu bahwa kuman kusta sulit untuk menular kepada orang lain yang tubuhnya sehat atau memiliki daya tahan tubuh yang kuat, responden tahu bahwa obat dari petugas kesehatan sangat bermanfaat untuk membunuh kuman kusta, responden tahu bahwa saluran pernapasan atas dan kulit lesi (kelainan kulit seperti bercak-bercak putih atau kemerahan pada tubuh dan mati rasa) menjadi tempat keluarnya kuman kusta, dan responden tahu bahwa menjaga lingkungan bersih dan mengkonsumsi makanan yang sehat serta bergizi dapat mencegah terjadinya penyakit kusta (permanaunair, 2006). Pengetahuan yang baik tentang penyakit kusta, akan membuat penderita kusta memiliki harapan karena mereka akan tahu informasi yang benar tentang penyakit tersebut, namun sebaliknya pengetahuan yang rendah tentang penyakit kusta menyebabkan

Promotif, Vol.3 No.1 Okt 2013 Hal 43-49

Artikel VI

penderita tidak melakukan tindakan pencegahan, pengobatan dan perawatan terhadap penyakit yang diderita. Hal ini berarti bahwa ketika pasien memiliki pengetahuan yang benar tentang penyakitnya bahkan harapan untuk sembuh maka penderita akan bersemangat dalam mengikuti terapi yang diharuskan oleh dokter atau petugas kesehatan (Budiman, 2007). Hasil Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Idris (2009), dan Pangaribuan Happy (2010)), bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kejadian kusta, dengan nilai p = 0,001. Berdasarkan hasil penelitian Bastaman (2002), faktor pengetahuan memiliki hubungan dengan kejadian kusta. Penderita yang pengetahuannya rendah memiliki risiko 2,73 kali lebih besar terkena penyakit kusta dibandingkan dengan penderita yang pengetahuannya tinggi. 2. Hubungan pendapatan Analisis bivariat yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendapatan dengan kejadian kusta di wilayah kerja Puskesmas Ampana Barat. Hal ini dapat dilihat tabel 5.7 terbukti hasil perhitungan statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai probabilitas (p value) sebesar 0,000 lebih kecil dari p 0,05. Data yang diperoleh pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 31 responden yang tidak sakit kusta, ada 18 orang (85,7%) yang memiliki pendapatan tinggi, sedangkan dari 31 responden yang sakit kusta, 28 orang (68,3%) yang memiliki pendapatan rendah. Sesuai dengan pendapat Amiruddin (2005) bahwa faktor sosial ekonomi 47

berperan dalam kejadian dan penyebaran penyakit kusta dan daerah endemik penyakit kusta pada umumnya terjadi di lingkungan masyarakat miskin yang sangat rentan terhadap penyakit infeksi. Hasil wawancara dengan responden diketahui bahwa laki-laki lebih banyak tertular penyakit kusta dibanding perempuan (tabel 5.2) yaitu 22 orang laki-laki dan 9 orang perempuan. Laki-laki umumnya menjadi tulang punggung keluarga namun mereka menderita penyakit kusta sehingga pendapatan keluarga semakin minim karena keterbatasan penderita dalam bekerja atau mengusahakan hasil bumi dan laut. Dengan jumlah pendapatan yang rendah kebutuhan gizi keluarga tidak tercukupi. Hasil Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Prawoto (2008), bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendapatan dengan kejadian kusta, dengan nilai p = 0,000 Berdasarkan hasil penelitian Bastaman (2002), faktor pendapatan / ekonomi memiliki hubungan dengan kejadian kusta. Penderita yang pendapatannya rendah memiliki risiko 3,04 kali lebih besar terkena penyakit kusta dibandingkan dengan penderita yang pendapatannya tinggi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kejadian kusta di wilayah kerja Puskesmas Ampana Barat, dimana p = 0,000 (p < 0,05) 2. Ada hubungan yang bermakna antara pendapatan dengan kejadian kusta di wilayah kerja Puskesmas

Promotif, Vol.3 No.1 Okt 2013 Hal 43-49

Artikel VI

Ampana Barat Kabupaten Tojo Una Una, dimana p = 0,000 (p < 0,05) SARAN 1. Dinas Kesehatan Kabupaten Tojo Una Una, perlu memberikan pelatihan bagi pemegang program kusta, memberikan apresiasi atau penghargaan kepada petugas kesehatan di Puskesmas atas hasil kerja keras mereka dalam melakukan pelacakan dan pengobatan penderita kusta, menambah jumlah tenaga kesehatan baik di Puskesmas maupun di Puskesmas Pembantu (Pustu) agar dapat meningkatkan pelayanan Kesehatan kepada masyarakat serta selalu mengawasi kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas, dan Puskesmas Pembantu (Pustu). 2. Puskesmas Ampana Barat, khususnya pelaksana program kusta perlu melaksanakan penyuluhan kesehatan tentang penyakit kusta dan pencegahnnya serta bekerja sama dengan berbagai pihak untuk membantu para penderita kusta dan keluarganya dalam meningkatkan kualitas hidupnya, sehingga mereka lebih sehat, sejahtera dan diterima dalam kehidupan sosial. 3. Pemerintah Kecamatan Ampana Kota perlu bekerja sama dengan organisasi-organisasi, yayasan atau lembaga yang bekerja di bidang pelayanan publik. 4. Peneliti selanjutnya, perlu melakukan penelitian lebih lanjut di wilayah kerja Puskesmas Ampana Barat, tentang hubungan faktor lingkungan, sikap dan perilaku terhadap kejadian kusta. DAFTAR PUSTAKA Alwi, et al. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional dan Balai Pustaka, Jakarta. 48

http://putriazka.wordpree.com/. diunduh tanggal 15 Oktober 2012 Amiruddin.2005. http://med.unhas.ac.id/DataJurna l/tahun2005vol26/vol26no.3suppl ement ok/1dr%Dali%20Amiruddin.pdf. diunduh tanggal 03 Februari 2013 Anies. 2006. Seri Lingkungan dan Penyakit, Manajemen Berbasis Lingkungan, solusi Mencegah dan Menanggulangi Penyakit Menular. PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Anonim. 2005. http//datastatistikindonesia.com. diunduh tanggal 02 Oktober 2012 Anonim. 2006. Pendapatan Nasional. http://www.geocities.com/klinikm/ pendidikan-prilaku/prinsip.htn. diunduh tanggal 02 Oktober 2012 Anonim. 2007a. http://mikrobia.wordpress.com/20 07/05/18/iihlepra-068114010068114015-068114043/. Diunduh tanggal 05 Oktober 2012 Anonim. 2007b. Wikipedia Indonesia.. F://Kusta.htm. diunduh tanggal 05 Oktober 2012. Diunduh tanggal 05 Oktober 2012 Anonim. 2008a. http://elokdyah.multiply.com/jour nal/&page_start=80. Diunduh tanggal 09 Oktober 2012 Anonim. 2008b. http://tanjungmadina.blogspot.co m/2008/02/kusta-lepraleprosy.html. Diunduh tanggal 09 Oktober 2012 Budiarto. 2002. Biostatika untukKedokteran Kesehatan Masyarakat. EGC. Jakarta Budiman. 2007. Kasih yang Menyembuhkan, Peran Keluarga Dalam Menangani Kesehatan.

Promotif, Vol.3 No.1 Okt 2013 Hal 43-49

Artikel VI

PT.Kompas Media Nusantara. Jakarta Depkes RI, 2006. Buku Pedoman Pemberantasan Penyakit Kusta.Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. 2012. Situasi Kusta di Provinsi Sulawesi Tengah Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi Kabupaten Tojo Una Una, 2012. UMK (upah minimum kabupaten) Tojo Una una. Hartati, Mien. 2008. http://www.kapanlagi.com/h/0000 218584.html diunduh tanggal 03 Februari 2013 Kalla, 2004. http://www.depkes.go.id. Diunduh tanggal 05 November 2012 Mario & Sujarweni. 2006. SPSS Untuk Paramedis. Penerbit Ardana Media, Magelang. Nanda. 2005. Nursing diagnoses : definition and classification 20052006. Nanda International, Philadelphia.

http://putriazka.wordpress.com. Diunduh tanggal 05 Februari 2013 Notoadmodjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar. Rineka Cipta, Jakarta. http://putriazka.wordpress.com. Diunduh tanggal 22 Oktober 2012 Permanaunair. 2006. http://damandiri.or.id/file/aitiyawa hyupernaunairbab2.pdf. diunduh tanggal 30 Oktober 2012 Putriazka.2008. http://putrriazka.wordpress.com. diunduh tanggal 30 Oktober 2012 Rahman, 2010. Profil Kesehatan Kabupaten Tojo Una Una Sujudi. 2004. http://www.depkes.go.id. diunduh tanggal 31 Oktober 2012 Walujani. 2003. Aspek Psikologis dan Efektivitas Terapi. PT.Kompas Media Nusantara, Jakarta Zulkifli. 2003. http://library.usu.as.id/download/f km-zulkifli2.pdf. diunduh tanggal 31 Oktober 2012

49

You might also like