Professional Documents
Culture Documents
Anggota Kelompok
Alia Rahma (1208011002) aktif Reza Eka Putra (1208011010) aktif Susana CH. L. Kabosu (1208017018) aktif Selvy Anriani (1208017026) aktif Senandung Nacita Mutia (1208017034) aktif Antonia B. S. Rizky Djara (1208017042) aktif Rr. Ken Ratri (1208017050) aktif
Pada zaman dahulu tidak ada perbedaan objek, motode atau kegunaan dalam pengetahuan, semuanya sama Pada pertengahan abad 17 terjadi perubahan fundamental dengan berkembangnya Abad Penalaran ( The Age of Reason)
Zaman dahulu, orang-orang yang sudah dianggap ahli dalam satu bidang, maka ia dianggap ahli pula dalam bidang lainnya. Pembedaan antara berbagai organisasai kemasyarakatan belum tampak, karena belum adanya pembagian pekerjaan. Semuanya dianggap sama.
Misalnya : seorang ketua suku, yang sebenarnya hanyalah pemimpin adat, dipercayakan masyarakat juga sebagai hakim, panglima perang, guru besar, penghulu yang menikahkan atau tukang tenun. Dan apabila orang tersebut sudah dianggap ahli, maka sampai kapanpun dia akan terus dianggap ahli.
Hingga muncul Abad Penalaran (abad 17), di mana konsep dasar berubah dari kesamaan menjadi pembedaan. Mulai muncul spesialisasi pekerjaan. Tidak semua dianggap sama, karena sudah mulai berkembangnya pengetahuan-pengetahuan yang lebih maju.
Misalnya : seorang pendeta yang ahli dalam teologi atau pengetahuan agama, maka Ia hanya dipercayakan dalam bidangnya tersebut, contohnya melakukan khotbah, menjadi penghulu nikah, dll yang berkaitan dengan pengetahuan agamanya. Tentu dia tidak begitu ahli atau bahkan tidak ahli dalam bidang kedokteran, bercocok tanam, yang di mana adalah spesialisasi pekerjaan lain.
Pada dasarnya, zaman dahulu dan sekarang(mulai dari abad 17) terdapat perbedaan yang sangat fundamental. Dahulu mengutamakan prinsip kesamaan, zaman sekarang prinsip pembedaan.
PENGETAHUAN
Pengetahuan merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu dan merupakan sumber jawaban bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan Ciri-ciri pengetahuan ada 3 yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi Metode ilmiah merupakan acuan untuk mencapai epistemologi Epistemologi merupakan acuan untuk mendapatkan ilmu
Pengetahuan merupakan sesuatu yang tidak terbatas atau tidak dapat kita batasi. Pengetahuan merupakan sumber jawaban dari segala pertanyaan yang muncul dalam pikiran kita. Kita adalah makhluk bertanya, segala sesuatu yang ada di sekitar kita akan selalu kita pertanyakan. Apa itu, dari mana itu, untuk apa itu
Pengetahuan berbeda dengan ilmu. Jika pengetahuan adalah apa yang kita ketahui, maka ilmu adalah pegetahuan yang sudah dibuktikan kebenarannya. Jadi, ilmu merupakan bagian dari pengetahuan. Manusia menuntut sesuatu yang pasti benar dan rasional.
Untuk membuktikan bahwa suatu pengetahuan bisa dianggap ilmu harus melalui suatu proses ilmiah. Proses itu dinamakan metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan acuan untuk mencapai epistemologi (cara untuk mendapat pengetahuan yang benar)
METODE ILMIAH
Metode ilmiah di pakai untuk mendapatkan pengetahuan atau ilmu. Metode ilmiah menggunakan cara berpikir deduktif, induktif dan campuran. Secara filsafat, metode ilmiah adalah apa yang dinamakan epistemologi. Syarat ilmu yaitu obyektif, metodis dan universal. Proses kegiatan berpikir dimulai dari adanya masalah. Metode ilmiah membutuhkan kejujuran dalam mencapai kebenaran. Van Peursen membagi perkembangan kebudayaan berdasar manusia menghadapi masalah menjadi 3 tahap, yaitu mistis, ontologi dan fungsional
Perumusan Masalah
deduksi
koherensi Perumusan Hipotesis
Diterima
Pengujian Hipotesis
Ditolak
METODE ILMIAH
Metode ilmiah di pakai untuk mendapatkan pengetahuan atau ilmu. Tidak semua pengetahuan di sebut sebagai ilmu sebab ilmu pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat tertentu, dan syarat ini yang tercantum dalam apa yang kita namakan metode ilmiah
Epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan ilmu. Kata bagaimana , membutuhkan jawaban suatu proses atau cara, jadi dalam hal ini cara tersebut ada dalam metode ilmiah.
mengamati
muncul pertanyaan(masalah)
Metode ilmiah membutuhkan kejujuran dalam mencapai kebenaran. Tentukan untuk mendapatkan suatu kebenaran yang hakiki nilai kejujuran harus di junjung tinggi dan diterapkan.
Van Peursen membagi perkembangan kebudayaan berdasar manusia menghadapi masalah menjadi 3 tahap Tahap mistis, adalah sikap manusia yang merasa
dirinya terkepung oleh kekuatan gaib di sekitarnya. Tahap ontologis, adalah sikap manusia yang tidak lagi merasa dirinya terkepung oleh kekuatan gaib di sekitarnya serta mulai melakukan penalaahan terhadap objek tersebut. Tahap fungsional, adalah sikap manusia yang bukan saja merasa telah terbebas dari kepungan kekuatan gaib dan mempunyai pengetahuan berdasarkan penalaahan terhadap objek di sekitarnya, namun lebih dari itu memfungsionalkan pengetahuan tersebut bagi kepentingan dirinya.
2.
Perumusan masalah yang merupakan pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas batas-batasnya serta dapat di defenisikan faktor yang terkait di dalamnya. penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis yang merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi
3. Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau dugaan sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang di ajukan yang materinya merupakan kasimpulan dari kerangka berpikir yang di kembangakan. 4. Pengujian hipotesis yang merupakan pengumpulan fakta yang relevan dengan hipotesis yang di ajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat faktafakta yang mendukung hipotesis tersebut
5. Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang di ajukan itu ditolak atau di terima. Jika terdapat fakta yang cukup mendukung maka di terima , apabila sebaliknya maka di tolak. Yang di terima dianggap menjadi bagian dari ilmu pengetahuan.