You are on page 1of 8

Bab

Sastra
di Sekolah

Pembelajaran

Memahami

Novel

Apa kamu belajar sastra di sekolah? Oh, tentu saja. Sejak kelas I SD, kamu telah belajar sastra. Jika ada yang merasa belum pernah belajar sastra di sekolah, dapat dipastikan selama ini kamu tidak menyadarinya. Padahal, kamu pernah membaca atau menulis puisi, men dengarkan dongeng, membaca cerita rakyat, berbalas pantun, atau menulis cerita. Nah, itulah pelajaran sastra. Apakah kamu pernah membaca (setidaknya membaca ringkasannya) novel Siti Nurbaya karya Marah Rusli? Ya, novel itu dianggap sebagai tonggak lahirnya kesusastraan Indonesia yang dimulai sejak tahun 1920-an. Selain itu, ada juga novel Azab dan Sengsara karya Merari Siregar dan Salah Asuhan karya Abdul Muis. Keduanya juga membawa angina segar bagi lahirnya kesusastraan modern. Sehingga tidak heran jika karya-karya tersebut menjadi bacaan wajib yang harus dipelajari dan dipahami oleh para siswa di sekolah. Karya sastra yang lahir, baik berupa novel, cerpen, puisi, maupun drama, dapat dianggap sebagai salah satu karya budaya. Karya sastra merupakan tanggapan sastrawan terhadap lingkungannya yang diwujudkan secara estetis dan memiliki nilai keindahan. Oleh karena itu, kelahiran karya sastra selalu memiliki nilai guna bagi masyarakat. Kandungan nilai suatu karya sastra merupakan unsur yang sangat penting dari karya itu secara keseluruhan. Kegiatan membaca dan mengapresiasi yang mendalam terhadap karya sastra, bukan saja akan memberi pengertian tentang latar belakang budaya pengarangnya me lainkan juga mengungkapkan ide-ide dan gagasan pengarang dalam menangapi situasi yang terjadi. Kegiatan apresiasi dan kajian karya sastra pun menjadi bagian tidak terpisahkan dari pembelajaran bahasa dan sastra di sekolah. Ada empat manfaat/ aspek yang dapat ditunjang dari kegiatan mengapresiasi karya sastra, yakni:

Pembelajaran

Sastradi

Sekolah

a) b) c) d)

membantu meningkatkan keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengem bangkan cipta dan rasa, menunjang pembentukan watak atau karakter, sebab karya sastra memiliki fungsi sebagai media etika (akhlak/ moral), estetika (kepekaan terhadap seni dan keindahan), dan didaktika (pendidikan) (Rahmanto, 1998: 16-24)

Pembelajaran sastra pun diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitasmu di bidang sastra. Misalnya, kamu menanggapi kelebihan dan kelemahan sebuah cerita atau menulis novel atau cerpen berdasarkan pengalaman, khayalan, dan sebagainya.

Manfaat mengapresiasi sastra


Meningkatkan keterampilan berbahasa Membentuk watak/karakter

Meningkatkan pengetahuan budaya

Mengembangkan cipta dan rasa

Bagan: Manfaat Apresiasi Sastra

Memahami

Novel

Dalam mengapresiasi karya sastra, kamu biasanya dilibatkan ke dalam pengalaman agar dapat mengalami dunia fisik dan dunia sosial, agar mampu mengapresiasi nilai-nilai, serta agar memahami dan meng apresiasi yang hubungannya sebagai makhluk dengan khaliknya. Kriteria Karya Sastra yang Sesuai untuk Bahan Pembelajaran Apresiasi Bentuk karya sastra apa yang kamu sukai? Apakah novel, cerpen, puisi, atau drama? Nah, mungkin di antara kamu ada yang suka salah satunya atau malah suka semuanya. Bentuk karya tersebut dapat dijadikan bacaan yang menyenangkan. Selain itu, kamu juga dapat berlatih mengapresiasi melalui karya sastra tersebut. Pemilihan bahan apresiasi yang sesuai dengan minat dan kemampuan dapat menimbulkan motivasi. Motivasi merupakan suatu tenaga atau faktor yang terdapat di dalam diri kita yang menimbulkan, mengarah kan, dan meng organisasikan tingkah lakunya. Oleh karena itu, motivasi ini harus ditanamkan dalam diri agar lebh bergairah dalam belajar. Selain factor minat dan kemampuan, ada beberapa kriteria lain yang dapat kamu jadikan pegangan untuk bahan pembela jaran apresiasi, yakni sebagai berikut. 1) Kriteria sastra Karya sastra yang baik tentunya harus mempunyai bobot nilai, baik dari segi unsur intrinsik maupun dari segi unsur ekstrinsik. Banyak sumber yang dapat kamu jadikan rujukan untuk memperoleh karya sastra yang baik. Misalnya, berdasarkan tonggak-tonggak sejarah lahirnya angkatan dalam periodisasi sastra Indonesia, karya sastra yang mendapatkan peng hargaan, atau tulisan-tulisan yang membahas atau mengkritik karya sastra Indonesia.

Pembelajaran

Sastradi

Sekolah

Karya yang berbobot sastra adalah karya sastra yang mampu memperkaya pengetahuan, pengalaman, dan membuat hati bergetar, serta seluruh jiwa kita menjadi penuh kegembiraan dan kesadaran (Jakob Sumardjo, 1984: 6). Oleh karena itu, hendaklah dipilih karya sastra yang isinya mengesankan, bahasanya hidup, dan bersifat estetis. 2) Kriteria bahasa Aspek kebahasaan dalam karya sastra tidak hanya ditentukan oleh masalah-masalah yang dibahas, tetapi juga faktor-faktor lain, seperti cara penulisan yang dipakai pengarang, ciri-ciri karya sastra, waktu penulisan karya itu, dan kelompok pembaca yang ingin dijangkau pengarang. Nah, kamu dapat memilih karya sastra berdasarkan kriteria ini. Terutama karya-karya untuk kelompok pembaca usia remaja. Kriteria kematangan jiwa Sebuah karya sastra dapat mempengaruhi jiwa dan pemikiran seseorang. Oleh karena itu, kamu harus pandaipandai memilih karya sastra yang akan dibaca. Kalau perlu kamu dapat berdiskusi dengan teman atau guru. Sebab, biasanya pada usia 14 20 tahun termasuk ke dalam periode pubertas yang masih labil. Sifat-sifat yang tampak pada masa pubertas ini, di antaranya: suka memuja, terutama kepada seseorang yang menjadi idolanya; jiwanya masih belum mapan (labil); mulai mencoba nilai-nilai hidup untuk pemben tukan pribadinya (mencari jati diri);

3)

Memahami

Novel

mulai menginsafi kekuatan dirinya dan memer lukan bimbingan; mempunyai pemikiran yang sangat kritis; mudah gelisah, merasa kurang senang, dan ber sifat keras kepala.

Nah, jangan sampai karya sastra yang kamu pilih untuk dibaca justru akan mempengaruhi pemikiranmu ke arah yang negatif. Sekarang banyak novel-novel remaja (genre teenlit) lahir dari pengarang muda. Ceritanya banyak menampilkan sosok remaja dengan segala permasalahannya. Sikap dan pemikiran tokoh dalam cerita dapat mempengaruhi sikap dan pikiranmu. Apalagi usia tokoh cerita itu sama denganmu dan mungkin masalah yang diangkat juga sama dengan masalah yang kamu hadapi saat ini. 4) Kriteria latar belakang budaya Memilih novel berdasarkan kesesuaian latar belakang budaya sangatlah baik. Kamu akan semakin tertarik dan terkesan pada karya sastra tersebut. Misalnya, jika Anda berlatar belakang budaya Kalimantan, kamu dapat membaca novel yang menggunakan latar belakang suku dayak. Hal itu akan lebih menarik karena ada keterkaitan jiwa dan pemahaman antara kamu sebagai pembaca dan isi novel tersebut. Latar belakang karya sastra mencakup faktor kehidupan manusia dan lingkungannya, seperti faktor

Pembelajaran

Sastradi

Sekolah

geografi, sejarah, tipografi, iklim, mitologi, legenda, pekerjaan, kepercayaan, cara berpikir, nilai-nilai masyarakat, seni, hiburan, moral, dan etika yang berlaku.

Kriteria Sastra

Kriteria Kematangan jiwa

Kriteria bacaan sastra

Kriteria Bahasa

Kriteria Setting budaya


Bagan: Kriteria Sastra

Memahami

Novel

Aku ingin jadi pengarang besar!

.... yang melahirkan karyakarya besar ...

dan .... Ups!

Memang karya besar lahir dari keinginan yang besar ... tapi kalau jalan hati-hati dong!

You might also like