You are on page 1of 10

Tugas Teknologi Pemanfaatan Batubara

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP-BATUBARA

Oleh: Efraim Sugianto Aryo Dandy P D 621 08 261 D 621 08 273

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2012

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP-BATUBARA

A.Pengantar Pembangkit listrik tenaga gas uap adalah salah satu inovasi sebagai lanjutan dari pemanfaatan gas buangan dari pembangkit listrik tenaga gas. Gas yang dihasilkan sebagai bahan buangan dari PLTG akan menghasilkan pencemaran jika tidak dikelola dengan baik. Gas-gas tersebut pada umumnya berasal dari sisa-sisa pembakaran bahan bakar seperti BBM dan batubara. Berbagai cara telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yang salah satunya adalah melalui proses gasifikasi, misalnya pada hasil pembakaran batubara. Teknologi tersebut salah satunya adalah gasifikasi batubara untuk pembangkit listrik tenaga gas Uap batubara (PLTGU-batubara). PLTGU adalah salah satu pembangkit listrik siklus gabungan antara siklus gas dan siklus air. Peralatan utamanya terdiri dari turbin dengan generatornya, HRSG (Heat Recovery Steam Generator), BFP (boiler feed pump) turbin uap dengan generatornya dan alat pendukung lainnya. HRSG (Heat Recovery Steam Generator) adalah ketel uap

atau boiler yang memanfaatkan energi panas sisa gas buang suatu unit turbin gas untuk memanaskan air dan mengubahnya menjadi uap, dan kemudian uap tersebut dipergunakan untuk menggerakkan turbin uap.
Pada umumnya boiler HRSG tidak dilengkapi pembakar (burner) dan tidak mengkonsumsi bahan bakar, sehingga tidak terjadi proses perpindahan/penyerapan panas radiasi. Proses perpindahan/penyerapan yang terjadi hanyalah proses konveksi dan konduksi dari gas buang turbin gas ke dalam air yang akan di proses menjadi uap melalui elemen-elemen pemanas di dalam ruang boiler HRSG. Boiler HRSG sangat bermanfaat untuk meningkatkan hasil guna (efisiensi) bahan bakar yang dipakai pada unit turbin gas, yang selanjutnya akan menggerakkan unit turbin uap. Sistem pembangkit listrik yang memanfatkan proses ini disebut Pusat Listrik tenaga Gas dan Uap (PLTGU) atau unit pembangkit siklus kombinasi CCPP (Combined Cycle Power Plant). Boiler HRSG adalah bagian penting PLTGU. Dimana unit pembangkit PLTGU disebut juga Blok PLTGU. Kapasitas produksi uap yang dapat dihasilkan HRSG tergantung pada kapasitas energi panas yang masih dikandung gas buang dari unit turbin gas, yang berarti tergantung pada beban unit turbin gas. Pada dasarnya, turbin gas yang beroperasi pada putaran tetap, aliran udara masuk kompresor juga tetap; perubahan beban turbin yang

tidak konstan dengan aliran bahan bakar tetap, sehingga suhu gas buang juga berubahubah mengikuti perubahan beban turbin gas.

Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

Salah satu kelebihan dari PLTGU ini adalah mampu mengoptimalkan pemanfaatan termal, dengan demikian efisiensi pembangkit listriknya dapat diperbaiki , disamping biaya yang dipergunakan juga relatif murah dibandingkan dengan pembangkit listrik dengan tenaga konvensional dan harus dilengkapi dengan peralatan disulfurisasi dan pengurangan NOx untuk membersihkan gas buangan. Konsep yang digunakan dalam pembangkit listrik ini (PLTGU) adalah sistem combined cycle.

A.1. Prinsip pembangkitan Combine Cycle Salah satu cara untuk mengatasi persoalan polutan adalah dengan mengurangi kandungan volutan yang ada pada bahan bakar tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengkonversikan bahan bakar padat menjadi gas yang dapat dibakar. Dalam bahan gas, sulfut terdapat dalam bentuk H2S, sedangkan Nitrogen dari batubara dalam bentuk NH3 . keduanya akan lebih mudah ditangkap oleh absorben dari pada dalam bentuk oksida dalam gas buangan. Dengan adanya proses pembersihan pada bahan bakar sebelum dibakar maka volume gas yang dibersihkan 4-6 kali dari volume gas bungan dari massa batubara yang sama.

Dengan perkembangan teknologi ini maka fasilitas de NOx untuk gas buangan tidak diperlukan lagi. Keuntungan votensial dengan mengkonversikan batubara menjadi gas sebelum dibakar adalah kemungkinan pemanfaatan bahan bakar gas tersebut sebagai bahan bakar gas turbin untuk membangkitkan tenaga listrik. Pada saat ini teknologi gas turbin teknologinya telah mapan dan efisien dan mencapai 50% lebih tinggi dari pembangkit listrik tenaga batubara konvensional. Disamping itu teknologi gas turbin ini memiliki gas buangan yang relatif bebas polusi. Dari konsep yang tertera diatas maka konsep Combine Cycle dengan bahan bakar batubara dikembangan dengan urutan proses sebagai berikut; Konversi baahan bakar seperti batubara (dapat pula boimas, limbah), menjadi gas yang dapat dibakar Menghilangkan polutan gas dari gas primer Pembakaran gas bersih dalam ruang bakar gas turbin dengan gas buangan mempunyai kadar NOx rendah Pemanfaatan panas buangan dari gas turbin untuk memproduksi uap yang akan digunakan untuk menggerakkan turbin uap. A.2. Gasifikasi Batubara Gasifikasi batubara pada dasarnya adalah suatu proses perubahan batubara menjadi gas yang lebih mudah terbakar dengan klasifikasi berdasarkan nilai panas (heating Value), yaitu low-btu (180-350Btu/scf), medium-Btu (250-500 Btu/sfc), HigthBtu(950-1000 btu/saf). Perubahan batubara menjadi gas yang mudah terbakar terjadi melalui beberapa proses kimia dalam reaktor gasifikasi . Tahanan awal setelah batubara menjadi perilaku awal (ukuran butir diperkecil hingga ukuran butir tertentu), sebagai feed stock, mengalami pemanasan sampai temperatur reaksi dan mengalami pirolisaasi atau pembaraan. Semua batubara kecuali mineral pengotor dikonversi menjadi Hidrogen (H2), karbon Monoksida (CO) dan metana (CH4), dengan pereaksi gas yang terutama adalah oksigen (O2) dan uap. Reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut

Cfix+H2OCO+H2+118,5 kJ/mol Reaksi pembakaran tidak sempurna Cfix+1/2O2..CO-123,1kJ/mol

Pembakaran yang terjadi disini adalah pembakaran tidak sempurna (pembakaran partial/partial combudtion), dengan rasio batubara lebih besar dari stoikiometri reaksi atau Oksigen dibuat tidak mampu mengkonversi seluruh karbon menjadi karbon diokasida. Dalam reaksi gasifikasi, produk gasifikasi yaitu CO dan H2, bercampur dengan produk pirolisa. Distribusi berat dan komposisi berat gas yang terjadi dipengaruhi oleh beberapa kondisi antara lain tmperatur, kecepatan pemanasan, tekanan, residence time dan jenis umpan batubara. Salah satu pengaruh kondisi yaitu tekanan terhadap heating value komposisi. Lihat gambar.

A.3. Pembersihan Gas Terdapat dua jenis gas yang dapat diperhatikan yaitu gas H2S dan gas NOx. Proses yang dilakukan antara lain sebagai berikut: 1. Pembersihan gas H2S Pembersihan gas H2S dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan proses kering. Pada proses cair dan proses kering. Pada proses cair, pertama debu kasar dari gas hasil ditangkap dengan cyclone dan debu yang belum tertangkap diendapkan dalam wadah

cooler sehingga residunya dapat mencapai <5mg/m3. Selanjutnya gas H2S diambil oleh cairan scrubbing dalam scrubber. Kemudian H2S direduksi dalam clauss oven menjadi sulfur murni. Salah satu proses yang adalah proses sulfinol.

2. Proses Kering Dilakukan pada temperatur yang tinggi sehingga gas yang bersihnya dapat langsung dimanfaatkan oleh gas turbin tanpa kerugian panas dalam boiler. Dalam proses kering ini digunakan molecular sieve atau ion exchanger (union Carbid dan Davison Chemical Company) carbon aktif (Bergbau-Forchung) dan Oksida Besi (Ruhrgas AG) lihat gambar.

A.4. Minimasi produksi NOx Pembentukan NOx dari pembakaran udara dapat dikurangi dengan mengatur pembakaran sehingga over headed zone dapat dikurangi dengan mengatur pembakaran sehingga Over Headed Zona dapat dihindarkan. Pembakaran pada suhu tinggi akan meningkatkan reaksi nitrogen dan oksigen. Pola pembakaran gas dengan low Heating Value memungkinkan pengendalian pembakaran sehingga produksi NOx dapat dikurangi a.5. Aplikasi pada pembangkit tenaga listrik Combine Cycle Dari berbagai proses gasifikasi yang ada, gas dengan klasifikasi low-btu cukup baik dan ekonomis dipakai agar tetap kompetitif dengan bahan bakar yang lain. Integrasi penggunaan gasifikasi secara skematis dapat dilihat pada gambar berikut.

Pengujian yang telah dilakukan oleh British Gas Company (BGC) dengan menggunakan reactor gasifikasi Fixed Bed dengan kapasitas 25ton/j., yang dikopel dengan gas turbin tipe SK 30-Rolls Royce Olympus, telah dapat mencapai efisiensi 36,7%. Integrasi teknologi gasifikasi pada combine Cycle juga dikembangkan oleh

Lurgi., Electric power Research Institude (EPRI), lumnusShell dengan tingkat Efisiensi 45%.

You might also like