Professional Documents
Culture Documents
Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alamnya terutama pada sumber daya minyak dan gas bumi. Pada masa sekarang ini permintaan akan minyak bumi dan gas bumi sangat besar baik dari dalam negeri maupun di luar negeri sehingga dibutuhan pengolahan minyak dan gas bumi secara tepat dan efisien guna memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam hal ini, salah satu perusahaan minyak yang cukup berperan dalam mengatasi kebutuhan minyak dan gas bumi di indonesia yaitu PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT III PLAJU-SUNGAI GERONG. Perusahaan ini
bergerak di bidang pengolalahan minyak mentah dengan menggunakan berbagai macam teknologi yang digunakan untuk menunjang proses pengolahan minyak tersebut. Kegiatan industri di PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT III PLAJU-SUNGAI GERONG yaitu meliputi pengolahan minyak mentah (eksplorasi), sebagai perusahaan komoditi ekspor untuk sektor migas, dan sebagainya. Unit Pengolahan III Plaju Sungai gerong tediri dari beberapa unit pengolahan tersebut tersebut mampu memproduksi minyak sebanyak 10.000 ton/hari. Dalam hal ini perusahaan dituntut untuk memiliki kinerja yang tinggi terutama dalam sumber daya manusianya agar perusahaan tersebut dapat terus berkembang dan maju serta dapat mencapai misi perusahaan sehingga perusahaan dapat terus bersaing dalam pasar global. PT. PERTAMINA RU III Plaju Sungai Gerong memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk dapat melakukan kerja praktek di lingkungan perusahaan tersebut agar mahasiswa dapat mengenal jalannya produksi dari perusahaan maupun dapat mengenal dan mengetahui sejarah perusahaan dari pertama di bangun hingga sekarang. Kerja praktek sangat berguna bagi mahasiswa terutama untuk dapat mengenalkan mahasiswa terhadap dunia industri atau dunia kerja yang nantinya akan dihadapi mahasiswa. Disamping itu mahasiswa juga dapat menerapkan ilmu yang didapat dari perguruan tingginya sehingga tidak teorinya saja tetapi dapat melakukan prakteknya agar dapat menambah pengetahuan dan pengalaman kerja bagi mahasiswa.
1.2.
Sejarah Pembangunan Kilang Minyak di Plaju oleh Shell (Belanda) Kilang Sungai Gerong dibangun oleh STANVAC (AS) Kilang Plaju diambil alih oleh PT. Shell Indonesia Kilang Plaju/Shell dengan kapasitas 100 MBCD dibeli oleh
negara/PERTAMINA 1970 1971 1973 1982 1982 1984 1986 1987 1988 1990 1994 Kilang Sungai Gerong/STANVAC dibeli oleh negara/PERTAMINA Pendirian kilang polypropylene untuk memproduksi pellet polytam dengan kapasitas 20.000 ton/th Integrasi operasi kilang Plaju Sungai Gerong Pendirian Plaju Aromatic Center (PAC) dan Proyek Kilang Musi (PKM I) yang berkapasitas 98 MBSD Pembangunan High Vacuum Unit (HVU) Sungai Gerong dan revamping CDU (konservasi energi) Proyek pembangunan kilang TA/PTA dengan kapasitas produksi 150.000 ton/th Kilang PTA (Purified Terephtalic Acid) mulai berproduksi dengan kapasitas 150.000 ton/th Proyek pengembangan Improvemant (ECI) konservasi energi/Energy Conservation
Proyek Usaha Peningkatan Efisiensi dan Produksi Kilang (UPEK) Debottlenecking kapasitas kilang PTA menjadi 225.000 ton/th PKM II: Pembangunan unit polypropylene baru dengan kapasitas 45.200 ton/th, revamping RFCCU Sungai Gerong dan unit alkilasi, redesign siklon RFCCU Sungai Gerong, modifikasi unit Redistilling I/II Plaju, pemasangan Gas Turbine Generator Complex (GTGC) dan perubahan frekuensi listrik dari 60 Hz ke 50 Hz, dan pembangunan Water Treatment Unit (WTU) dan Sulphuric Acid Recovery Unit (SARU) Pembangunan jembatan integrasi Kilang Musi Jembatan integrasi Kilang Musi yang menghubungkan Kilang Plaju dengan Sungai Gerong diresmikan Kilang TA/PTA berhenti beroperasi
Tugas pokok PERTAMINA Refinery Unit III Plaju / Sungai Gerong sesuai dengan UU No.8 tahun 1971 yaitu: Menyediakan bahan baku bagi
perkembangan dan pertumbuhan industri dalam negeri, Karena itu kegiatan PERTAMINA Unit Pengolahan III Plaju / S.Gerong hanya mengolah bahan bakar minyak (BBM) dan non BBM . PERTAMINA RU-III memiliki 2 buah kilang, yaitu : 1. Kilang minyak Plaju, yang berbatasan dengan Sungai Musi di sebelah selatan dan Sungai Komering di sebelah barat 2. Kilang minyak Sungai Gerong, yang terletak di persimpangan Sungai Musi dan Sungai Komering.
1.3.
Lokasi Pabrik
PERTAMINA RU-III berada di Propinsi Sumatera Selatan, tepatnya di pinggiran kota Palembang. RU-III terbagi menjadi dua kilang, yaitu kilang Plaju dan kilang Sungai Gerong. Kedua kilang ini dipisahkan oleh Sungai Komering dan di sebelah utara berbatasan dengan Sungai Musi. Pada tahun 2003, telah dibangun jembatan integrasi Kilang Musi untuk memperlancar transportasi antar kedua kilang. Kilang Plaju terletak di kotamadya Palembang, sedangkan Kilang Sungai Gerong terletak di kabupaten Musi Banyu Asin. PERTAMINA RU-III Plaju-Sungai Gerong menempati lokasi seluas 921 ha (di luar terminal P.Sambu dan T.Uban
1.4.
DISTRIBUSI
Setelah melalui proses pengolahan, produk-produk dari PT. Pertamina (Persero) RU III didistribusikan ke beberapa daerah di Indonesia, antara lain Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, Bandar Lampung, Bangka Belitung, dan sebagian Kalimantan Barat. Produk-produk ini didistribusikan dengan berbagai cara, seperti melalui kapal-kapal tengker dan tongkang untuk Bangka dan Belitung, serta dengan menggunakan truk untuk transfortasi ke depot-depot di Kertapi, Lampung, Bengkulu, Lahat, dan Lubuk Linggau.
1.5.
PERTAMINA RU-III mengolah bahan baku minyak mentah yang berasal dari berbagai daerah, terutama dari daerah Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel). Transportasi minyak mentah ke kilang dilakukan melalui dua cara, yaitu melalui sistem perpipaan dan sebagian besar menggunakan kapal tanker. Jalur penyaluran minyak mentah tersebut adalah sebagai berikut : 1. Minyak mentah yang dikirim melalui sistem perpipaan adalah : South Palembang District (SPD) dari DOH Prabumulih Talang Akar Pendopo Oil (TAP) dari DOH Prabumulih Jambi Asphalitic Oil (Paraffinic Oil) Jene Ramba Crude Oil (RCO) dari DOH Jambi
2. Minyak mentah yang dikirim menggunakan kapal tanker adalah : Geragai Crude Oil (GCO) dari Santa Fe, Jambi, Bula/ Klamono (BL/KL) dari Irian Jaya, Kaji Semoga Crude Oil (KSCO), Sepanjang Crude Oil (SPO), Sumatera Light Crude (SLC), dan Duri Crude Oil (DCO).
Setiap minyak mentah dari sumber yang berbeda tersebut akan ditampung dahulu di dalam tangki penampungan. Minyak mentah tersebut seringkali masih mengandung kadar air yang cukup tinggi, baik dalam bentuk emulsi maupun air bebas. Adanya kandungan air dapat menyebabkan gangguan dalam unit-unit pengolahan sehingga sebelum dimasukkan ke dalam unit CD, minyak mentah harus dipisahkan dari air terlebih dahulu. Spesifikasi minyak mentah yang boleh diumpankan ke dalam unit CD adalah di bawah 0,5%-vol. setelah memiliki kandungan air yang sesuai spesifikasi, minyak mentah dapat diumpankan ke dalam CD. Setiap CD didesain
untuk mengolah minyak mentah dengan spesifikasi tertentu, bergantung komposisi dan sifat minyaknya. Pada Tabel 3.1 dan unit Tabel 3.2
ditunjukkan jenis umpan yang masuk ke dalam pertama (primary process). Unit CD-II CD-III CD-IV CD-V CD-VI
pengolahan
process) dan unit pengolahan lanjut (secondary Tabel 3.1 Umpan Unit Primary Process Kapasitas Pengolahan Sumber minyak bumi 16,2 MBSD Kaji, Jene, SPD, TAP 30,0 MBSD Ramba, Kaji, Jene 30,0 MBSD Ramba, Kaji, Jene 35,0 MBSD SPD, TAP 15,0 MBSD Geragai, Bula, Klamono
Tabel 3.2 Umpan Unit Secondary Process Sumber minyak bumi HVU Long residue MVGO (Medium Vacuum Gas Oil), HVGO RFCCU (High Vacuum Gas Oil), dan long residue BB (Butane-Butylene) Unstab crack, comprimate, condensate gas, dan Distiller residual gas Stabilizer C/A/B SR-Tops (Straight Run-Tops) Unit Polimerisasi Fresh BB (Butane-Butylene) Unit Alkilasi Fresh BB dari BB Distiller Raw PP (Propaneee-Propylene) dari RFCCU Kilang Polypropylene (Riser Fluid Catalytic Cracking Unit) Unit Bahan Baku Penunjang Selain bahan baku utama, proses pengolahan juga membutuhkan bahan-bahan penunjang lain, seperti katalis, solvent, dan bahan aditif yang mendukung proses pengolahan bahan baku menjadi produk. Bahan-bahan penunjang yang digunakan di PT. PERTAMINA
(PERSERO) RU-III ditunjukkan pada Tabel 3.3. Bahan H2SO4 NaOH Silika alumina Tabel 3.3 Bahan-Bahan Penunjang Unit Fungsi Alkilasi Katalis Untuk proses treating untuk BB Treating & menghilangkan senyawa Caustic Treating belerang RFCCU Katalis cracking
Titanium Catalyst Tri Ethyl Alumunium (AT cat) CMMS Hexane DEA AE-Stab, AH-Stab, AI- Stab, HA-Stab, HD-Stab, SA-Stab, SB-Stab, SC-Stab Gas N2 Fuel oil, fuel gas
Katalis utama Ko-katalis Catalyst adjuvant Pelarut katalis Ekstraktor pada purifikasi raw propaneee propylene Stabilizer additive Off gas, carrier gas Bahan bakar untuk pembakaran dalam furnace unit
1.6.
Proses
Primary processing merupakan proses pengolahan minyak mentah untuk
Primary Processing
memisahkan fraksi-fraksinya dengan distilasi. Proses distilasi dilakukan dengan memanfaatkan perbedaan titik didih. Berikut ini adalah dua jenis distilasi yang digunakan dalam proses penyulingan di PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju: Distilasi atmosferik Distilasi atmosferik bertujuan untuk memisahkan minyak mentah berdasarkan titik didihnya pada tekanan atmosferik.proses distilasi atmosferik di PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju terdapat di CDU (Crude Distillation Unit) II, III, IV, V, VI. Setelah melalui proses distilasi atmosferik di CDU, minyak mentah terpisah menjadi straight run, nafta, kerosin, Light Gas Oil (LGO) dan Heavy Gas Oil (HGO), dan Long Residue. Distilasi vakum Pada distilasi vakum, operasi pemisahan dilakukan pada tekanan vakum yang berkisar antara 30-80 mmHg (absolut) atau lebih rendah. Dengan tekanan vakum, titik didih komponen dapat diturunkan sehingga proses menjadi hemat energi. Proses distilasi vakum di PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju terdapat pada unit HVU (High Vacuum Unit) untuk memisahkan fraksi-fraksi pada long residue hasil proses distilasi atmosferik pada CDU. Produk yang dihasilkan dari
proses distilasi vakum adalah Light Vacuum Gas Oil (LVGO), Heavy Vacuum Gas Oil (HVGO), dan short residue (vacuum residue).
pengolahan pertama yang bertujuan untuk memenuhi spesifikasi produk tertentu dengan menggunakan reaksi kimia. Proses pengolahan lanjut bertujuan untuk mengolah fraksi-fraksi dari hasil proses pengolahan pertama dengan dekomposisi molekul (Cracking), kombinasi molekul (polimerisasi dan akilasi), perubahan struktur molekul (Reforming), serta proses-proses lain, seperti proses petrokimia. Proses Cracking di RFCCU merupakan proses Catalytic Cracking karena proses ini menggunakan bantuan katalis untuk mempercepat dekomposisi molekul. RFCCU merupakan unit yang berfungsi untuk merengkah Long Residue dan MVGO serta HVGO menjadi fraksi-fraksi ringan dengan bantuan katalis dan panas. Katalis yang digunakan adalah serbuk silika alumina. Produk yang dihasilkan dari proses Catalytic Cracking di RFCCU adalah berupa Dry Gas, Raw PP (Polypropylene), LPG, Cat. Naphtha, LCGO, HCGO, Slurry, dan Coke. Proses polimerisasi yang dilakukan di unit polimerisasi menggunakan umpan berupa Treated BB dan menghasilkan produk antara lain Residual BB dan polimer. Sedangkan proses alkilasi yang dilakukan di unit alkilasi menggunakan umpan berupa Treated BB dan menghasilkan produk berupa LPG, Light Alkylate, dan Heavy Alkylate. Proses petrokimia terdapat pada Unit Polypropylene. Unit Polypropylene mendapatkan umpan berupa Raw Propane Propylene dari RFCCU. Produk dari Unit Polypropylene adalah Homopolymer Polypropylene pellet atau disebut Polypropylene pertamina (Poytam). Proses Treating dan Blending Proses Treating bertujuan untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang tidak diinginkan dari produk BBM, seperti senyawa belerang dan merkaptan.
Pada PT. Pertamina (Persero), proses Treating dilakukan di Stabilizer C/A/B, SRMGC, BBMGC, serta Unit Butane Butylene (BB) Treatin. SR Tops (Straight Run) dari proses distilasi atmosferik akan masuk ke Stabilizer C/A/B. Stabilizer C/A/B menghasilkan produk-produk berupa gas, Crude Butane, Special Boiling Point X (SBPX), Dip Top (Low Ocane Mogas Component). Gas dari CDU II, III, IV, dan V serta produk dari Stabilizer C/A/B akan diolah lebih lanjut di SRMGC (Straight Run Motor Gas Compressor) untuk menghasilkan gas yang akan menjadi umpan BBMGC. BBMGC (ButaneButylene Motor Gas Compressor) menghasilkan Comprimate, Residual Gas dan kondensat yang menjadi umpan untuk BB Distiller (Butane-Butylene Distiller) untuk menghasilkan Refinery Fuel Gas, Fresh BB, Stabilized Crack Top, dan propana. Proses pencampuran (Blending) bertujuan untuk memenuhi spesifikasi produk yang telah ditentukan dengan penambahan zat aditif atau dengan pencampuran dua produk yang berbeda spesifikasinya. Contoh proses pencampuran adalah pencampuran HOMC (High Octane Mogas Component) dengan Nafta untuk menghasilkan bahan bakar premium dengan angka oktan yang memenuhi spesifikasi produk. Setelah melalui proses pengolahan, produk-produk dari PT. Pertamina (Persero) RU III didistribusikan ke beberapa daerah di Indonesia, antara lain Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, Bandar Lampung, Bangka Belitung, dan sebagian Kalimantan Barat. Produk-produk ini didistribusikan dengan berbagai cara, seperti melalui kapal-kapal tengker dan tongkang untuk Bangka dan Belitung, serta dengan menggunakan truk untuk transfortasi ke depot-depot di Kertapi, Lampung, Bengkulu, Lahat, dan Lubuk Linggau. Primary Processing Unit merupakan unit proses yang digunakan pada proses primer, yaitu distilasi atmosferik dan distilasi vakum. Setelah melalui proses distilasi, sebagian minyak diolah lebih lanjut di Secondary Process Unit untuk menjadi produk dengan nilai jual yang lebih tinggi. Supporing Facilities System merupakan unit-unit penunjang dalam kegiatan pemrosesan, seperti pembangkit listrik, pemurnian air, Cooling Tower untuk pendinginan berbagai
macam substansi, Steam Generator untuk menghasilkan steam yang digunakan dalam berbagai proses pada kilang, H2 dan N2 Plant untuk memproduksi gas Hidrogen dan Nitrogen yang digunakan pada proses pengolahan minyak, Air Compressor, serta unit pengolahan limbah untuk mengolah limbah yang dihasilkan agas tidak mencemari lingkungan. Selain itu terdapat fasilitas penunjang kegiatan pemrosesan seperti tanki penampungan dan pelabuhan untuk kapal tanker dan Jetties.
1.7.
Produk Bahan Bakar Minyak (BBM) Seperti yang telah disebutkan sebelumnya produk-produk BBM yang dihasilkan oleh refinery unit-III antara lain, Avigas (Low lead) Avigas merupakan bahan bakar pesawat baling-baling. Avigas berwarna hijau. Avigas dihasilkan dari unit gas plant dengan kapasitas produksi 0,06 MBCD. Kilang refinery unit-III merupakan satu-satunya kilang yang memproduksi avigas di asia. Hingga saat ini hanya indonesia, australia, dan Italia yang masih memproduksi avigas. Avigas yang
rendah kandungan timbal ini masih dalam tahap perencanaan untuk diproduksi pada RU III Plaju. Avtur Avtur merupakan bahan bakar untuk pesawat turbin. Avtur berwarna kuning muda. Avtur dihasilkan dari unit gas plant dengan kapsitas produksi 1,67 MBCD. Premium atau motor gasoline (mogas) Premiun merupakan bahan bakar kendaraan bermotor. Premium berwarna kuning dan memiliki bilangan oktan 88. Premium yang dihasilkan refinery unit-III merupakan hasil dari pencampuran bahan bakar beroktan tinggi dari unit RFCCU dengan bahan bakar beroktan rendah dari unit CD sehingga menghasilkan bilangan oktan 88. Kapasitas produksi premium refinery unit-III adalah sebesar 22,1 MBCD. Kerosin Kerosin atau yang bisa dikenal dengan sebutan minyak tanah merupakan bahan bakar keperluan rumah tangga. Kerosin berwarna kuning muda. Kerosin dihasilkan dari unit crude distiller. Kapasitas produksi kerosin pada refinery unit-III adalah sebesar 14,33 MBCD. Kerosin merupakan hasil blending LKD dan HKD. Solar/ADO (automotive diesel oil) Solar atau ADO merupakan bahan bakar kendaraan bermotor bermesin diesel. Solar berwarna oranye. Solar dihasilkan dari unit crude distiller dengan kapasitas produksi 30,82 MBCD. IDO (Industrial Diesel Oil) IDO merupakan bahan bakar mesin diesel untuk keperluan industri (mesin-mesin pabrik), berwarna hitam, dengan harga dan kualitas dibawah solar (ADO). IDO dihasilkan dari crude distiller dengan kapasitas produksi 1,75 MBCD. IFO (Industrial Fuel Oil) Sama halnya dengan IDO, IFO merupakan bahan bakar untuk keperluan industri (mesin non-diesel), berwarna hitam, dengan harga dan kualitas
dibawah premium. IFO dihasilkan dari unit crude distiller dengan kapasitas produksi 18,69 MBCD. Racing Fuel Racing Fuel merupakan bahan bakar untuk kendaraan balap yang diproduksi oleh PT.Pertamina. Racing Fuel memiliki bilangan oktan sangat tinggi yakni 100. Harga bahan bakar ini juga sangat mahal yakni mencapai Rp. 75.000 per liter.
Produk non Bahan Bakar Minyak (non-BBM) Seperti yang telah disebutkan sebelumnya produk-produk non-BBM yang dihasilkan oleh refinery unit-III antara lain, LPG LPG atau Liquified Petroleum Gas merupakan bahan bakar yang biasa digunakan untuk keperluan rumah tangga (kompor gas). LPG merupakan campuran dari propaneee dan butane. LPG dihasilkan dari unit gas plant dengan kapasitas produksi 3,75 MBCD. SBPX, LAWS SBPX dan low aromat white spirit (LAWS) merupakan produk pelarut yang banyak digunakan di industri kimia, seperti industri cat. SBPX adalah produk dari unit Stab C/A/B, sedangkan LAWS adalah produk dari unit GP. LSWR LSWR adalah bahan bakar yang biasa digunakan untuk industri kimia. LSWR adalah produk dari RFCCU. MusiCool MusiCool merupakan produk yang dikembangkan dan hanya dihasilkan oleh refinery unit-III. MusiCool merupakan alternatif pengganti refrijeran, bersifat ramah lingkungan yakni tidak merusak lapisan ozone. Refrijeran ini juga lebih efisien dibanding refrijeran
70%. Musicool terdiri dari tiga macam varian yakni propaneee murni, isobutane murni, dan campuran propanee-isobutan. Jenis musicool yang dipasarkan yakni MC-12 yang menggantikan R-12, MC-22 yang menggantikan R-22, MC-134 yang menggantikan R-134, dan MC-600.
Produk Petrokimia Produk petrokimia yang dihasilkan unit polypropylene adalah polypropylene, yang merupakan bahan baku pembuatan plastik. Polypropylene yang dihasilkan Pertamina RU III terbagi atas empat jenis atau grade, yaitu: a. Film grade (PF), sebagai bahan baku plastik pembungkus makanan, pakaian, dll. b. Yarn grade (PY), sebagai bahan baku plastik filamen, seperti tali, jaring, karpet, tekstil, dll. c. Injection molding grade, sebagai bahan baku plastik untuk peralatan rumah tangga, parts dari mesin, dll. d. Non-standard grade, merupakan plastik yang tidak memenuhi spesifikasi standar yang ditentukan.