Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
MOH. FAJRIN
G 701 11 071
CINRA RUSLI
G 701 10 034
termasuk
kelompok
BAL
adalah
Aerococcus,
Allococcus,
b. Sejarah BAL
Sudah sejak lama makanan dan minuman yang dihasilkan secara
fermentasi dengan bakteri asam laktat menjadi bagian dalam menu makanan
sehari-hari di Asia, Afrika, Eropa, Amerika, dan Australia. Bahkan,
beberapa daerah di Indonesia, tanpa disadari, makanan hasil fermentasi
laktat telah lama menjadi bagian dalam menu makanan keseharian
masyarakat. Beberapa contoh jenis makanan tersebut mungkin bukan saja
sudah dikenal, tetapi malah sudah umum disantap. Sebut saja asinan dari
Bogor, ikan bekasam dan tempoyak dari Sumatra dan Kalimantan, kimchi,
acar, salami, bologna (daging), pindang makassar, budu, serta belacan atau
terasi. Bahkan selama pembuatan kecap, tauco, serta terasi, bakteri laktat
banyak dilibatkan. Ada juga yang terbuat dari susu berupa yoghurt, keju,
butter, kefir, dan susu asam. Sedangkan yang terbuat dari biji serealia
seperti beras dan jagung adalah idli dari India, pui dari Hawaii, pulque dari
Meksiko, dan chicha dari Brasil. Bisa disimpulkan, hampir di setiap tempat
dan negara selalu ada jenis makanan dan minuman yang merupakan hasil
fermentasi bakteri laktat.
II. Isolasi BAL
Isolasi bakteri asam laktat dari cumi-cumi kering asin dilakukan dengan
menggunakan metode spread plate. Dua puluh lima (25) gram sampel
diencerkan pada larutan 0.1% pepton steril sebanyak 225 ml dan
dihomogenkan yang selanjutnya dilakukan pengenceran berseri hingga 10-5.
Dari masing-masing pengenceran diambil 0.1 ml dan disebar pada media
selektif untuk BAL, yaitu Glukosa 1%, yeast ekstrak 1%, pepton 0.5% (GYP),
Agar 1.5% dengan penambahan CaCO3 1% dalam 1000 ml aquadest. Kultur
diinkubasi pada suhu 30 C selama 2 3 hari. Masing-masing koloni yang di
sekelilingnya terdapat zona jernih diisolasi dan dilakukan pemurnian dengan
goresan pada media yang sama. Penyimpanan kultur murni dilakukan dengan
pembekuan (suhu 80C) biomassa sel setelah diberi cryoprotectantyaitu
campuran gliserol dan skim milk, masing-masing 10 persen (Rahayu dan
Margino, 1997).
Pengujiannya pada Uji Antagonis terhadap Bakteri Patogen dan
Pembusuk atau (Metode Difusi Sumuran). Dimana aktivitas penghambatan
diujikan pada bakteri patogen Staphylococcus aureus FNCC 004, Salmonella
choleraesius
FNCC 0091,
Vibrio
dilakukan pada kultur bakteri (masa sel + supernatan) dan supernatan netralnya
(hasil sentrifus (pemisahan) kultur bakteri yang ditambah NaOH 0.1 N sampai
pH netral). Masing-masing bakteri patogen dan pembusuk yang ditumbuhkan
pada media nutrien dalam sumuran dituangi 50 l kultur atau supernatan netral
isolat BAL. Kultur BAL yang memberikan zona jernih adalah kultur yang
memiliki daya antagonistik terhadap bakteri yang diuji, sedangkan supernatan
netral yang memberikan zona jernih diduga merupakan supernatan BAL
penghasil antibakteri selain asam. Besar kecilnya zona jernih yang muncul
setara dengan besar kecilnya aktivitas antibakteri yang terdapat pada kultur
atau supernatan netralnya.
III. Produksi BAL Lactobacillus plantarum.
Lactobacillus
plantarum
merupakan
salah
satu
jenis
BAL
membentuk
koloni berukuran 2-3 mm, berwarna putih opaque, conveks, dan dikenal
sebagai bakteri pembentuk asam laktat (Kuswanto dan Sudarmadji, 1988).
L. plantarum mampu merombak senyawa kompleks menjadi senyawa
yang lebih sederhana dengan hasil akhirnya yaitu asam laktat. Menurut Buckle
et al. (1978) asam laktat dapat menghasilkan pH yang rendah pada substrat
sehingga menimbulkan suasana asam. L. plantarum dapat meningkatkan
keasaman sebesar 1,5 sampai 2,0% pada substrat (sarles et al., 1956). Dalam
keadaan asam, L. plantarum memiliki kemampuan untuk menghambat bakteri
pathogen dan bakteri pembusuk (Delgado et al., 2001).
Pertumbuhan L. plantarum dapat menghambat kontaminasi dari
mikrooganisme pathogen dan penghasil racun karena kemampuannya untuk
menghasilkan asam laktat dan menurunkan pH substrat, selain itu BAL dapat
menghasilkan hidrogen peroksida yang dapat berfungsi sebagai antibakteri
(Suriawiria,
AMP
bersifat
toksisitas
selektif.
Dengan
demikian
2. Mengatasi resistensi.
3. Bekerja secara non-kompetitif dengan antibiotik biasa.
c. Bakteriosin
Bakteriosin merupakan senyawa peptida antimikroba yang berasal
dari bakteri Gram positif dan Gram negatif. Bakteriosin dapat bersifat
kationik, anionik dan netral. Senyawa ini disintesis dalam ribosom bakteri
serta memiliki aktivitas bervariasi dalam spektrum antimikroba yang luas
(Hancock et al., 1999) Bakteriosin merupakan peptida ekstraselular
bioaktif atau peptida kompleks yang bakterisida atau bakteriostatik
melawan spesies lain, terutama bakteri dengan strain yang berdekatan.
Akan tetapi, dalam beberapa kasus, bakteriosin juga dapat melawan
bakteri dengan strain yang berjauhan dengan bakteri penghasilnya (Oakey
et al., 2000).
Bakteri asam laktat merupakan kelompok bakteri yang paling
banyak menghasilkan bakteriosin. Secara umum, bakteriosin yang
disekresikan oleh BAL yang merupakan peptida kationik kecil dengan 30
sampai 60 residu asam amino dan tahan terhadap pemanasan
(Balasubramanyam et al., 1995). Beberapa bakteriosin dari BAL yang
telah dikarakterisasi adalah Nisin yang dihasilkan dari beberapa strain
Lactococcus lactis, Lactococcus A dan B dari Lactococcus lactis subsp.
cremoris, Pediocin dari
Kelas I
Bakteriosin kelas ini disebut sebagai Lantibiotik. Peptida pada
bakteriosin ini merupakan peptida berbobot molekul kecil (<5 kDa)
yang dimodifikasi pada fase post-transkripsi dan mengandung satu atau
lebih asam amino seperti lanthionine, E-Methyllanthionine serta residu
dehydroalanine dan dehydrobutyrine
lanthionine.
dengan
sec-
KESIMPULAN
1. Bakteri asam laktat adalah kelompok bakteri yang mampu mengubah
karbohidrat (glukosa) menjadi asam laktat. Kelompok BAL adalah
Aerococcus, Allococcus, Carnobacterium, Enterococcus, Lactobacillus,
Lactococcus, Leuconostoc, Pediococcus, Streptococcus, Tetragenococcus,
dan Vagococcus.
2. Salah satu bakteri dalam produksi bakteri asam laktat yaitu Lactobacillus
plantarum, dimana bakteri ini dapat merombak senyawa kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dengan hasil akhirnya yaitu asam laktat
3. Pemanfaatan bakteri asam laktat dalam bidang bioteknologi yaitu sebagai
probiotik, pembentukan senyawa peptida antimikroba, dan dalam produksi
bakteriosin.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E., E. Liviawaty., dan I. Rostini. 2006. Pemanfaatan Limbah Sayuran
untuk Memproduksi Biomasa Lactobacillus plantarum sebagai Bahan
Edible Coating dalam Meningkatkan Masa Simpan Ikan Segar dan
Olahan. Laporan Akhir. Unpad. 113 hlm.
Ali. G.R.R. and S. Radu. 1998. Isolation and Screening of Bacteriocin Producing
LAB from Tempeh. University of Malaysia.
Bromberg, R., I. Moreno, C.L. Zaganini, R.R Delboni, V.N. Moreira, J. Oliveira,
and A.L.S. Lerayer. 2001. Characterization of Bacteriocin-Producing
Lactic Acid Bacteria Isolated from Meat and Meat Products (abs). IFT
Annual Meeting 2001. New Orleans, Lousiana
Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet, and M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan.
Universitas Indonesia Press. Jakarta. 365 hlm.
Marshall, D.L., C.R. Kim, dan J.O. Heamsberger. 2002. Extended Shelf-Life of
Catfish Fillets Treated with Sodium Acetate, Monopatassium Phosphate