You are on page 1of 35

Sejarah Anestesi

Anestesi pertama kali digunakan oleh W.T.G. Morton dari Boston di Amerika dg menggunakan Ether pada Massachusetts General Hospital (1610-1846) Penemuan Morton ini menyebar ke seluruh dunia. Pada Desember 1846 Francis Boott (dokter) memberikan Ether kpd Miss Lonsdale untuk cabut gigi, berhasil sukses Lalu dicoba dg hasil baik pd amputasi kaki Frederick Churchill di University College Hospital pd 21-12-1846

Horace Wells kawan Morton memakai N2O (Nitrous Oxide) untuk mengurangi sakit pd pencabutan gigi Kesulitan teknik dlm penggunaan Ether dpt dikurangi dg ditemukannya Chloroform oleh James Young Simpson (ahli kebidanan) Dengan meneteskan Chloroform tsb pd Ganze 1847

1848
Hannah Greene, 15 th dilaporkan meninggal dibawah

pengaruh anestesi Chloroform

1853
Queen Victoria mendapat Chloroform waktu

melahirkan Prince Leopold

1870
Penggunaan Nitrous Oxide N2O dpt mengurangi sensasi nyeri Horace Wells yg pertama kali mendemonstrasikan

pemakaian N2O ini

1884
Penggunaan lokal anestetik Cocaine Banyak digunakan pada operasi-operasi THT

1910
Procaine/ Novocaine lokal anestetik sintetis

banyak digunakan

Ke depan ini dg banyak ditemukan obatobat yg aman, penggunaan anestesi yg tepat, alat-alat monitoring yg lebih baik dan pelatihan-pelatihan bagi seorang anestetist membuat anestesi tersebut aman dan menyenangkan bagi pasien

Sekarang ini mengurangi/ menghilangkan nyeri pada operasi dpt dicapai dg penggunaan anestesi umum atau regional

Pelayanan anestesiologi dan reanimasi merupakan pelayanan medik yg bertujuan untuk mengurangi penderitaan dan memperpanjang proses kehidupan

Anestesiologi merupakan spesialisasi kedokteran yg diakui Tanggung jawab dokter spesialis anestesi thd pasien mencakup:
Evaluasi & terapi pra anestesi Penatalaksanaan medis pasien dan prosedur-prosedur

anestetik Evaluasi & terapi pasca anestesia Pengarahan medis thd non dokter yg berpartisipasi dari pengelolaan anestesia kepada pasien

Kompetensi spesialis anestesi juga meliputi:


Tindakan resusitasi Pengelolaan pulmoner

Pengelolaan intensif
Diagnosa dan penatalaksanaan nyeri Pengelolaan trauma-trauma kedaruratan Terapi inhalasi

Penentuan Status Fisik (ASA)

Klasifikasi ini terbukti secara umum berkorelasi dg laju mortalitas perioperatif Status fisis/ ASA 1
Pasien sehat normal

Status Fisis/ ASA 2


Pasien dg penyakit sistemik ringan (mis:

diabetes ringan, hipertensi terkendali, obesitas)

Status fisis/ ASA 3


Pasien dg penyakit sistemik berat yg membatasi

aktifitas (mis: angina, PPOK, infark miokardial)

Status fisis/ ASA 4


Pasien dg penyakit melemahkan

(incapacitating) yg mengancam nyawa secara konstan (mis. Gagal jantung kongestif, gagal ginjal)

Status Fisis/ ASA 5


Pasien moribund kemungkinan tetap hidupnya

dalam 24 jam (mis: aneurisma yg pecah)

Status fisis/ ASA 6


Pasien mati otak dg organ yg akan

ditransplantasikan

Untuk pasien pembedahan darurat ditambahkan huruf E

Profesi anestesi membidangi masalah: analgesia, anestesia, terapi intensif dan resusitasi

Tujuan Pelayanan Anestesiologi dan Reanimasi


1.

Memberikan pelayanan anestesia, analgesia dan sedasi yg aman, efektif, manusiawi dan memuaskan bagi pasien yg menjalani: pembedahan, prosedur medik atau trauma yg menyebabkan rasa nyeri, kecemasan & stress psikis lainnya

2.

Menunjang fungsi vital tubuh terutama jalan napas, pernapasan, peredaran darah dan kesadaran pasien yg mengalami gangguan atau ancaman jiwa karena menjalani pembedahan, prosedur medik, trauma atau penyakit lain

3.

Melakukan reanimasi dan resusitasi jantung, paru, otak (basic, advanced, prolonged life support) pd kegawatan yg mengancam jiwa, dimanapun pasien berada (ruang gawat darurat, kamar bedah, ruang pulih sadar, ruang/ terapi intensif/ ICU)

4.

Menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa dan metabolisme tubuh pasien yg mengalami gangguan atau ancaman jiwa karena menjalani pembedahan, prosedur medik, trauma atau penyakit lain

5.

6.

Mengatasi masalah nyeri akut, nyeri kronis dan nyeri membandel pada pasien pembedahan, trauma, proses kronis dan kanker Memberikan bantuan terapi pernapasan dan inhalasi

Pelayanan anestesiologi dan reanimasi terkait dg pasien dlm 3 periode:


1. Pra anestesi/ pembedahan

2. Selama anestesi
3. Pasca anestesi

Pra anestesia

Tujuan
Mengusahakan kondisi optimal dari pasien agar dapat

menjalani pembedahan dg hasil sebaik-baiknya

Kegiatannya
Evaluasi pra anestesi, 24 jam sebelum tindakan

anestesi/ pembedahan Jika evaluasi dini tidak dpt dilakukan (mis : pembedahan darurat) penilaian dilakukan sebelum anestesi dan pembedahan

Evaluasi pra anestesi meliputi:


Identifikasi pasien Pemahaman prosedur bedah/ medik yg akan

dilaksanakan Riwayat medis, pemeriksaan klinis rutin dari pasien dan pemeriksaan khusus Konsultasi dng dokter spesialis lain bila diperlukan

Memberikan penjelasan tentang tindakan

anestesi dan membuat informed consent Pengakhiran terapi dan pemeriksaan lain yg diperlukan untuk mencapai kondisi pasien yg optimal mis: terapi cairan, transfusi, terapi napas, dll

Masa Anestesia/ pembedahan

Tujuan
Mengupayakan fungsi vital pasien dalam batas-

batas normal selama menjalani pembedahan & menjaga agar pasien tidak merasa nyeri dan cemas (mis: pd regional analgesia)

Kegiatannya
Tindakan anestesia harus dikerjakan dlm

kerjasama tim Seorang dokter spesialis anestesiologi harus didampingi perawat terlatih Keamanan pasien selama anestesia & pembedahan memerlukan pemantauan fungsi vital yg terus menerus/ berkala yg dicatat dg baik pd rekam medik

Prosedur pembedahan dpt dirubah jika kondisi

pasien mengarah pd keadaan yg membahayakan jiwa Sarana pengatur dosis obat anestesia dan obat darurat harus digunakan secara maksimal

Pasca anestesia/ pembedahan

Tujuan
Menjaga fungsi vital pasien dlm batas normal

setelah pembedahan berakhir dan selama sisa anestesia belum sama sekali hilang, serta menjaga agar pasien tidak merasa nyeri dan atau cemas berlebihan

Kegiatannya
Setelah pengakhiran anestesia, pasien dikirim

ke kamar pulih sadar untuk pemantauan fungsi vital tubuh Bila dianggap perlu pasien dapat langsung dikirim ke ruang rawat khusus (mis: ICU) Bantuan oksigenasi, ventilasi dan sirkulasi tetap diberikan

Pemberian analgesia dan sedatif disesuaikan

dengan kondisi pasien Keputusan untuk memindahkan pasien dari kamar pulih sadar dibuat oleh dokter anestesi

Khusus pembedahan darurat

Pemeriksaan fisik & laboratorik dilakukan dlm waktu sesingkat mungkin Persiapan harus ditujukan untuk resusitasi & stabilisasi fungsi vital tubuh pasien agar pembedahan/ terapi definitif dpt segera dilakukan

Tindakan meliputi
Membebaskan dan menjaga jalan napas tetap

bebas Membantu fungsi pernapasan & oksigenasi Optimalisasi hemodinamik dg imbang cairan & transfusi Menjaga tekanan intrakranial tidak meningkat Mengosongkan lambung dan mencegah aspirasi

Puasa, Infus & Pengosongan Usus


Kondisi optimal untuk anestesia & pembedahan membutuhkan tindakan persiapan: 1. Pengosongan lambung untuk mengurangi resiko muntah, regurgitasi & aspirasi paru 2. Pengosongan usus besar untuk mencegah buang air besar yg mencemari & meningkatkan resiko infeksi luka bedah 3. Infus untuk mengganti cairan yg hilang karena kedua tindakan diatas

Pengosongan lambung dilakukan dg puasa Instruksi puasa dijelaskan lisan & tertulis kpd pasien/ keluarga serta diketahui oleh perawat Pengosongan usus besar dilakukan dengan obat pencahar, perangsang peristaltik colon atau laverment atas pertimbangan keperluan pembedahan & kenyamanan pasien

Infus cairan pengganti puasa diberikan kepada periode 24 jam pra anestesia sebagai larutan NaCl dan atau Dextrose Untuk pasien resiko tinggi, rencana pembedahan besar, gizi pra bedah buruk, maka perbaikan imbang cairan & nutrisi dilakukan jauh sebelum pembedahan dg infus cairan nutrisi atau nutrisi enteral melalui pipa lambung

Pasien hamil/ inpartu memerlukan antasida oral untuk netralisasi asam lambung karena: cairan lambung yg lebih banyak dan pH lebih asam Antasida Magnesium Trisitekat 15 ml 30 menit sebelum anestesia dapat menekan resiko ini Antasida lain : natrium sitrat Cairan lambung dg pH < 2,5 mudah menimbulkan kerusakan paru jika terjadi aspirasi paru (Mendelson Syndrome)

You might also like