You are on page 1of 8

PERCOBAAN III PENGUJIAN AKTIVITAS KOLINERGIK DAN ANTIKHOLINERGIK

Tanggal Percobaan : 9 April 2013

A. Tujuan Percobaan Setelah menyelesaikan percobaan ini, mahasiswa diharapkan : Mempunyai keterampilan dalam melakukan pengujian aktivitas kolinergik dan antikolinergik suatu obat pada hewan percobaan. Memahami efek berbagai obat sistem saraf otonom dalam pengendalian fungsi atau aktivitas organ vaserasi tubuh. B. Dasar Teori Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar (sistem saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak antara lain denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi keringat. Di dalam sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion. Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu.

Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan nervus vagus bersama cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum sambung. Selain itu, fungsi saraf otonom pada sistem saraf simpatik, diantaranya sebagai berikut : 1. memperbesar pupil. 2. menghambat aliran ludah. 3. mempercepat denyut jantung. 4. mengecilkan bronkus. 5. menghambat sekresi kelenjar pencernaan. 6. menghambat kontraksi kandung kemih. Sedangkan, fungsi saraf otonom pada sistem saraf parasimpatik, diantaranya sebagai berikut : 1. mengecilkan pupil. 2. menstimulasi aliran ludah. 3. memperlambat denyut jantung. 4. membesarkan bronkus. 5. menstimulasi sekresi kelenjar pencernaan. 6. mengerutkan kantung kemih Kelenjar saliva merupakan salah satu kelenjar dalam sistem pencernaan yang akan meningkat aktivitasnya jika distimulasi oleh sistem saraf parasimpatik atau oleh obat-obat parasimpatomimetik. Tetapi sebaliknya, jika diberikaan obatobat yang aktivitasnya berlawanan dengan sistem parasimpatik atau bersifat parasimpatolitik, maka aktivitas kelenjar saliva akan menurun. Pada setiap neuron atau sel saraf simpatik ataupun saraf simpatik terdapat bagian saraf praganglion dan saraf pascaganglion. Ujung saraf praganglion dari saraf simpatik mengeluarkan neurotransmiter asetilkolin (Ach), dan ujung saraf pascaganglionnya melepaskan neropinefrin (NE), sehingga sistem saraf ini disebut sistem adrenergik. Berbeda dengan saraf simpatik, neuron saraf parasimpatik, bagian pra maupun pascaganglionnya, kedua-duanya mengeluarkan neurotransmiter asetilkolin, sehingga sistem saraf ini disebut sistem kolinergik.

Obat-obat yang dapat mempengaruhi fungsi sistem saraf otonom bekerja berdasarkan kemampuannya meniru atau memodifikasi aktivitas neurotransmiter-neurotransmiter tersebut. Prinsip pada percobaan ini adalah bahwa pemberian zat antikolinergik pada hewan percobaan menyebabkan peningkatan pengeluaran saliva, dan hipersaliva tersebut dapat dihambat oleh zat kolinergik. C. Alat, Bahan dan Hewan Alat Alat suntik 1mL Wadah dari kaca Bahan Atropin, 1mg/kgbb Pilokarpin, 2mg/kgbb Tiopental Na, 50 mg/kgbb NaCl fisiologis Kertas saring yang ditaburi metilen blue Hewan Mencit jantan/betina dengan berat badan 25-30 gr, dipuaskan sebelum percobaan.

D. Prosedur Pada percobaan kali ini mencit dibagi atas empat kelompok, dan masingmasing kelompok terdiri atas 3-4 ekor. Semua mencit diberi Tiopental Na secara intraperitoneal. Waktu penyuntikannya dicatat. Setelah 30 atau 45 menit (atau setelah tanda sedasi terlihat) setiap kelompok diberi perlakuan. Untuk kelompok 1 diberi NaCl fis. (subkutan) (kelompok kontrol). Untuk kelompok 2 diberi pilokarpin (subkutan). Kelompok 3 diberi atropin (subkutan), lalu segera disuntik pilokarpin (subkutan). Sedangkan kelompok 4 diberi pilokarpin. Semua mencit disimpan di dalam wadah kaca yang diberi alas kertas saring. Pengeluaran saliva pada kertas saring diamati setiap 5 menit dan diameternya diukur. Setiap kali setelah pengamatan, kertas saring diganti dengan yang baru. Pengamatan dilakukan selama 45 menit dimulai setelah penyuntikan

pilokarpin. Untuk kelompok 4, begitu terlihat adanya bercak saliva pada kertas saring, segera suntikkan atropin (catat waktu penyuntikan atropin). Selanjutnya dilakukan pengamatan seperti diatas. Dari data diameter bercak saliva pada setiap waktu pengamatan dapat dihitung persentase inhibisi eksresi saliva untuk setiap kelompok. Semua hasil perhitungan dibuat dalam bentuk tabel da grafik inhibisi persatuan waktu dibuat dalam bentuk grafik.
% Inhibisi diameter bercak saliva awal diameter bercak saliva waktu t x 100 % diameter bercak saliva awal

E. Hasil Pengamatan Berat badan mencit : Berat gelas kimia kosong = 184 gr Berat badan mencit A = 202 gr 184 gr = 18 gr Berat badan mencit B = 202 gr 184 gr = 18 gr Berat badan mencit C = 203,5 gr 184 gr = 19,5 gr Berat badan mencit D = 202,5 gr 184 gr = 18,5 gr Perhitungan dosis : Dosis Atropin Pilokarpin Diazepam Konsentrasi Atropin Pilokarpin Diazepam

= 1 mg/kgbb = 2 mg/kgbb = 20 mg/70kgbb = 0,04 mg/mL = 0,08 mg/mL = 0,1 mg/mL

NaCl fis. Mencit A Mencit B Mencit C Mencit D

= 18 gr x 0,5 = 0,45 mL 20 gr = 18 gr x 0,5 = 0,45 mL 20 gr = 19,5 gr x 0,5 = 0,49 mL 20 gr = 18,5 gr x 0,5 = 0,46 mL 20 gr

Atropin Dosis untuk mencit 20 gr = 20 x 1 mg = 0,02 mg/20kgbb 1000 Volume pemberian = 0,5 mL Konsentrasi = 0,02 mg = 0,04 mg/mL 0,5 mL Volume yang disuntikkan : Mencit A = 18 gr x 0,5 = 0,45 mL 20 gr Mencit B = 18 gr x 0,5 = 0,45 mL 20 gr Mencit C = 19,5 gr x 0,5 = 0,49 mL 20 gr Mencit D = 18,5 gr x 0,5 = 0,46 mL 20 gr Pilokarpin Dosis untuk mencit 20 gr = 20 x 2 mg = 0,04 mg/20kgbb 1000 Volume pemberian = 0,5 mL

Konsentrasi = 0,04 mg = 0,08 mg/mL 0,5 mL Volume yang disuntikkan : Mencit A = 18 gr x 0,5 = 0,45 mL 20 gr Mencit B = 18 gr x 0,5 = 0,45 mL 20 gr Mencit C = 19,5 gr x 0,5 = 0,49 mL 20 gr Mencit D = 18,5 gr x 0,5 = 0,46 mL 20 gr Diazepam Dosis manusia x faktor konversi manusia mencit 20 mg/70 kgbb x 0,0026 gr = 0,052 mg/20gbb Volume pemberian = 0,5 mL Konsentrasi = 0,04 mg = 0,08 mg/mL 0,5 mL Volume yang disuntikkan : Mencit A = 18 gr x 0,5 = 0,45 mL 20 gr Mencit B = 18 gr x 0,5 = 0,45 mL 20 gr Mencit C = 19,5 gr x 0,5 = 0,49 mL 20 gr Mencit D = 18,5 gr x 0,5 = 0,46 mL 20 gr

Diameter bercak saliva Waktu 5 menit 10 menit 15 menit 20 menit 25 menit 30 menit 35 menit 40 menit 45 menit Diameter bercak saliva dalam cm Mencit B Mencit C 1 1,28 0,4 0 0,5 0 0,56 0 0,45 0 0,3 0 0,3 0 0,3 0 0,25 0

Mencit A 2,06 1,1 1,15 0,8 0 0 0,2 0 0

Mencit D 0,875 0 0 0 0 0 0 0 0

F. Pembahasan G. Kesimpulan

You might also like