You are on page 1of 2

Nama : Indra Kristianto NIM : F0310044 JOHNSON & JOHNSON: A MODEL FOR SUSTAINABILITY REPORTING

By Susan C. Borkowski, Mary Jeanne Welsh, and Kristin Wentzel Sustainability reporting mencakup beberapa macam istilah seperti tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), pelaporan lingkungan (environmental reporting), dan triple bottom line, tetapi istilah yang paling sering digunakan adalah sustainability. Sustainability mencakup berbagai inisiatif perusahaan yang berkaitan dengan isu-isu seperti dampak lingkungan, program karyawan untuk hidup yang lebih baik, program pengembangan masyarakat, program keselamatan pelanggan, dan praktik-praktik perdagangan yang adil. Dalam artikel ini, peneliti melakukan wawancara dengan dua eksekutif yang memegang peranan kunci dalam penyusunan SRs J & J, yakni Brian Boyd selaku vicepresident dari Lingkungan, Kesehatan, dan Keselamatan, dan Elizabeth (Tish) Lascelle selaku direktur senior dari Lingkungan, Kesehatan, dan Strategi Keselamatan dan Assurance. Peneliti juga menganalisa SRs perusahaan sejak awal dengan menggunakan robust contentanalysis techniques. Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjukkan bagaimana sustainability reporting telah berkembang di Johnson & Johnson dan telah sepenuhnya terintegrasi dengan budaya dan misi J & J. Secara umum, J & J membuat laporan yang sesuai dengan pedoman GRI. Analisis konten peneliti menunjukkan bahwa jumlah dan jenis informasi yang dilaporkan telah berubah secara signifikan selama bertahun-tahun, yang mencerminkan perjuangan internal J & J untuk menentukan apa yang harus dilaporkan (dalam hal jumlah dan kedalaman) untuk menyesuaikan tanggung jawabnya dengan keyakinan perusahaan dan juga pengakuan dari pihak luar. Sebagai contoh, indikator kesehatan dan ekonomi lebih sering muncul dalam laporan terakhir, sedangkan indikator keselamatan cenderung konsisten. Tekanan eksternal juga mempengaruhi isi laporan. Boyd menjelaskan, ketika pesaing memulai menggunakan ideks pelaporan line item, J & J tetap memilih menggunakan metrik yang sama dengan sebelumnya, karena mereka berpikir bahwa hal tersebut tidak berguna bagi perusahaan. Ketika DJSI membutuhkan metrik tertentu sebagai dasar pemeringkatan, J & J pun tidak menggunakan metrik yang disarankan tersebut, karena mereka merasa hal

tersebut tidak penting untuk dilaporkan. Akibatnya, perusahaan menerima peringkat yang lebih rendah dari DJSI karena memilih untuk mengukur dan mengelola apa yang penting untuk perusahaan dan stakeholder daripada mengelola apa yang menurut lembaga pemeringkat dikatakan penting. Meskipun indeks GRI tidak mendorong isi dari SR J & J, tetapi dapat membantu perusahaan dalam mengkoordinasikan apa yang dilaporkan dan memberikan konsistensi dari tahun ke tahun. Apa yang J & J ingin kelola berasal dari strategi, keyakinan (credo), dan kepentingan stakeholder, menunjukkan bahwa pernyataan misi yang jelas membantu SR perusahaan. Boyd merasa bahwa J & J unggul dalam SR karena tetap bertahan pada credo mereka dan dilaporkan. terus melakukan pemantauan tentang informasi apa yang relevan untuk

You might also like