You are on page 1of 31

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan anugerah-Nya sehingga makalah yang berjudul PROGRAM PENURUNAN ANGKA KEMATIAN ANAK/IBU (AKA/I) DI INDONESIA ini dapat selesai tepat pada waktunya. Adapun dalam penulisan makalah ini tentunya penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Sungguh merupakan suatu hal yang membahagiakan penulis dapat menyelesaikan makalah ini, walaupun demikian penulis tetap menyadari bahwa apa yang tertuang dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu sumbangan pemikiran berupa kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Akhir kata, penulis mengucapkan selamat membaca, semoga makalah ini dapat berguna bagi semua pihak.

Makassar,

Maret 2012

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................i KATA PENGANTAR............................................................................................ii DAFTAR ISI.........................................................................................................iii BAB I ( PENDAHULUAN) A. Latar Belakang ............................................................................................1 B. Rumusan Masalah .......................................................................................2 C. Tujuan .........................................................................................................3 BAB II ( TINJAUAN PUSTAKA) A. Definisi 4 B. Tujuan Penurunanan AKA/I ...4 C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi AKA/I 5 D. Dampak Tingginya AKA/I ..7 E. Peran Pemerintah Dalam Menurunkan AKA/I ...8 BAB III ( PEMBAHASAN ) A. AKA/I di Indonesia ...14 B. Program-Program Penurunan AKA/I 19 BAB IV (PENUTUP) A. Kesimpulan ...27 B. Saran .28 DAFTAR PUSTAKAiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Salah satu ukuran untuk menggambarkan pencapaian hasil pembangunan suatu negara termasuk pembangunan bidang kesehatan digunakan indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Beberapa indikator IPM adalah kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Salah satu indikator kesehatan adalah umur harapan hidup sebagai ukuran pencapaian derajat kesehatan masyarakat. IPM negara Indonesia berada di peringkat 108 dari 177 negara di dunia, lebih rendah dari negara-negara ASEAN seperti Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam dan Thailand. Komposisi penduduk Indonesia menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk yag berusia muda (0-14 tahun) sebesar 29,30%, usia produktif (15-64 tahun) sebesar 65,05 % dan usia lanjut (> 65 tahun) sebesar 5,65%. Dengan beban Tanggungan (Dependency Ratio) penduduk Indonesia pada tahun 2007 sebesar 53,73 %. Angka ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2006 sebesar 49,90%. Angka kematian Ibu/maternal bersama dengan Angka kematian Bayi senantiasa menjadi indikator keberhasilan sektor pembangunan kesehatan . AKI mengacu kepada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan dan nifas. Hasil survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007 menyebutkan bahwa AKI tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini dibandingkan AKI tahun 2002 sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian Bayi di Indonesia sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup (BPS,2007). Angka ini sedikit menurun dibandingan dengan AKB tahun 2003 sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup. Program-programnya adalah penurunan AKB merujuk kepada jumlah bayi yang meninggal pada fase antara kelahiran

hingga bayi belum mencapai umur 1 tahun per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian Balita (AKABA) menggambarkan peluang untuk meninggal pada fase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. AKABA di Indonesia sebesar 44 per 1000 kelahiran hidup (BPS,2007) Kesehatan anak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan wanita. Salah satu indikator kesehatan umum dan kesejahteraan suatu masyarakat adalah angka kematian dan kesakitan pada bayi/anak. Keadaan ini juga memberi dampak pada kesakitan dan kematian pada ibu/wanita. Sebagai contoh karena suatu proses persalinan lama menyebabkan cedera jalan lahir sehingga menimbulkan penurunan kesehatan ibu dan atau bayi. Keadaan malformasi kongenital dan target aborsi oleh karena seleksi jenis kelamin menyebabkan kematian pada ibu dan bayi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka kami merumuskan masalah sebagai berikut : Apa definisi Angka Kematian Ibu dan Anak (AKA/I) ? Apa tujuan penurunan Angka Kematian Ibu dan Anak (AKA/I) ? Faktor-Faktor apa saja yang mempengaruhi meningkatnya Angka Kematian Ibu dan Anak (AKA/I) ? Bagaimana dampaknya bila Angka Kematian Ibu dan Anak (AKA/I) tinggi ? Bagaimana peran pemerintah dalam menurunkan Angka Kematian Ibu dan Anak (AKA/I) ?

C. Tujuan Adapun tujuan yang ingin kami capai adalah sebagai berikut : Untuk mengetahui definisi Angka Kematian Ibu dan Anak (AKA/I) Untuk mengetahui tujuan penurunan Angka Kematian Ibu dan Anak (AKA/I) Untuk mengetahui Faktor-Faktor apa saja yang mempengaruhi

meningkatnya Angka Kematian Ibu dan Anak (AKA/I) Untuk mengetahui dampaknya bila Angka Kematian Ibu dan Anak (AKA/I) tinggi Untuk mengetahui peran pemerintah dalam menurunkan Angka Kematian Ibu dan Anak (AKA/I)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Definisi Angka kematian Ibu (AKI) adalah kematian ibu yang terjadi selama masa kehamilan atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa melihat usia dan lokasi kehamilan, oleh setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya tetapi bukan oleh kecelakaan atau incidental (faktor kebetulan). Angka kematian ibu tinggi adalah angka kematian yang melebihi dari angka target nasional. Jumlah kematian ibu yang meninggal mulai saat hamil hingga 6 minggu setelahpersalinan per 100.000 persalinan tinggi. Tingginya angka kematian, berarti rendahnya standar kesehatan dan kualitas

pelayanankesehatan yang diberikan, dan mencerminkan besarnya masalah kesehatan. Angka kematian anak (AKA) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah bilangan yang menunjukkan banyaknya jumlah kematian anakanak dari umur 1 tahun sampai 4 tahun perseribu penduduk. AKABA atau Agka Kematian Balita adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun tertentu dan meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun, dinyatakan sebagai angka per 1000 kelahiran hidup. Nilai normatif Akaba > 140 sangat tinggi, antara 71 140 sedang dan <20 rendah.Sedangkan AKB atau Angka Kematian Bayi adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun AKB per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. B. Tujuan Penurunanan AKA/I Secara umum tujuan penurunan AKA/I adalah untuk Menyiapkan seoptimal mungkin mungkin fisik dan mental dalam upaya menyelamatkan ibu

dan anak selama dalam kehamilan, persalinan, nifas, sehingga didapat ibu dan anak/ bayi yang sehat. Adapun tujuan khusus penurunan AKA/I adalah sebagai berikut : Mengenali dan menangani penyakit penyakit yang mungkin dijumpai padakehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana. Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin. Menurunkan mordibitas dan mortabilitas ibu dan anak . Memberikan nasehat tentang cara hidup sehari-hari tentang KB, tentang kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi AKA/I Kematian bayi dan balita umumnya disebabkan oleh penyakit sistim pernapasan bagian atas (ISPA) dan diare, yang merupakan penyakit karena infeksi kuman. Faktor gizi buruk juga menyebabkan anak-anak rentan terhadap penyakit menular, sehingga mudah terinfeksi dan menyebabkan tingginya kematian bayi dan balita di sesuatu daerah. Angka Kematian Anak akan tinggi bila terjadi keadaan salah gizi atau gizi buruk, kebersihan diri dan kebersihan yang buruk, tingginya prevalensi penyakit menular pada anak, atau kecelakaan yang terjadi di dalam atau di sekitar rumah (Budi Utomo, 1985). Tingginya AKI di Indonesia tersebut erat kaitannya dengan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan reproduksi dan pemeriksaan kesehatan selama kehamilan (Widodo, Angraini, Halim, et al, 2005). Kemiskinan, ketidaktahuan dan kebodohan serta rendahnya status wanita dalam masyarakat merupakan beberapa faktor yang ikut berperan pada tingginya AKI (Wikjosastro, 2002). Beberapa faktor yang melatarbelakangi risiko kematian ibu adalah kurangnya partisipasi ibu yang disebabkan tingkat pendidikan ibu rendah,

kemampuan ekonomi keluarga rendah, kedudukan sosial budaya yang tidak mendukung. Jika ditarik lebih jauh, beberapa perilaku tidak mendukung juga bisa membawa risiko. Sebanyak 16,6% perempuan menolak kehamilannya. Pasangan yang tidak ingin anak lagi (4,6%) atau menunda punya anak (4%). Upaya aborsi selalu menempatkan perempuan dalam situasi hidup dan mati. Selain jumlah anemia ibu hamil sangat tinggi (40%), rendahnya partisipasi dalam program Keluarga Berencana (KB) paska persalinan (19,1%) mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan (Anonymous 2006). Tren AKI belum menggembirakan. Masih tingginya dan kurang cepatnya penurunan AKI dapat terjadi karena berbagai hal. Pertama, memang kondisi kesehatan untuk kelompok resti (bumil, bulin, dan bufas) masih jelek. Kedua, pertambahan relatif penduduk memasuki usia subur lebih besar daripada pertambahan relative kelahiran. Ketiga, mungkin penanganan kesehatan maternal belum optimal. Dari sisi geografis, provinsi di kawasan Indonesia Timur relatif memiliki AKI lebih tinggi. Tiga faktor utama penyebab kematian ibu di Indonesia adalah : 1) Faktor medis (langsung dan tidak langsung), 2) Faktor sistem pelayanan (sistem pelayanan antenatal, sistem pelayanan persalinan dan sistem pelayanan pasca persalinan dan pelayanan kesehatan anak), 3) Faktor ekonomi, sosial budaya dan peran serta masyarakat (kurangnya pengenalan masalah, terlambatnya proses pengambilan keputusan, kurangnya akses terhadap pelayanan kesehatan, pengarusutamaan gender, dan peran masyarakat dalam kesehatan ibu dan anak) . Faktor utama yang perlu diperhatikan dalam penurunan Angka Kematian Ibu adalah peningkatan keterjangkauan (akses) dan kualitas pelayanan kesehatan maternal dan peningkatan kualitas pelayanan pada saat dan pasca persalinan (13% kematian martenal disebabkan oleh aborsi dan di dunia terjadi 55000 kali aborsi setiap harinya, 95% diantaranya terjadi di negara berkembang). Selain itu

penurunan angka kematian ibu dapat dilaksanakan melalui beberapa fase atau tahapan yaitu: 1) Pada masa sebelum masa kehamilan, yaitu perilaku sehat termasuk nutrisi, aktivitas fisik, perawatan sebelum konsepsi, menghindari substansi yang membahayakan alat reproduksi, 2) Perencanaan masa kehamilan, yaitu dengan perawatan kehamilan awal yang berkualitas, pengetahuan gejala dan timbulnya tanda munculnya masalah, 3) Pada masa persalinan yaitu melakukan persalinan yang sehat, persalinan disaat yang tepat dengan intervensi minimal, serta bantuan pada pasca persalinan yang disertai penyuluhan serta pemeliharaan kualitas kesehatan lingkungan.

Sedangkan faktor yang mempengaruhi AKB, menurut UNICEF (2001), menurunnya kualitas hidup anak pada usia 3 tahun pertama hidupnya adalah: gizi buruk, ibu sering sakit, status kesehatan buruk, kemiskinan, dan diskriminasi gender. Bayi dengan gizi buruk mempunyai resiko 2 kali meninggal dalam 12 bulan pertama hidupnya. AKI dan AKB tidak berkorelasi langsung dengan kejadiab infeksi atau parasit, kecuali pada beberapa daerah yang endemik malaria. Terkait AKB, satu faktor penting adalah umur ibu dibawah 20 tahun meningkatkan resiko kematia neonatal, serta usia ibu di atas 35 tahun meningkatkan resiko kematian perinatal (Litbangkes, 1994). Odds Ratio AKB dari ibu usia di bawah 20 tahun sebesar 1,4 kali lebih tinggi dari AKB pada ibu usia 20-35 tahun. D. Dampak Tingginya AKA/I Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia yang masih berada di level 228 per 100.000 kelahiran hidup, oleh karena itu Pemerintah harus melakukan perbaikan disparitas pelayanan kesehatan, penyebaran dan perbaikan kualitas tenaga kesehatan, serta dukungan alokasi anggaran pemerintah pusat dan pemerintah

daerah. Patut disesalkan adalah masih tingginya AKI ketika melahirkan di Indonesia, bahkan tertinggi di Asia Tenggara. Menurut para ahli kesehatan masyarakat, derajat kesehatan suatu negara dilihat dari indikator angka kematian bayi (AKB). Semakin tinggi AKB suatu negara maka semakin jelek kualitas

derajat kesehatan masyarakat di kawasana tersebut. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuani Millenium Development Goals (MDGs) yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai resiko jumlah kematian ibu. Masalah kematian ibu dan anak adalah masalah yang kompleks. Jika kematian ibu dan anak disuatu Negara/ daerah tinggi, tentu akan berpengaruh terhadap indeks pembangunan di Negara tersebut. Jika sudah demikian maka pemerintah perlu memperbaiki system yang ada. Pemerintah harus bekerja keras dalam menangani hal ini. E. Peran Pemerintah Dalam Menurunkan AKA/I Dalam rangka menurunkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia, Kementerian Kesehatan pada tahun 2001 ini menetapkan lima strategi operasional yaitu: 1. penguatan Puskesmas dan jaringannya; 2. penguatan manajemen program dan sistem rujukannya; 3. meningkatkan peran serta masyarakat; kerjasama dan kemitraan; 4. kegiatan akselerasi dan inovasi tahun 2011; 5. penelitian dan pengembangan inovasi yang terkoordinir. Menkes menambahkan terkait strategi keempat yaitu kegiatan akselerasi dan inovasi tahun 2011, upaya yang dilakukan Kementerian Kesehatan yaitu: Pertama, Kerjasama dengan sektor terkait dan pemerintah daerah telah menindaklanjuti Inpres No. 1 Tahun 2010 Tentang

10

Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional dan Inpres No. 3 tahun 2010 Tentang Program Pembangunan Yang Berkeadilan melalui kegiatan sosialisasi, fasilitasi dan advokasi terkait percepatan pencapaian MDGs. Akhir tahun 2011, diharapkan propinsi dan kabupaten/kota telah selesai menyusun Rencana Aksi Daerah dalam percepatan pencapaian MDGs yaitu mengentaskan kemiskinan ekstrim dan kelaparan, mengurangi tingkat kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya. Kedua, pemberian Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), mulai tahun 2011 setiap Puskesmas mendapat BOK, yang besarnya bervariasi dari Rp 75 juta sampai 250 juta per tahun. Dengan adanya BOK, pelayanan outreach di luar gedung terutama pelayanan KIA-KB dapat lebih mendekati masyarakat yang membutuhkan. Ketiga, menetapkan Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) berupa indikator komposit (status kesehatan, perilaku, lingkungan dan akses pelayanan kesehatan) yang digunakan untuk menetapkan kabupaten/kota yang mempunyai masalah kesehatan. Ada 130 kab/kota yang ditetapkan sebagai DBK yang tahun ini akan didampingi dan difasilitasi Kementerian Kesehatan. Keempat, penempatan tenaga strategis (dokter dan bidan) dan penyediaan fasilitas kesehatan di Daerah Terpencil, Perbatasan, Kepulauan (DTPK), termasuk dokter plus, mobile team. Kelima, akan diluncurkan 2 Peraturan Menteri Kesehatan terkait dengan standar pelayan KB berkualitas, sebagaimana diamanatkan UU Nomor 52 tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Selain itu menurut Menkes, pada tahun 2011 Kementerian Kesehatan akan meluncurkan Jaminan Persalinan (Jampersal) yang mencakup pemeriksaan kehamilan, pelayanan persalinan, nifas, KB pasca persalianan, dan neonatus.

11

Melalui program ini, persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan diharapkan meningkat, demikian pula dengan pemberian ASI dini, perawatan bayi baru lahir, pelayanan nifas dan KB pasca persalinan. Dalam MDGs yang telah disepakati para pimpinan dunia, ada 8 tujuan (GOALs) yang ingin dicapai diantara tahun 1999-2015. Untuk mencapai 8 tujuan MDGs ini harus jelas definisi dan konsep indikator yang akan digunakan. Berikut indikator pencapaian MDGs untuk menurunkan angka kematian anak. Targetnya selama tahun 1990 2105 setidaknya dapat menjadi pedoman untuk daerah lain dalam menurunkan angka kematian balita sebesar dua per tiganya. Untuk mencapai target ini ada dua indikator dibuat yaitu

Indikator global atau nasional untuk memonitoring pencapaian Target ke empat yaitu angka kematian balita, angka kematian bayi dan proporsi campak pada bayi yang telah mencapai usia 1 tahun.

Indiktor lokal untuk memonitoring pencapaian target keempat yaitu pemantauan terhadap pencapaian target MDGs untuk tingkat lokal kabupaten/kota dan kecamatan yang dapat dilakukan dengan indikator proksi tertentu. Adapun penjelasan mengenai indikator global dan lokal adalah sebagai

berikut : Angka Kematian Balita (AKABA) AKABA adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun tertentu dan meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun, dinyatakan sebagai angka per 1000 kelahiran hidup. Nilai normatif Akaba > 140 sangat tinggi, antara 71 140 sedang dan <20 rendah. Indikator ini terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan anak-anak bertempat tinggal termasuk pemeliharaan kesehatannya. AKABA kerap dipakai untuk

12

mengidentifikasi kesulitan ekonomi penduduk. Mengingat kegiatan registrasi penduduk di Indonesia belum sempurna sumber data ini belum dapat dipakai untuk menghitung AKABA. Sebagai gantinya AKABA dihitung berdasarkan estimasi tidak langsung dari berbagai survei. Angka Kematian Bayi (AKB) AKB adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun AKB per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Nilai normatif AKB kurang dari 40 sangat sulit diupayakan penurunannya (hard rock), antara 40-70 tergolong sedang namun sulit untuk diturunkan, dan lebih besar dari 70 tergolong mudah untuk diturunkan. Indikator ini terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan anak-anak bertempat tinggal termasuk pemeliharaan kesehatannya. AKB cenderung lebih

menggambarkan kesehatan reproduksi dari pada Akaba. Meskipun target program terkait khusus dengan kematian balita, AKB relevan dipakai untuk memonitor pencapaian target program karena mewakili komponen penting pada kematian balita. Definisi operasional dari angka kematian bayi terdahulu harus diketahui yaitu pengertian dari Lahir Mati yaitu Kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Kemudian Kematian Bayi yaitu Kematian yang terjadi pada bayi sebelum mencapai usia satu tahun. Proporsi imunisasi campak (PIC) pada anak yang berusia 1 tahun PIC adalah perbandingan antara banyaknya anak berumur 1 tahun yang telah menerima paling sedikit satu kali imunisasi campak terhadap jumlah anak berumur 1 tahun, dan dinyatakan dalam persentase. Indikator ini merupakan suatu ukuran cakupan dan kualitas sistem pemeliharaan kesehatan anak di suatu wilayah. Imunisasi adalah unsur penting untuk mengurangi kematian balita. Berikut ini adalah definisi operasional :

13

Persentase Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Definisi Operasionalnya yaitu Bayi dengan BBLR adalah keadaan bayi lahir dengan berat badan (BB) < 2500 gram yang ditimbang pada saat lahir atau hari ke 7 setelah lahir Presentase Balita dengan BGM (Bawah Garis Merah) Definisi Operasionalnya yaitu Balita dengan BGM (Bawah Garis Merah) adalah Balita dengan berat badan menurut umur (BB/U) berada pada dan di bawah garis merah pada KMS Pemantauan Pertumbuhan menggunakan data SKDN SKDN adalah singkatan dari pengertian kata-katanya yaitu

S adalah Seluruh balita yang ada di wilayah kerja K adalah jumlah balita yang terdaftar dan memiliki KMS atau buku KIA D adalah jumlah seluruh balita yang Ditimbang N adalah balita yang Naik berat badannya sesuai dengan garis pertumbuhan

Cakupan Kunjungan Bayi Definisi Operasional yaitu Kunjungan Bayi adalah kunjungan bayi (umur 1-12 bulan) termasuk neonatus (umur 1-28 hari) untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh dokter, bidan, perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan, paling sedikit 4 kali (bayi), 2 kali (neonatus) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Kunjungan Neonatus adalah kunjungan neonatus (umur 1-28 hari) untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh dokter, bidan, perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan, paling sedikit 2 kali di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

14

Cakupan pemberian vitamin A pada balita Definisi Operasional yaitu Balita mendapat kapsul Vit.A, 2 kali/tahun adalah Bayi umur 6-11 bulan mendapat kapsul vitamin A -1 kali dan anak umur 12-59 bulan mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi 2 kali per tahun di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Persentase Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif Definisi Operasional yaitu Pemberian ASI Ekslusif adalah pemberian hanya Air Susu Ibu saja kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan tanpa makanan atau minuman lain, kecuali obat, vitamin dan mineral Desa/kelurahan Universal Child Imunization Definisi Operasional yaitu Desa /kelurahan Universal Child Immunization (UCI) adalah Desa atau Kelurahan UCI adalah desa/kelurahan dimana 80% dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap pada satu kurun waktu tertentu. Imunisasi dasar Lengkap adalah imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B, 1 dosis DPT dan atau DPT/HB ( telah dilaksanakan di seluruh Indonesia mulai tahun 2007), 1 dosis Campak. Pada ibu hamil dan wanita usia subur meliputi 2 dosis TT. Untuk anak sekolah tingkat dasar meliputi 1 dosis DT, 1 dosis campak dan 2 dosis TT.

15

BAB III PEMBAHASAN


A. AKA/I di Indonesia Dewasa ini AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI di Indonesia adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per 1.000Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), AKI di Indonesia masih tinggi jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, yaitu sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada Tujuan Jaminan Persalinan ini adalah meningkatnya akses terhadap pelayanan persalinan yang dilakukan oleh dokter atau bidan dalam rangka menurunkan AKI dan AKB (Angka Kematian Bayi) melalui jaminan pembiayaan untuk pelayanan persalinan. Sasaran. Anak balita merupakan salah satu populasi paling beresiko terkena bermacam gangguan kesehatan (kesakitan dan kematian). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Balita di Indonesia sebesar 44/10.000 Kelahiran Hidup . Dalam mencapai upaya percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) maka salah satu upaya promotif dan preventif yang mulai gencar dilakukan adalah Kelas ibu hamil dan Kelas ibu balita. Menurut Prawirohardjo (2002), untuk menurunkan AKI dan AKB dengan menetapkan salah satu sasaran untuk tahun 2010 adalah menurunkan angka kematian ibu menjadi 125 orang per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi menjadi 16 orang. AKB di Indonesia pada tahun 2003 sebesar 42/1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2004 menjadi 43.52/1000 kelahiran hidup (Dinkes Provinsi Jambi, 2005: 26). Untuk mengurangi AKI dan AKB maka diperlukan suatu

16

penatalaksanaan pelayanan kesehatan yang Angka kejadian seksio sesarea di Indonesia menurut data survey nasional pada tahun 2007 adalah 921.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22.8% dari seluruh persalinan. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2006 (2008, dalam Depkes RI), AKI Indonesia adalah 307/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002, sedangkan AKB di Indonesia sebesar 35/1000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian maternal yang paling umum di Indonesia adalah pendarahan 28%, eklamasi 24%, dan infeksi 11%. Penyebab kematian bayi yaitu BBLR 38,94%, asfiksia lahir 27,97%. Hal ini menunjukkan bahwa 66,91% kematian perinatal dipengaruhi oleh kondisi ibu saat melahirkan. Kematian bayi dan balita umumnya disebabkan oleh penyakit sistim pernapasan bagian atas (ISPA) dan diare, yang merupakan penyakit karena infeksi kuman. Faktor gizi buruk juga menyebabkan anak-anak rentan terhadap penyakit menular, sehingga mudah terinfeksi dan menyebabkan tingginya kematian bayi dan balita di sesuatu daerah. Data menunjukkan masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu 461 per 100.000 kelahiran hidup, dan juga Angka Kematian Balita (AKB) yaitu 42 per 1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan kecenderungan angka-angka tersebut, akan sulit dicapai target MDG tahun 2015. Penurunan AKI hanya mencapai 52% dari keadaan tahun 1990 dari target 75% dan penurunan AKB mencapai 53% dari target 67%. Dari penilaian sistem kesehatan berbagai Negara, Indonesia menempati urutan 106 dari 191 negara yang dinilai untuk indikator pencapaian yang mencakup status kesehatan dan tingkat tanggapan (responsiveness). Tingginya AKI di Indonesia tersebut erat kaitannya dengan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan reproduksi dan pemeriksaan kesehatan selama kehamilan (Widodo, Angraini, Halim, et al, 2005). Kemiskinan, ketidaktahuan dan kebodohan serta rendahnya status wanita dalam masyarakat merupakan beberapa faktor yang ikut berperan pada tingginya AKI (Wikjosastro, 2002).

17

Provinsi dengan kasus kematian ibu melahirkan tertinggi adalah Provinsi Papua, yaitu sebesar 730/100.000 kelahiran hidup, diikuti Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 370/100.000 kelahiran hidup, Provinsi Maluku sebesar 340/100.000 kelahiran hidup, dan Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 330/100.000 kelahiran hidup. Jumlah ini tidak terlalu banyak berubah sejak masa orde baru. Tidak ada perbaikan yang terlihat dalam penurunkan angka kematian ibu.Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB), trennya semakin menurun, dari 142 per 1.000 kelahiran hidup tahun 1967, menjadi 42 per 1.000 tahun 2000, kemudian SDKI 2002-2003 sebesar 35 per 1.000, namun dari metode perhitungan tidak langsung, AKB tahun 2003 tetap 43 per 1.000 kelahiran hidup. Di antara 10 negara ASEAN, AKB Indonesia menempati peringkat ke-7, sebelum Kamboja, Laos, dan Myanmar. Tidak ada pola geografis untuk AKB di Indonesia. Kawasan Indonesia barat maupun timur menyumbang kontribusi yang sama besar. AKB di pedesaan 1,6 kali lebih tinggi daripada AKB di perkotaan. Makin miskin rumah tangga, makin tinggi AKB dan pola ini terus konsisten hingga kini. Faktor langsung penyebab tingginya AKI adalah perdarahan (45%), terutama perdarahan post partum. Selain itu adalah keracunan kehamilan (24%), infeksi (11%), dan partus lama/macet (7%). Komplikasi obstetrik umumnya terjadi pada waktu persalinan, yang waktunya pendek yaitu sekitar 8 jam. Menurut WHO (2000), 81% AKI akibat komplikasi selama hamil dan bersakin, dan 25% selama masa post partum. Besaran dan kecenderungan AKI dan AKA Berdasarkan estimasi langsung dan tidak langsung dari data yang tersedia (Susenas, Sensus Penduduk (SP), SKRT dan SDKI), terdapat bebrapa angka dan scenario penurunan AKI dan AKA yang dapat diajukan (lihat lampiran 1). Semua angka estimasi menunjukkan bahwa tingkat kematian Ibu dan anak di Indonesia dewasa ini masih tinggi. AKI berdasarkan data SDKI 2002-2003 dengan estimasi direct sisterhood adalah 307 per 100.000. data yang sama dengan pendekatan PMDF memberikan angka lebih tinggi ialah 461 per 100.000 kelahiran hidup

18

untuk perkiraan tahun 2000. AKB berdasarkan SP dan Susenas adalah 42 per 1000 kelahiran hidup dan AKBA 55 per 1000 kelahiran hidup untuk tahun 2000. AKB berdasar cara langsung (SDKI 2002-2003) memberikan perkiraan rendah ialah 35 per 100 dan AKBA 46 per 1000. Lampiran 1 Table 1.1. Prospek AKI 1990-2015 menurut alternatif skenario, Indonesia Tahun 1990 1995 2000 2005 2010 2015 Penurunan 2015 Penurunan 2015 Catatan : Skenario I metode sisterhood SDKI, scenario II metode PMDF dari SDKI dan scenario III metode PMDF dari SKRT. Tabel 1.2. Prospek AKB tahun 1990-2015 berdasarkan pilihan skenario 2000- 36% 38% 35% Skenario I 408 352 304 262 226 195 1990- 52% Skenario II 636 542 461 393 335 285 55% Skenario III 544 471 407 352 305 264 52%

Tahun

Skenario 1

Skenario 2

Skenario 3

Trend SDKI 1991- Trend SP-Susenas Trend SP-Susenas 2002/2003 1990 1995 2000 62 48 37 1965-2000 62 51 42 1995-2000 62 50 43

19

2005 2010 2015

28 22 17

35 29 24 73%

38 33 29 61%

Penurunan 1990-2015 53% Penurunan 2000-2015 34%

55%

43%

Tabel 1.3. Prospek AKBA tahun 1990-2015 berdasarkan pilihan skenario Tahun Skenario 1 (Trend SDKI) Skenario 2 (Trend Susenas 2000) 1900 1995 2000 2005 2010 2015 Penurunan 2015 Penurunan 2015 2000- 60% 47% 43% 85 63 46 34 25 18 1990- 78% 85 69 56 45 36 29 65% Skenario 2 SP- (Trend 1965- Susenas 2000) 81 67 55 46 39 31 61% SP1995-

Semua gambaran kecenderungan AKI dan AKA menunjukkan bahwa sekalipun ada penurunan sejak 1990, terdapat indikasi bahwa sasaran Indonesia sehat (IS) tahun 2010 (khususnya untuk AKI sebesar 150 per 100.000 kelahiran hidup) dan Millenium Development Goals (MDG) tahun 2015 (penurunan AKI

20

sebesar 75% dan AKA sebesar 67% dari 1990) akan sulit dicapai. Estimasi AKI dan AKA menurut provinsi menunjukkan keragaman yang besar dimana keragaman AKI jauh lebih besar dibandingkan keragaman AKA. B. Program-Program Penurunan AKA/I Ada beberapa program yang sejak dulu telah diterapkan pemerintah untuk menurunkan Angka Kematian Anak/Ibu. Program-program tersebut adalah sebagai berikut : Making Pregnancy Safer (MPS) Pada tahun 1990 WHO meluncurkan strategi Making Pregnancy Safer (MPS) oleh badan badan Internasional seperti UNFPA, UNICEF, dan World Bank. Pada dasarnya MPS meminta perhatian pemerintah dan masyarakat disetiap negara untuk : a. Menempatkan Safe Motherhood sebagai prioritas utama dalam rencana pembangunan Nasional dan Internasional. b. Menyusun acuan nasional dan standar pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. c. Mengembangkan sistem yang menjamin pelaksanaan standar yang telah disusun. d. Memperbaiki akses pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, berencana, aborsi legal, baik publik maupun swasta. e. Meingkatkan upaya kesehatan promotif dalam kesehatan maternal dan neonatal serta pengembalian fertilitas pada tingkat keluarga dan keluarga

lingkungannya. f. Memperbaiki sistem monitoring pelayanan kesehatan maternal dan neonatal (Saifuddin, 2001) Strategi MPS mendukung target internasional yang telah disepakati. Dengan demikian, tujuan global MPS adalah untuk menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir sebagai berikut:

21

a. Menurunkan angka kematian ibu sebesar 75% pada tahun 2015 dari AKI tahun 1990. b. Menurunkan angka kematian bayi menjadi kurang dari 35/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Berdasarkan lesson learned dari upaya Safe Motherhood, maka pesanpesan kunci MPS adalah: a. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih. b. Setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat. c. Setiap perempuan usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran. Indonesia telah mencanangkan Making Pregnancy Safer (MPS) sebagai strategi pembangunan kesehatan masyarakat menuju Indonesia Sehat 2010 pada 12 Oktober 2000 sebagai bagian dari program Safe Motherhood. Dalam arti kata luas tujuan Safe Motherhood dan Making Pregnancy Safer sama, yaitu melindungi hak reproduksi dan hak asasi manusia dengan mengurangi beban kesakitan, kecacatan dan kematian yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan yang sebenarnya tidak perlu terjadi. MPS merupakan strategi sektor kesehatan yang fokus pada pendekatan perencanaan sistematis dan terpadu dalam melaksanakan intervensi klinis dan pelayanan kesehatan. MPS dilaksanakan berdasarkan upaya-upaya yang telah ada dengan penekanan pada pentingnya kemitraan antara sektor pemerintah, lembaga pembangunan, sektor swasta, keluarga dan anggota masyarakat. Melalui MPS diharapkan seluruh pejabat yang berwenang, mitra pembangunan dan pihak-pihak lain yang terlibat lainnya untuk melaksanakan upaya bersama dalam meningkatkan kemampuan pelayanan kesehatan guna menjamin pelaksanaan dan pemanfaatan intervensi yang efektif berdasarkan bukti ilmiah (evidence based). Perhatian difokuskan pada kegiatan-kegiatan berbasis masyarakat yang menjamin agar ibu dan bayi baru lahir mempunyai akses
22

terhadap pelayanan yang mereka butuhkan bilamana diperlukan, dengan penekanan khusus pada pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang terampil pada saat melahirkan serta pelayanan yang tepat dan berkesinambungan. Didalam rencana strategi nasional MPS di Indonesia 2001 2010 disebutkan bahwa dalam konteks Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, visi MPS adalah kehamilan dan persalinan di Indoneisa berlangsung aman, serta bayi yang dilahirkan hidup dan sehat (Saifuddin, 2002). Salah satu sasaran yang ditetapkan untuk tahun 2010 adalah menurunkan AKI menjadi 125 per 100.000 KH dan angka kematian neonatal menjadi 16 per 1000 KH (Saifuddin, 2002). Salah satu faktor penting dalam upaya penurunan angka kematian tersebut yaitu penyediaan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas dekat dengan masyarakat (Saifuddin, 2002). Sembilan puluh persen kematian ibu terjadi di saat sekitar persalinan dan kira kira 95 % penyebab kematian ibu adalah komplikasi obstetri yang sering tidak dapat diperkirakan sebelumnya, maka kebijakan Departemen Kesehatan RI untuk mempercepat penurunan AKI adalah mengupayakan agar : 1) setiap persalinan ditolong atau minimal didampingi oleh bidan dan 2) pelayanan obstetri sedekat mungkin kepada semua ibu hamil. Salah satu upaya terobosan yang cukup mencolok untuk mencapai keadaan tersebut adalah pendidikan sejumlah 54.120 bidan yang ditempatkan di desa selama 1989/1990 sampai 1996/1997 (Saifuddin, 2001).

Jampersal : Jaminan Persalinan Gratis Untuk Penurunan Angka Kematian Ibu Dan Bayi Jaminan persalinan merupakan salah satu program pemerintah untuk

menekan angka kematian ibu dan bayi. Kematian ibu dan bayi seringkali disebabkan oleh perdarahan, eklamsia (kejang karena tingginya tekanan darah), infeksi, dan komplikasi selama persalinan dan pada saat nifas. Kematian ibu juga

23

diakibatkan oleh beberapa faktor resiko keterlambatan (tiga terlambat), diantaranya : 1. 2. 3. Terlambat dalam mengenali tanda bahaya dalam kehamilan Terlambat saat mengunjungi fasilitas kesehatan pada keadaan emergensi Terlambat dalam memperoleh pelayanan keadaan emergensi

Dari keterlambatan yang ada salah satu pencegahannya adalah melakukan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. Berdasarkan Riskesdas 2010, masih cukup banyak ibu hamil dengan faktor risiko 4 Terlalu, yaitu: Terlalu tua hamil (hamil di atas usia 35 tahun) sebanyak 27% Terlalu muda untuk hamil (hamil di bawah usia 20 tahun) sebanyak 2,6% Terlalu banyak (jumlah anak lebih dari 4) sebanyak 11,8% Terlalu dekat (jarak antar kelahiran kurang dari 2 tahun) Menurut hasil Riskesdas 2010, persalinan oleh tenaga kesehatan pada kelompok sasaran miskin baru mencapai sekitar 69,3%. Sedangkan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan baru mencapai 55,4%. Salah satu kendala penting untuk mengakses persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan adalah keterbatasan dan ketidak-tersediaan biaya sehingga diperlukan kebijakan terobosan untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan melalui kebijakan yang disebut Jaminan Persalinan. Jaminan persalinan ini diharapkan mampu menghilangkan hambatan finansial bagi seluruh ibu hamil untuk mendapatkan jaminan persalinan hanya dengan memenuhi persyaratan berupa buku pemeriksaan kehamilan (Buku KIA berwarna Pink) serta fotokopi identitas diri (KTP atau identitas lainnya). Program Jampersal menjamin pembebasan biaya pemeriksaan kehamilan, pelayanan nifas termasuk KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir. Dengan demikian

24

Jampersal diharapkan dapat mengurangi terjadinya tiga keterlambatan yang nantinya menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Dalam penerapan program jampersal ini pemerintah menjalin kerjasama dengan puskesmas dan puskesmas PONED serta jaringannya termasuk Polindes dan Poskesdes,serta instansi kesehatan swasta yang memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Kabupaten/Kota untuk memberikan pelayanan tingkat pertama. Sedangkan untuk kasus-kasus yang memerlukan rawatan lanjutan akan diberikan fasilitas perawatan kelas III di RS Pemerintah dan Swasta yang memilik Perjanjian Kerja sama (PKS) dengan Tim Pengelola Kabupaten/Kota. Oleh karena itu Program Jampersal ini diharapkan diketahui oleh masyarakat umum sehingga pemanfaatannya dapat berlangsung secara maksimal. Namun demikian tidak semua instansi kesehatan baik pemerintah maupun swasta menerapkan kebijakan program Jampersal. Atau ada beberapa instansi atau fasilitas kesehatan yang membebaskan biaya pemeriksaan kehamilan, persalinan, penanganan kegawatdaruratan serta perawatan paska persalinan namun masih menarik biaya pengobatan, pemakaian kamar pasien, serta biaya administrasi lainnya. Oleh karena itu masyarakat harus jeli dalam menyikapi program jampersal ini. Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB) Rumah Sakit Sayang Ibu Bayi (RSSIB) merupakan salah satu program di Kementerian Kesehatan dalam upaya menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi di RS melalui 10 Langkah Perlindungan Ibu dan Bayi secara Terpadu dan Paripurna. Melalui program ini telah diadakan penilaian dalam rangka memperingati Hari Ibu ke 82 pada tanggal 22 Desember 2010 bersama Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) memberikan beberapa penghargaan diantaranya penghargaan pada Pengelola Terbaik RSSIB tingkat Propinsi.

25

RSSIB merupakan Rumah Sakit Pemerintah maupun Swasta, umum maupun khusus yang telah melaksanakan sepuluh langkah menuju perlindungan Ibu dan Bayi secara terpadu dan paripurna, antara lain : o Ada kebijakan tertulis tentang manajemen yang mendukung pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi termasuk pemberian ASI eksklusif dan perawatan metode kanguru (PMK) untuk bayi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). o Menyelenggarakan pelayanan antenatal termasuk konseling kesehatan maternal dan neonatal. o Menyelenggarakan persalinan bersih dan aman serta penanganan pada Bayi Baru Lahir dengan inisiasi menyusui dini dan kontak kulit ibu bayi. o Menyelenggarakan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi

Komprehensif (PONEK). o Menyelenggarakan pelayanan adekuat untuk nifas, rawat gabung termasuk membantu ibu menyusui yang benar dan pelayanan neonatus sakit. o Menyelenggarakan pelayanan rujukan dua arah dan membina jejaring rujukan pelayanan ibu dan bayi dengan sarana kesehatan lain. o Menyelenggarakan pelayanan imunisasi bayi dan tumbuh kembang. o Menyelenggarakan pelayanan keluarga berencana termasuk pencegahan dan penanganan kehamilan yang tidak diinginkan serta kesehatan reproduksi lainnya. Dengan ditingkatkannya program Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi diharapkan kepada Rumah Sakit untuk semakin meningkatkan mutu pelayanannya terutama pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi. Untuk memantapkan pelaksanaan program RSSIB ini, perlu kerja sama seluruh pemangku kepentingan di mana pembinaan dan evaluasi perlu dilakukan terus menerus dan berkesinambungan untuk menjamin program akan dapat terus berlanjut.Program RSSIB ini bukan hanya milik Kementerian Kesehatan. Untuk menjamin pelaksanaan program secara berkesinambungan, membutuhkan keikutsertaan masyarakat dan berbagai lintas program.

26

Program Expanding Maternal and Newborn Survival (EMAS) Program EMAS merupakan program hasil kerja sama antara Pemerintah

Indonesia dengan lembaga donor USAID, yang bertujuan untuk menurunkan AKI dan AKN di Indonesia sebesar 25%. Untuk mencapai target tersebut, program EMAS akan dilaksanakan di provinsi dan kabupaten dengan jumlah kematian yang besar, yaitu Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan, dimana pada tahun pertama akan dilaksanakan pada 10 kabupaten. Program Expanding Maternal and Newborn Survival (EMAS) adalah program kerjasama Kementerian Kesehatan RI dengan USAID selama lima tahun (2012-2016), dalam rangka mengurangi AKI dan AKB dan diharapkan menurunkan AKI dan AKB sebanyak 25%. Upaya penurunan AKI dan AKN melalui program EMAS akan dilakukan dengan cara: o Meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru lahir minimal di 150 Rumah Sakit (PONEK) dan 300 Puskesmas/Balkesmas (PONED) o Memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif antar Puskesmas dan Rumah Sakit

Dalam pelaksanaannya di lapangan, upaya tersebut dilakukan dengan pendekatan Vanguard, yaitu: o Memilih dan memantapkan sekitar 30 RS dan 60 Puskesmas yang sudah cukup kuat agar berjejaring dan dapat membimbing jaringan Kabupaten yang lain, dan o Melibatkan RS/RB swasta untuk memperkuat jejaring sistem rujukan di daerah

27

BackLog Fighting(BLF) BLF adalah pemberian vaksinasi campak untuk meningkatkan cakupan

terhadap anak-anak usia 12-36 bulan yang belum divaksinasi, yang hanya akan dilakukan bagi anak-anak yang belum divaksinasi sampai usia satu tahun. Untuk melengkapi imunisasi campak pada anak usia 1 tahun, di Indonesia mulai tahun 2008 telah dilakukan pemberian dosis kedua campak pada anak sekolah. Di samping itu, dilaksanakan Crash Program Campak yang merupakan kampanye vaksinasi yang dilakukan untuk mencakup semua anak berusia 6-59 bulan, tanpa memperhitungkan status vaksinasi anak-anak usia tersebut di kawasan dimaksud, yaitu di area yang selama 3 tahun berturut-turut tidak dapat mencapai target yang ditetapkan. Sedangkan cakupan imunisasi campak untuk anak usia 12-23 bulan hanya akan merupakan sampel pada survei yang dilakukan untuk menilai cakupan imunisasi campak untuk bayi (<12 bulan) dari program tahun sebelumnya.

28

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Angka kematian Ibu (AKI) adalah kematian ibu yang terjadi selama masa kehamilan atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa melihat usia dan lokasi kehamilan, oleh setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya tetapi bukan oleh kecelakaan atau incidental (faktor kebetulan). Angka kematian anak (AKA) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah bilangan yang menunjukkan banyaknya jumlah kematian anak-anak dari umur 1 tahun sampai 4 tahun perseribu penduduk. Secara umum tujuan penurunan AKA/I adalah untuk Menyiapkan seoptimal mungkin mungkin fisik dan mental dalam upaya menyelamatkan ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan, nifas, sehingga didapat ibu dan anak/ bayi yang sehat. Beberapa faktor yang melatarbelakangi risiko kematian ibu adalah kurangnya partisipasi ibu yang disebabkan tingkat pendidikan ibu rendah, kemampuan ekonomi keluarga rendah, kedudukan sosial budaya yang tidak mendukung. Jika ditarik lebih jauh, beberapa perilaku tidak mendukung juga bisa membawa risiko.Tiga faktor utama penyebab kematian ibu di Indonesia adalah : 1) Faktor medis (langsung dan tidak langsung), 2) Faktor sistem pelayanan (sistem pelayanan antenatal, sistem pelayanan persalinan dan sistem pelayanan pasca persalinan dan pelayanan kesehatan anak), 3) Faktor ekonomi, sosial budaya dan peran serta masyarakat (kurangnya pengenalan masalah, terlambatnya proses pengambilan keputusan, kurangnya akses terhadap pelayanan kesehatan, pengarusutamaan gender, dan peran masyarakat dalam kesehatan ibu dan anak) . Sedangkan faktor yang mempengaruhi AKB, menurut UNICEF (2001), menurunnya kualitas hidup anak pada usia 3 tahun pertama hidupnya adalah: gizi buruk, ibu sering sakit, status kesehatan buruk, kemiskinan, dan diskriminasi gender. Bayi dengan gizi buruk mempunyai resiko 2 kali meninggal dalam 12

29

bulan pertama hidupnya. AKI dan AKB tidak berkorelasi langsung dengan kejadiab infeksi atau parasit, kecuali pada beberapa daerah yang endemik malaria. Menurut para ahli kesehatan masyarakat, derajat kesehatan suatu negara dilihat dari indikator angka kematian bayi (AKB). Semakin tinggi AKB suatu negara maka semakin jelek kualitas derajat kesehatan masyarakat di kawasana tersebut. Dalam rangka menurunkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia, Kementerian Kesehatan pada tahun 2001 ini menetapkan lima strategi operasional yaitu: penguatan Puskesmas dan jaringannya; penguatan manajemen program dan sistem rujukannya; meningkatkan peran serta masyarakat; kerjasama dan kemitraan; kegiatan akselerasi dan inovasi tahun 2011; pengembangan inovasi yang terkoordinir. Berdasarkan penelitian dan Kesehatan

Profil

Indonesia 2006 (2008, dalam Depkes RI), AKI Indonesia adalah 307/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002, sedangkan AKB di Indonesia sebesar 35/1000 kelahiran hidup. Program-program yang bertujuan menurunkan AKA/I adalah Making Pregnancy Safer (MPS), Jampersal : Jaminan Persalinan Gratis Untuk Penurunan Angka Kematian Ibu Dan Bayi, Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB), Program Expanding Maternal and Newborn Survival (EMAS), BackLog Fighting(BLF).

B. Saran Kami menyarankan agar program-program penurunan angka kematian anak/ibu dipublikasikan dan disosialisasikan secara berkesinambungan.Sehingga lebih banyak masyarakat yang mengetahui tentang program tersebut.

30

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2012. Kesehatan Ibu : Peluncuran Program EMAS (Online), (http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/archives/371 , diakses 27 Maret 2012) Anonim. 2010. Pusat Informasi Penyakit Infeksi : Tingkatkan Program Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (Online), (http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=5010, diakses 27 Maret 2012) HP, Catur. 2012. Namaanakbayi: Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Anak Masih Tinggi Di Indonesia (Online),( http://namanakbayi.com/angkakematian-ibu-dan-angka-kematian-bayi-di-indonesia-masih-tinggi/, diakses 27 Maret 2012 ). Opini. 2011. Kompasiana : Angka Kematian Ibu Indonesia Tertinggi di Asean (Online), (http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2011/12/17/angkakematian-ibu-indonesia-tertinggi-di-asean/, diakses 27 Maret 2012) Puskesmas. 2011. Wadah aspirasi dan komunikasi Kepala Puskesmas Kabupaten Banjar : LIMA STRATEGI MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU (Online),(http://fkkpkabbanjar.wordpress.com/2011/02/06/lima-strategioperasional-menurunkan-angka-kematian-ibu/, diakses 27 Maret 2012). Sackarpu. SacKarpu : Survey AKI dan AKB di Indonesia.(Online), (http://j3ffunk.blogspot.com/2011/05/survey-aki-dan-akb-diindonesia.html, diakses 27 Maret 2012)

31

You might also like