Professional Documents
Culture Documents
A. PENDEKATAN ASTAGATRA
Untuk memahami fenomena sosial dan alam, maupun untuk memecahkan permasalahan yang ada didalamnya diperlukan pemahamana mengenai interaksi dari berbagai unser yang membentuk fenomena atau permasalahan tersebut. Aspek kehidupan manusia sebagai gejala (fenomena) sosial dapat kita pahami dari interaksi dengan lingkungannya. Manusia dengan segala potensi yang dimilikinya (akal, perasaan keterampilan komunikasi) untuk kelangsungan hidupnya mendapatkan tantangan dan berinteraksi dengan lingkungannya, menghasilkan kebudayaan. Dengan kata lain, manusia dengan potensi yang dimilikinya itu memungkinkan manusia menjadi manusia budaya. Menurut model tannas Indonesia, aspek kehidupan nasional dibagi dua yaitu aspek alamiah dan aspek sosial. Aspek alamiah mencakup tiga gatra sebagai berikut. 1. Kondisi geografis negara. 2. Kekayaan alam. 3. Keadaan dan kemampuan penduduk (demografi). Oleh karena aspek alamiah tersebut mencakup tigagatra maka disebut Trigatra. Aspek sosial mencakup lima gatra, yaitu sebagai berikut. 1. Ideologi. 2. Politik. 3. Ekonomi. 4. Sosial budaya. 5. Hankam (Pertahanan dan Keamanan). Pembidangan atau pengelompokan ataupun pemetaan kehidupan nasional tidak selalu sama. Anda dapat membandingkan dengan pendapat Hans J. Morgenthau di dalam bukunya Politics Among Nation Elements of National Power, yaitu sebagai berikut. 1. Geografi. 2. Sumber alam yang mencakup makanan dan bahan baku. 3. Kapasitas industry. 4. Kesiapsiagaan militer: teknologi kepemimpinan, kualitas dan kuantitas angkatan perang. 5. Penduduk. 6. Karakter nasional. 7. Semangat nasional. 8. Kualitas diplomasi. 9. Kualitas pemerintahan. Alfred Thayer Mahan dalam bukunya Sea Power of Nations mengemukakan pembidangan sebagai berikut. 1. Letak geografi.
2. 3. 4. 5. 6.
Bentuk/wujud bumi. Luas wilayah. Jumlah penduduk. Watak nasional/bangsa. Sifat pemerintahan.
Unsur-unsur kekuatan nasional (Element of National Power) tidak hanya diutarakan oleh Morgenthau dan Mahan tetapi banyak juga diutarakan oleh pakar lainnya, seperti Palmer dan Perkins, Prakash Chandra. Menurut para pakar itu, pembidangan kehidupan nasional yang merupakan unsur-unsur kekuatan nasional adalah sebagai berikut. Palmer dan Perkins: 1. Land. 2. Resources. 3. Population. 4. Technology. 5. Ideology. 6. Morale. 7. Leadership. Prakash Chandra: 1. Alamiah a. Geografy. b. Resources. c. Population. 2. Sosial a. Economic Development b. Political Structure c. National Culture and Morale. 3. Lain-lain a. Ideas and Diplomacy. b. Wisdom of Leadership. Unsur-unsur yang diutarakan di sini adalah unsur yang dominan yang masih perlu dijabarkan ke dalam parameter yang lebih rinci. Perlu diingat bahwa unsur-unsur yang ada dalam Astagatra pada hakikatnya tidak berdiri sendiri, tetapi terkait satu sama lainnya. Pembagian dan pengelompokannya hanya untuk memudahkan kita dalam kajian. Unsur dominan dari Parameter Astagatra adalah sebagai berikut. 1. Geografi dengan unsur dominan a. Letak geografi. b. Luas Bentuk wilayah dan parameternya. 1) Posisi silang dan terbuka. 2) Luas. 3) Bentuk. 4) Iklim.
2.
3.
4.
5.
6.
5) Daerah inti, daerah khusus. Demografi dengan unsur dominan a. Struktur atau jumlah penduduk. b. Kualitas penduduk dan parameternya 1) Struktur, jumlah dan pertumbuhan. 2) Kepadatan dan persebaran. 3) Kualitas, keterampilan, keuletan, dan kemandirian. Sumber kekayaan alam dengan unsur dominan a. Potensi. b. Jenis kekayaan alam dan parameternya 1) Bahan makanan. 2) Bahan mineral, flora, dan fauna. 3) Energi. 4) Tingkat eksploitasi. Ideologi dengan unsur dominan, seperti kemantapan penghayatan dan pengamalan Pancasila dan parameternya a. Penghayatan agama dan kepercayaan menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab secara rukun dan saling menghormati antar-agama. b. Sikap tenggang rasa dan berani membela kebenaran dan keadilan. c. Kesadaran berbangsa dan bernegara, serta rela berkorban demi kepentingan persatuan, kesatuan serta mengutamakan keselamatan negara daripada kepentingan pribadi atau golongan. d. Demoktrasi yang berkesatuan dan persatuan serta mengutamakan kepentingan nusa dan bangsa dengan tetap menjunjung tinggi harkat dan mertabat manusia. e. Bersikap adil, tidak boros, sederhana, bekerja keras, dan menghargai hasil kerja orang lain. Politik dengan unsur dominan a. Kebijaksanaan pemerintahan sesuai dengan keinginan dan tuntutan rakyat. b. Sistem pemerintahan. c. Politik luar negeri atau kualitas diplomasi dan parameternya 1) Sistem manajemen nasional. 2) Sistem kehidupan politik. 3) Penegakan hukum, ABRI. 4) Kualitas aparatur negara. Ekonomi dengan unsur dominan a. Kekuatan pertumbuhan ekonomi nasional. b. Pemerataan pendapatan. c. Stabilitas dan parameternya 1) Tenaga dan lapangan kerja 2) Modal. 3) IPTEK. 4) Manajemen. 5) Pertanian atau pangan. 6) Perindustrian. 7) Prasarana dan sarana komunikasi, transportasi. 8) Perdagangan.
9) Moneter. 10) Neraca pembayaran. 7. Sosial budaya dengan unsur dominan a. Kematangan watak atau identitas nasional bangsa. b. Moral, kebudayaan nasional, bangsa, dan parameternya 1) Kehidupan beragama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2) Penghayatan dan pengamalan Pancasila di segenap bidang kehidupan bangsa, jiwa, semangat dan nilai Pancasila berdasarkan tradisi dan pewarisan sejarah. 3) Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, kepribadian Indonesia, rasa harga diri dan kebanggaan nasional, kemampuan akulturatif terhadap budaya asing secara cepat positif. 4) Disiplin nasional dan tanggung jawab serta kesetiakawanan sosial. 5) Kesejahteraan sosial, kependudukan dan pembauran nasional. 6) Kesehatan, keluarga berencana, perumahan dan pemukiman. 7) Ilmu pengetahuan, teknologi, penelitian dan produktivitas nasional. 8) Generasi muda dan peranan wanita dalam pembangunan. 8. Hankam dengan unsur dominan a. Kualitas dan kuantitas Angkatan Bersenjata. b. Kesiagaan penyelenggaraan Hankamrata dan parameternya 1) Kesadaran bela negara. 2) Kepemimpinan. 3) Sishankamrata. 4) Pembinaan Hankamneg. 5) Industri dan prasarana.
b. Antara penduduk dengan kondisi geografi Masalah yang kita hadapi adalah penyebaran penduduk yang tidak merata. Banyak pulau di Indonesia yang kaya potensi sumber daya alam kekurangan penduduk untuk mengolahnya. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya ala mini tidak mungkin dapat kita capai karena kekurangan penduduk yang mengolahnya. Di sinilah relevansinya program transmigrasi kendatipun program transmigrasi tidak hanya ditujukan untuk pengolahan sumber daya alam tetapi juga untuk meningkatkan kemakmuran dan menjaga keamanan wilayah. Penyebaran penduduk pada daerah-daerah yang kurang penduduknya dalam upaya pengembangan dan peningkatan kesejahteraan serta keamanan wilayah adalah salah satu bentuk keterkaitan antara kondisi geografi dengan faktor demografi (penduduk). Lain dari itu, mata pencaharian penduduk sangat erat hubungannya dengan kondisi geografi. c. Antara kekayaan alam dan penduduk Kekayaan alam akan bermanfaat nyata apabila ada penduduk yang mengolah. Manfaat ini akan lebih besar apabila dalam pengolahannya didukung oleh kemampuan penguasaan teknologi sehingga bermanfaat secara optimal. Dalam hal ini, bukan saja jumlah penduduk yang besar diperlukan tetapi juga kualitas penduduk menguasai teknologi harus memandai. Budaya tanam atau gali-petik-jual harus diganti dengan tanam atau gali-petik-olah-jual. Disinilah kita melihat adanya hubungan sumber daya alam dan kualitas serta kuantitas penduduk. Saya yakin Anda sebagai bangsa Indonesia, tidak mau terus-menerus membeli barang yang bahan bakunya berasal dari daerah Anda, diolah di luar negeri, kemudian diekspor ke Indonesia dan dibeli atau jual dengan harga mahal. 2. Hubungan Antargatra di Dalam Pancagatra a. Ideologi sebagai falsafah hidup bangsa dan landasan ideal negara, bernilai sebagai penentu memberikan arah dalam pemeliharaan keberlangsungan hidup serta pencapaian tujuan suatu bangsa. Karena itu, ideologi perlu diamankan dari segala bentuk ancaman yang akan mengubah atau meniadakannya. Di sisi lain ideologi itu juga harus dapat atau mampu memberikan harapan hidup lebih baik bagi penganutnya. Jika tidak, ideologi tersebut akan ditinggalkan oleh penganutnya. b. Tingkat laku politik dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, seperti kecerdasan, keadaan berpolitik, tingkat kemakmuran, ketaatan, beragama, keakraban sosial, keamanan. Dengan demikian, perubahan pada salah satu aspek akan mempengaruhi aspekaspek lainnya. Situasi politik yang kacau dan menimbulkan pertikaian serta pemberontakan akan membahayakan tannas. Sebaliknya, keadaan politik yang stabil dan dinamik memungkinkan terlaksananya pembangunan di segala bidang untuk meningkatkan kesejahteraan, memberikan rasa aman dan mempertinggi tannas. c. Ketahanan di bidang ideologi, politik, sosial budaya dan hankam dapat menunjang ketahanan di bidang ekonomi. Sebaliknya, keadaan ekonomi yang stabil dan maju menunjang stabilitas serta meningkatkan ketahanan di bidang lain. d. Keadaan sosial yang serasi, stabil, dinamik, berbudaya, dan berkepribadian hanya dapat berkembang di dalam suasana damai dan aman. Kemegahan sosial budaya suatu bangsa mencermin tingkat kesejahteraan nasionalnya, fisik maupun mental. Sebaliknya, keadaan sosial yang timpang, dengan berbagai kontradiksi (kesenjangan), tanpa budaya (tak beradab)
dan kepribadian, memungkinkan timbulnya ketegangan sosial. Ketegangan ini dapat berkembang menjadi revolusi sosial yang membahayakan tannas. e. Keadaan yang stabil di bidang politik, ekonomi, dan sosial budaya memperkokoh ketahanan di bidang hankam, Demikian pula sebaliknya, tanpa hankam yang memadai tannas suatu bangsa akan menjadi lemah. 3. Hubungan antara Trigatra dan Pancagatra a. Pada hakikatnya tannas suatu bangsa sangat bergantung kepada kemampuan menggunakan aspek alamiah sebagai dasar penyelenggaraan kehidupan nasional di segala bidang. b. Tannas mengandung pengertian yang utuhdan bulat. Didalamnya terdapat hubungan Antagatra yang sangat erat di dalam keseluruhan kehidupan nasional. Kelemahan di dalam satu bidang akan melemahkan bidang lain dan mempengaruhi pula keadaan keseluruhan. c. Tannas ditentukan oleh struktur konfigurasi aspeknya secara struktural dan fungsional dan bukan merupakan penjumlahan ketahanan segenap gatranya. 4. Peran Gatra dalam Kesejahteraan dan Keamanan Penyelenggaraan tannas sekaligus memberikan gambaran tentang kesejahteraan dan keamanan suatu bangsa. Tingkat kesejahteraan dan keamanan tersebut dapat kita capai apabila kita dapat memanfaatkan Trigatra seoptimal mungkin sebagai modal dasar untuk meningkatkan kondisi Pancagatra. Di sini Anda dapat melihat peranan gatra tannas terhadap kondisi kesejahteraan dan keamanan sebagai berikut. a. Ada yang sama besar peranannya untuk kesejahteraan dan keamanan. b. Ada yang lebih besar untuk kesejahteraan daripada keamanan. c. Ada yang lebih besar untuk keamanan daripada kesejahteraan. Aspek Trigatra pada umumnya memberikan dampak yang sama terhadap kesejahteraan dan keamanan. Gatra ideologi politik mempunyai peranan sama besar terhadap kesejahteraan dan keamanan. Ekonomi dan sosial budaya mempunyai peranan besar dalam kesejahteraan, tetapi mempunyai peranan juga terhadap keamanan. Pertahanan dan keamanan mempunyai peran yang besar dalam keamanan, tetapi berperan juga dalam kesejahteraan.
5. Keterkaitan Wasantara, Tannas dengan Pembangunan Nasional Keterkaitan Wasantara, Tannas, dan Bangnas dapat kita buat dalam bentuk pola pikir kesisteman.
Pola Pokir (Kesisteman) Wasantara, Tannas, Bangnas, serta Sismennas Dalam pola pikir ini tannas dilandasi oleh Pancasila, UUD 1945, Wasantara dan kondisi tannas yang diinginkan dalam GBHN, berperan sebagai instrumental input bagi tannas. Tannas menentukan lingkup, volume dan kecepatan pembangunan nasional. Pembangunan nasional yang berhasil akan meningkatkan tannas, dan tannas yang kokoh akan mendorong lajunya pembangunan nasional.
Nusantara adalah Wasantara yang memandang Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan yang utuh baik secara fisik geografi maupun secara sosial (Ipoleksosbud-hankam). Letak geografi ini juga berpengaruh terhadap iklim. Kepulauan Nusantara yang berada di antara dua benua dan dua lautan, berada di katulistiwa secara alami mendapatkan hembusan angin musim. b. Luas negara Luas negara secara yuridiksional menggambarkan wilayah kedaulatannya. Negara Indonesia (9,2 Juta km2) termasuk negara yang luas di dunia dikategorikan negara raksasa (Giant States). Klasifikasi negara berdasarkan luasnya dapat Anda lihat sebagai berikut. 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) Kategori Giant States Outsize States Very Large States Large States Medium States Small States Very Small States Micro States Luas (km2) > 6.000.000 2.500.000 6.000.000 1.250.000 2.500.000 650.000 1.250.000 250.000 650.000 125.000 250.000 25.000 125.000 < 25.000
c. Bentuk fisik negara Bentuk fisik negara dapat dikategorikan menjadi tiga bentuk, yaitu sebagai berikut. 1) Negara yang dikelilingi oleh daratan. 2) Negara yang dikelilingi oleh lautan. 3) Negara di daratan dan lautan. 2. Gatra Sumber Kekayaan Alam Gatra sumber kekayaan alam berkaitan dengan potensi sumber kekayaan alam dan jenis atau macam kekayaan alam yang dimiliki oleh suatu negara. Potensi sumber kekayaan alam dan jenisnya belum mencerminkan kemakmuran suatu negara. Oleh karena itu, perlu dieksploitasi untuk meningkatkan kemakmuran rakyat. Jadi, dalam gatra sumber kekayaan alam ini yang terpenting tidak hanya kekayaan akan potensi, akan tetapi bagaimana kita memanfaatkan secara optimal, untuk kemakmuran rakyat, dengan jalan: a. menjaga keseimbangan antara kekayaan alam dan kebutuhan rakyat; b. menjaga kelestarian sumber kekayaan alam yang dapat diperbarui dan mencarikan alternatif bagi yang tidak dapat diperbarui; c. memperbaiki strategi pengolahan agar lebih mempunyai nilai tambah, misalnya dari strategi petik ke jual menunya petik olah jual. Untuk itu sangat penting bangsa Indonesia menguasai teknologi dalam pengolahan sumber daya alam untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing; d. meningkatkan kesadaran nasional guna lebih menghargai karya bangsa. 3. Gatra Demografi Gatra demografi ini mencakup jumlah penduduk, struktur penduduk pertumbuhan penduduk, kepadatan, sebaran dan kualitasnya. Jumlah penduduk Indonesia nomor empat terbesar di dunia.
Akan tetapi, jumlah penduduk besar saja, tanpa didukung oleh kualitas, struktur penduduk yang diperlukan dalam pembangunan, pertumbuhan yang tidak terkendali sebaran yang merata dapat menimbulkan masalah. 4. Gatra Ideologi Ideologi berangkat dari falsafah, yaitu renungan pendirian yang didorong oleh keinginan untuk mencari hikmah kebenaran, kearifan, kebijaksanaan, dalam hidup. Apabila renungan pemikiran ini sudah sampai pada pandangan dan pendirian tertentu maka kita sebut sebagai pandagan hidup, yaitu keyakinan yang berkembang dalam masyarakat tentang hakikat nilai kehidupan, sistem nilai sikap kepribadian, dan tradisi. Semuanya itu disimpulkan dan disusun secara sistematis maka disebut sebagai ideologi atau saham, yaitu pandangan nilai yang diyakini kebenarannya yang digunakan sebagai dasar menata masyarakat dan negara. Kekuatan ideologi tergantung pada nilai-nilai yang dikandung, apakah nilai-nilai tersebut mampu memberikan harapan yang lebih baik kepada manusia, baik sebagai individu, makhluk sosial dan warga negara. Ideologi yang tidak mampu memberikan harapan pada masyarakat maupun bangsa yang menganutnya tidak akan mampu merekatkan, bangsa tersebut sebagai suatu bangsa yang kuat (ingat kebangkrutan ideologi komunis dengna bubarnya Uni Soviet dan negara di Eropa Timur). 5. Gatra Politik Dalam banyak hal, politik dikaikan dengan kekuatan dan kekuasaan. Lain dari itu masalah politik selalu dihubungkan dengan masalah negara dan kekuasaan negara berada di tangan pemerintah. Selanjutnya, perjuangan untuk memperoleh kekuatan dan kekuasaan tersebut berubah menjadi perjuangan untuk merebut atau menguasai pemerintahan. Dalam gatra politik ini yang penting ialah kebijaksanaan pemerintahan sesuai dengan tuntutan dan keinginan rakyat, sistem pemerintahan yang demokrasi dan politik luar negeri yang bebas dan aktif. 6. Gatra Ekonomi Dalam gatra ekonomi diarahkan pada landasan yang bertumpu pada kekuatan pertumbuhan perekonomian, pemerataan dan stabilitas ekonomi. Inilah fondasi perekonomian nasional yang harus kita bangun. Bangsa perekonomian ini tergantung pada banyak hal, diantaranya kebijakan yang berkaitan dengan tenaga kerja dan lapangan kerja, modal, IPTEK, manajemen, pertanian, perindustrian dan jasa, prasarana dan sarana, perdagangan dan moneter, serta neraca pembayaran. Sektor perekonomian Indonesia, berdasarkan UUD 1945 (Pasal 33) dikelompokkan ke dalam tiga sektor ialah, sektor publik (public sector), Sektor swasta (privat sector) dan sektor koperasi (cooperative sector). Sektor swasta dan sektor publik (BUMN) maju dengna pesatnya walaupun ada di antara sektor publik ini belum efisien atau kurang efisien. Sektor koperasi tertinggal jauh dalam berbagai hal (manajemen, modal, keterampilan, teknologi) yang harus dipacu dengan konsep Kemitraan antara ketiga sektor perekonomian negara tersebut. Etatisme, free fith liberalisme, monopoli dan sejenis lainnya harus dihindarkan. 7. Gatra Sosial Budaya Gatra sosial budaya berkaitan dengan unsur kematangan watak atau identitas kita sebagai bangsa, moral, dan budaya kita sebagai bangsa. Moral dan watak ini dilandasi oleh ketaqwaan
dalam kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Manusia yang taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa mempunya watak dan moralitas yang baik dalam kehidupan kita berbangsa, bernegara, an bermasyarakat. Dalam kehidupan kita berbangsa, bernegara dan bermasyarakat kita dituntun dan dituntut untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila di berbagai bidang kehidupan sehingga ia merupakan identitas nasional kita sebagai bangsa, yang membedakan kita dengan bangsa lain di dunia ini. Pengamalan Pancasila dalam kehidupan kita berbangsa, bernegara dan bermasyarakat, merupakan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia. 8. Gatra Pertahanan dan Keamanan Sebagai bangsa yang telah bernegara (nation state) maka untuk melindungi bangsa dan tanah air (ruang hidup) dalam upaya menjamin kelangsungan hidup memerlukan sistem pertahanan dan keamanan. Hal ini karena kepentingan bangsa Indonesia tidak selalu sejalan dengna kepentingan bangsa lain yang buka tidak mungkin dapat menimbulkan sengketa. Dalam kondisi demikian, bangsa Indonesia yang cinta damai mengutamakan penyelesaian masalah melalui perundingan dan diplomasi. Akan tetapi, tidak ada jaminan di dunia ini bahwa bangsa lain tidak menggunakan perang sebagai cara penyelesaian persengketaan maka bangsa Indonesia harus menjalankan upaya pertahanan dan keamanan. Untuk membela diri dari berbagai bentuk ancaman perang yang mungkin menimpanya, sistem hankam yang diperlukan dewasa ini ialah sistem yang merupakan perpaduan serasi antara sistem senjata teknologi (Sistatek) dan sistem senjata sosial (Sistasos). Hal ini sesuai dengan ruang lingkup pertahanan dan keamanan (Hankam) dan sifat perang dewasa yang menyangkut seluruh aspek kehidupan dan bersifat semesta. Oleh karenanya, hankam menyangkut segenap aspek kehidupan nasional sehingga seluruh rakyat dan semua potensi nasional harus turut serta di dalamnya. Sistem Hankam yang demikian tidak hanya diperlukan oleh negara yang sedang berkembang saja tetapi juga diperlukan oleh negara-negara maju. Sejarah telah membuktikan bahwa perang tidak dapat dimenangkan hanya dengan sistem senjata teknologi saja. Oleh karena itu, kedua sistem senjata anatara kedua sistem senjata tersebut harus dirumuskan dan disusun berdasarkan falsafah hidup, pengalaman perjuangan, kondisi dan situasi bangsa dan negara.
RANGKUMAN
Pengelompokan bidang kehidupan bangsa Indonesia dibuat dalam 8 kelompok gatra (model) bidang kehidupan. Kedelapan gatra tersebut (Atragatra) dibagi dalam dua kelompok, yaitu trigatra (geografi, sumber kekayaan alam, dan demografi) dan pancagatra (ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam). Gatra tersebut dapat dibedakan secara teoretik tetapi tidak bisa dipisahkan karena keterkaitan yang kuat satu sama lain. Oleh karena itu, astagatra ini harus dilihat secara holistik dan integral (bulat utuh menyeluruh). Trigatra bersifat statis dan Pancagatra bersifat dinamis. Trigatra merupakan modal dasar untuk meningkatkan Pancagatra. Kelemahan di dalam satu gatra dapat mempengaruhi gatra yang lain dan sebaliknya meningkatnya kekuatan pada salah satu gatra dapat meningkatkan gatra yang lain (sinergi). Tannas pada hakikatnya adalah upaya untuk meningkatkan kesejahteraan dan keamanan. Dalam rangkat itu, peranan gatra terhadap kondisi kesejahteraan dan keamanan sebagai berikut. 1. Ada gatra yang sama besar peranannya untuk kesejahteraan dan keamanan. 2. Ada gatra yang lebih besar peranannya untuk kesejahteraan daripada keamanan. 3. Ada gatra yang lebih besar peranannya untuk keamanan daripada kesejahteraan. Trigatra, ideologi, politik peranannya sama besar dalam kesejahteraan dan keamanan. Gatra Ekonomi, sosial budaya lebih besar untuk kesejahteraan daripada keamanan. Hankam lebih besar untuk kesejahteraan keamanan daripada kesejahteraan. Tannas merupakan resultan (hasil) dari ketahanan masing-masing aspek kehidupan (gatra).
5. Untuk memenuhi kewajiban sebagai warga negara dan warga masyarakat, manusia Indonesia dalam menghayati dan mengamalkan Pancasila secara bulat dan utuh, menggunakan pedoman sebagai berikut. a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa (Ketuhanan Yang Maha Esa) Sila pertama ini merupakan nilai yang tertinggi, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Rangkaian nilai itu tidak identik dengan agama, melainkan berkaitan erat, serta merupakan perwujudan (konkretisasi) dari semua agama untuk mempersatukann (buka sinkritisme) kehidupan beragama, dalam menegakkan tannas. Di dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Indonesia mengembangkan sikap hidup hormat-menghormati dan bekerjasama antara pemeluk-pemeluk agama dan penganutpenganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga dapat selalu dibina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Masalah agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan antara pribadi dengan Tuhan Yang Maha Esa yang dipercayai dan diyakini. Oleh karena itu, perlu dikembangkan kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan tanpa memaksa agama dan kepercayaan itu kepada orang lain. b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab Kemanusiaan yang adil dan beradab berarti menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, gemar melakukan kegiatan-kegiatan kemanusiaan dan berani membela kebenaran dan keadilan. Sehubungan dengan sila ini maka perlu dikembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, sikap tenggang rasa dan tepo sliro. c. Sila Persatuan Indonesia Manusia Indonesia menempatkan persatuan dan kesatuan, serta kepentingan keseluruhan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan, serta sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa. Persatuan dikembangkan atas dasar Bhinneka Tunggal Ika dengan memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa. Untuk itu perlu adanya rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia dalam rangka memelihara ketertiban dunia. d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dan Permusyawaratan/Perwakilan Manusia Indonesia sebagai warga negara dan anggota masyarakat Indonesia mempunyai kedudukan hak dan kewajiban yang sama. Hal ini berarti bahwa pada dasarnya tidak boleh ada suatu kehendak yang dipaksakan kepada pihak lain. Sebelum diambil keputusan terlebih dahulu diadakan musyawarah sehingga keputusan itu diusahakan secara mufakat. Setiap hasil keputusan itu harus dihormati dan dijunjung tinggi serta dilaksanakan dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab. e. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Dengan kedudukan, hak dan kewajiban yang sama diciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Selanjutnya, perlu dipupuk sikap suka memberikan pertolongan kepada orang yang memerlukan, tidak menggunakan hak miliknya untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain dan merugikan orang lain.
kehidupan nasional di dalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang datang dari dalam atau dari luar yang membahayakan kelangsungan politik bangsa dan negara. Demokrasi Pancasila ialah demokrasi atau kedaulatan rakyat yang didasari dan dijiwai oleh segenap sila Pancasila secara terpadu. Hal ini berarti bahwa dalam menggunakan hak-hak demokrasi kita harus selalu: 1. merasa bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa menurut agama/kepercayaan masing-masing; 2. menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan; 3. menjamin dan memperkokoh persatuan bangsa; 4. melaksanakan kerakyatan berdasarkan permusyawaratan/perwakilan; 5. mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Demokrasi Pancasila itu mengandung aspek-aspek sebagai berikut. Formal, yang menunjukkan bagaimana caranya partisipasi rakyat diatur dalam penyelenggaraan pemerintah. Material, yang menegaskan pengakuan atas harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan, yang menghendaki pemerintahan yang membahagiakan, dan memanusiakan warga negara dan masyarakat bangsa-bangsa. Kaidah, yang mengikat negara dan warga negara dalam bertindak, menyelenggarakan hak dan kewajiban serta wewenangnya. Tujuan, yang menunjukkan keinginan atau tujuan mewujudkan masyarakat yang sejahtera dalam negara hukum, negara kesejahteraan dan negara berkebudayaan berkeadaban. Organisasi, yang menggambarkan perwujudan demokrasi Pancasila dalam organisasi pemerintahan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Semangat, yang menekankan bahwa demokrasi Pancasila memerlukan warga negara yang berkepribadian, berbudi pekerti luhur dan tekun dalam pengabdian. Mengenai stabulitas politik, dijelaskan sebagai berikut. Stabilitas itu berarti, bahwa keadaan politik di tanah air ini haruslah berkembang dan tumbuh sesuai dengan landasan Pancasila dan UUD 1945 dengan sewajarnya, tanpa adanya pengolakan-pengolakan politik yang menimbulkan keguncangan dalam masyarakat (Pidato Presiden ini tanggal 12 Maret 1973). Politik luar negeri Indonesia ialah politik bebas aktif, yang dilaksanakan sesuai dengan dasardasar pokok berikut. 1. Diabdikan untuk kepentingan nasional dan khususnya untuk kepentingan pembangunan. 2. Memusatkan kembali pelaksanaan politik luar negeri yang bebas aktif, tetapi anti imperialism dan kolonialisme dalam segala bentuk. 3. Turut mengambil bagian dalam usaha-usaha mewujudkan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, khususnya stabilitas di wilayah Asia Tenggara, tanpa mengurangi kemampuan kita untuk melaksanakan pembangunan nasional.
kehidupan nasional di dalma menghadapi dan mengatasi segala ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang datang dari dalam atau luar yang membahayakan kelangsungan ekonomi bangsa dan negara. Ketahanan di bidang ekonomi merupakan mata rantai terlemah di antara mata-mata rantai ketahanan yang secara keseluruhan merupakan tannas Indonesia. Sampai sekarang ketahanan di bidang itu belum mencapai apa yang diinginkan. Di dalam GBHN ditegaskan: Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia. Dalam melaksanakan pembangunan di bidang ekonomi banyak kesulitan yang dihadapi. Kesulitan itu bersumber pada struktur ekonomi bangsa Indonesia yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut. 1. Sebagian dari produksi nasional berasal dari pertanian sehingga banyak bergantung kepada alam. 2. Sebagian besar rakyat hidup dari sektor pertaniah yang harus menggunakan teknologi sederhana. 3. Sebagian ekspor berupa bahan mentah yang banyak dipengaruhi oleh perubahan keadaan dunia. Dengan demikian, pembangunan itu harus dapat mengadakan perubahan sehingga: 1. produksi yang berasal dari luar sektor pertanian bertambah besar; 2. penduduk yang hidup di luar sektor pertanian bertambah; 3. bahan ekspor semakin banyak terdiri dari barang-barang olahan dan barang-barang jadi. Usaha tersebut kelihatan dalam keempat Repelita yang sudah dilaksanakan. Dalam melaksanakan kegiatan perekonomian, negara kita pernah melaksanakan sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi terpimpin dengan Deklarasi Ekonomi. Akan tetapi, kedua sistem ekonomi tersebut tidak mencapai sasaran. Setelah pemerintahan Orde Baru, kita memakai sistem ekonomi berdasarkan Pancasila, yang kita namakan demokrasi ekonomi atau juga ekonomi Pancasila. Pembangunan ekonomi yang didasarkan pada demokrasi ekonomi menentukan bahwa masyarakat harus memegang peranan aktif dalam kegiatan pembangunan. Pembangunan ekonomi itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut. 1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. 2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. 3. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. 4. Sumber-sumber kekayaan dan keuangan negara dipergunakan dengan permufakatan lembaga-lembaga perwakilan rakyat, serta pengawasan terhadap kebijaksanaan ada pada lembaga-lembaga tersebut. 5. Warga negara memiliki kebebasan dalam memilih pekerjaan yang dihendaki serta mempunyai hak akan pekerjaan dan penghidupan yang layak. 6. Hak milik perorangan diakui dan pemanfaatannya tidak boleh bertentangan dengan kepentingan masyarakat.
7. Potensi, inisiatif dan daya kreasi setiap warga negara dipertimbangkan sepenuhnya dalam batas-batas yang tidak merugikan kepentingan umum. 8. Fakir-miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.
RANGKUMAN
Dalam upaya mewujudkan tannas Indonesia maka harus dilakukan pembangunan dalam segenap aspek kehidupan bangsa Indonesia (Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial Budaya, dan Hankam). Pembangunan di bidang ideologi diarahkan pada penghayatan dan pengamalan Pancasila, sebagai penuntun dan pegangan hidup dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa, dan bernegara bagi setiap warga negara Indonesia. Hanya ideologi Pancasila yang paling tepat atau cocok bagi masyarakat majemuk seperti Indonesia. Ideologi Pancasila merupakan ideologi lintas kultural yang telah diterima oleh rakyat Indonesia dan telah diuji kebenarannya. Pembangunan di bidang politik telah menghasilkan kerangka landasan sistem politik demokrasi Pancasila. Sementara itu budaya politik, komunikasi politik dan partisipasi politik perlu dikembangkan. Selain itu, perlu diciptakan keseimbangan kekuatan antara suprastruktur, infrastruktur dan substruktur politik di Indonesia. Pembangunan Nasional dilakukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut di atas sehingga akan memperkokoh ketahanan bidang politik Indonesia. Pembangunan di bidang ekonomi telah membuat struktur perekonomian kita makin seimbang antara sektor pertanian, industri dan jasa serta pertumbuhan perekonomian yang cukup tinggi. Namun demikian, perlu dikokohkan perindustrian kita (industri hulu-industri hilir) sehingga tingkat ketergantungan kita kepada barang impor rendah, ekspor non-migas ditingkatkan yang akan mendorong peningkatan devisa negar, serta high cost ekonomi dihilangkan. Dengan demikian, diharapkan pertumbuhan perekonomian dan pemerataan hasilhasil pembangunan lebih meningkat. Hal ini akan memperkokoh tannas Indonesia di bidang ekonomi. Pembangunan nasional di bidang sosial budaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kemajemukan bangsanya (Bhinneka Tunggal Ika) sehingga makin meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan rakyat. Tetapi yang masih perlu diperhatikan dalam pembangunan nasional, ialah dihilangkannya sikap primordialisme, kolusi, korupsi dan nepotisme. Ditingkatkannya disiplin nasional, pemasyarakatan budaya Pancasila, dan peningkatan keteladannan oleh para pemimpin di semua tingkat, baik itu pemimpin formal maupun informal. Peningkatan pembangunan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan di bidang sosial budaya ini akan memperkokoh ketahanan sosial budaya Indonesia. Pembangunan di bidang hankam telah menanamkan tradisi pejuang dan doktrin hankamrata yang diterapkan ke dalam sishankamrata. Namun demikian, sishankamrata tersebut masih perlu ditingkatkan dan dimasyarakatkan, kesadaran bela negara dalam arti luas perlu dimasyarakatkan. Peningkatan pembangunan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan akan memperkokoh ketahanan, di bidang pertahanan dan keamanan Indonesia.
Lingkaran Transformasi Teknologi menurut Basil dan Cook Dari diagram tersebut dapat dilihat bahwa untuk mengembangkan kemampuan bidang teknologi harus dilakukan investasi yang besar di bidang pendidikan dalam arti luas, sedangkan investasi baru dapat dilakukan dengan baik apabila ada peningkatan kesejahteraan. Kesejahteraan dapat meningkatkan kalau ada kenaikan nyata dalam pendapatan per kapita yang disebabkan oleh peningkatan produktivitas sumber daya manusia yang berketerampilan dan berpengetahuan sebagai hasil pendidikan.
C. KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan merupakan faktor yang sangat menentukan dalam membawa bangsa Indonesia meraih cita-citanya. Kepemimpinan ini tidak hanya pada tingkat nasional, tetapi di seluruh lini kehidupan (formal dan informal). Kepemimpinan yang dibutuhkan tidak hanya yang kuat dan berwibawa, tetapi juga harus mempunyai visi ke depan membawa bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan dan kelangsungan hidupnya. Jadi pemimpin yang diharapkan itu tidak hanya mampu mempersatukan bangsa yang sedang dalam keadaan krisis, tetapi juga mampu memotivasi dan menggerakkan bangsa dalam pembangunan nasional yang kita lakukan. Oleh karena itu pula maka seorang pemimpin bagi bangsa Indonesia (yang Bhinneka Tunggal Ika) harus berdiri di atas segala paham, golongan atau kelompok kepentingan yang hidup berbeda pendapat demi kepentingan stabilitas nasional, tetapi harus menjunjung tinggi nilai kemanusiaan yang adil dan beradab. Mekanisme kepemimpinan nasional itu dikenal dengan mekanisme lima tahun (siklus lima tahunan) yang merupakan bagian dari gerak pelaksanaan UUD 1945, sebagaimana Anda lihat dalam gambar berikut ini.
Bagan Gerak Pelaksanaan UUD 1945 Urutan mekanisme kepemimpinan lima tahunan tersebut dibagi dalam 13 tahapan sebagai berikut. 1. Membentuk lembaga negara tertinggi (MPR) melalui pemilihan umum yang dilaksanakan setiap 5 tahun. 2. MPR menetapkan GBHN. 3. MPR memilih mandataris untuk melaksanakan GBHN (Sesudah amandemen UUD 1945 Tugas MPR tidak memilih Presiden. Presiden dipilih langsung oleh rakyat). 4. Presiden, menyusun pemerintah dengna kridanya (Propenas). 5. Pembentukan lembaga negara tinggi lainnya berdasarkan undang-undang. 6. Presiden menetapkan rencana pembangunan lima tahun (Repelita). 7. Mandataris dan DPR menentukan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) tiap tahun. 8. Penyelenggaraan tugas-tugas kenegaraan. 9. Presiden menentukan undang-undang yang diperlukan. 10. Pengawasan jalannya pemerintahan oleh DPR. 11. Laporan tahunan mandataris dalam bentuk Pidato kenegaraan. 12. Penyiapan bahan-bahan GBHN oleh mandataris dan MPR. 13. Pertanggungjawaban akhir jabatan Mandataris. Kehidupan kita berbangsa, bernegara dan bermasyarakat pada hakikatnya ialah kehidupan kita dalam berkelompok atau hidup bersama.
RANGKUMAN
Pembangunan nasional yang dilakukan oleh bangsa Indonesia, pada dasarnya untuk mewujudkan tannas. Titik berat pembangunan nasional pada bidang ekonomi karena bidang ekonomi ini mempunyai daya biak terhadap bidang-bidang kehidupan lainnya, untuk meningkatkan spektrum kemampuan kita sebagai bangsa dan negara. Peningkatan spektrum kemampuan tersebut untuk menghasilkan daya kembang, daya tangkal dan daya kena. Untuk itu, diperlukan dukungan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya masnusia yang berkualitas tinggi (menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta dilandasi oleh iman dan taqwa berakar pada budaya Pancasila) merupakan kunci dari peningkatan tannas. Oleh karena itu, dalam pembangunan nasional, pembangunan sumber daya manusia merupakan titik sentral dan hal ini sejalan dengan hakikat pembangunan nasional Indonesia yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Dalam pembangunan nasional diperlukan pimpinan nasional yang kuat, berwibawa, serta mampu mempersatukan bangsa serta mempunyai visi ke depan membawa bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan dan cita-cita nasional. Dalam ketatanegaraan Indonesia, mekanisme kepemimpinan nasional telah ditetapkan yang dikenal dengan mekanisme kepemimpinan 5 tahun yang dibagi dalam 13 tahapan. Dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat ini perlu diwaspadai masih adanya bahaya laten yang bersifat ideologis maupun non-ideologis yang ingin memecah belah kita sebagai bangsa. Untuk itu, diperlukan kewaspadaan nasional yang sejalan dengan itu yakni berkehidupan Pancasila (budaya Pancasila) yang diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.